Anda di halaman 1dari 21

UPAYA PENCEGAHAN PELECEHAN SEKSUAL SEBAGAI BENTUK

PENGENDALIAN SOSIAL DI MASYARAKAT

Makalah
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Oleh:
Faqru Nisa’ Arrahmah
Nasmah Muthi’ah Hayy
Nisaul Muqoddimah
Nurin Alfiani

Dosen Pengampu
Anis Ulfiyatin, S.Sos., M.Sosio.

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains Al-Ishlah (STIQSI)
Lamongan
2023
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada baginda agung nabi
Muhammad SAW yang syafaatnya kita nantikan kelak diakhirat kelak.
Makalah yang berjudul “Upaya Pencegahan Pelecehan Seksual Sebagai
Bentuk Pengendalian Sosial di Masyarakat” ini bertujuan untuk menambah
wawasan terhadap cara pencegahan dan penanganan pelecehan seksual.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Sosial Budaya Dasar, yang membahas tentang Pengendalian Sosial di
Masyarakat. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen Anis Ulfiyatin,
S.Sos., M.Sosio selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar,
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah ini. Serta berbagai pihak yang telah membantu
terwujudnya makalah ini.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada
ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada
kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sendangagung, 23 Oktober 2023


Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah......................................................................... 2
D. Kerangka Konseptual ................................................................................ 2
BAB II: PEMBAHASAN ................................................................................... 7
A. Pengertian pelecehan seksual..................................................................... 7
B. Cara mencengah pelecehan seksual ......................................................... 11
C. Peran Lembaga Kontrol Sosial dalam Pencegahan dan Penanganan
Pelecehan Seksual .......................................................................................... 12
BAB III: PENUTUP ......................................................................................... 16
Kesimpulan ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelecehan seksual adalah prilaku pendekatanpendekatan yang
terkait dengan hubungan seks yang tidak diinginkan, seperti permintaan
untuk melakukan hubungan badan, dan prilaku lainya yang secara verbal
atau fisik mengacu pada tindakan seksual.
Indonesia merupakan negara dengan kasus pelecehan seksual yang
tinggi, dan mayoritas korbannya adalah remaja. Menurut data Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA), dalam
periode 1 Januari-27 September 2023 ada 19.593 kasus kekerasan yang
tercatat di seluruh Indonesia. Dari seluruh kasus kekerasan tersebut, 17.347
korban merupakan Perempuan, dan 3.987 korban berjenis kelamin laki-laki.
Kemudian Kemen-PPPA menemukan jenis kekerasan yang paling banyak
dialami korban adalah kekerasan seksual, yaitu sebanyak 8.585 kasus. 1
Kasus pelecehan seksual yang terjadi baru ini adalah “Oknum
Perawat yang Lecehkan Pasien di Puskesmas Lamongan”. Niat gadis yang
berumur 19 tahun berobat ke puskesmas juga berujung pahit.dia dilecehkan
oleh seorang perawat puskesmas Sumberaji, Kecamatan Sukodadi,
Lamngan. Ia dilecehkan ketika diperiksa oleh pelaku pada hari Ahad tanggal
15 Oktober sekitar pukul 16:45 WIB.
Selain kasus di atas masih banyak kasus pelecehan seksual yang lain.
Fenomena mengenai pelecehan seksual perlu dibahas karena maraknya
pelecehan seksual di negeri Indonesia ini, dan tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai upaya pencegahan pelecehan seksual sehingga dapat
meminimalisir terjadinya pelecehan seksual.

1
Nabilah Muhamad “Ada 19 Ribu Kasus Kekerasan di Indonesia, Korbannya Mayoritas Remaja”,
dalam https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/09/27/ada-19-ribu-kasus-kekerasan-di-
indonesia-korbannya-mayoritas-remaja; (diakses tanggal 22 Oktober 2023).
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pelecehan seksual?
2. Bagaimana cara mencengah pelecahan seksual?
3. Bagaimana peran lembaga kontrol sosial dalam pencegahan dan
penangan pelecahan seksual?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat tujuan
penulisan makalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pelecehan seksual
2. Untuk mengetahui cara mencengah pelecehan seksual
3. Untuk mengetahui peran lembaga kontrol sosial dalam pencegahan dan
penangan pelecahan seksual.
D. Kerangka Konseptual
1. Pengertian Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial, merupakan metode atau cara yang digunakan
untuk mengawasi perilaku individu dalam melaksanakan aktifitasnya
dan mendorong individu agar berprilaku sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku.2
Pengertian pengendalian sosial menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
a. Menurut Peter L Berger
Pengendalian sosial, adalah cara-cara yang digunakan
masyarakat untuk menerbitkan anggotanya yang membangkang.
b. Menurut prof. Dr.Selo Soemardjan
Pengendalian sosial, merupakan suatu proses yang terencana
maupun tidak terencana yang bertujuan mengajak, membimbing,

