Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi dan industrialisasi saat ini, bangsa Indonesia

menghadapi masalah dalam menangani pendidikan berkualitas, berdasarkan

data Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2016 pertambahan penduduk

dan jumlah pengangguran umumnya pada kategori usia produktif (16-30 tahun).

Sejalan dengan ini Badan Pusat Statistik pada Februari 2016 melaporkan

Tingkat Pengangguran Terbuka yang terdata oleh Badan Pusat Statistik dari

setiap tamatan, secara lengkap disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 : Laporan Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan setiap


Tamatan Pendidikan oleh Badan Pusat Statistik pada Februari
2016

Jentang Tamatan Pendidikan Persentase (%)

SD ke bawah 3,69
SMP 7,80
SMA 10,34
SMK 9,51
Diploma I/II/III 7,50
Universitas 6,96
(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016)

Berdasarkan data pengangguran tersebut menunjukkan bahwa pelajar

tingkat SMA memiliki persentase tertinggi dalam data Tingkat Pengangguran

Terbuka. Pengangguran tersebut akibat dari bertambah sulitnya mendapatkan

sebuah pekerjaan khususnya di kota-kota besar, hal ini sangat perlu perhatian

serius agar pelajar yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
2

lebih tinggi pasca lulus SMA tetap bisa memiliki pekerjaan, meskipun mereka

tidak melamar pekerjaan di sebuah perusahaan maupun di lembaga tertentu.

Upaya untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya ialah dengan

cara berwirausaha. Ilmu Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang

mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam

menghadapi tantangan hidup untuk kedepannya dengan memanfaatkan setiap

peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapi (Suryana,2013), hal ini

berarti ilmu kewirausahaan dapat dipelajari dan diajarkan, sehingga setiap

orang memiliki peluang untuk menjadi seorang wirausahawan.

Berwirausaha dapat menjadi alternatif untuk menciptakan lapangan

kerja sendiri bahkan dapat membuka lowongan pekerjaan untuk orang lain.

Pengangguran tidak hanya disebabkan terbatasnya kesempatan kerja, tetapi

juga oleh ketidakmampuan pencari kerja untuk memenuhi

persyaratan/kualifikasi yang diminta oleh dunia usaha sehingga seorang pencari

kerja perlu berbekal pengetahuan, keterampilan dan sikap berwirausaha.

Pada dasarnya pemerintah telah menanamkan jiwa kewirausahaan pada

diri setiap peserta didik terbukti dengan adanya penanaman sikap pada

kompetensi inti pembelajaran yaitu jujur, disiplin, santun, peduli (gotong

royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-

aktif. Akan tetapi dalam proses pembelajaran sikap tersebut belum pernah

dikaitkan dengan praktek kewirausahaan khususnya pada pembelajaran kimia,

sehingga kurangnya minat berwirausaha pada diri peserta didik. (Dharmawati,

2016).
3

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21

Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah tentang

kompetensi inti pada jenjang pendidikan tingkat menengah dimana terdapat

deskrispi kompetensi yang pada bagian sikap sosial peserta didik diharuskan

untuk dapat mengamalkan beberapa sikap diantara yaitu jujur, disiplin, santun,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab,

responsif, dan pro-aktif (Permendikbud, 2016). Sikap ini sejalan dengan jiwa

yang diperlukan dalam berwirausaha diantaranya kerja keras, berani mengambil

resiko, bertanggung jawab, komitmen, disiplin, dan menjaga hubungan baik

(Dharmawati, 2016).

Sejalan dengan hal tersebut berdasarkan kurikulum 2013 yang

diberlakukan sekarang ini sebenarnya sangat menunjang untuk pengembangan

pengembangan minat berwirausaha. Pembelajaran Student centered learning

dan kontekstual yang disarankan untuk dikembangkan dalam pembelajaran.

Sistem pendidikan nasional pada dasarnya secara tidak langsung menginginkan

generasi terdidik memiliki jiwa dan karakter berwirausaha. Sebagai langkah

awal untuk melihat jiwa dan karakter dari peserta didik adalah dengan menggali

minat berwirausaha dari peserta didik itu sendiri. Pembelajaran perlu dikemas

untuk menumbuhkan minat berwirausaha, agar nantinya peserta didik mampu

memenuhi kebutuhan pribadinya, serta kebutuhan masyarakat dan bangsa.

