Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Konsep Medis
1. Definisi
a. Hipertermia
Suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan termo regulasi
(T. Heather Herdman, PhD, RN & Shigemi Kamitsuru, PhD, RN, 2017)
Keadaan dimana seorang individu mengalami peningkatan suhu tubuh atas
37,800C peroral atau 38,800C perrektal karena faktor eksternal (Carpenito, 1995).
Hipertermia adalah suhu tubuh lebih dari 39ºC. Peningkatan suhu dapat terjadi
pada pasien yang dianestesi se kunder akibat insulasi termal dari duk bedah dan pem
berian anestetik inhalasi. Obat antikolinergik juga dapat menvebabkan kehilangan
kemampuan termoregulasi farmakologis. Sebagian besar pasien yang mengalami
kenaikan suhu tiba di kamar bedah dengan demam atau memberikan respons
pirogenik akibat septikemia. Kemungkinan penyebab hipertermia pascaoperatif
lainnya adalah reaksi alergi terhadap darah atau obat, gangguan pada sistem saraf
pusat, dan infeksi.
b. Hipotermia
Hipotermi merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh
dibawah 35˚C (Budiarti, 2011).
Hipotermi merupakan suhu normal bayi baru lahir 36,5-37,5˚C (suhu ketiak)
(Nur, 2010).
Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh yang rendah atau berada dibawah
normal. ( Maternal & Neonatal Health, Depkes RI, 2001)
Hipotermia, dengan vasokonstriksi dan peningkatan awal tekanan darah yang
terkait dengannya, membutuh kan perhatian khusus pada fase pascaoperatif. Tindakan
menghangatkan kembali harus dilakukan dengan hati-hati karena penghangatan
pasien yng terlalu cepat dapat menyebabkan penurunan akut tekanan darah dan
masalah signifikan lainnya (Morton, Fontaine, Hudak, & Barbara M. Gailo, 2017)
2. Etiologi
a. Hipertermi
Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek
perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut
pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein,pecahan protein dan zat lain. Terutama
toksin polisakarida yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari
degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Faktor penyebabnya :
1) Dehidrasi.
2) Penyakit atau trauma.
3) Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat.
4) Pakaian yang tidak tepat.
5) Kecepatan metabolisme meningkat.
6) Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang).
7) Aktivitas yang berlebihan.
b. Hipotermi
1) Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek
perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam
disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein,pecahan protein dan zat lain.
Terutama toksin polisakarida yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang
dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama
keadaan sakit.
Faktor penyebabnya :
 Dehidrasi.
 Penyakit atau trauma.
 Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat.
 Pakaian yang tidak tepat.
 Kecepatan metabolisme meningkat.
 Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang).
 Aktivitas yang berlebihan.
3. Patofisiologi
a. Hipertermia
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 370 oleh
pusat pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut
selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari
metabolisme dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru,sehingga suhu tubuh
dapat dipertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh kita
memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi, pada sore hari jika dibandingkan
pagi harinya. Selain itu terdapat pula kondisi “demam” lainnya namun yang tidak
disebabkan oleh kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak, yaitu dikenal
sebagai hipertermia. Pada hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang
disebabkan oleh peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi
kegagalan mekanisme pelepasan panas. Hipertermia antara lain dijumpai pada heat
stroke (tersengat panasnya udara lingkungan), aktivitas fisik yang berlebihan pada
cuaca panas serta dikarenakan efek dari beberapa jenis obat-obatan seperti ekstasi.
b. Hipotermia
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral
pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu
mencapaib rown fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida
dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak.Blood gliserol level meningkat, tetapi
asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown
fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran
darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan
glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap
hangat.Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem
syaraf sentral,kecukupan darib r own fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen.
Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara
lain depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan
yang terganggu adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang
progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan
autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan
penurunanyangprogressif dari aktivitas EEG.Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu
badan di bawah normal. Suhu normal pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5
derajat Celsius (suhu ketiak). Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering
dari kematian bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala
awal hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin.
4. Manifestasi Klinis
a. Hipertermia
1) Mayor (Harus Terdapat)
a) Suhu lebih tinggi dari 37,80C per oral atau 38,80C per rektal.
b) Kulit hangat.
c) Takikardia.
2) Minor (Mungkin Terjadi)
a) Kulit kemerahan
b) Peningkatan kedalaman pernapasan
c) Menggigil atau merinding
d) Dehidrasi
e) Sakit dan nyeri yang spesifik atau umum (misalnya: sakit, malaise/ kelelahan
f) Kehilangan nafsu makan.
b. Hipotermia
1) Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :
a) Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.
b) Bayi tidak mau minum atau menetek.
c) Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
d) Tubuh bayi teraba dingin.
e) Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras
(sklerema).
f) Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
g) Lebih diam dari biasanya.
h) Hilang kesadaran.
i) Pernapasannya cepat.
j) Denyut nadinya melemah.
k) Gangguan penglihatan.
l) Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi.
2) Berikut adalah tanda terjadinya hipotermia
Tanda-tanda hipotermia sedang :
a) Aktifitas berkurang.
b) Tangisan lemah.
c) Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata).
d) Kemampuan menghisap lemah.
e) Kaki teraba dingin.
f) Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.

3) Tanda-tanda hipotermia berat :


a) Aktifitas berkurang,letargis.
b) Bibir dan kuku kebiruan.
c) Pernafasan lambat.
d) Bunyi jantung lambat.
e) Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik.
f) Risiko untuk kematian bayi.
4) Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia :
a) Muka,ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
b) Bagian tubuh lainnya pucat.
c) Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung,kaki dan
tangan (sklerema).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) untuk mengindetifikasi
kemungkinan terjadinya resiko infeksi.
6. Komplikasi
Hipotermi yang terjadi pada bayi apabila tidak tertangani dengan tepat akan
menyebabkan beberapa gangguan yang akan menyertai yakni:
a. Gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)
b. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan
darah sistolik
c. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
d. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
7. Penatalaksanaan
a. Hipotermia
Tindakan yang diberikan meliputi :
1) Kenakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
2) Beri banyak minum.
3) Beri kompres.
4) Beri obat penurun panas.
b. Penanganan hipotermia secara umum untuk bayi
Pengaturan suhu tubuh bayi belumlah terkendali dengan baik. Bayi bisa
kehilangan suhu tubuh secara cepat dan terkena hipotermi dalam kamar yang dingin.
Bayi yang mengalami hipotermi harus dihangatkan secara bertahap. Berikut beberapa
cara penanganan hipotermia untuk bayi :
1) Hangatkan bayi secara bertahap. Bawalah ia ke ruangan yang
hangat. Bungkuslah tubuhnya dengan selimut tebal.
2) Pakaikan topi dan dekaplah si kecil agar ia menjadi hangat oleh panas
tubuh anda.
3) Penanganan hipotermia secara umum untuk balita
a) Jika ia mampu melakukannya,minta anak berendam air hangat. Bila warna
kulitnya telah kembali normal,segera keringkan dan bungkus tubuhnya
dengan handuk tebal atau selimut.
b) Kenakan pakaian tebal dan baringkan anak di tempat tidur. Pakaikan selimut
yang cukup banyak. Tutupi kepalanya dengan topi atau pastikan suhu dalam
ruangan cukup hangat. Temani anak.
c) Berikan anak minuman hangat dan makanan penuh energi,misalnya cokelat.
Jangan tinggalkan anak sendirian,kecuali anda yakin warna kulit dan suhu
tubuhnya telah kembali normal.
Dan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
1) Jangan menempelkan sumber panas langsung,seperti botol berisi air panas
ke kulit anak. Anak harus menjadi hangat secara bertahap.
2) Jika anak hilang kesadaran,bukalah saluran udaranya dan
periksa pernapasannya. Jika anak bernapas,baringkan ia pada posisi \
pemulihan, jika tidak bernapas,mulailah bantuan pernapasan dan kompresi dada.
Telepon Ambulans
DAFTAR PUSTKA

Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., & Barbara M. Gailo. (2017). Keperawatan Kritis.
Jakarta: EGC.

T. Heather Herdman, PhD, RN, F., & Shigemi Kamitsuru, PhD, RN, F. (Eds.). (2017). NANDA-I
Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2018 - 2020 (11th ed.). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai