2213 6076 1 PB PDF
2213 6076 1 PB PDF
*Email: laylaik@gmail.com
ABSTRAK
Salah satu pelayanan unggulan di RSMH adalah pelayanan Kemoterapi Terpadu. Sebagai salah satu
sumberdaya dalam mendukung pelayanan tersebut adalah persediaan farmasi, yang termasuk di dalamnya
adalah obat Kemoterapi yang relative mahal. Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, didalam
melakukan pengendalian persediaan obat, belum mengklasifikasikan obat berdasarkan nilai pemakaian, nilai
investasi dan kekritisan obat melalui metode tertentu. Maka dalam penelitian ini bertujuan untuk melakukan
pengendalian obat kemoterapi melalui pendekatan Analisis ABC Indeks Kritis di ruang pencampuran
Kemoterapi Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian ini menggunakan desain
riset operasional dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
83 item obat, untuk kelompok A(60%-30%-10%) item obat kemoterapi adalah Paxus 100 mg injeksi. dengan nilai
investasi sebesar Rp. 3.220.525.650,- dari total investasi Rp 33.509.826.356,-. Analisis Indeks Kritis kelompok
A (70%-20%-10%) dengan nilai investasi sebesar Rp 11.045.150.780,- dari keseluruhan nilai investasi Rp
33.509.826.356,- terdiri dari 6 jenis item yaitu: Holoxan 1 gram injeksi, Leocovorin injeksi, Doxorubicin 50 mg
injeksi, Brexel 20 mg injeksi, Brexel 80 mg injeksi dan Paxus 100 mg injeksi. Sedangkan kelompok A (80%-
10%-10%) atau senilai Rp. 12.472.877.428,- dari total nilai investasi Rp. 33.509.826.356,- terdiri dari 8 item
yaitu: Carboplatin 150 mg injeksi Holoxan 1 gram injeksi, Leocovorin injeksi, Doxorubicin 50 mg injeksi, Brexel
20 mg injeksi, Brexel 80 mg injeksi dan Paxus 100 mg injeksi, dan Taxotere 20 mg injeksi. Metode Analisis ABC
Indeks Kritis ini dapat membantu rumah sakit dalam merencanakan kebutuhan obat dengan mempertimbangkan
pemakaian, nilai investasi, kekritisan obat untuk melakukan efisiensi biaya rumah sakit.
ABSTRACT
One of the featured services at RSMH is integrated chemotherapy services. One of the resources in support of
these services is a pharmaceutical supplies including the Chemotherapy drugs are relatively expensive. In
conducting the inventory control Dr. Mohammad Hoesin Hospital not classify drugs based on user value,
investment value and criticality of drugs through certain methods. So in this study aims to conduct chemotherapy
drug control approach ABC Analysis Critical Index in the Cytostatica Handling Room of Pharmacy Instalation
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. This study design using operational research with quantitative and
qualitative descriptive analysis. The results showed that out of 83 drug items, for group A (60% -30% -10%) is a
Paxus 100 mg injection. with an investment of IDR. 3,220,525,650, - of the total investment of IDR.
33,509,826,356, -.Critical Index Analysis group A (70% -20% -10%) with an investment of IDR. 11,045,150,780,
- of the total investment value of IDR 33,509,826,356, - consists of six types of items, namely: Holoxan 1 gram
injection, Leocovorin injection, doxorubicin 50 mg injection, Brexel 20 mg injection, Brexel 80 mg injection and
Paxus 100 mg injection. While the group A (80% -10% -10%) or IDR. 12,472,877,428, - of the total investment
value of IDR. 33,509,826,356, - consists of eight items, namely: Carboplatin 150 mg injection, Holoxan 1 gram
injection, Leocovorin injection, doxorubicin 50 mg injection, Brexel 20 mg injection, 80 mg injection Brexel and
Paxus 100 mg injection, and Taxotere 20 mg injection. Critical Index ABC Analysis method can assist the hospital
in a drug needs planning to consider: consumption, investment value, the criticality of drugs for hospital cost
efficiency.
digunakan dalam manajemen logistik untuk membagi lamanya lead time, pemakaian rata-rata obat dan safety
kelompok barang menjadi tiga yaitu A, B, dan C. stock (Erlina, 2002).
Kelompok A merupakan barang dengan jumlah item
sekitar 20% tapi mempunyai nilai investasi sekitar 80% Namun pemesanan obat juga harus mempertimbangkan
dari nilai investasi total, kelompok B merupakan barang jumlah pemesanan yang paling ekonomis sehingga biaya
dengan jumlah item sekitar 30% tapi mempunyai nilai persediaan dapat ditekan seefisien mungkin. Jumlah obat
investasi sekitar 15% dari nilai investasi total, sedangkan
yang dipesan berpengaruh terhadap biaya pemesanan dan
kelompok C merupakan barang dengan jumlah item
sekitar 50% tapi mempunyai nilai investasi sekitar 5% biaya penyimpanan. Economic Order Quantity (EOQ)
dari nilai investasi total. Dengan pengelompokan adalah suatu cara untuk menentukan jumlah pemesanan
tersebut maka cara pengelolaan masing - masing akan yang paling efisien dengan meminimalisir jumlah biaya
lebih mudah, sehingga sebuah perencanaan, pemesanan dan biaya penyimpanan (Bowersox, 2002).
pengendalian fisik, keandalan distributor dan
pengurangan besar stok pengaman dapat menjadi lebih Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
baik. Inti dari analisis ABC adalah mengelompokkan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
item barang atau obat ke dalam tiga jenis klasifikasi Kefarmasian Rumah Sakit, Instalasi Farmasi adalah
berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang salah satu unit organisasi rumah sakit bertugas
(Anshari, 2009). melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian yang
meliputi kegiatan manajerial (pemilihan, perencanaan,
Tujuan efisiensi pengelolaan perbekalan farmasi adalah pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan distribusi
untuk meminimalkan nilai persediaan yang dibutuhkan perbekalan farmasi) dan kegiatan pelayanan farmasi
dengan tetap mempertimbangkan ketersediaan sesuai klinik (Asuhan kefarmasian). Sejalan dengan
dengan kebutuhan. Dengan melalui pendekatan Program RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
manajemen logistik perbekalan Farmasi yang dimulai Tahun 2015 yaitu Program Pelayanan Kemoterapi
dari perencanaan, pengadaan, peyimpanan, distribusi, Terpadu, Instalasi Farmasi sebagai salah satu unit
sampai penggunaan yang dalam tiap tahap harus saling penunjang telah memberikan pelayanan
berkoordinasi dan terkendali dapat dicapai pengelolaan pencampuran obat Kemoterapi sesuai standar sejak
obat yang efisien dan efektif. (Murdiatmoko, 2006). Januari 2014.
Efisiensi persediaan obat diukur dengan besaran nilai Perencanaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi
Turn Over Ratio (TOR) obat yaitu harga pokok khususnya di ruang pencampuran Obat Kemoterapi
penjualan dibagi nilai rata-rata persediaan obat. RSUP Dr. Mohammad Hoesin dilakukan dengan
Semakin tinggi nilai TOR, semakin efisien pengelolaan menggunakan metode konsumsi. Dengan metode ini
persediaan (Istinganah, 2006). Selain itu dengan perencanaan kebutuhan obat ditambah sekitar10% dari
menentukan nilai Total Inventory Cost (TIC) adalah pemakaian sebelumnya. Metode konsumi tidak dapat
Total biaya persediaan yang timbul dalam pengadaan menggambarkan jenis obat yang menyerap investasi
obat dalam menentukan nilai Total Inventory Cost besar, dan tidak dapat mengetahui sediaan farmasi yang
(TIC) menggunakan perhitungan EOQ dan ROP pada memerlukan persediaan dalam jumlah yang banyak,
pengadaan obat dapat meningkatkan efisiensi biaya sehingga tidak ada prioritas dalam perencanaan obat.
persediaan (Herist et al, 2011). Selain itu metode konsumsi tidak dapat mengetahui
nilai Indeks Kritis persediaan, Economic Order
Reorder point merupakan. (Murdiatmoko, 2006). Quantity, Reorder Point (waktu pemesanan kembali)
waktu pemesanan kembali obat yang akan dibutuhkan obat tersebut. Sehingga penggunaan metode konsumsi
(Quick, J. 1997). Reorder point masing-masing item seperti yang berjalan selama ini memungkinkan
obat penting diketahui supaya ketersediaan obat terjadinya kelebihan atau kekurangan stok. Sedangkan
terjamin, sehingga pemesanan obat dilakukan pada saat Obat Kemoterapi merupakan obat dengan nilai
yang tepat yaitu saat stok obat tidak berlebih dan tidak investasi yang besar, nilai belanja persediaan untuk
kosong. Perhitungan reorder point ini ditentukan oleh
kebutuhan pelayanan kemoterapi pada tahun 2014 Lambert et al (1998) mendefinisikan manajemen
sebesar Rp. 33,610,466,583,66,- atau 16,91 % dari logistik sebagai suatu proses perencanaan, implementasi,
total belanja perbekalan farmasi yang merupakan nilai dan pengawasan terhadap alur dan penyimpanan
belenja terbesar ke-2 dari semua Tempat Pelayanan barang , jasa, dan informasi terkait yang efektif dan
Obat yang ada di Instalasi Farmasi atau terbesar ke-3 efisien dari satu titik ke titik lain dengan tujuan untuk
dari seluruh belanja farmasi di rumah sakit. kepuasan pelanggan.
Melalu analisis ABC pada perencanaan obat Menurut Waters (2003), manfaat adanya persediaan
kemotherapi dimaksudkan untuk memprioritaskan antara lain adalah:
perencanaan obat kemoterapi yang sering digunakan a. Menghindari resiko keterlambatan datangnya barang
dan jenisnya relative sedikit akan tetapi menyerap b. Menghindari resiko karena barag tidak sesuai pesanan
biaya investasi yang besar. Maka apabila Instalasi atau tidak baik sehingga harus dikembalikan
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat mengendalikan c. Menjamin kelancaran produksi
obat kemotherapi golongan A dan B berarti sudah d. Memberikan pelayanan yangsetiap waktu dibutuhkan
mengendalikan 80%-90% dari nilai obat kemoterapi e. Menyimpan persediaan yang dihasilkan musiman
yang digunakan di rumah sakit. dalam mewujudkan sehingga dapat digunakan bila di pasaran terjadi
efisiensi anggaran dengan melalui perencanaan yang kekosongan.
tepat maka akan dilakukan penelitian mengenai f. Sangat menguntungkan bila terjadi inflasi.
analisis perencanaan persediaan obat di ruang
pencampuran kemoterapi berdasarkan Analisis Febriati (2013) mendefinisikan bahwa pengendalian
ABC Indeks Kritis, dengan variasi kelompok A persediaan adalah kegiatan untuk menjamin
(60%-30%-10%), kelompok A (70%-20%-10%), tersedianya barang dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dan kelompok A (80% - 10% - 10%) untuk kebutuhan pada tempat dan waktu yang tepat, dan
mengetahui jenis-jenis obat kemoterapi untuk menjaga keseimbangan antara manfaat dari persediaan
mengetahui jenis-jenis obat kemoterapi yang memiliki dan biaya yang harus dikeluarkan. Manfaat adanya
nilai pemakaian, nilai investasi tinggi dan nilai persediaan:
kekritisan tinggi berdasarkan persepsi dokter penulis a. Ketidakpastian suplai dapat dihindari sehingga
resep dan rentang nilai investasi yang dapat ditekan pelayanan tidak terganggu bila suatu waktu barang
atau dikendalikan melalui pendekatan Analisis ABC tersebut tidak ada di pasaran
Indeks Kritis dengan rentang nilai investasi obat b. Membeli dalam jumlah besar akan mendapat
kemoterapi yang dapat dilakukan pengendalian biaya diskon
dan ketersediaannya dengan turut mempertimbangkan c. Efisiensi biaya pengiriman barang
standar Formularium Nasional dan, Formularium d. Bila terjadi fluktuasi harga akan menguntungkan
Rumah Sakit. jika mengalami kenaikan
e. Adanya Stok pengaman (buffer stock) akan
TINJAUAN PUSTAKA menghindari kekososngan obat.
Menurut Aditama (2003) Logistik merupakan suatu Selain memberikan manfaat adanya persediaan
ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai menurut Febriati (2013), juga dapat mengalami
perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, kerugian:
penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta a. Timbul biaya persediaan atau inventory cost karena
penghapusan materi atau alat-alat. Selanjutnya, logistik membutuhkan modal, asuransi, biaya penyimpanan
diartikan bagian dari instansi yang bertugas menyediakan dan lain sebagainya
bahan atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan b. Terjadinya kerusakan dan kadaluarsa bila barang
operasional suatu instasi dalam jumlah, kualitas dan tersebut lama tidak digunakan bila terjadi fluktuasi
pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga harga yang menurun
serendah mungkin.
Sedangkan menurut Waters (2003), manfaat adanya 5) Menghitung persentase kumulatif masing-
persediaan antara lain adalah: masing item terhadap total pemakaian.
a. Menghindari resiko keterlambatan datangnya barang; 6) Menentukan klasifikasinya A, B atau C
b. Menghindari risiko karena barag tidak sesuai pesanan (Maimun, 2008).
atau tidak baik sehingga harus dikembalikan; Kelompok A dengan pemakaian 70 % dari
c. Menjamin kelancaran produksi; keseluruhan pemakaian
d. Memberikan pelayanan yangsetiap waktu dibutuhkan; Kelompok B dengan pemakaian 20 % dari
e. Menyimpan persediaan yang dihasilkan musiman keseluruhan pemakaian
sehingga dapat digunakan bila di pasaran terjadi Kelompok C dengan pemakaian 10 % dari
kekosongan; serta keseluruhan pemakaian
f. Sangat menguntungkan bila terjadi inflasi.
b. Analisis ABC nilai investasi
Konsep ABC ini membagi atau mengelompokkan 1) Membuat daftar list semua item dan cantumkan
item - item persediaan menjadi tiga kelompok: harganya
a. Kelompok A 2) Masukkan jumlah pemakaian dalam periode
Item-item persediaan yang dikelompokkan ke tertentu
dalam kelompok A ini adalah item-item persediaan 3) Mengalikan harga dan jumlah pemakaian
yang bernilai besar namun merupakan bagian kecil 4) Menghitung persentase harga dari masing-
dari keseluruhan item persediaan yang ada. Ciri masing item
khusus dari kelompok ini antara lain memiliki nilai 5) Mengatur daftar list secara desending dengan
berkisar 70% dari seluruh nilai persediaan yang ada, nilai harga tertinggi berada di atas
dan kuantitasnya berkisar antara 5 % dari seluruh 6) Menghitung persentase kumulatif dari masing-
jumlah persediaan. masing item terhadap total harga
b. Kelompok C 7) Menentukan klasifikasinya A, B atau C
Item-item persediaan yang masuk kategori C adalah (Maimun, 2008)
item-item persediaan yang memiliki nilai rendah, Kelompok A dengan nilai investasi 70 %
namun merupakan bagian terbesar dari seluruh dari keseluruhan nilai total investasi
persediaan. Nilai persediaan kelompok ini berkisar Kelompok B dengan nilai investasi 20 %
10% dari seluruh nilai persediaan, dan jumlahnya dari keseluruhan nilai total investasi
berkisar 65% dari seluruh jumlah persediaan. Kelompok C dengan nilai investasi 10 %
c. Kelompok B: dari keseluruhan nilai total investasi
Suatu item persediaan akan dikategorikan dalam
kelompok B bila memiliki karakteristik antara A Di bidang logistik farmasi selain beberapa metode di
dan C, memberikan 10% item dengan 20% nilai atas pengadannya juga dapat menggunakan metode-
persediaan.(Lambert et al, 1998). metode berikut:
Menghitung nilai kritis berdasarkan kuisioner yang 1) Memberikan bobot nilai untuk setiap analisis
diedarkan kepada dokter yaitu: ABC investasi dan ABC pemakaian, yaitu
1) Mengumpulkan data obat kelompok A (70 % dari total nilai) dengan nilai
2) Membuat kriteria nilai kritis obat, X = 3, Y = 2, Z = 3, kelompok B (20% dari total nilai) dengan nilai
1, dan O = 0 2, dan kelompok C(10% dari total nilai) dengan
3) Membagikan kuisioner berupa daftar obat kepada nilai 1 untuk setiap jenis obat.
dokter untuk mendapat nilai kritis obat, dengan 2) Menghitung Nilai Indeks Kritis dari setiap jenis
kriteria yang telah ditentukan. Dokter yang dipilih obat kemoterapi dengan menjumlah bobot nilai
adalah yang berkompetensi dalam penulisan resep pemakaian, bobot nilai investasi, dan nilai kritis
obat kemoterapi dan memahami tentang masing-masing jenis obat mrnggunakan rumus
pentingnya ketersediaan obat tersebut. Nilai Indeks Kritis.
4) Menghitung rata-rata nilai kritis untuk setiap item 3) Mengelompokkan setiap jenis obat ke dalam
obat. Apabila terdapat nilai 0, tidak disertakan dalam kelompok A, B, dan C dengan kriteria :
penghitungan rata-rata nilai kritis. Kelompok A: Nilai NIK antara 9,5 – 12
Kelompok B: Nilai NIK antara 6,5 – 9,4
b. Kombinasi metode ABC dan VEN (ABC Indeks Kelompok C: Nilai NIK antara 4 – 6,4
Kritis)
Penggunaan analisa ABC dalam perencanaan METODOLOGI PENELITIAN
bertujuan untuk melakukan identifikasi barang atau
obat menurut nilai pemakaian dan nilai investasi, Dalam penelitian ini merupakan riset operasional
sehingga manajemen yang efektif dapat dengan analisis deskriptif analitik kualitatif dan
berkonsentrasi pada barang atau obat yang kuantitatif pengendalian persediaan obat kemoterapi
jumlahnyasedikit tetapi mempunyai nilai investasi melalui pendekatan analisis ABC pemakaian, nilai
yang besar. Dan dengan sistem analisa VEN, investasi, indeks kritis. Dan selanjutnya dilakukan
pengadaan barang semakin dapat terkontrol perhitungan total nilai investasi kelompok obat A
berdasarkan kepentingan barang atau obat tersebut analisis ABC Indeks Kritis dengan variasi kelompok A
disamping perhitungan aspek ekonomi. pada Analisis ABC (60%-30%-10%), ABC(70%-
20%-10%), dan ABC (80%-10%-10%). Penelitian
Metode Analisis ABC Indeks Kritis merupakan dilakukan di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad
metode gabungan analisis ABC dengan analisis Hoesin Palembang dan Instalasi Tehnologi Informasi
VED atau lebih dikenal dengan istilah VEN (Vital, selama 2 bulan yaitu bulan April – Mei 2015.
Esensial, dan Non esensial). Menurut Thawani et al
(2004) dalam Hadiani, MA (2011) klasifikasi obat Dalam penelitian, ada 2 pupulasi yang diambil yaitu:
menggunakan analisis VED (Vital, Essensial, a. Populasi pertama adalah perbekalan farmasi yang
Desirable) bertujuan untuk mengelompokkan obat ada di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad
berdasarkan kekritisan waktu pemberian kepada Hoesin Palembang, sebagai sampel adalah data
pasien. Obat kelompok Vital adalah obat yang pemakaian obat kemoterapi selama periode Januari
sangat dibutuhkan pasien dengan segera untuk – Desember 2014, yaitu selama dimulai pelayanan
menyelamatkan hidup dan harus tersedia sepanjang pencampuranobatkemoterapiditempatpencampuran
waktu, kelompok Essential merupakan kelompok obat kemoterapi.
dengan kekritisan lebih rendah dari Vital, sedangkan b. Populasi ke-dua adalah dokter konsulen penulis
kelompok Desrible kelompok dengan kekrtitasan resep obat kemoterapi yang memahami kekritisan
lebih rendah dari Essential. obat kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
Menghitung Nilai Indeks Kritis (NIK) pada analisis
ABC Indeks Kritis. Untuk menghitung NIK Dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara kepada
dengan menjumlahkan bobot nilai pemakaian, informan yang terkait dan memahami pengelolaan dan
investasi, dan nilai kritis masing-masing jenis obat: pengendalian persediaan farmasi sebagai sumber untuk
memperoleh data dan informasi yang terkait dengan 5) Hitung persentase kumulatif dari masing-
penelitian. Data dalam penelitian ini menggunakan data masing item terhadap total pemakaian
primer dan data sekunder, dan untuk mengumpulkan 6) Tentukan klasifikasinya A, B atau C
data tersebut menggunakan tehnik: (Maimun, 2008)
a. Data primer Kelompok A dengan pemakaian 60%,70
1) Melakukan wawancara dengan pimpinan dan %,80% dari keseluruhan pemakaian
petugas Instalasi Farmasi RSUP Dr. Kelompok B dengan pemakaian 30%,20
Mohammad Hoesin yang terkait dengan %, 10%dari keseluruhan pemakaian
pengendalian obat. Kelompok C dengan pemakaian 10 %
2) Memberikan kuisioner kepada dokter konsulen dari keseluruhan pemakaian
penulis resep obat kemoterapi di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang. b. Analisis ABC nilai investasi;
1) Buat daftar list semua item dan cantumkan
Pengumpulan data dengan teknik ini dapat harganya
digunakan untuk memperoleh data yang bersifat 2) Masukkan jumlah pemakaian dalam
fakta. Wawancara dapat pula digunakan untuk periode tertentu
mengetahui sikap, pendapat, pengalaman dan lain- 3) Kalikan harga dan jumlah pemakaian
lain. 4) Hitung persentase harga dari masing-masing
item
b. Data Sekunder 5) Atur daftar list secara desending dengan nilai
Melakukan pengumpulan dokumen yang terkait harga tertinggi berada di atas
dengan pengelolaan obat kemoterapi baik yang 6) Hitung persentase kumulatif dari masing-
termasuk dalam Formularium Naionals, dan masing item terhadap total harga
Formularium Rumah Sakit, periode Januari – 7) Tentukan klasifikasinya A, Batau C (Maimun,
Desember 2014.Tujuan untuk mengetahui nilai 2008)
persediaan dan efisiensi pengelolaan persediaan Kelompok A dengan nilai investasi
obat kemoterapi yang selama ini dilakukan. Data 60%, 70 %, 80% dari keseluruhan nilai
sekunder berupa: total investasi
1) Laporan stockopname obat kemoterapi Kelompok B dengan nilai investasi
2) Laporan mengenai jenis kemoterapi 30%, 20 %, 10% dari keseluruhan nilai
yang digunakan di IFRS total investasi
3) Laporan jumlah pemakaian obat kemoterapi Kelompok C dengan nilai investasi 10 %
4) Laporan mengenai harga obat kemoterapi dari keseluruhan nilai total investasi
5) Kontrak Pengadaan Obat-Obatan secara e-
Purchasing untuk Instalasi Farmasi RSUP Dr. c. Menentukan nilai kritis Obat
Mohammad Hoesin Menghitung nilai kritis berdasarkan kuisioner
yang diedarkan kepada dokter diRSUP Dr.
Data yang didapat kemudian diolah menggunakan Mohammad Hoesin:
program Microsoft Excel dengan tahapan sebagai 1) Mengumpulkan data obat kemoterapi
berikut: yang digunakan dari Januari – Desember
a. Analisis ABC pemakaian; 2014.
1) Buat daftar list semua item yang digunakan 2) Membuat kriteria nilai kritis obat, X = 3, Y
pada tahun 2014 dan cantumkan harganya = 2, Z = 1, dan O = 0
2) Masukkan jumlah pemakaian 3) Membagikan kuisioner berupa daftar obat
3) Hitung persentase pemakaian dari masing- kepada dokter untuk mendapat nilai kritis
masing item obat, dengan kriteria yang telah ditentukan.
4) Atur daftar list secara desending dengan Dokter yang dipilih adalah dokter penulisan
pemakaian tertinggi berada di atas resep obat kemoterapi dan memahami
Kelompok A, proporsi pemakaian 79,60% Hasil analisis ABC berdasar nilai investasi:
terdiri dari 21 item obat atau 25,30% dari Kelompok A, merupakan kelompok obat
seluruh item obat dengan nilai investasi tinggi dengan total
Kelompok B, proporsi pemakaian 10,24% nilai Rp. 22.692.267.436,- Dengan
terdiri 13 item obat atau 15,66% dari seluruh proporrsi nilai investasi 67,72 % dari total
item obat nilai investasi keseluruhan obat kemoterapi
Kelompok C, proporsi pemakaian 10,16% yang terdiri dari 10 item atau 12,04% dari
terdiri 49 item obat atau 59,04% dari seluruh seluruh item yang ada di ruang TPO
item obat Kemoterapi.
Kelompok B, merupakan kelompok obat
b. Pengelompokan Berdasarkan Nilai Investasi (NI) dengan nilai investasi sedang dengan total
nilai Rp. 7.459.437.685,- Dengan porsi nilai
Pengelompokan berdasarkan nilai investasi dengan investasi 22,26 % dari total nilai investasi
menghitung jumlah pemakaian dikalikan harga keseluruhan obat kemoterapi yang terdiri
rata-rata obat selama periode Januari 2014 sampai dari 16 item atau 19,28% dari seluruh item
Desember 2014 dan diurutkan dari nilai investasi yang ada di ruang TPO Kemoterapi.
tertinggi. Selanjutnya dilakukan presentase masing Kelompok C, merupakan kelompok obat
masing obat terhadap total nilai investasi dengan nilai investasi rendah dengan total
keseluruhan dan dihitung persen komulatif pada nilai Rp. 3.358.121.235,- Dengan porsi nilai
setiap item obat. Obat Kemoterapi dilakukan investasi 10,02% dari total nilai investasi
pengelompokkan berdasarkan persen komulatif keseluruhan obat kemoterapi yang terdiri
nilai investasi dengan proporisi bervariasi, yaitu: dari 57 item atau 68,68% dari seluruh item
1) Kelompok I Analisis ABC Indeks Kritis yang ada di ruang TPO Kemoterapi.
(60% - 30% - 10%) Berdasarkan Investasi 3) Kelompok III Analisis ABC (80%-10%-
Tabel di atas menggambarkan bahwa: 10%) berdasarkan Investasi
Kelompok A, merupakan kelompok obat Hasil analisis ABC berdasar nilai investasi:
dengan nilai investasi tinggi dengan total Kelompok A, merupakan kelompok obat
nilai Rp. 18.859.208.173,- Dengan proporrsi dengan nilai investasi tinggi dengan total
nilai investasi 56,28 % dari total nilai nilai Rp. 26.755.260.054,- Dengan
investasi keseluruhan obat kemoterapi yang proporrsi nilai investasi 79,84 % dari total
terdiri dari 7 item atau 8,43% dari seluruh nilai investasi keseluruhan obat kemoterapi
item yang ada di ruang TPO Kemoterapi. yang terdiri dari 16 item atau 19,28% dari
Kelompok B, merupakan kelompok obat seluruh item yang ada di ruang TPO
dengan nilai investasi sedang dengan total Kemoterapi.
nilai Rp.18.859.208.173,- Dengan porsi nilai Kelompok B, merupakan kelompok obat
investasi 33,70 % dari total nilai investasi dengan nilai investasi sedang dengan total
keseluruhan obat kemoterapi yang terdiri nilai Rp3.396.445.067,- Dengan porsi nilai
dari 19 item atau 22,89% dari seluruh item investasi 10,14 % dari total nilai investasi
yang ada di ruang TPO Kemoterapi. keseluruhan obatkemoterapi yang terdiri dari
Kelompok C, merupakan kelompok obat 10 item atau 12,04% dari seluruh item yang
dengan nilai investasi rendah dengan total ada di ruang TPO Kemoterapi.
nilai Rp. 3.358.121.235,- Dengan porsi nilai Kelompok C, merupakan kelompok obat
investasi 10,02% dari total nilai investasi dengan nilai investasi rendah dengan total
keseluruhan obat kemoterapi yang terdiri nilai Rp. 3.358.121.235,- Dengan porsi nilai
dari 57 item atau 68,68% dari seluruh item investasi 10,02% dari total nilai investasi
yang ada di ruang TPO Kemoterapi. keseluruhan obat kemoterapi yang terdiri
2) Kelompok II Analisis ABC (70% - 20% - dari 57 item atau 68,68% dari seluruh item
10%) berdasarkan Investasi yang ada di ruang TPO Kemoterapi.
c. Pengelompokan berdasarkan Nilai Indeks Dari hasil analisis ABC Indeks Kritis untuk
Kritis (NK) kelompok obat-obatan kemoterapi, dapat
Dari hasil penjumlahan bobot NIK tersebut pada dikelompokkan sebagai berikut:
Analisis ABC Indeks Kritis kemudian Kelompok A terdiri dari 8 item atau 9,64%
dikelompokkan ke dalam kelompok A, B, dan C dari total item dengan nilai investasi Rp
dengan nilai sebagai berikut: 12.472.877.428,- atau37,22% dari total nilai
1) Kelompok I Analisis ABC Indeks Kritis investasi keseluruhan.
(60%-20%-10%) Kelompok B terdiri dari 34 item atau
Hasil analisis ABC Indeks Kritis untuk kelompok 40,96% dari total item dengan nilai investasi
obat kemoterapi dapat dikelompokkan sebagai Rp 19.070.269.961,- atau 56,91% dari total
berikut: nilai investasi keseluruhan.
Kelompok A terdiri dari 1 item atau 1,20% Kelompok C terdiri dari 41 item atau
dari total item dengan nilai investasi Rp 49,40% dari total item dengan nilai investasi
3.220.525.650,- atau9,61% dari total nilai Rp 1.966.678.968,- atau 5,87% dari total niai
investasi keseluruhan. investasi keseluruhan.
Kelompok B terdiri dari 40 item atau Kelompok obat Kemoterapi A pada Analisis
48,19% dari total item dengan nilai investasi Indeks Kritis dapat ditampilkan dalam tabel 3.
Rp 28.183.581.739,- atau 84,11% dari total
niai investasi keseluruhan. KESIMPULAN DAN SARAN
Kelompok Cterdiri dari 42 item atau
50,60% dari total item dengan nilai investasi Kesimpulan
Rp2.105.718.968,- atau 6,28% dari total niai
investasi keseluruhan. Penelitian Analisis ABC Indeks Kritis untuk obat
Kelompok obat A pada Analisis ABC Indeks kemoterapi di ruang pencampuran obat kemoterapi
Kritis dapat ditampilkan dalam tabel 1. Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin dapat
2) Kelompok II Analisis ABC Indeks Kritis disimpulkan sebagai berikut:
(70%-20%-10%)
Hasil analisis ABC Indeks Kritis untuk kelompok a. Perencanaan Obat di Instalasi Farmasi RSUP Dr.
obat kemoterapi dapat dikelompokkan sebagai Mohammad Hoesin Palembang, selama ini
berikut: menggunakan perhitungan pemakaian rata-rata
Kelompok A terdiri dari 6 item atau 7,23% ditambahkan 10% dari jumlah rata-rata pada
dari total item dengan nilai investasi Rp periode tertentu. Pencatatan jumlah obat yang
11.045.150.780,- atau 32,96% dari total nilai mengalami stok out dan savety stock tidak
investasi keseluruhan. dilakukan, sehingga untuk mengoreksi hasil
Kelompok B terdiri dari 35 item atau pemakaian tidak dapat dilakukan.
42,17% dari total item dengan nilai investasi
Rp 20.358.956.609,- atau 60,76% dari total b. Pada pengadaan e-purchasing harga obat mengacu
niai investasi keseluruhan. pada e-catalog, dan berdasarkan informasi dari
Kelompok C terdiri dari 42 item atau pihak Distributor tidak memperhitungkan biaya
50,60% dari total item dengan nilai investasi pemesanan (ordering cost), namun untuk pengadan
Rp 2.105.718.968,- atau 6,28% dari total niai dengan pemesanan langsung harga tidak mengacu
investasi keseluruhan. pada e-catalog.
Kelompok obat A pada Analisis Indeks Kritis
dapat ditampilkan dlam tabel 2. c. Hasil Analisis ABC Indeks Kritis, untuk kelompok
3) Kelompok III Analisis ABC Indeks Kritis A (60%-30%-10%) item obat kemoterapi adalah
(80%-10%-10%) Paxus 100 mg injeksi. Dengan nilai investasi sebesar
Rp. 3.220.525.650,- dari total investasi Rp
33.509.826.356,-. Hasil Analisis Indeks Kritis
kelompok A hingga 70% dengan nilai investasi b. Dengan menyesuaikan daya kemampuan keuangan
sebesar Rp.11.045.150.780,- dari keseluruhan nilai rumah sakit. pihak manajemen memfokuskan
investasi Rp 33.509.826.356,- yang terdiri dari 6 pembelanjaan obat kemoterapi minimal senilai Rp.
jenis item yaitu: Holoxan 1 gram injeksi, 3.220.525.650,- (9,61%) atau Rp. 11.045.150.780,- (32,96%)
Leocovorin injeksi, Doxorubicin 50 mg injeksi, dan tertinggi Rp.12.472.877.428,- (37,22%) dari keseluruhan
Brexel 20 mg injeksi, Brexel 80 mg injeksi dan yang dibelanjakan untuk kebutuhan obat kemoterapi.
Paxus 100 mg injeksi. Sedangkan hasil analisis Ini sebagai alternative alokasi anggaran, dan dana
ABC Indeks Kritis 80% atau senilai Rp. yang lain dapat digunakan untuk kebutuhan lain
12.472.877.428,- dari total nilai investasi Rp. yang sifatnya urgen.
33.509.826.356,- terdiri dari 8 item, yaitu:
Carboplatin 150 mg injeksi Holoxan 1 gram injeksi, DAFTAR PUSTAKA
Leocovorin injeksi, Doxorubicin 50 mg injeksi,
Aditama, T. Y. 2010. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi kedua. Jakarta:
Brexel 20 mg injeksi, Brexel 80 mg injeksi dan Universitas Indonesia.
Paxus 100 mg injeksi, dan Taxotere 20 mg injeksi. Anshari, M. 2009. Aplikasi Manajemen Pengelolaan Obat dan Makanan. Yogyakarta:
Nuha Litera Offset.
d. Pengedalian khusus obat kemoterapi kelompok A Bogadenta, Aryo. 2012. Manajemen Pengelolaan Apotek. Yogyakarta: D-Medika.
analisis ABC Indeks Kritis dapat dilakukan dengan Bowersox, DJ, et al. 2002. Supply Chain Logistic Management, The McGraw-Hill
Company, New York
menentukan nilai EOQ atau Economic Order Erlina. 2002. Manajemen Persediaan. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Quantity (EOQ) dan waktu yang tepat untuk UniversitasSumateraUtara.Diambildariwww.library.usu.ac.id/modules.php?
Febriati, H. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit, Gosyen Publishing,
pemesanan kembali atau Reorder Point (ROP). Yogyakarta
Dengan keterbatasaan data maka bagaimana Hadiani, M.A. 2011. Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisis ABC
VED Di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Moewardi Surakarta, Jurnal Teknik
menentukan nilai ekonomis pemesanan pengadaan Waktu, Volume 09, Nomor 2.
atau Economic Order Quantity (EOQ) dan waktu Istinganah. Danu, S. S. Santoso, A.P. 2006. Evaluasi Sistem Pengadaan Obat dari
Dana APBD Tahun2001-2003 TerhadapKetersediaan Dan Efisiensi
yang tepat untuk pemesanan kembali atau Reorder Obat, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan (hlm 31-41).
Point (ROP) untuk obat kemoterapi juga tidak dapat Hadiani, M.A. 2011. Klasifikasi Obat Gawat Darurat Menggunakan Analisis ABC
VED Di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Moewardi Surakarta, Jurnal Teknik
ditentukan, sehingga Total Inventory Cost (TIC) Waktu, Volume 09, Nomor 2.
tidak dapat diketahui Herist K, et al. 2011. Financial Analysis in Pharmacy Practice, pharmaceutical Press,
London p. 132 – 135.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Saran Pelayanan Rumah Sakit
Lambert, D. M et al. 1998. Fundamental of Logistic Management. InternationalEdition.
New York: The McGraw Hill companies.
a. Pihak Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad M. S, Subagya. 1994. Manajemen Logistik. Jakarta: Haji Masagung.
Maimun, A. 2008. Perencanaan Obat Antibiotik berdasarkan Kombinasi Metode
Hoesin perlu melakukan pengendalian ketat Konsumsi Dengan Analisis ABC dan Reorder Point terhadap Nilai
terhadap 8 item obat kemoterapi yang memiliki nilai persediaan dan Turn Over Ratio Di Instalasi farmasi RS Darul Istiqomah
Kaliwungu Kendal. Semarang: Universitas Diponegoro, Semarang
indeks kritis tinggi. Obat tersebut adalah: Murdiatmoko, A. 2006, AnalisisPenerapanMetode Economic OrderQuantity (EOQ)
Carboplatin 150 mg injeksi Holoxan 1 gram injeksi, Terhadap Optimalisasi Nilai Persediaan Dan Turn Over Ratio (TOR) Alat
Kesehatan Habis Pakai di Instalasi Farmasi RSUD Kelet Jepara. Tesis.
Leocovorin injeksi, Doxorubicin 50 mg injeksi, Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 Tahun 2014, Tentang Standar Pelayanan Farmasi
Brexel 20 mg injeksi, Brexel 80 mg injeksi dan Rumah Sakit
Suciati,S.Adisasmito, W.AnalisisPerencanaanObatBerdasarkanABCIndeksKrirtis
Paxus 100 mg injeksi dan Taxotere 20 mg injeksi. di Instalasi Farmasi. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2006;09:
Dalam melakukan perencanaan harus 19-26 diambil dari http://www.jmpk-online.net/files/03-suci.pdf pada
tanggal 5 maret 2015
memperhitungkan EOQ, ROP, stock out, dan Quick, J. (1997). The Selection, P,Distributionanduse ofpharmaceuticals.In Managing
savety stock. Drug Supply, Second Edition. Kumarian Press Book on International
Development
NILAI INVESTASI
NO NAMA ITEM NAMA GENERIK SATUAN
(RP)
CARBOPLATIN 150 MG
1 CARBOPLATIN VIAL 502,497,750
INJ(KALBE)
2 HOLOXAN 1 GR INJ IFOSFAMID VIAL 1,395,998,340
LEUCOVORIN INJEKSI 1 VIAL
3 LEUCOVORIN VIAL 1,238,003,800
5 ML
DOXORUBICIN 50 MG
4 DOXORUBICIN VIAL 495,565,516
INJEKSI
5 BREXEL 20 MG/ VIAL DOCETAXEL BOX 1,199,057,124
6 BREXEL 80 MG/ VIAL DOCETAXEL BOX 3,496,000,350
7 PAXUS 100 MG INJ PACLITAXEL VIAL 3,220,525,650
8 TAXOTERE 20 MG INJ DOCETAXEL VIAL 925,228,898
Total 12.472.877.428