2
Mulat Wigati Abdullah, Sosiologi Untuk SMP dan MTS VIII (KTSP), (Jakarta Barat: PT Grafindo
Media Pratama, 2006), 66.
3

bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai dan


kaidah yang berlaku.
c. Menurut Rouchec
Pengendalian sosial, adalah istilah kolektif yang mengacu
pada proses terencana ataupun tidak, yang mengajarkan,
membujuk, atau memaksa individu untuk menyesuaikan diri
dengan kebiasaan dan nilai-nilai kelompok.3
d. Robert M.Z. Lawang
Mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah semua
cara yang dipergunakan suatu masyarakat untuk mengendalikan si
penyimpang pada garis yang normal atau yang sebenarnya.
e. Joseph S. Roucek
Mengemukakan, pengendalian sosial adalah segala proses,
baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan bersifat
mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku. 4
2. Tujuan Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial dalam masyarakat pada dasarnya memiliki
tujuan sebagai berikut:
a. Mencegah terjadinya penyimpangan sosial
b. Sebagai upaya pengawasan supaya nilai dan norma yang berlaku
dapat dilaksanakan oleh seluru warga masyarakat
c. Menciptakan ketertiban dan ketentraman sosial dalam
masyarakat
d. Memulihkan keadaan akibat terjadinya penyimpangan sosial
e. Memulihkan pelaku penyimpangan agar kembali berprilaku
normal

3
Ibid.
4
Nana Supriatna, IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah), (Jakarta Barat: PT
Grafindo Media Pratama, 2006), 280.
4

f. Sebagai upaya pencegahan agar prilaku menyimpang tidak


semakin berkembang dan menular pada orang lain. 5
3. Sifat-sifat pengendalian sosial
a. Pengendalian sosial preventif
Pengendalian sosial preventif dilakukan untuk mencegah
terjadinya pelanggaran atau penyimpangan sosial, hal ini
dilakukan sebelum penyimpangan sosial terjadi. Contoh:
memberikan pendidikan agama pada anak.
b. Pengendalian sosial kuratif
Pengendalian sosial kuratif dilakukan ketika pelanggaran
atau penyimpangan sosial sudah terjadi. Pengendalian sosial ini
bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum terjadi
penyimpangan. Contoh; memberi hukuman siswa yang datang
terlambat ke sekolah, merupakan bentuk pengendalian kuratif.
c. Pengendalian sosial gabungan
Pengendalian sosial ini merupakan gabungan pengendalian
sosial prenventif dan kuratif. Tujuan pengendalian gabungan,
adalah untuk mencengah terjadinya penyimpangan sosial
(preventif), dia memulihkan kembali keadaan semula jika sudah
terjadi penyimpangan sosial (kuratif).6
4. Cara pengendalian sosial
Empat cara umum pengendalian sosial yang digunakan oleh
masyarakat:
a. Persuasive yaitu cara pengendalian sosial melalui ajakan,
bimbingan, atau anjuran, seperti larangan merokok.
b. Koersif, yaitu cara pengendalian sosial yang dilakukan melelui
kekerasan dan paksaan, seperti hukuman push-up untuk anak
yang terlambat masuk kelas.

5
Mulat Wigati Abdullah, Sosiologi Untuk SMP dan MTD VIII (KTSP), (Jakarta Barat: PT
Grafindo Media Pratama, 2006, 66.
6
Ibid., 66-68.
5

c. Compultion yaitu cara pengendalian sosial yang dapat merubah


prilaku negative, seperti hukuman yang diberikan hingga
membuat pelaku penyimpangan merasa jerah dan sadar atas
kesalahanya.
d. Pervatiaon yaitu tindakan pengendalian sosial yang menekankan
pada penyampaian nilai atau norma tertentu secara berulang-
ulang, seperti pesan tentang bahaya merokok bagi kesehatan yang
ditayangkan secara berulang-ulang melalui media massa. 7
5. Lembaga yang memegang peran penting dalam pengendalian sosial
a. Kepolisian
Kepolisian merupakan badan pemerintah yang bertugas
untuk memelihara keamanan dan ketertiban umum, polisi sebagai
aparat keamanan dapat bertindak untuk mencegah dan mengatasi
prilaku menyimpang, Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan
cara menangkap, memeriksa, dan menyelidiki. Prilaku
menyimpang yang ditangani polisi adalah pelaku yang melanggar
hukum tertulis seperti, penganiayaan, pembunuhan, pencurian,
dan lain-lain.
b. Peradilan
Peradailan merupakan lembaga pemerintah untuk mengadili
perselisihan-persilisihan hukum yang terjadi dalam masyarakat,
bertugas membuat keputusan hukum terhadap warga Masyarakat
yang melakukan pelanggaran norma-norma hukum.

7
Ibid., 68.
6

c. Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat merupakan orang-orang yang disegani
dan dihormati dalam lingkungan masyarakatnya, dapat
dikarenakan aktivitas dalam kelompoknya, kecakapanya, atau
sifat-sifat yang dimilikinya. Para tokoh masyarakat ini dapat
berasal dari lingkungan agama, kepala suku, atau ketua adat dari
lingkungan adat setempat, atau para pejabat pemerintah.
d. Lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan yang bersifat formal seperti sekolah
dasar hingga perguruan tinggi, maupun yang bersifat nonformal
seperti pondok pesantren, memiliki peran penting dalam
pengendalian sosial. Lembaga pendidikan memberikan pelajaran-
pelajaran tentang nilai-nilai yang baik, bimbingan, dan
keterampilan sehingga para anak didiknya dapat berguna di
masyarakat. 8

8
Ibid., 70-72.
7

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pelecehan seksual


Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk prilaku yang
berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan
oleh orang yang menjadi sasaran, sehingga menimbulkan reaksi negative,
seperti: rasa malu, marah, dan tersinggung. Pelecehan seksual juga
dirasakan sebagai perilaku intimidasi, karena perbuatan tersebut memaksa
seseorang terlibat dalam suatu hubungan seksual yang tidak diinginkannya.
Dalam KBBI kata pelecehan berasal dari kata “leceh” yang artinya
adalah sutu penghinaan atau peremehan. Sedangkan “peleceh” yaitu orang
yang suka meleceh. Dan kata seksual adalah berkenaan dengan jenis
kelamin laki-laki maupun perempuan. Dengan demikian dalam kamus besar
bahasa Indonesia dua kata yang dijadikan satu yang bermakna
merendahkan, menghinakan orang lain. Jika kata pelecehan seksual kata
sifat merendahkan suatu hal yang berkenaan dengan perkara persetubuhan
antara laki-laki dan perempuan yang mengandung unsur sifat hasrat atau
hawa nafsu. 9
1. Bentuk-bentuk pelecehan seksual
Bentuk-bentuk pelecehan seksual ada dua bentuk yaitu berupa
bentuk sentuhan dan tanpa bersentuhan. Berikut contoh perbuatan
pelecehan seksual:
a. Pelecehan seksual berupa sentuhan
1) Pelaku memegang -megang atau meraba atau mengelus organ
vital seseorang seperti alat kelamin (vagina,penis), atau beberapa
area yang sensitive.
2) Pelaku memasukkan bagian tubuhnya atau benda lain ke mulut,
anus, atau vagina.

9
Satiu Faiyah, “Pengertian Pelecehan Sosial Terhadap anak” (Tesis—Universitas Islam Nahdlatul
Ulama Jepara, Jepara, 2016), 16-17.
8

3) Pelaku memaksakan seseorang untuk memegang bagian


tubuhnya sendiri, bagian tubuh pelaku, atau bagian tubuh orang
lain. 10
b. Pelecehan seksual tidak berupa sentuhan
1) Pelaku mempertunjukkan bagian tubuhnya (termasuk alat
kelamin) pada seseorang secara cabul, tidak pantas, atau tidak
senonoh.
2) Pelaku mengambil gambar atau (memfoto) orang dalam aktifitas
yang tidak senonoh dalam adegan seksual yang jelas nyata,
maupun adegan yang secara tersamar memancing pemikiran
seksual. Contohnya, pelaku yang merekam seseorang sedang
berganti pakaian atau justru menonton seseorang ketika sedang
mandi.
3) Pelaku melakakukan percakapan tentang seksual dengan
seseorang, baik secara langsung maupun bersembunyi telepon,
chatting, internet, surat maupun sms. 11
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pelecehan seksual
Pelecehan seksual dan bentuknya dapat terjadi karena ada
banyak faktor diantara faktor tersebut adalah:
a. Pengaruh perkembangan budaya yang semakin tidak menghargai
etika berpakaian yang menutup aurat, yang dapat merangsang
pihak lain untuk berbuan tidak senonoh dan jahat.
b. Gaya hidup atau model pergaulan diantara laki-laki atau
Perempuan yang semakin bebas, kurang bisa lagi membedakan
antara yang seharusnya boleh dikerjakan dengan dilarang dalam
hubungannya dengan kaidah akhlak mengenai hubungan laki-laki
dan Perempuan.
c. Rendahnya pengalaman dan penghayatan terhadap norma-norma
keagamaan yang terjadi ditengah masyarakat.

10
Ibid., 19-20.
11
Ibid., 20.
9

d. Tingkat kontrol masyarakat yang rendah, artinya berbagai perilaku


yang diduga sebagai penyimpangan, melanggar hukum dan norma
keagamaan kurang mendapatkan respon dan pengawasan dari
unsur-unsur masyarakat.
e. Ketidakmampuan pelaku untuk mengendalikan emosi dan nafsu
seksualnya yang dibiarkan mengembara dan menuntutnya untuk
dicarikan kompensasi pemuasannya.
f. Keinginan pelaku untuk melakukan (melampiaskan) balas dendam
terhadap sikap, ucapan (keputusan) dan perilaku korban yang
dianggap menyakiti dan merugikannya.12
3. Dampak pelecehan seksual bagi korban.
Pelecehan seksual merupakan salah satu masalah sosial yang
berdampak negative bagi manusia terutama bagi korbannya. Pelecehan
seksual ini menimbulkan beberapa dampak yang tidak hanya berupa fisik
yang trauma, tetapi juga psikologis dan emosional antara lain:
a. Depresi
Berdasarkan penelitian tindakan deskriminasi atau kekerasan seksual
dapat menyebabkan depresi kepada korban.
b. Gangguan stress pascatrauma
Korban yang mengalami pelecehan seksual biasanya mengalami
trauma berat yang menyebabkan gangguan stress pasca trauma.
Gangguan ini membuat korban memiliki rasa takut, cemas, dan stress
yang berlebihan.Suka menyakiti diri sendiri
Tidak jarang bagi beberapa korban pelecehan seksual dengan sengaja
melukai dirinya sendiri. Biasanya mereka akan merasa benci dengan
dirinya sendiri setelah menerima pelecehan seksual sehingga melukai
dirinya sendiri.

12
Ibid., 22-23.
10

c. Tertular penyakit kelamin


Beberapa korban pelecehan seksual juga berpotensi terkena penyakit
kelamin menular. Penyakit ini biasanya ditularkan oleh pelaku melalui
kontak kelamin.
d. Berpotensi menggunakan narkotika
Korban pelecehan seksual berpotensi menggunakan narkotika akibat
rasa depresi yang dialaminya. Biasanya penggunaan narkotika yang
diharapkan dapat menghilangkan pikiran terhadap trauma yang
dialaminya.
e. Disosiatif (menjauhkan diri dari lingkungan)
Setelah kejadiaan, banyak korban seksual menjauhan dirinya dari
lingkungan. Biasanya, korban kekerasan seksual akan merasa malu
denga apa yang dialaminya. Oleh karena, mereka yang mengalami
pelecehan seksual akan minder dan menarik diri dari lingkungan.
f. Serangan panik
Trauma yang dialami para korban pelecehan seksual membuat mereka
lebih mudah panik. Hal ini mereka akan merasa takut dengan orang-
orang yang berada disekitarnya.
g. Gangguan makan dan tidur
Bagi beberapa korban pelecehan seksual juga kerap kali mengalami
gangguan makan dan tidur. Pengalaman buruk yang dirasakannya
membuat nafsu makan berkurang. Selain itu, mereka juga kesulitan
untuk tidur karena takut terbayang pengalaman buruknya itu.
h. Menyebabkan kehamilan
Dampak buruk lain dari pelecehan seksual juga bisa menyebabkan
kehamilan bagi korban. Hal ini menjadi salah satu kekhawatiran
terburuk korban ketika mengalami pelecehan seksual.
i. Bunuh diri
Banyak korban kekerasan seksual yang pada akhirnya memutuskan
untuk mengakhiri hidupnya. Dampak ini terjadi karena korban akan
merasa malu dan depresi yang berlebihan dari apa yang dialaminya.
11

Untuk itu, jangan sampai korban ditinggal sendiri sehingga


menyebabkan depresi berlebih. 13
B. Cara mencengah pelecehan seksual
Kasus pelecehan seksual semakin marak terjadi, hampir setiap hari kita
mendengarkan kasus tersebut disurat kabar, atau media sosial. Berikut
merupakan cara mencengah pelecehan seksual yang disarankan oleh Iswan
Saputro, M.Psi., Psikolog:
1. Menghindari tempat yang berbahaya.
2. Menjaga jarak dengan orang lain yang bukan anggota keluarga kita, atau
kerabat yang benar-benar dekat.
3. Menghindari obrolan yang berbau porno.
4. Mempersiapkan alat pelindung diri.
5. Berani bersikap tegas.14
Cara mencegah pelecehan seksual yang dapat dilakukan oleh keluarga,
yaitu:
1. Menguatkan edukasi dalam keluarga, baik aspek moral, etika, agama,
maupun budaya.
2. Membangun komunikasi yang berkualitas antar anggota keluarga
3. Membangun ikatan emosional antar anggota keluarga
4. Menguatkan peran ayah, ibu, dan seluruh anggota keluarga sehingga
terbangun karakter pelindung
5. Menjaga dan mencegah anggota keluarga dari pengaruh pornografi dan
akses terhadap informasi yang mengandung unsur pornografi
6. Menjaga anggota keluarga dari pengaruh negative lingkungan dan
pergaulan bebas

13
Risna Halidi, “10 Dampak Pelecehan Seksual Bagi Korban, salah satunya Keinginan Bunuh
Diri”, dalam https://amp.suara.com/health/2022/06/15/115532/10-dampak-pelecehan-seksual-bagi-
korban-salah-satunya-keinginan-bunuh-diri?page=all; (diakses tanggal 22 Oktober 2023).
14
Iswan Saputro, “8 Cara Mencegah Pelecahan Seksual, Lindungi Dirimu!”, dalam
https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/cara-sederhana-untuk-menghindari-
pelecehan-seksual; (diakses tanggal 22 Oktober 2023).
12

Cara pencegahan pelecehan sosial yang dapat dilakukan oleh


masyarakat, yaitu:
1. Membudayakan literasi tentang tindak pidana kekerasan seksual
kepada semua lapisan usia masyarakat untuk menjaga terjadinya tindak
podana kekerasan seksual dan tidak menjadi korban atau pelaku.
2. Menyosialisasikan peraturan perundang undangan yang mengatur
tentang tindak pidana kekerasan seksual.
3. Menciptakan kondisi lingkungan yang dapat mencegah terjadinya
tindak pidana kekerasan seksual.
C. Peran lembaga kontrol sosial dalam pencegahan dan penanganan
pelecehan seksual
1. Peran tokoh masyarakat/ tokoh agama dalam penanganan kasus
pelecehan seksual.
Zulkarnain Wakil sekertaris bidang hukum, perwakafan, dan
falakiyah (PCNU) kota malang mengatakan bahwa tokoh agama
setidaknya memiliki 3 peran dalam pencegahan pelecehan seksual, yaitu:
a. Preventif, yaitu perbuatan mencegah agar tidak terjadi pelecehan
seksual, seperti melakukan pembentukan satuan tugas khusus
pencegahan pelecehan seksual
b. Prementif, yaitu melakukan penyuluhan kepada Masyarakat melalui
seminar, pelatihan, ceramah agama, dan tulisan maupun video.
c. Represif, yaitu Tindakan sesuai ketentuan hukum yang berlaku di
suatu negara.
Zulkarnain mengatakan bahwa tokoh agama memiliki peran penting
terhadap penanggulangan pelecehan seksual karena tokoh agama
memiliki wawasan keagamaan dan dapat dipercaya banyak orang,
penguasaan ilmu-ilmu agama membuat proses edukasi Masyarakat
13

lebih efektif, dan integritas tokoh agama juga menjadi rujukan


Masyarakat dalam masalah sosial. 15
2. Peran lembaga pendidikan dalam pencegahan pelecehan seksual
a. Menciptakan lingkungan yang aman
Lembaga pendidikan harus menciptakan lingkungan pendidikan
yang aman, lingkungan yang bisa melindungi setiap warganya dari
Tindakan kekerasan, seperti pelecehan seksual
b. Pembelajaran seksual
Secara umum siswa/siswi diberi pemahaman yang benar tentang
pembelajaran seksual, supaya mereka memahami pentingnya menjaga
diri dan mengenal Batasan-batasan dalam berinteraksi dengan lawan
jenis atau orang lain.
c. Meningkatkan keamanan lembaga pendidikan
Sistem keamanan di lembaga pendidikan harus berjalan dengan
baik, seperti pemasangan CCTV di berbagai sudut, security, petugas
piket, dan lain-lain.
d. Seleksi guru/dosen yang ketat
Sekolah harus memilih guru yang tidak hanya memiliki kemampuan
mengajar yang baik, tetapi juga harus memiliki akhlak yang baik,
sehingga dapat dilakukan pencegahan pelecehan seksual oleh guru.
e. Sanksi berat terhadap pelaku pelecehan seksual
Lembaga pendidikan harus memberikan sanksi yang berat kepada
pelaku pelecehan seksual, seperti melaporkan kepada pihak yang
berwajib atau memecat secara tidak terhormat. 16

15
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, “Pencegahan Tindakan Pelecahan/Kekerasan Seksual”
dalam https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/klaten/id/data-publikasi/berita-terbaru/2894-pencegahan-
tindakan-pelecehan-kekerasan-seksual.html; (diakses tanggal 22 Oktober 2023).
16
Rani, “Peran Institusi Pendidikan Dalam Mencegah Terjadinya Pelecehan Seksual”, dalam
https://psychology.binus.ac.id/2018/11/07/peran-institusi-pendidikan-dalam-mencegah-terjadinya-
pelecehan-seksual/; (diakses tanggal 22 Oktober 2023).
14

3. Peran polisi dalam upaya pencegahan pelecehan sosial


Sebagai penegak hukum, polisi tentu memiliki tugas untuk memelihara
keamanan, ketertiban masyarakat, pelayanan, perlindungan serta
pengayoman masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak
kepolisian adalah sebagai berikut:
a. Upaya tindakan pre-emtif
Tindakan pre-emtif merupakan tindakan kepolisian untuk
melaksanakan tugas kepolisian dengan mengedepankan himbauan dan
pendekatan kepada masyarakat dengan tujuan menghindari munculnya
potensi-potensi terjadinya permasalahan sosial dan kejahatan di
masyarakat.
b. Upaya tindakan preventif
Preventif adalah merupakan tindak lanjut dari upaya pre-emtif yang
bertujuan untuk dapat mencengah, mengurangi, dan menghapuskan
kejahatan. Upaya preventif (Non-Penal) merupakan Tindakan
pencegahan agar tidak terjadi pencegahan agar tidak terjadi
pelanggaran norma-norma yang berlaku yaitu dengan mengusahakan
agar faktor niat dan kesempatan tidak bertemu sehingga situasi
Kamtibnas tetap terpelihara, aman, dan terkendali. upaya preventif
kepolisian akan tampak dalam bentuk tugas-tugas pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat serta pencegahan terjadinya
pelanggaran hukum atau tindak pidan aitu sendiri.
c. Upaya tindakan represif
Yang dimaksud dengan upaya represif adalah usaha yang dilakukan
aparat setelah terjadinya suatu kejahtan sepertimenindak para
pelakunya sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali
agar ia sadar bahwa perbuatan yang dilakukan merupakan perbuatan
yang, melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga ia
kembali ke dalam masyarakat dan tidak melakukan kembali kejahatan.
Upaya represif adalah tindakan aparat penegak hukum yang dikaukan
secara aktif agar kejahatan yang sedang terjadi dapat diberhentikan.
15

Upaya tersebut dilakukan sebagai bentuk penanganan yang dilakukan


oleh aparat penegak hukum demi bekerjanya sitem peradilan pidana
untuk menanggulani kejahatannya dan mencegah agar pelaku kejahatan
kekerasan seksual khususnya terhadap anak tidak lagi mengulangi
kesalahannya lagi. 17

17
Kadek Dandi Saputra, “Peran Kepolisian Resor Buleleng Dalam Upaya Penanggulangan Dan
Penanganan Tindak Pidana Kekerasan Seksual Terhadap Anak”. e-Journal Komunitas Yustisia
Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 04, No, 03 (November, 2021), 820-821.
16

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi
seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang
menjadi sasaran, sehingga menimbulkan reaksi negative, seperti: rasa malu,
marah, dan tersinggung. Dalam KBBI kata pelecehan berasal dari kata “leceh”
yang artinya adalah suatu penghinaan atau peremehan. Sedangkan “peleceh”
orang yang suka meleceh. Dan kata seksual adalah berkenaan dengan jenis
kelamin laki-laki maupun Perempuan.
2. Cara mencegah pelecehan seksual adalah: menghindari tempat yang
berbahaya, menjaga jarak dengan orang lain yang bukan anggota keluarga kita,
atau kerabat yang benar-benar dekat, menghindari obrolan yang berbau porno,
mempersiapkan alat pelindung diri, berani bersigap tegas.
3. Peran-peran lembaga kontrol sosial dalam pencegahan dan penanganan
pelecehan seksual meliputi: peran tokoh masyarakat atau tokoh agama dalam
upaya pencegahan pelecehan seksual, peran lembaga pendidikan dalam upaya
pencegahan pelecehan sesual, peran polisi dalam upaya pelecehan seksual.
17

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Abdullah, Mulat Wigati. Sosiologi Untuk SMP dan MTS VIII (KTSP), Jakarta Barat:
PT Grafindo Media Pratama, 2006.
Supriatna, Nana. IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah), Jakarta
Barat: PT Grafindo Media Pratama, 2006.

Tesis
Faiyah, Satiu. “Pengertian Pelecehan Sosial Terhadap anak” (Tesis—Universitas
Islam Nahdlatul Ulama Jepara, Jepara, 2016).

e-Jurnal
Saputra, Kadek Dandi. “Peran Kepolisian Resor Buleleng Dalam Upaya
Penanggulangan Dan Penanganan Tindak Pidana Kekerasan Seksual
Terhadap Anak”. e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan
Ganesha, Vol. 04, No, 03 (November, 2021), 820-821.

Internet
Halidi, Risna. “10 Dampak Pelecehan Seksual Bagi Korban, salah satunya
Keinginan Bunuh Diri”, dalam
https://amp.suara.com/health/2022/06/15/115532/10-dampak-pelecehan-
seksual-bagi-korban-salah-satunya-keinginan-bunuh-diri?page=all;.
diakses tanggal 22 Oktober 2023.
Muhamad, Nabilah “Ada 19 Ribu Kasus Kekerasan di Indonesia, Korbannya
Mayoritas Remaja”, dalam
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/09/27/ada-19-ribu-kasus-
kekerasan-di-indonesia-korbannya-mayoritas-remaja; diakses tanggal 22
Oktober 2023.
18

Perbendaharaan, Direktorat Jenderal. “Pencegahan Tindakan Pelecahan/Kekerasan


Seksual” dalam https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/klaten/id/data-
publikasi/berita-terbaru/2894-pencegahan-tindakan-pelecehan-kekerasan-
seksual.html;. diakses tanggal 22 Oktober 2023.
Rani, “Peran Institusi Pendidikan Dalam Mencegah Terjadinya Pelecehan Seksual”,
dalam https://psychology.binus.ac.id/2018/11/07/peran-institusi-
pendidikan-dalam-mencegah-terjadinya-pelecehan-seksual/;. diakses
tanggal 22 Oktober 2023.

Saputro, Iswan. “8 Cara Mencegah Pelecahan Seksual, Lindungi Dirimu!”, dalam


https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/cara-sederhana-
untuk-menghindari-pelecehan-seksual;. diakses tanggal 22 Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai