TINJAUAN PUSTAKA
A. HIV
Human Imunodefeciency Virus (HIV) merupakan sejenis virus yang menyerang atau
menginfeksi sel darah putih dan menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Syindrom (AIDS) adalah timbulnya sekumpulan gejala penyakit karena gejala kekebalan
tubuh menurun disebabkan infeksi oleh HIV. Akibatnya menurun kekebalan tubuh maka
orang tersebut sangat muudah terkena berbagai penyakit infeksi (infeksi opurtonistik)
yang sering berakibat fatal. Pengidap HIV memerlukan pengobatan dengan antiretroviral
(ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk kedalam
stadium AIDS (MK Tan, 2017)
Kegiatan ini merupakan pencegahan primer untuk mencegah penularan HIV pada
perempuan usia reproduksi (15-49 tahun). Kegiatannya meliputi: i) penyebarluasan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang pencegahan infeksi HIV; dan ii)
tes HIV padaperempuan usia reproduksi, termasuk ibu hamil.
Strategi pencegahan penularan HIVpada ibu hamil merupakan inti dari upaya PPIA.
Semua ibu hamil denganHIV diupayakan mendapatkan pelayanan berikut ini.
i. Layanan antenatal terpadu sesuai dengan standar.
ii. Pemberian ARV dan kotrimoksasol profilaksis pada ibu hamil dengan HIV.
iii. Perencanaan persalinan yang aman dan tatalaksana persalinan, nifas dan layanan
neonatal.
iv. Tatalaksana pemberian makanan terbaik bagi bayi.
v. Pemberian ARV dan kotrimoksasol profilaksis pada bayi.
Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak tidak berhenti setelah ibu
melahirkan. Ibu akan tetap hidup dengan HIV di tubuhnya, sehingga membutuhkan
dukungan medis, psikologis, sosial dan perawatan selama hidupnya. Perempuan
dengan HIV lebih rentan terkena IMS, sehingga bila terinfeksi HPV (human
papiloma virus) akan lebih rentan untuk terjadi perubahan ke arah kanker serviks,
sehingga pemeriksaan IVA (inspeksi visual asam asetat) atau Pap smear harus lebih
sering dilakukan, misalnya setiap 6-9 bulan.
iii. Penyuluhan kepada suami/pasangan dan anggota keluarga lainnya tentang cara
penularan HIV dan pencegahannya serta penggerakan dukungan masyarakat bagi
keluarga dengan atau terdampak HIV. Dengan demikian diharapkan keluarga
dapat mendukung penuh tata laksana pada ibu dan bayi secara menyeluruh.
5. Kolaborasi TB-HIV
Kolaborasi TB-HIV bertujuan untuk eliminasi kematian ODHA karena TB, dengan
melakukan kegiatan-kegiatan kolaborasi TB-HIV, yaitu:
i. Membentuk mekanisme kolaborasi antara program TB dan HIV AIDS;
mencakup pembentukan forum TB-HIV, perencanaan bersama serta monitoring
dan evaluasi kegiatan TB-HIV.
ii. Menurunkan beban TB pada ODHA; mencakup penapisan TB pada ODHA,
pemberian INH untuk profilaksis TB pada ODHA; serta pengendalian infeksi
TB di fasyankes.
iii. Menurunkan beban HIV pada pasien TB; mencakup tes HIV pada pasien TB,
pemberian obat Anti Retroviral (ARV) serta kotrimoksasol pada pasien dengan
ko-infeksi TB-HIV.
8. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan Standar merupakan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di
fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari peran masing-masing pihak
yang terlibat di dalamnya yaitu pimpinan termasuk staf administrasi, staf pelaksana
pelayanan termasuk staf penunjangnya dan juga para pengguna yaitu pasien dan
pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan. Kegiatan utamanya mencakup
penyusunan SOP tentang kewaspadaan standar, termasuk profilaksis pasca pajanan
okupasional, dan menyediakan layanan dan memberikan profilaksis pasca pajanan
bagi orang terpajan HIV di lingkungan fasyankes.
10. Meningkatkan Pengamanan Darah Donor dan Produk Darah Lain Kegiatan-kegiatan
untuk meningkatkan pengamanan darah donor dan produk darah lain termasuk
peningkatan kapasitas petugas UTD dalam melakukan dan melaporkan hasil uji
saring serta merujuk pendonor yang reaktif HIV dari UTD ke layanan HIV, dan
pembentukan jejaring UTD dengan layanan rujukan di setiap Kota/Kabupaten.
15. Penguatan Tata Kelola Logistik program HIV AIDS dan IMS
Kegiatannya mencakup penyusunan pedoman sistem pengelolaan logistik program
HIV AIDS dan IMS, memperluas desentralisasi logistik ke seluruh provinsi,
kabupaten/kota dan fasyankes, pengadaan dan pemeliharaan alat diagnostik seperti:
alat hitung CD4 dan viral load, reagen diagnostik, dan obat.