Anda di halaman 1dari 7

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. Angka Kematian

Kematian merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyakit penyebab kematian.


Berbagai faktor yang menjadi penyebab kesakitan yang berujung pada kematian antara lain
adalah masalah yang berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi, kualitas lingkungan hidup,
upaya pelayanan kesehatan, dll.
a) Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup
Kematian bayi merupakan kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.
Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan
eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan
oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi
setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana


angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan
perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena
kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan
maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang
bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian
pil besi dan suntikan anti tetanus.

Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian
Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program
pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan
pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

Dari 738 orang kelahiran hidup, terjadi kejadian lahir mati sebanyak 0 orang.

b) Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup


Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang
berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis
dengan notasi 0-4 tahun.
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun
tertentu per 1.000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian
bayi).
Balita yang ada di wilayah kerja puskesmas sebanyak 2.107 orang, dan kematian balita
sebanyak 0 orang.

c) Jumlah Kematian Ibu

Jumlah kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai angka spektakuler yakni 307 per
100 ribu kelahiran dari rata-rata kelahiran sekitar 3-4 juta setiap tahun. Angka yang dihimpun
dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 itu menunjukkan sekitar
15 ribu ibu meninggal karena melahirkan setiap tahun atau 1.279 setiap bulan, atau 172 setiap
pekan atau 43 ibu setiap hari, atau hampir dua ibu meninggal setiap jam.

Faktor medis yang menjadi penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 42
persen, keracunan kehamilan (eklamsia) 13 persen, keguguran (abortus) 11 persen, infeksi
(10 persen), persalinan macet (partus lama) sembilan persen dan penyebab lain 15 persen.

Penyebab non medis yakni status nutrisi ibu hamil yang rendah, anemia pada ibu hamil,
terlambat mendapat pelayanan, serta usia yang tidak ideal dalam melahirkan, terlalu banyak
anak dan terlalu dekat jarak melahirkan.

Pengaturan kelahiran juga memiliki manfaat kesehatan yang nyata, terbukti oleh data
yang menyebut bahwa jarak antar kelahiran kurang dari dua tahun akan meningkatkan
kematian bayi, selain itu perawatan bayi lebih sukses dilakukan jika jarak kelahiran lebih
besar.

Jumlah kematian ibu melahirkan selama tahun 2016 sebanyak 0

B. Angka Kesakitan

Pengamatan penyakit bertujuan untuk mendapatkan informasi epidemiologi yang tepat,


cepat dan benar yang digunakan untuk menetapkan perencanaan program dan pelaksanaan
yang efektif dan efisien. Selain itu juga untuk mengetahui angka kecenderungan penyakit
menular sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat, termanfaatkannya informasi
epidemiologi dalam penetapan perencanaan dan pelaksanaan pengendalian program serta
terdekteksinya penyakit potensial KLB dan dilakukannya penanggulangan/respon dini
sehingga dapat ditekan morbiditas, mortalitas dan penyebaran KLB.
1) Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) pada Anak Usia < 15 Tahun per 100.000
Anak
Salah satu penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi diamati adalah AFP. Sasaran
yang ingin di capai dari faktor risiko ini adalah terdeteksinya lumpuh layu (AFP rate) anak
umur < 15 tahun > 1 per 100.000 anak. Dengan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data
Sistem terpadu Penyakit (STP) dan AFP Puskesmas.

2) Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+

Di IndonesiaPenyakit TB Paru merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Resiko


penularan setiap tahun di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3 %.
Pada daerah dengan ARTI (Annual Risk of Tuberculosis Infection )sebesar 1 %, berarti
setiap tahun antara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi, dan hanya 10 % dari yang
terinfeksi yang akan menjadi penderita TB Paru.

Selama tahun 2016 terdapat 266 suspect TB Paru dengan 40 kasus BTA (+), sedangkan
yang sembuh 20 orang ( 50 % ).

3) Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani


Pelaksanaan program pencegahan penyakit ISPA diprioritaskan pada kelompok balita
dalam bentuk upaya penanggulangan penyakit Pnemonia. Jumlah kasus pneumonia pada
balita yang dilaporkan berobat ke Puskesmas pada tahun 2016 adalah sebanyak 13 penderita.
Dengan penderita yang di tangani oleh puskesmas 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pelayanan penatalaksanaan terhadap kasus penyakit Pnemonia sudah semakin baik.

4) Persentase HIV/AIDS ditangani


Virus AIDS yang disebut HIV penyebarannya tidak mengenal batas daerah dan wilayah.

Di Puskesmas Tanjung Pinang tahun 2016 ditemukan kasus HIV/ AIDS sebanyak 6
kasus.

5) Prevalensi Infeksi Menular Seksual Diobati

Penyakit menular seksual yang termasuk dalam program pemberantas penyakit kelamin
adalah penyakit sifilis. Jumlah Kasus IMS di Puskesmas Tanjung Pinang pada tahun 2016
juga tidak terdapat kasus IMS

6) Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk


Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah merupakan penyakit yang selalu ada setiap
tahun dan selalu berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Di Puskesmas Tanjung Pinang pada tahun 2016 terdapat kasus DBD sebanyak 4 kasus.

7) Persentase Balita dengan Diare Ditangani


Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan maslah kesehatan masyarakat, oleh
karena itu perlu diwaspadai karena cenderung meningkat dan menimbulkan KLB. Pada
tahun 2016 ditemukan sebanyak 1602 penderita. Dengan persentase balita diare yang di
tangani sebesar 100 %.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perilaku masyarakat dalam hal hygiene dan sanitasi
lingkungan masih sangat kurang, terutama terhadap perlindungan dan pengawasan terhadap
anak.
8) Angka Kesakitan Malaria per 1.000 Penduduk
Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan di Kota Jambi, angka kesakitan ini
dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Angka Annual Malaria Insidens (AMI) tahun 2011
sebesar 12,71 per 1.000 penduduk.
Tingginya angka penyakit malaria ini disebabkan karena kesadaran dan pengetahuan
masyarakat yang belum optimal serta tingkat kepadatan dan mobilitas penduduk yang masih
tinggi.

9) Persentase Penderita Malaria Diobati


Dari 290 kasus malaria klinis terdapat 0 % positif malaria dan penderita yang diobati
sebesar 0 %.

Untuk mengantisipasi masalah sebagai langkah dan tindak lanjut yang dapat dilaksanakan
adalah :
a. Meningkatkan penyuluhan di dalam dan luar gedung Puskesmas secara kontinyu.
b. Meningkatkan mutu tenaga laboratorium Puskesmas dalam pemeriksaan mikroskopis
malaria.
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan dapat menlindungi diri
dari penularan malaria.
d. Meningkatkan kerjasama lintas program dan sektoral dalam penanggulangan malaria.

10) Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat

Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan
penemuan penderita melalui berbagai survey anak sekolah, survey kontak dan pemeriksaan
intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan
penderita kusta.
Prevalensi penyakit kusta cendrung meningkat, pada tahun 2016 ditemukan 2 penderita
kusta. Target untuk menurunkan prevalensi kusta < 1 per 10.000 penduduk diharapkan dapat
dicapai pada tahun 2016

11) Kasus Penyakit Filaria Ditangani

Filariasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang disebabkan oleh cacing
Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis)
dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya
penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain
sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.

Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000
yaitu “ The Global of Elimination of Lymphatic as a Public Health Problem the Year 2020 “.
Di Indonesia sampai dengan tahun 2003 kasus kronis Filariasis telah menyebar ke 30 propinsi
dan ditemukan 3 spesies cacing filarial, yaitu Wucherecia banccrofti, Brugia malayi dan
Brugia timori.
Selama tahun 2016 tidak terjadi kasus filariasis di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Pinang.

12) Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi (PD3I).
Program imunisasi sudah terintegrasi, merupakan bagian dari pelayanan dasar di
Puskesmas dan sudah menjadi kegiatan rutin yang terjadwal dengan prosedur dan standar
operasional pelayanan (SOP) yang baku.
Tujuan imunisasi ini untuk mencegah terjadinya penyakit menular dan menurunkan
angka kesakitan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi
(PD3I). Selain itu juga untuk mencapai pemerataan UCI di semua kelurahan, eradikasi polio,
eliminasi Tetanus Neonatorum, reduksi campak, BIAS dengan cakupan 90 %, cakupan
imunisasi Hepatitis B hingga 90 % dan ratio peralatan imunisasi sesuai standart secara
bertahap.
Sasaran yang hendak di capai adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit-penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi pada lapisan masyarakat dengan
prioritas pada bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur termasuk ibu hamil, serta kelompok
risiko tinggi lainnya sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit-
penyakit tersebut adalah:

a. Difteri
Di Puskesmas tidak terdapat kasus Difteri pada tahun 2016

b. Pertusis
Jumlah kasus Pertusis di Puskesmas Tanjung Pinang juga tidak terdapat penderita
pertusis

c. Tetanus Neonatorum
Di Puskesmas Tanjung Pinang juga tidak terdapat kasus Tetanus Neonaturum

d. Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa.
Untuk jumlah kasus Campak di Puskesmas Tanjung Pinang tahun 2016 sebanyak 0
kasus.
e. Polio
Jumlah kasus Polio di Puskesmas Tanjung Pinang tahun 2016 juga tidak terdapat
pendererita Polio

f. hepatitis B
di Puskesmas Tanjung Pinang tidak ada kasus Hepatitis B pada tahun 2016.

C. Status Gizi

Status gizi merupakan salah satu indikator kesehatan yang berpengaruh terhadap tingkat
derajat kesehatan. Masalah gizi yang umum ditemui adalah Kurang Energi Protein (KEP),
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAGY), Anemia Gizi dan Kurang Vitamin A yang pada
umumnya menyerang kelompok rawan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, anak
sekolah, wanita usia subur (WUS) dan golongan ekonomi rendah.

1. Jumlah Kunjungan Neonatus


Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan
atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mengurangi resioko tersebut antara lain dengan melakukan perslainan yang
ditoling oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kepada neonatus ( 0-28 hari). Dalam
pelayanan kesehatan neonatus, petugas selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi
juga memberikan konseling perawatn bayi kepada ibu. Dapat diketahui bahwa persentase
kunjungan neonatus di Puskesmas Tanjung Pinang tahun 2016 adalah 738.

2. Jumlah Kunjungan Bayi


Persentase kunjungan bayi di Puskesmas Tanjung Pinang mencapai 652 ( (88,3%).

3. Jumlah BBLR yang di tangani


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh
terhadap kematian perinatal dan neonatal. Selama tahun 2016 tidak ditemukan kasus
BBLR di Puskesmas Tanjung Pinang.

4. Persentase Status gizi Balita


Status gizi merupaka salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara
Anthropometric yang menggunakan Indeks Berat badan menurut umur. Berdasarkan
penimbangan Balita di wilayah puskesmas Tanjung Pinang salama tahun 2016 sebanyak
2.107 Balita, yang di timbang dengan Berat Badan Naik sebanyak 1264 ( 61,0%),
sedangkan Balita dengan Gizi Buruk sebanyak 2 Balita (0,09%).

Anda mungkin juga menyukai