Memunculkan sebuah minat diperlukan faktor pendukung untuk mempengaruhi

munculnya minat wirausaha pada diri seseorang.

Menurut Fuadi (2009) Minat wirausaha adalah sebuah ketertarikan,

keinginana serta keberanian yang dimiliki seseorang untuk bekerja keras dalam
4

memenuhi kebutuhan hidupnya atau kesediaan untuk berusaha semaksimal

mungkin dalam memecahkan permasalahan hidup serta memajukan usaha atau

menciptakan usaha baru dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri, tanpa rasa

takut dengan resiko yang terjadi. Praktek berwirausaha diperlukan dalam

sebuah pembelajaran, sehingga mampu menumbuhkan minat berwirausaha

siswa.

Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 9 Pontianak dalam

pembelajaran kimia pada Februari 2017 diperoleh informasi dari peserta didik

bahwa guru cenderung berorientasi pada hasil kognitif, belum mengembangkan

pembelajaran pada ranah afektif seperti pembelajaran yang berkaitan dengan

kewirausahaan guna menumbuhkan minat berwirausaha siswa. Minat

berwirausaha perlu ditanamkan pada siswa sebagai bekal ketika terjun

dikehidupan masyarakat (Karli, 2012).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan melalui wawancara siswa

kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 , secara lengkap disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2: Hasil Wawancara Siswa Kelas X IPA 1 dan X IPA 2 SMAN 9


Pontianak pada bulan Februari 2018.
Jumlah (Orang)
Pernyataan Siswa IPA 1 IPA 2
( 40 siswa) (39 Siswa)
Ingin melanjutkan pendidikan ke bangku
15 13
perkuliahan
Ingin bekerja atau ingin membuka usaha sendiri 8 7
Masih ragu-ragu ingin melanjutkan pendidikan
17 19
ke bangku kuliah atau ingin bekerja

Hasil wawancara sebagian besar peserta didik menjawab ragu ragu untuk

melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah atau ingin bekerja alasan dari

keraguan peserta didik tersebut adalah karena mereka tidak memiliki biaya yang
5

cukup untuk melanjutkan kuliah, adanya rasa takut menghadapi tingginya

persaingan di dunia kerja dan tidak adanya pengalaman dalam bidang

kewirausahaan.

Berdasarkan studi pendahuluan dalam pembelajaran koloid di SMA

pada bulan April 2017 ditemukan bahwa pembelajaran pada materi koloid

cenderung dilaksanakan menggunakan metode diskusi dan ceramah, dan

sesekali melakukan praktikum di laboratorium, namun belum pernah

menghubungkan materi yang diajarkan dengan kewirausahaan. Materi koloid

ini sangat dekat sekali dengan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dan dapat

dihubungkan dengan minat berwirausaha peserta didik, sehingga peserta didik

dapat di ajak untuk melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang ada di

sekitarnya kemudian mendiskusikannya dan mempraktekkan produk yang

dapat dihasilkan berdasarkan peristiwa koloid, misalnya praktek pembuatan es

krim dimana dalam bahan baku es krim terdapat sifat koloid yaitu Koloid

Pelindung yang disebabkan oleh penambahan gelatin yang menyebabkan

pembekuan es krim lebih lama, kemudian mengajak peserta didik untuk

melakukan praktek pemasaran. Pembelajaran seperti ini dapat memudahkan

peserta didik dalam memahami materi koloid dan mengetahui manfaatnya bagi

kehidupan sehari-hari serta dapat mengembangkan minat peserta didik dalam

berwirausaha.

Mengintegrasikan konsep kimia dengan kehidupan sehari-hari dalam

pembelajaran, sekaligus serta mengembangkan minat kewirausahaan pada

peserta didik adalah dengan menggunakan pendekatan SETS (Science,

Enviroinment, Technology, and Society), hal ini sejalan dengan Peraturan


6

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar

Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah tentang kompetensi inti pada jenjang

pendidikan tingkat menengah dimana terdapat deskripsi kompetensi yang

mengharapkan peserta didik memiliki sikap sosial dengan tujuan agar peserta

didik dapat berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan di

lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,

bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional (Permendikbud,

2016).

Pendekatan SETS dalam pembelajaran yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari dan memiliki hubungan erat terhadap perkembangan

teknologi dan SETS memberikan pengalaman langsung terhadap dunia nyata

sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk menumbuhkan minat

berwirausaha, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Enggal

Mursalin (2015) yang menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran menggunakan bahan ajar bervisi SETS dan berbasis

kewirausahaan kimia dalam materi minyak bumi dan hidrokarbon dapat

meningkatkan prestasi belajar dan menumbuhkan minat berwirausaha peserta

didik serta menghasilkan respon positif dalam pembelajaran sehingga dapat

dikatakan bahan ajar tersebut praktis dan efektif.

Penggunaan SETS pada materi koloid dapat mendukung peserta didik

untuk lebih mudah mempelajari konsep koloid dalam kehidupan sehari-hari

dengan mengangkat nilai kearifan lokal, khususnya tanaman lidah buaya (aloe

vera). Selain itu, pendekatan SETS juga membimbing peserta didik untuk lebih

peduli terhadap permasalahan yang ada pada lingkungan sekitar, dari


7

pendekatan ini juga dapat mengenalkan kepada peserta didik tentang teknologi

yang berkaitan dengan materi koloid, dengan adanya pengetahuan tentang

teknologi tersebut membantu peserta didik untuk dapat memodifikasi suatu

produk yang biasa menjadi sebuah inovasi baru. Adanya inovasi olahan ini

tentunya akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi jika produknya dikemas lagi

sedemikian rupa. Sehingga dengan pemikiran ini sekaligus dapat menjawab

permasalahan rendahnya pangsa pasar yang sedang dialami oleh petani lidah

buaya di Pontianak, Kalimantan Barat. (Dinas Pertanian Pontianak, 2016).

Salah satu penyebab rendahnya pangsa pasar tanaman lidah buaya

karena kurang variasi dalam olahan tanaman lidah buaya itu sendiri. Selama ini

variasi yang telah di produksi oleh UKM diantaranya, minuman sari lidah

buaya, dodol, jelly, coklat, teh, dan beberapa produk kecantikan (Dinas

Pertanian, 2016). Variasi pemasaran olahan lidah buaya masih belum tersebar

merata dan tertarget, karena ada beberapa kelompok konsumen yang belum bisa

menikmati olahan lidah buaya, contohnya remaja dan anak-anak. Salah satu

rekomendasi varian yang dapat dibuat untuk target pasar tersebut ialah es krim.

Beberapa faktor yang membuat Indonesia khususnya Kalimantan Barat

memiliki peminat yang tinggi dalam konsumsi es krim. Pertama, pertumbuhan

jumlah penduduk diikuti dengan peningkatan daya beli sehingga menyebabkan

perubahan gaya hidup dan pola makan. Kedua, dukungan cuaca di Kalimantan

Barat khususnya Pontianak cenderung panas.

Sejalan dengan penelitian Hairida (2017) yang menyatakan bahwa

pembelajaran yang menggunakan pendekatan SETS berbasis kearifan lokal

efektif untuk meningkatkan minat berwirausaha peserta didik. Peserta didik


8

menemukan cara-cara yang kreatif dalam menghasilkan suatu produk yang

menarik dengan berdiskusi dalam kelompok dan mempresentasikannya.

Kemampuan ini masih jarang dikembangkan oleh guru dalam pembelajaran.

Berdasarkan alasan inilah peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh

pendekatan SETS berbasis kearifan lokal terhadap minat berwirausaha dalam

materi koloid pada siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 9 Pontianak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk memudahkan penelitian

maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan minat kewirausahaan peserta didik yang diajar

menggunakan pendekatan SETS berbasis kearifan lokal dengan peserta

didik yang diajar tanpa pendekatan SETS berbasis kearifan lokal pada

materi koloid kelas XI IPA di SMA Negeri 9 Pontianak?

2. Seberapa besar pengaruh pendekatan SETS berbasis kearifan lokal

terhadap minat berwirausaha peserta didik pada materi koloid kelas XI

IPA di SMA Negeri 9 Pontianak ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dalam penelitian

ini adalah untuk menentukan:

1. Menentukan ada atau tidaknya perbedaan minat berwirausaha siswa SMA

kelas XI IPA di SMA Negeri 9 Pontianak melalui pendekatan SETS

berbasis kearifan lokal dengan peserta didik yang diajarkan menggunakan

metode konvensional dalam materi koloid.


9

2. Besarnya pengaruh pendekatan SETS terhadap minat berwirausaha

peserta didik pada materi koloid kelas XI IPA di SMAN 9 Pontianak.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peserta Didik

a. Meningkat minat berwirausaha peserta didik melalui materi koloid

b. Memberikan pengetahuan siswa tentang kearifan lokal yang ada di

Pontianak

2. Bagi Guru

a. Memberikan informasi dan gambaran kepada guru mengenai minat

berkewirausaha siswa pada materi koloid.

b. Memberikan gambaran kepada guru untuk mengembangkan metode

dan instrument pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan sikap

berwirausaha siswa.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-

praktik pembelajaran, khususnya mata pelajaran kimia agar menjadi lebih

efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa

meningkat.

E. Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan minat berwirausaha pada siswa kelas XI IPA di

SMA Negeri 9 Pontianak pada materi koloid dengan menggunakan

pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) berbasis

kearifan lokal.
10

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

(1) Pembelajaran menggunakan pendekatan Science, Environment,

Technology, and Society (SETS) berbasis kearifan lokal.

(2) Pembelajaran model konvensional.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat

berwirausaha peserta didik pada materi koloid.

c. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru yang

mengajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sama yaitu peneliti

itu sendiri.

2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,

benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan

seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2017). Pengertian

Pengaruh dalam penelitian ini adalah daya yang timbul dari

penggunaan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology,


11

and Society) berbasis kearifan lokal terhadap minat berwirausaha siswa

kelas X SMAN 9 Pontianak.

b. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society)

Berbasis Kearifan Lokal

Menurut Binadja dalam seminarnya tentang Green Chemistry

(2008) menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan

SETS memberikan rancangan kerangka pandang bahwa setiap hal yang

kita ketahui seharusnya mengandung empat unsur, yakni sains,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Pendekatan Science,

Environment, Technology, and Society (SETS) berbasis kearifan lokal

dalam penelitan ini adalah suatu rancangan pembelajaran dimana

konsep koloid dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari dengan

memasukkan nilai kearifan lokal masyarakat Pontianak berupa

penggunaan tanaman lidah buaya sebagai bahan pembuatan es krim

guna mengatasi isu/masalah yang sedang dihadapi oleh petani lidah

buaya terkait rendahnya pangsa pasar produk olahan tanamn lidah

buaya.

Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan pendekatan Science,

Environment, Technology, and Society (SETS) dalam materi ini

mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Achmad Binadja (2006),

secara lengkap disajikan pada Tabel 3 dan 4. Model pembelajaran yang

digunakan adalah Scientific dengan pendekatan SETS.


12

Tabel 3: Rencana Pembelajaran Menggunakan Model Scientific


melalui pendekatan SETS Pertemuan Pertama
HOTS/4C/
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Karakter/
Literasi
Pendahuluan 1. Peserta didik memberi salam Karakter:
melakukan doa bersama  Saling
sebelum pelajaran dimulai Menghormati
2. Guru mempersiapkan bahan,  Disiplin
sumber, dan media  Religius
pembelajaran.
3. Guru mengecek presensi
peserta didik
4. Guru menggali minat awal  Minat
peserta didik terhadap Berwirausaha
berwirausaha melalui
mengisian angket Minat
Berwirausaha.
5. Guru memberikan apersepsi
melalui tanya jawab dengan  Literasi
mengangkat isu yang ada di
Pontianak yang berkaitan
dengan kearifan lokal
Pontianak.
“Apa kearifan lokal yang ada
di Pontianak?”
“Siapa yang sangat suka
dengan lidah buaya?”
“Selama ini olahan lidah buaya
yang kalian ketahui apa saja?”
“Siapa yang suka makan
eskrim?”

Tabel Bersambung
13

Lanjutan Tabel 3

“Kebayang tidak jika lidah


buaya yang kalian suka dibuat
dalam bentuk olahan eskrim?”
“Untuk itu silahkan simak
materi dan informasi yang ibu
sampaikan dengan aktif ya.”
6. Peserta didik menerima
informasi tentang kompetensi,
ruang lingkup materi dan
tujuan pembelajaran
“Hari ini kita akan
mempelajari penggunaan
materi koloid yang erat
kaitannya dengan kegiatan
hidup kalian sehari-hari”
7. Peserta didik mengikuti
instruksi guru untuk
membentuk 4-5 orang setiap  Collaboration
kelompok.
Kegiatan Inti 1. Guru membagikan Lembar
Kerja Peserta Didik berbasis
SETS kepada setiap
kelompok.
2. Peserta didik dengan seksama
menyimak materi koloid
melalui media Power Point
dan LKPD yang disediakan.
(Sains)  SETS
3. Guru meminta peserta didik  Critical
untuk mengisi kolom “Mari Thinking

Tabel Bersambung
14

Lanjutan tabel 3

Diskusi” pada nomor soal 1


dan 2.
4. Guru membimbing peserta  HOTS
didik untuk mengalisa Literasi
“Seputar Info” terkait
permasalahan yang dialami
agribisnis lidah buaya dan
peluang usaha tanaman lidah
buaya. (Environment)  SETS
5. Guru meminta peserta didik  Critical
untuk mengisi kolom “Mari Thinking
Diskusi” pada nomor soal 3.
6. Guru meminta peserta didik  Critical
untuk mengisi kolom “Saya Thinking
Seorang Wirausaha” untuk
mengetahui minat awal peserta
didik terkait wirausaha.
7. Guru membimbing peserta
didik untuk merancang sebuah
 Critical
eksperimen untuk
Thinking
menghasilkan produk
berbahan dasar lidah buaya
berdasarkan cara pembuatan es
krim yang telah disediakan
 SETS
dalam LKPD. (Technology)
8. Guru meminta peserta didik
 Critical
untuk mengisi kolom “Mari
Thinking
Diskusi” pada nomor soal 4
dan 5.
 Critical
9. Guru meminta peserta didik
Thinking
untuk mengisi kolom “Saya

Tabel Bersambung
15

Lanjutan Tabel 3

Seorang Wirausaha” untuk


mengetahui minat awal peserta
didik terkait wirausaha.
 HOTS
10. Peserta didik mengalisis
Literasi
seputar pengetahuan tentang
nilai kearifan lokal lidah buaya  Kearifan

dan gizi yang terkandung Lokal

dalam lidah buaya.


11. Peserta didik menganalisa  HOTS

keuntungan yang akan Literasi

diperoleh masyarakat
sehubungan dengan adanya
penambahan variasi dari
produk tanaman lidah buaya.
(Society)  SETS

12. Guru meminta peserta


 Critical
didik untuk mengisi kolom Thinking
“Mari Diskusi” pada nomor
soal 8.
Penutup 1. Guru memberikan tugas
kelompok untuk membuat es
krim lidah buaya dan
mengingatkan peserta didik  Literasi
untuk mempelajari materi
yang akan disampaikan pada
presentasi kelompok pada
pertemuan berikutnya.
2. Guru menginstruksikan
kepada peserta didik langkah-
langkah pekerjaan rumah yang
hendak peserta didik kerjakan.

Tabel Bersambung
16

Lanjutan Tabel 3

3. Guru mengintruksi kepada


peserta didik untuk membuat
sebuah video tentang tahapan
eksperimen yang dilakukan.
4. Guru mengintruksikan kepada
peserta didik bahwa hasil
eksperimen yang telah dibuat
akan di presentasikan pada
pertemuan berikutnya.
5. Guru meminta peserta didik
untuk memasarkan produk
yang telah dibuat dan
menghitung rincian biaya yang
hendak digunakan diakhir
pembelajaran.
6. Memberikan salam dan  Religius
menutup pembelajaran dengan
berdoa

Tabel 4: Rencana Pembelajaran Menggunakan Model Saintific


melalui pendekatan SETS Pertemuan Kedua
HOTS/4C/
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Karakter/
Literasi
Pendahuluan 1. Peserta didik memberi salam Karakter:
melakukan doa bersama  Saling
sebelum pelajaran dimulai Menghormati
2. Guru mempersiapkan bahan,  Disiplin
sumber, dan media  Religius
pembelajaran.
3. Guru mengecek presensi
siswa.

Tabel Bersambung
17

Lanjutan Tabel 4

4. Peserta didik mengikuti


instruksi guru untuk duduk
berdasarkan kelompok yang
telah dibentuk.
5. Guru melakukan tanya jawab  Literasi
untuk membahas kembali
materi yang telah disampaikan
pada minggu sebelumnya.
Kegiatan Inti 1. Guru membimbing tiap-tiap  Communicate
peserta didik untuk
mengkomunikasikan hasil
pembuatan eskrim yang telah
dibuat dirumah dalam bentuk
video.
2. Guru meminta peserta didik
untuk memperhatikan
presentasi peserta didik yang
lainnya.
3. Setelah kelompok peserta
didik mempresentasikan hasil  Critical
percobaan yang dilakukan,
Thinking
selanjutnya secara bergantian
hasil dari percobaan di
kumpulkan.
4. Peserta didik diminta untuk
menyimpulkan dari percobaan
yang telah dilakukan dengan
mengkaitkannya pada materi
koloid.
Penutup 1. Guru mengajak peserta didik  Critical
untuk menyimpulkan materi Thinking

Tabel Bersambung
18

Lanjutan Tabel 4

yang telah dipelajari dan


mengkaikannya dengan nasib
para petani lidah buaya dan
kebermanfaatan kearifan lokal
yang ada di Pontianak.
2. Guru menggali minat  Minat
berwirausaha peserta didik dari Berwirausaha
hasil pembuatan eskrim
melalui Angket Minat
Berwirausaha.

c. Minat Berwirausaha

Minat berwirausaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

dorongan atau ketertarikan dalam diri siswa kelas XI IPA SMA Negeri

9 Pontianak untuk berwirausaha, setelah dilakukan pembelajaran

menggunakan pendekatan SETS.

Dalam penelitian ini untuk menilai minat berwirausaha peserta

didik dilakukan melalui angket minat berwirausaha dengan skala

Likert. Angket ini secara garis besar mengukur 13 indikator terkait

dengan minat berwirausaha peserta didik yang dibagi atas 2 variabel.

Tabel 5: Kisi-kisi instrument Minat Berwirausaha Siswa kelas XI


peminatan IPA di SMA Negeri 9 Pontianak.
Sub Nomor
Variabel Indikator
Variabel Item
Yakin dalam mengambil
1
sebuah keputusan
Internal Locus Faktor
Memiliki keberanian dalam
Of Control Kepribadian
mengambil resiko dalam 2
berwirausaha
Tabel Bersambung
19

Lanjutan Tabel 5

Memiliki kemampuan
untuk merancang sesuatu 3
yang hendak dilakukan
Faktor Visi
Memiliki kemampuan
dalam mengatasi setiap 4
kegagalan yang dihadapi
Memiliki dorongan dari
5,6
Faktor keluarga dan kerabat
Lingkungan Kemudahan Mendapatkan
7
permodalan
Social Kemampuan mendapatkan
Support peluang dalam 8
Faktor berwirausaha
Peluang Kemampuan menciptakan
peluang dalam 9
berwirausaha
Kebanggaan mampu
10
memiliki usaha sendiri
Faktor
Memiliki keinginan untuk
Harga Diri
tidak bergantung kepada 11,12
orang lain
Need for Keyakinan terhadap
Achievement keuntungan yang diperoleh
Faktor 13
ketika memiliki usaha
Pendapatan
sendiri
dan Percaya
Memiliki kepercayaan diri
Diri
terhadap keberhasilan 14,15
dalam berwirausaha

d. Kearifan Lokal

kearifan lokal merupakan pengetahuan yang dikembangkan para

leluhur untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidupnya agar

dapat menjadi potensi dan sumber lokal guna menghadapi persaingan

dengan daerah lain sehingga memperoleh perubahan kearah yang lebih

baik. Kearifan lokal yang dimaksud dalam penelitian adalah tanaman

lidah buaya yang banyak dikembang oleh masyarakat Kelurahan

Siantan Kecamatan Pontianak Utara sebagai bahan pembuataan es


20

krim. Lidah buaya memiliki banyak kandungan yang bisa mengobati

berbagai penyakit seperti panas dalam, rambut rontok, hingga

mencegah penuaan dini.

e. Koloid

Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan SMA Negeri 9

Pontianak, kompetensi inti pada materi koloid adalah menjelaskan

sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-

hari. Kompetensi dasar materi adalah mengelompokkan sifat-sifat

koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasan yang akan dipelajari dalam penelitian ini adalah:

a. Komponen penyusun koloid

b. Jenis-jenis koloid

c. Sifat koloid

d. Penerapan koloid dalam kehidupan sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai