Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

GIZI PADA LANSIA

Dokter Pembimbing:

Dr. Djulia

Disusun oleh:

Paat Natalia Debora Algritha

406181019

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GERIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

PERIODE: 15 APRIL 2019 – 19 MEI 2019

PANTI WERDHA KRISTEN HANA


LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Paat Natalia Debora Algritha

NIM : 406181019

Kepaniteraan : Ilmu Geriatri

Periode Kepaniteraan : 15 April – 19 Mei 2019

Judul Referat : Gizi pada Lansia

Pembimbing : dr Djulia

Telah diperiksa dan disahkan tanggal

..............................

Pembimbing Kepaniteraan klinik Bagian Ilmu Geriatri


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Panti Werdha Kristen Hana

Mengetahui,
Pembimbing

Dr Djulia

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 2


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019
DAFTAR ISI

Judul …………………………………………………………. 1
Lembar Pengesahan …………………………………………… 2
Daftar Isi …………………………………………………………. 3
Bab 1 Pendahuluan …………………………………………… 4
Bab 1.1 Latar belakang …………………………………………… 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka .................................................................... 5
Bab 2.1 Perubahan Pada lansia ................................................ 5
Bab 2.2 Malnutrisi .................................................................... 7
Bab 2.2.1 Penyebab malnutrisi pada lansia ..................................... 7
Bab 2.3 Obesitas .................................................................... 7
Bab 2.3.1 Resiko Obesitas pada lansia ………………………. 8
Bab 2.4 Gizi Khusus .................................................................... 8
Bab 2.4.1 Gizi Lansia dengan Hipertensi ..................................... 8
Bab 2.4.2 Gizi Lansia dengan Diabetes Melitus ………............... 9
Bab 2.4.3 Gizi Lansia dengan Osteoporosis ........................... 9
Bab 2.5 Perhitungan Gizi .......................................................... 9
Bab 2.6 Pemberian Gizi pada lansia ............................................... 11
Bab 3 Kesimpulan ................................................................... 12
Daftar pustaka ............................................................................. 13

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 3


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia atau lanjut usia adalah kelompok orang yg berusia lebih dari 60 tahun (menurut WHO),
dan secara fisiologis mempunyai perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh. WHO
membagi kelompok lansia menjadi 3 yaitu elderly (60-74tahun), old (75-90tahun), dan very
old (>90tahun). Dalam banyak penelitian dan data, kelompok lansia mengalami peningkatan
setiap tahunnya di dunia. Data Badan Pusat Statistik Indonesia menunjukkan bahwa sampai
tahun 2017 lansia mencapai 23,4 juta jiwa atau 8,97% populasi penduduk, yang meningkat dua
kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan diprediksi hingga tahun 2025, presentase ini
akan terus meningkat bahkan sampai dua kali lipat atau sekitar 15%. Kelompok usia 60-69
tahun mendominasi sebanyak 5,65%, diikuti kelompok ujia 70-79 tahun, dan kemudian >80
tahun. Badan Pusat Statistik juga mencatat 5 provinsi dengan lansia tertinggi yaitu D.I.
Jogjakarta (13,9%), Jawa Tengah (12,46%), Jawa Timur (12,16%), Bali (10,79%), dan
Sulawesi Barat (10,37).
Peningkatan jumlah penduduk lansia di Indonesia ini, bukan hanya menunjukkan baiknya
kesejahteraan penduduk, namun di sisi lain memberikan konsekuensi yang tidak sederhana
seperti masalah kesehatan pada lansia yang cukup kompleks. Perubahan-perubahan fisiologis
lansia yang terjadi membuat para lansia membutuhkan perhitungan gizi yang berbeda dari
dewasa muda. Malnutrisi adalah salah satu permasalahan gizi yang terjadi, selain obesitas, dan
anemia.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 4


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Pada lansia


Pada lansia, komposisi tubuh mengalami penurunan terutama massa otot sehingga
kebutuhan energi juga akan mengalami penurunan. Peningkatan lemak tubuh secara
konsisten terjadi sejak usia 25 tahun, namun lebih banyak terjadi penumpukan atau
peningkatan lemak internal. Hal ini terjadi dikarenakan perubahan hormonal dan pola hidup.
Selain itu, penurunan aktifitas fisik lansia memberikan dampak besar pula. Pada gambar 2.1
dan 2.2 menunjukkan perubahan yang terjadi pada lansia.

Gambar 2.1 Perubahan pada lansia secara umum

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 5


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019
Gambar 2.2 Gambar perbedaan hasil CT scan untuk penilaian massa otot 2 kelompok usia

Banyak lansia yang kehilangan sebagian besar gigi mereka dan memiliki gigi palsu sebagai
gantinya, yag terkadang membuat keadaan tidak nyamar dan mengganggu saat makan dan
mengunyah. Reseptor esophagus juga berkurang sehingga menyebabkan kemampuan
peristaltic terhambat, dan memberikan keluhan GERD pada lansia. Motilitas lambung juga
menurun dan menghambat pengosongan lambung. pH yang menurun akan menurunkan
kemampuan absorbs besi, kalsium, vitamin B6 B12 dan folat serta menyebabkan
pertumbuhan bakteri pada usus halus. Pada colon, atrofi mukosa dan perubahan pada sel
penghasil mucus dapat mengakibatkan diverticulosis atau konstipasi. Penurunan fungsi dari
liver menyebabkan metabolism kolesterol, vitamin, dan obat-obatan juga berkurang.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 6


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019
2.2 Malnutrisi
2.2.1 Penyebab Malnutrisi pada Lansia

2.3 Obesitas
Pada lansia BMR dan aktifitas berkurang namun asupan energi yang tetap dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan dalam hal ini peningkatan berat badan. Bukan Cuma itu
namun proporsi lemak intraabdominal juga progresif meningkat dengan pertambahan usia
sehingga membuat kelompok umur ini berisko obesitas. Lihat gambar 2.3.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 7


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019
2.3.1 Resiko obesitas pada Lansia
 Penyakit kardiovaskular
 Penyakit metabolik : diabetes melitus tipe 2
 Penyakit muskuloskeletal : arthritis
Penanganan lansia dengan obesitas harus secara menyeluruh yaitu dengan pemberian
edukasi mengenai nutrisi, diet yang ketat, dan aktifitas/olahraga fisik.

2.4 Gizi Khusus


2.4.1 Gizi Lansia dengan Hipertensi
Seperti pada pasien dewasa pada umumnya, lansia dengan penyakit hipertensi harus
mengurangi asupan garam per hari. Pembatasan asupan garam yaitu 2,3 gram/ hari.
DASH eating plan juga bisa menjadi anjuran bagi lansia seperti gambar 2.4

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 8


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019
2.4.2 Gizi Lansia dengan Diabetes Melitus
Penanganan gizi pada lansia dengan diabetes melitus harus secara tepat bukan hanya
obat-obatan tapi pengaturan pola makan. Pola makan yang diatur yaitu diet tinggi serat
dan kurang karbohidrat.

2.4.3 Gizi Lansia dengan Osteoporosis


Seiring bertambahnya usia, wanita lebih sering menderita osteoporosis pada usia lanjut.
Anjuran pemberian suplemen Kalsium 1200mg dapat mencegah efek dari osteoporosis,
terutama lansia sangat rentan mengalami trauma atau jatuh. Selain suplemen tersebut,
vitamin D juga dibutuhkan untuk membantu penyerapannya yaitu sebanyak 800-
1000IU/hari, sehingga para lansia disarankan untuk bisa aktif saat pagi hari demi kebutuhan
vitamin D tersebut. Olahraga, menghindari rokok, dan alcohol juga menjadi anjuran
penting agar resorpsi tulang tidak cepat terjadi.

2.5 Perhitungan Gizi


Mini Nutritional Assessment (MNA) adalah salah satu penapisan gizi baku emas. Pasien
diberikan beberapa pertanyaan (seperti gambar 2.4), dan dihitung skor nya. MNA terdiri
dari 18 pertanyaan dengan skor maximal 30, dengan 4 kelompok pertanyaan yaitu:
pengukuran antropometri, asupan makanan, penilaian global dan penilaian subjektif. Skor
<17 menunjukkan malnutrisi, 17-23 menunjukkan resiko malnutrisi, dan diatas 24
menunjukkan status gizi baik. Body Mass Index (BMI), juga menjadi alat ukur utama
pertama sebelum MNA. Kekurangan dari skoring MNA ini adalah tidak bisa dilakukan
pengukuran pada pasien dengan demensia, pasien dengan selang NGT.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 9


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019
Gambar 2.4 Mini Nutritional Assessement (MNA)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 10


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019
2.6 Pemberian Gizi Lansia
a. Kalori
dissarankan 25-40kCal/kg/hari. Aktifitas yang berkurang pada lansia membuat asupan
kalori kelompok ini harus dikurangi namun tetap dengan kecukupan yang sesuai
sehingga tidak menimbulkan masalah lain.
b. Protein
1-1,25g/kgBB/hari, yang baik yaitu dari produk protein hewani.
c. Karbohidrat
50-60%kalori
d. Lemak
<30% kalori intake/hari, dan dianjurkan yaitu konsumsi unsaturated.
e. Serat
11,5gram/hari – 22,9gram/hari untuk memperlancar pencernaan. Terdapat 2 jenis serat
yaitu, water insoluble dan water insoluble. Water soluble menahan air, menurunkan
transit time makanan di usus, menurunkan resiko konstipasi dan mencegah
diverticulosis. Water insoluble lebih lama dicerna, meningkatkan viskositas makanan
yang dicerna, dan efektif untuk pasien karena menurunkan efek postprandial glukosa.
f. Vitamin dan Mineral
vit A, sebagai antioksidan dan banyak pada buah-buahan dan termasuk vitamin larut
lemak
vit B, dalam banyak bentuk seperti B1,B2,B3, B6, B9, B12.
vit C, seperti vit A sebagai antioksidan dan banyak pada buah-buahan.
vit D, sebagai faktor yang membantu penyerapan kalsium.
vit E, Zat besi, Kalsium, Fosfor, Natrium dan Kalium, Magnesium, Copper, Chromium,
Selenium.
g. Air
Kebutuhan air pada lansia disarankan yaitu 1500-2500mL/hari.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 11


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019
BAB 3

KESIMPULAN

Lansia atau Lanjut Usia adalah kelompok usia yang harus mendapatkan perhatian khusus karena
memiliki banyak perubahan dalam tubuh. Pemberian gizi pada lansia harus diperhatikan karena
dapat berdampak pada kesehatan, juga kualitas hidup. Asupan gizi yang diberikan juga harus
diperhatikan dengan keadaan medis lansia. Secara umum MNA dan IMT dapat membantu
memberikan penilaian tentang status gizi, sehingga membantu dalam hal pemberian nutrisi tiap
hari.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 12


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik, Statistik Penduduk Lanjut Usia(2017)


2. Martono, Hadi, Pranarka Kris. (2015). Buku Ajar Geriatri. Ed 5.
3. Morley J, Thomas D. (2007). Geriatric Nutrition. (7): 104-120
4. Ham R., Sloane P., Warshaw G., Potter J., Flaherty E.(2014) Primary Care Geratrics. 6th
Edition. Pp 48—57
5. Hatter J., Ouslander J., Tineti M., Studenski S., High K., Asthana S.(2009), Hazzard Geriatric
Medicine and Gerotology. 6th Edition. Pp 439-481
6. Bowker L., Price J., Smith S.(2012). Oxford Handbook of Geriatric Medicine. 2nd Edition.
Oxford: Oxford University Press. Pp 351-357

Kepaniteraan Klinik Ilmu Geriatri 13


Panti Werdha Kristen Hana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
15 April – 19 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai