Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model-Model Inti


Untuk mempelajari struktur dan sifat inti sering dilakukan pendekatan sebagai
berikut. Kita memilih suatu teori yang sangat disederhanakan, namun teori itu mudah
dikerjakan secara matematis dan kaya akan wawasan fisika. Jika teori itu berhasil
dalam menerangkan beberapa sifat inti, maka kita dapat meningkatkannya dengan
menambahkan sifat-sifat tambahan. Melalui kegiatan semacam itu kita membentuk
model inti, suatu pandangan yang disederhanakan tentang struktur inti yang
mengandung sifat-sifat dasar fisika inti. Model yang berhasil harus memenuhi dua
kriteria: (1) model itu harus menerangkan secara nalar sifat-sifat inti yang telah
diukur sebelumnya, dan (2) model itu harus meramalkan sifat-sifat tambahan yang
dapat diukur dalam eksperimen-eksperimen baru.
Karena tidak ada satu teori lengkap yang dapat menjelaskan semua sifat inti,
beberapa model inti telah dikembangkan untuk memberikan sifat-sifat khusus inti.
Dalam Kegiatan Belajar 1 kita telah membahas model proton-elektron dan model
proton-neutron. Dalam pokok bahasan ini kita akan membahas dua model lainnya,
yaitu model tetes cairan dan model kulit.

2.2 Model Tetes Cairan


2.2.1 Konsep Model Tetes Cairan
Model tetes cairan diusulkan oleh Neils Bohr dan Wheeler pada tahun 1937
dan dikembangkan oleh Frenkly. Mereka memperlakukan nukleus sebagai satuan
yang berwujud homogen yang terdiri dari sejumlah proton dan neutron.
Berikut persamaan inti dengan tetes cairan:
1. karena setetes cairan terdiri dari sejumlah besar molekul yang ada dalam
volume yang sama, nukleusnya juga terdiri dari sejumlah besar proton dan
neutron yang ada dalam volume nuklir yang sama.
2. karena tetesan cairan itu homogen dalam densitas (massa jenis), muatan, dan
lainnya begitu juga untuk nukleus.
3. karena setetes cairan tidak bisa dimampatkan, nukleus juga tidak bisa
dimampatkan.
4. dalam kasus tetesan cairan, kekuatan di antara semua molekul adalah sama.
sama halnya gaya nuklir di semua nukleon hampir sama.
5. ketika sejumlah kecil cairan ditambahkan ke setetes cairan maka ukurannya
bertambah seperti ukuran proyektil (Partikel Cahaya) dapat ditambahkan ke
nukleus yang membentuk nukleus senyawa.
6. seperti setetes cairan, molekul-molekul bergerak terus-menerus karena
gerakan termal molekul-molekul itu. Sama di dalam nukleus, nukleon (proton
dan neutron) bergerak karena energi kinetik.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari model tetes cairan, yaitu:
Kelebihan:
1. dapat menjelaskan fenomena fisi nuklir
2. dapat menjelaskan fenomena fusi nuklir
3. dapat membantu dalam menghitung energi ikat inti
4. dapat memprediksi emisi 𝛼, 𝛽, 𝛾
5. mendukung teori Bohr tentang pembentukan inti senyawa
Kelemahan:
1. model ini tidak dapat menguji stabilitas ekstra inti yang memiliki jumlah
proton dan neutron 2, 8, 20, 28, 50, 82 dan 126 gas inert
2. model ini benar hanya untuk elemen yang memiliki nomor massa, antara 20
dan 150 (20-150)
Saat ini tidak ada teori dasar yang dapat menjelaskan sifat-sifat inti yang
teramati. Sebagai pengganti teori, beberapa model telah dikembangkan, namun hanya
beberapa yang dapat menjelaskan sifat inti.
C. V. Wieszacker pada tahun 1935 mendapati bahwa sifat-sifat inti
berhubungan dengan ukuran, masa dan energi ikat. Hal ini mirip dengan yang
dijumpai pada tetes cairan. Kerapatan cairan adalah konstan, ukurannya sebanding
dengan jumlah partikel atau molekul di dalam cairan, dan penguapannya (energi
ikatnya) berbanding lurus dengan massa atau jumlah partikel yang membentuk
tetesan.
Model tetes cairan membawa pada persamaan semi empiris. Massa defek inti
dirumuskan:

(2.1)
Konstanta dalam persamaan (2.1) ditentukan dari eksperimen, yang nilainya:

Sedangkan b5 nilanya ditentukan dengan skema berikut:

2.2.2 Koreksi Persamaan Semi Empiris


Persamaan (2.1) diperoleh dari berbagai koreksi yang dilakukan berurutan.
Dengan energi ikat yang diabaikan, estimasi pertama adalah untuk massa inti yang
tersusun dari proton Z dan neutron N = A-Z adalah Zmp+(A-Z)mn
Selanjutnya, estimasi massa ini dikoreksi untuk menghitung energi ikat inti.
Lantaran gaya inti adalah tarik menarik, energi ikatnya menjadi positif, sehingga
massa inti menjadi lebih kecil dibanding massa nukleon yang terpisah-pisah. Dari
model tetes cairan, penguapan panas (energi ikat) berbanding lurus dengan jumlah
nukleon A. Sehingga menghasilkan koreksi sebesar (–b1 A).

Asumsi pada koreksi pertama, yaitu b1 pernukleon, tentu tidak terlalu tepat.

Sebab, hal itu hanya berlaku untuk inti di bagian dalam yang dikelilingi inti yang lain.
Sedangkan inti pada bagian permukaan, pasti terikat lebih lemah. Makanya
2/3
diperlukan koreksi permukaan yang besarnya seluas permukaan inti, yaitu (b2 A ).

Selanjutnya adalah koreksi dari adanya Energi Coulomb (Ec) antar proton yang tolak-

menolak. Adanya gaya tolak-menolak ini, energi ikat (besanya massa defek) akan
lebih kecil.

2 -1/3
Yang memberikan koreksi sebesar (b3 Z A ).

Sampai disini bentuk ekspresi massa inti telah didapatkan dari analogi dengan
tetesan cairan bermuatan. Selain itu, muncul koreksi dari mekanika kuantum.
Menurut prinsip pengecualian Pauli, jika terdapat kelebihan netron ketimbang proton
atau kebalikannya di dalam inti, maka energinya (massanya) akan mengalami
kenaikan. Akhirnya muncul koreksi

Nukleon-nukleon di dalam inti juga cenderung berpasangan. Netron-netron atau


proton-proton akan berkelompok bersama dalam spin-spin yang berbeda. Akibat efek
-3/4
ini menimbulkan pasangan energi hadir bervariasi sebesar A dan bertambah
sebesar jumlah nukleon-nukleon tidak berpasangan.
Rata-rata energi ikat per nukleon diperoleh dari persamaan diatas:

Dari persamaan diatas jika digambarkan akan tampak seperti gambar 2.1

Gambar 2.1 Energi ikat per nukleon


Pendekaan tersebut nampak cukup sesuai dengan hasil eksperimen, meskipun tidak
tepat sama.
2.3 Model Kulit
Model tetes cairan tidak dapat memberikan secara memadai tentang keadaan
energi tereksitasi inti yang telah diketahui keberadaannya. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan model inti lainnya, misalnya model kulit.
Teori atom yang didasarkan pada model kulit telah memberikan penjelasan
luar biasa tentang struktur atom yang sangat rumit. Oleh karena itu, fisika inti
mencoba menggunakan teori serupa untuk menjelaskan masalah struktur inti, dengan
harapan memperoleh keberhasilan yang mirip dalam menjelaskan sifat-sifat inti.
Dalam model kulit atom, kita mengisi kulit-kulit atom dengan elektron-elektron
menurut urutan energi yang makin bertambah, sesuai dengan persyaratan asas Pauli.
Bilamana kita melakukannya, kita akan mendapatkan suatu teras yang lembam
dengan kulit-kulit terisi dan sejumlah elektron valensi; kemudian model itu
menganggap bahwa sifat-sifat atom terutama ditentukan oleh elektronelektron
valensi. Jika kita membandingkan beberapa sifat sistem atom yang terukur dengan
ramalan model tersebut. kita mendapatkan kesesuaian yang luar biasa.
Aspek lain yang menarik dari teori kulit atom adalah adanya orbit-orbit ruang.
Sering kali sangat berguna bagi kita untuk memberikan sifat-sifat atom dalam orbit-
orbit ruang. Elektron-elektron dapat bergerak dalam orbit-orbit semacam itu relatif
bebas dari tumbukan dengan elektron-elektron lainnya. Nukleon-nukleon mempunyai
diameter relatif besar dibandingkan dengan ukuran inti.

2.3.1 Konsep Model Kulit


Pada model tetesan cairan, nukleon-nukleon tidak diperlakukan secara
individu, tetapi dipandang secara kolektif (rata-ratanya). Model ini berhasil
menjelaskan beberapa sifat inti, seperti rata-rata energi ikat per nukleon. Namun, sifat
inti lainya, seperti energi-energi keadaan eksitasi dan momen magnetik inti,
membutuhkan pemakaian model mikroskopik dalam perhitungan perilaku nukleon-
nukleon secara individu.
Menurut data eksperimenl, terbukti bahwa sifat-sifat inti mengalami
perubahan pada N atau Z sebesar 2, 8, 20, 28, 50, 82, atau 126 yang dikenal sebagai
“bilangan ajaib”. Pada bilangan ajaib ini didapatkan bahwa inti berada dalam
keadaan stabil dan berjumlah banyak.
Selain itu, energi-energi keadaan tereksitasi pertama pada “bilangan ajaib”,
ternyata lebih besar dibandingkan dengan inti-inti di luar “bilangan ajaib”. Sebagai
contoh perak, dengan bilangan ajaib Z = 50 memiliki 10 isotop stabil, sehingga energi
yang dibutuhkan untuk melepaskan proton sekitar 11 MeV dan keadaan tereksitasi
pertama untuk isotoisotop genap-genap (N dan Z bernilai genap) adalah sekitar 1,2
MeV di atas keadaan dasar.
Sebaliknya untuk isotop-isotop terulium (Z = 52) energi yang dibutuhkan
untuk melepas proton 7 MeV dan untuk isotop-isotop genap, keadaan tereksitasi
pertama memiliki energi sebesar 0,6 MeV.
Tampak sekali ada semacam pola sebagaimana pada atom yang elektron-
elektronnya mengisi kulit atom dengan pola tertentu. Kesamaan dalam perilaku ini
mengisyaratkan adanya kemungkinan bahwa beberapa sifat inti dapat dijelaskan
dengan model kulit inti.

2.3.2 Tingkat Energi Model Kulit


Struktur kulit atom didapatkan dari suatu deret pendekatan yang berurutan.
Pertama kita asumsikan bahwa tingkat-tingkat energi untuk suatu inti bermuatan Ze
telah terisi penuh oleh elektron-elektron Z dan seolah-olah tidak terjadi interaksi satu
dengan yang lain. Kemudian dibuat koreksi untuk menghitung efek-efek interaksi
yang terjadi. Efek utama, yang menghasilkan pendekatan pertama terhadap tingkat-
tingkat kulit, memunculkan suatu keadaan bahwa secara rata-rata elektron bergerak
independen di dalam medan Coulomb inti.
Jika pendekatan yang sama digunakan untuk mengembangkan gambaran kulit
inti, potensial yang berbeda harus digunakan untuk merepresentasikan gaya-gaya inti.
Salah satu pendekatannya adalah dengan megasumsikan bahwa nukleon-nukleon
bergerak di dalam suatu rata-rata potensial osilator harmonik.

Setelah dihitung dengan mekanika kuantum, maka tingkat-tingkat energinya


diberikan oleh:

Dengan N = 2(n-1)+l. Besaran l adalah bilangan kuantum momentum orbital


dan nilainya adalah 0, 1, 2, 3... serta berhubungan dengan vektor momentum anguler
orbital dalam bentuk biasa IlI |𝐼|= √𝑙 (𝑙 + 1) ħ. Besaran n adalah bilangan bulat yang
nilainya adalah 1, 2 ,3... namun, berbeda dengan solusi atom hidrogen, nilai l inti
tidak dibatasi oleh n.
Keadaan momentum anguler orbital nukleon ditunjukkan dalam notasi
spektroskopik:
Nilai l 0 1 2 3 4 5 ….
Simbol huruf s p d f g h ….

Bila nilai n di depan simbol huruf, akan menunjukkan orde (terhadap


kenaikan energi) dari suatu keadaan l tertentu. Dengan demikian 2d adalah keadaan l
= 2 setelah keadaan yang paling rendah.
Untuk menghitung bilangan ajaib yang teramati, Mayer dan Jensen pada
tahun 1949 secara independen memperlihatkan keberadaan interaksi spin-orbit (l.s)
selain potensial osilator harmonis. Karena nukleon memiliki nilai s = ½ yang tunggal
untuk bilangan kuantum spinnya, efek spin orbit akan menyebabkan setiap keadaan
momentum anguler orbital dengan l > 0 terbagi menjadi dua orbit, mengikuti apakah
total bilangan kuantum momentum anguler j adalah j = l + s atau j = l – s. Energi
relatif untuk melakukan pembagian diperoleh melalui pengevaluasian l.s:
Pengurangan kedua ekspresi ini memperlihatkan bahwa pemisahan energi
antar kedua orbit sebanding dengan 2l +1 dan menjadi besar seiring dengan
bertambahnya l. Selanjutnya lambang 1d3/2 merupakan kombinasi bilangan-bilangan
kuantum n = 1, l = 2, j = l-s = 3/2.
Untuk inti, prinsip Pengecualian Pauli dinyatakan: tidak ada dua nukleon
dapat memiliki kumpulan bilangan kuantum yang sama (n, l, j, mj). Ini berarti setiap
orbit dapat memuat maksimum 2j + 1 nukleon.

Anda mungkin juga menyukai