Oleh:
dr. Andri Adma Wijaya
Pembimbing:
dr. Muhammad Kartikanuddin
dr. Wiji Kusbiyah
Oleh :
dr. Andri Adma Wijaya
Tanggal: ..................
Pembimbing I Pembimbing II
Portofolio Kasus
No. ID dan Nama Peserta : dr. Andri Adma Wijaya
No. ID dan Nama Wahana: RSUD dr Soedomo Trenggalek
Topik : Kajian Aspek Etiko-Medikolegal dan Hukum pada Kasus Aborsi oleh Dokter Umum
Tanggal (kasus): 31 Juli 2017
Nama Pasien: Ny. DS No RM:-
Tanggal Presentasi: Pendamping:
dr Kartikanuddin, dr Wiji Kusbiyah
Obyektif Presentasi:
Keilmuan √ Keterampilan Penyegaran √ Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah √ Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
√
Deskripsi:
Kenekatan dr.W melakukan aborsi ilegal berakhir Senin (31/7) lalu. Dokter senior yang membuka
praktik di Kecamatan Tanjunganom itu ditangkap tim buser Polres Nganjuk bersama dua pria lainnya.
Pasalnya, pelaku tertangkap tangan telah melakukan aborsi terhadap DS, 28, perempuan asal
Semarang.
Terbongkarnya praktik aborsi ilegal itu setelah ada laporan dari masyarakat terkait maraknya
pengguguran janin bayi yang menyalahi aturan itu. Dari hasil penggerebekan polisi menangkap empat
orang tersangka yakni dr.W (77) di tempat praktik dan berperan sebagai tenaga medis yang melayani
aborsi. Tersangka SM (39) warga Desa Ngrambe, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa
Timur yang berperan sebagai perantara mempertemukan klien dengan dokter aborsi. Selain itu, polisi
juga menetapkan dua orang pasien yang mengaku sebagai pasangan suami istri (Pasutri) bernama DS
(28) warga Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, dan IR (44).
Meski berprofesi sebagai dokter dan memiliki izin praktik, aborsi yang dilakukan dr.W ilegal. Sebab,
izin praktiknya hanya sebagai dokter umum. Hal itu pula yang membuat dokter lulusan salah satu
universitas di Rusia itu ditangkap polisi. Setelah ditangkap Senin lalu, dr.W resmi menjadi tahanan
Polres Nganjuk sejak Selasa (1/8) lalu. “Berdasar penyidikan, usai aborsi janin langsung dibuang ke
tempat sampah,” tandas Kapolres Nganjuk.
dr.W mengaku sudah melakukan praktik aborsi selama tiga tahun terakhir. Namun, beberapa
keterangan membuktikan bahwa pelaku sudah melakukan praktik aborsi selama lebih dari 10 tahun.
Dalam bekerja, dia tidak sendiri.
Mayoritas pasien yang datang kepada dr.W adalah perempuan dengan usia kehamilan dua hingga tiga
bulan. Latar belakang pasien juga beragam. Mulai pasangan suami-istri, hingga pasangan yang belum
menikah. “Untuk perantaranya (siapa saja, Red) masih kami kembangkan,” urai penyidik. Sementara
itu, IR dan DS kepada petugas mengatakan, dirinya terpaksa melakukan aborsi karena kebobolan.
“Mereka sudah punya 2 anak, tapi ini kebobolan dan melakukan aborsi,” imbuh penyidik.
Tujuan: Mengetahui dan memahami bagaimana aspek etik, medikolegal dan hukum dalam pengambilan
keputusan pada kasus aborsi oleh dokter umum.
Bahan bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus √ Audit
Cara membahas Diskusi √ Presentasi dan diskusi E-mail Pos
Data pasien Nama: Ny. DS No RM:
Nama Instansi: Klinik dr.W Telp: (-) Terdaftar sejak
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Ny. DS hamil anak ketiga warga semarang datang ke klinik dokter umum, dr.W,
bersama suaminya, Tn.IR, yang berniat akan menggugurkan kandungannya dengan
alasan karena telah kebobolan. Pasien mengetahui perihal jasa dr.W melalui
perantara Tn.SM. Setelah proses pengguguran janin, pasien Ny.DS mengalami
perdarahan sehingga disarankan untuk menuju ke rumah sakit di wilayah kota
Nganjuk. Saat pasien hendak dibawa ke rumah sakit, polisi kemudian mengerebek
keempat pelaku serta mengamankan beberapa bukti termasuk janin yang telah
digugurkan dan dibungkus ke dalam kresek hitam. Sementara pasien, Ny. DS, tetap
dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat Kesehatan : -
4. Riwayat Keluarga : -
5. Riwayat Pekerjaan : -
6. Perjalanan Penyakit : -
Daftar Pustaka
https://www.jawapos.com/radarkediri/read/2017/08/03/5391/praktik-aborsi-dokter-lulusan-rusia-
ditahan
http://jatim.tribunnews.com/2017/08/02/inilah-nama-dokter-aborsi-di-nganjuk-dan-tiga-tersangka-
yang-lain
http://www.tribunnews.com/regional/2017/08/02/polisi-bongkar-praktik-aborsi-di-nganjuk-bosnya-
seorang-dokter
https://faktualnews.co/2017/08/02/buka-praktek-aborsi-mantan-kepala-puskesmas-nganjuk-pasang-
tarif-rp-7-juta/29544/
https://faktualnews.co/2017/08/02/mantan-kepala-puskesmas-nganjuk-buka-praktek-aborsi/29532/
https://www.jawapos.com/radarkediri/read/2017/08/03/5391/praktik-aborsi-dokter-lulusan-rusia-
ditahan
http://harianbhirawa.com/2017/08/3-tahun-praktik-aborsi-dokter-umum-dibekuk-polres-nganjuk/
Hasil Pembelajaran:
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta
kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal
dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
atau kedokteran gigi.
Pasal 80
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah).
(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat apabila
yang melakukan penganiayaan tersebut Orang Tuanya.
Pasal 35 KUHP
(1) Hak-hak terpidana yang dengan putusan hakim dapat dicabut dalam hal-hal yang
ditentukan dalam kitab undang-undang ini atau dalam aturan umum lainnya ialah :
1. hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan yang tertentu ;
2. hak memasuki Angkatan Bersenjata ;
3. hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan
umum ;
4. hak menjadi penasihat hukum atau pengurus atas penetapan Pengadilan, hak menjadi
wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawas, atas orang yang bukan anak
sendiri ;
5. hak menjalankan mata pencarian tertentu.
(2) Hakim tidak berwenang memecat seorang pejabat dari jabatannya, jika dalam aturan-
aturan khusus ditentukan penguasa lain untuk pemecatan itu.
Keterangan:
Keempat tersangka diancam dengan pasal 80 ayat 3 undang Undang RI No. 35/2014 tentang
perlindungan anak dan atau 348 KUHP pidana dan atau pasal 349 KUHP pidana.
SUMPAH DOKTER
Keterangan: Tindakan kedokteran yang sudah dilakukan tidak bertentangan dengan Sumpah Dokter.
KESIMPULAN
Dalam kasus ini dokter telah melakukan pelanggaran terhadap:
Kaidah dasar bioetik kedokteran diantaranya Non maleficence, Beneficence dan Justice. Dokter telah
melakukan tindakan aborsi tanpa ada indikasi medis serta bukan merupakan kompetensinya sebagai dokter
umum. Dokter tidak memperhatikan hal terbaik untuk ibu dan bayi yang merupakan manusia sebagai makhluk
mulia dan memiliki hak untuk hidup serta tidak dapat melindungi hak hidup sang bayi sebagai pihak yang
paling lemah;
Kode Etik Kedokteran Pasal 1, 2, 7a, 7d, 8, 10 dan 15. Dalam hal ini, dokter telah melanggar dan
tidak menjunjung tinggi sumpah dokternya serta profesinya, mengabaikan rasa kasih sayang dan
penghormatan terhadap martabat manusia, tidak melindungi hak hidup manusia, serta melakukan
tindakan medis yang tidak sesuai dengan kompetensinya sebagai dokter umum;
Undang Undang RI No. 35/2014 pasal 80 ayat 3 tentang perlindungan anak dan atau 348 KUHP
pidana dan atau pasal 349 KUHP pidana. Mereka terancam pidana penjara paling lama 15 tahun dan
denda paling banyak Rp 3 miliar.
Sumpah dokter yakni tidak membaktikan hidup guna kepentingan perikemanusiaan; tidak
menjalankan tugas dengan cara yang berhormat dan bermoral tinggi, sesuai dengan martabat
pekerjaan; tidak mengutamakan kesehatan penderita; tidak menghormati setiap hidup insani mulai
dari saat pembuahan; serta mempergunakan pengetahuan kedokteran untuk sesuatu yang bertentangan
dengan hukum perikemanusiaan.
SARAN
Sebagai petugas medis khususnya dokter, harus senantiasa menjunjung tinggi sumpah dokter, harkat dan martabat
profesi, menghormati dan menghargai hak serta martabat setiap manusia sebagai manusia yang memiliki hak untuk
hidup mulai saat pembuahan.
Sebagai masyarakat serta penegak hukum seharusnya turut menjaga dan mengawasi terjaganya hak, kehormatan
serta martabat setiap manusia.
Sebagai seorang dokter seharusnya tidak melakukan tindakan medis apapun diluar kompetensinya serta tindakan
medis apapun yang dapat membahayakan keselamatan dan nyawa seseorang. Menghindari tindakan medis apapun
salah satunya aborsi yang dilakukan tanpa tindakan medis.