Anda di halaman 1dari 135

LAPORAN PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN DI

RUANG IRNA III RSUD PATUT PATUH PATJU GERUNG


LOMBOK BARAT TANGGAL 18 JUNI-14 JULI 2018

OLEH
KELOMPOK 1 + 2 A

1. HENI AGUSTINI M P, S.Kep


2. YUMNI RUMIWANG, S.Kep
3. WINDA ARIASTATI, S.Kep
4. EFTITA NUZULUL ULUM, S.Kep
5. DEWI HANDAYANI, S.Kep
6. RIANA INTAN SARI, S.Kep
7. KHAERUL UMAM, S.Kep
8. M. ZAINUDDIN, S.Kep
9. ISMU BANU EKA, S.Kep
10. M. FURQON, S.Kep
11. SAHABUDDIN, S.Kep
12. ABDULLAH TAMIM, S.Kep
13. RINI RUSMAWATI, S.Kep
14. RUBIANTI, S.Kep

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem
pelayanan kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks
jumlah biaya yang dikeluarkan, dimana sebagian besar dana kesehatan
terserap dalam sektor pengelolaan rumah sakit baik di Negara maju maupun di
Negara berkembang. Pelayanan medik dan perawatan merupakan sub sistem
dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan yang
diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat
individual (Depkes, 2002).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di
rumah sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas
utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawatharus mau
mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan
masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang professional. Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling
bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu
inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu
keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan
Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan
proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara
spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam
sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena alasan-alasan di atas maka pelayanan
keperawatan harus dikelola secara professional, karena itu perlu adanya
Manajemen Keperawatan (Priharjo, 2005).
Manjemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Sedangkan manajemen
keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan
keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam proses
keperawatan, di dalam manajemen keperawaatan pun terdiri dari pengumpulan
data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.
Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas
tenaga seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam proses manajemen
lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan. Manajemen
keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di
Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan
aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri (Gillies, 2002).
Dengan melihat kenyatan tersebut diatas maka mahasiswa perlu
dibekali keterampilan manajemen yang akan digunakan untuk pengelolaan
pasien, tenaga keperawatan, tenaga non keperawatan, dan lainnya. Mahasiswa
di tekankan untuk menggunakan keterampilan manajemen dan kepemimpinan
pada asuhan klien secara menyeluruh melalui manajemen layanan
keperawatan dan upaya yang dapat dilaksanakan oleh mahasiswa STIKES
YARSI MATARAM yaitu dengan mengimplekasikan secara langsung
pengetahuan manajerialnya di IRNA 3 RSUD Patut Patuh Patju Gerung yaitu
dengan arahan dari pembimbing akademik dan pembimbing lahan.
Pelaksanaan praktek tersebut memberikan masukan yang positif, sehingga
mahasiswa memiliki gambaran bagaimana cara mengelola ruangan dengan
pendekatan proses manajemen.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan praktik manajemen diharapkan mahasiswa
mampu menerapkan prinsip prinsip manajemen keperawatan sederhana
diruangan IRNA 3 RSUD Patut Patuh Patju Gerung.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setalah melaksanakan praktek manajemen keperawata di IRNA 3
Patut Patuh Patju Gerung, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan tugas dan fungsi sebagai kepala ruangan
2. Melaksanakan tugas dan fungsi sebagai ketau tim
3. Melaksanakan tugas dan fungsi sebagaianggota tim keperawatan
4. Melaksanakan kegiatan timbang terima secara rutin setiap pergantian
shift
5. Melaksanakan ronde keperawatan
6. Melaksanakan pre dan post conference secara rutin setiap hari
7. Menyusun laporan analisa SWOT
1.3 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan praktik stase manajemen keperawatan
berlangsung selama 30 hari yang di mulai dari tanggal 18 Juni 2018 sampai
dengan tanggal 14 Juli 2018.
1.4Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksaan praktek stase manajemen keperawatan di
laksanakan di ruang IRNA 3 RSUD Patut Patuh Patju Gerung
1.5 Pelaksana Kegiatan
Mahasiswa program studi Profesi Ners Stase Manajemen
Keperawatan kelompok 1 dan 2 A :
1. Heni Agustini M P, S.Kep
2. Yumni Rumiwang, S.Kep
3. Winda Ariastati, S.Kep
4. Eftita Nuzulul Ulum, S.Kep
5. Dewi Handayani, S.Kep
6. Riana Intan Sari, S.Kep
7. Khaerul Umam, S.Kep
8. M. Zainuddin, S.Kep
9. Ismu Banu Eka, S.Kep
10. M. Furqon, S.Kep
11. Sahabuddin, S.Kep
12. Abdullah Tamim, S.Kep
13. Rini Rusmawati, S.Kep
14. Rubianti, S.Kep
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Keperawatan


Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka
diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui
tangan orang lain. Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan
sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 2002).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional
yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien
melalui manajemen asuhan keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan
keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan
Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol
pelayanan tersebut.
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga
prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan
manajerial.
Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada
dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada
satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen
keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
kelompok.
2.2 Fungsi Manajemen
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama
yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing
(kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).
2.2.1 Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (2004) fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan.
Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen
lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan
akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses
pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000)
mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai
proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan
di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
a. Tujuan Perencanaan
1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
2) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih
efektif
3) Membantu dalam koping dengan situasi kritis
4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
6) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
7) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap dalam perencanaan :
1) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau
fakta.
3) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
4) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai.
5) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
6) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
c. Jenis Perencanaan
1) Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan
dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan
pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk
melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan
melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.
Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk
uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi
keperawatan.
2) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan
prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu
pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang
bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja
dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian
yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap
adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam
kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard
prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali
pakai terdiri dari program dan proyek.
d. Manfaat Perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
2) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan
3) Memudahkan kordinasi
4) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
5) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah
dipahami
7) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
8) Menghemat waktu dan dana
e. Keuntungan Perencanaan
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang
dicapai
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f. Kelemahan Perencanaan
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil
2.2.2 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam
rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material
dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Muninjaya, 2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang
sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi
wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi
dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan
serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
3) Pendelegasian wewenang.
4) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang.
2.2.3 Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang
teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk
menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam
situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat
kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk
studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana
penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK).
SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien,
karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga
perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit
keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus
tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan
pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff
harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya
dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana.
Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh
derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung,
juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan
medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan
lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan
jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel
perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi
divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui
untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis
dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur
organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis,
pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan
sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan
melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah
untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan
jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus
merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat
distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat
pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada
siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan
shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.
2.2.4 Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk
dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan
perusahaan yang nyata.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan
manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok
terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner
dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai
suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan
kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang
sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif
harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak
membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan
organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka
mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa
macam gaya kepemimpinan yaitu :
1. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih
cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan
karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan
dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
2. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan
pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan
demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
3. Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan
pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut
membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap
orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah
dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan
perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya,
mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat
lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat
keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.
2.2.5 Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan
fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang
erat dengan fungsi yang lainnya.
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah
terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang
telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang
bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan
yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa
segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati,
instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah
diberlakukan (Urwick, 1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut :
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan
hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
c. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan
telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
f. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
g. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
h. Harus memandang ke depan
i. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
j. Harus objektif
k. Harus fleksibel
l. Harus menunjukkan pola organisasi
m. Harus ekonomis
n. Harus mudah dimengerti
o. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat
manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit
bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek
termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan
sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan
untuk perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji
pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:
a. Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan
prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan,
catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara
relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam
keperawatan.
b. Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran
kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan
dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat :
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja.
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.
2.3 Standard Asuhan Keperawatan
Standard merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan
sebelumnya yang bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard
memiliki karakteristik pembeda, ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para
ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-orang yang terpengaruh
olehnya.
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan
lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan
wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan
berupa standar yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang , Keppres,
Peraturan Pemerintah.
Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat
dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan
yang tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan meliputi:
standard pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan, standard
pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakitharus
melaksanakan standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard asuhan
keperawatan di rumah sakit, yang meliputi:
Standard 1: Falsafah keperawatan
Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan
Standard 3: Pengkajian Keperawatan
Standard 4 : Diagnosa Keperawatan
Standard 5 : Perencanaan Keperawatan
Standard 6: Intervensi Keperawatan
Standard 7 :Evaluasi Keperawatan
Standard 8: Catatan Asuhan Keperawatan
Standard kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan
kriteria dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien.
Standard membentuk kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis,
pengukuran hasil secara fisik dan kuantitatif, unit pelayanan, jam personel,
kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak
jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak
diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif,
kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu
pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar. Manajer perawat
mengembangkan kerja sama dengan perawat-perawat klinik, kriteria
keperawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil pasien dan proses
keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan
sebagai proses asuhan keperawatan.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien
digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik
keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2010) yang mengacu dalam tahapan
proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2) Diagnosa
keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.
2.3.1 Standard I : Pengkajian keperawatan
Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat
diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat.
Kriteria Pengkajian meliputi :
- Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,
pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang
- Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
- Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi :
- Status kesehatan pasien masa lalu
- Status kesehatan pasien saat ini
- Status biologis-psikologis-sosial-spritual
- Respon terhadap terapi
- Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
2.3.2 Standard II : Diagnosa keperawatan
Adapun kriteria proses :
- Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi
masalah, perumusan diagnosa keperawatan.
- Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan
tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
- Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan.
- Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data
terbaru.
2.3.3 Standard III : Perencanaan keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.
Kriteria proses, meliputi :
- Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan
- Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan
- Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien
- Mendokumentasikan rencana keperawatan
2.3.4 Standard IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam proses Asuhan Keperawatan.
Kriteria proses, meliputi :
- Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.
- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai
konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi
lingkungan yang digunakan
- Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon pasien.
2.3.5 Standard V : Evaluasi keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan
dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya adalah:
- Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus
- Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah
pencapaian tujuan
- Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat
- Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi
perencanaan keperawatan
- Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan
Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka
pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.
2.4 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu
kejadian/aktivitas tertentu secara sah/legal (Carpenito, 1998). Dokumentasi
keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat
bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe,
kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. (Fisbach, 1991 dalam Tyo, 2009).
2.4.1Tujuan Dokumentesi Keperawatan
Tujuan dokumentasi keperawatan sebagai berikut (Potter, 1989 dalam
Tyo, 2009):
- Alat komunikasi anggota tim
- Biling keuangan
- Bahan pendidikan
- Sumber data dalam menyusun NCP
- Audit keperawatan
- Dokumen yang legal
- Informasi statistik
- Bahan penelitian
2.4.2Makna Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila
dilihat dari berbagai aspek yaitu :
- Hukum :
Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi
resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan
dengan profesi keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan
pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-
waktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di
pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap,
jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat),
tanggal dan perlu dihindari adanya interpretasi yang salah (Nursalam,
2001).
- Jaminan mutu (Kualitas pelayanan) :
Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah
pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat
teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan
dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2001).
- Komunikasi :
Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap
masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan
lain akan dapat melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi
yang dijadikan pedoman dalam memberikan Asuhan Keperawatan
(Nursalam, 2001).
- Keuangan :
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan
keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan
lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan
dalam biaya keperawatan bagi pasien (Nursalam,2001).
- Pendidikan :
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau
profesi keperawatan (Nursalam,2001).
- Penelitian :
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang
terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
(Nursalam, 2001).
- Akreditasi :
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana
peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat
keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan yang diberikan, pembinaan
dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi
peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai
tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (Nursalam, 2001).
Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah (Tyo, 2009):
a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama
dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan
b. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang
informasi/data yang penting tentang keadaannya
c. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat
d. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat,
dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada
saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi
e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien
terhadap bimbingan perawat
f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien
adalah unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.
g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan
yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat
h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan
menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus.
i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret
dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani.
j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan
nama jelas penulis
k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain
sebelum menulis data terakhir.
l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.
2.4.3Proses dokumentasi keperawatan
Proses dokumentasi keperawatan mencakup:
a. Pengkajian
- Mengumpulkan Data
- Validasi data
- Organisasi data
- Mencatat data
b. Diagnosa Keperawatan
- Analisa data
- Identifikasdi masdalah
- Formulasi diagnosa
c. Perencanaan / Intervensi
- Prioritas Masalah
- Menentukan tujuan
- Memilih strategi keperawatan
- Mengembangkan rencana keperawatan
d. Pelaksanaan/implementasi
- Melaksanakan intervensi keperawatan
- Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan
tanggal pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa
yang dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis intervensi
keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan dan nama jelas
perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi.
- Memberikan laporan secara verbal
- Mempertahankan rencana asuhan
e. Evaluasi
- Mengidentifikasikan kriteria hasil
- Mengevaluasi pencapaian tujuan
- Memodifikasi rencana keperawatan
2.4.4Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi
Manfaat kegunaan dokumentasi implementasiantara lain:
a. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah
dilakukan untuk klien. Hal ini penting untuk :
- Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang
seharusnya tidak perlu terjadi
Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat sehingga
diberikan obat kembali
- Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa yang
secara nyata telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana hubungannya
dengan standar yang telah dibuat
- Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan
yang sudah diberikan (evaluasi klinis)
b. Menjadi dasar penentuan tugas
Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan
keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam
menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift jaga
c. Memperkuat pelayanan keperawatan
Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumen-
dokumen yang ada.
- Dokumen tentang kondisi klien
- Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk k1ien
- Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan tindakan
d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan
Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membantu
perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit.
2.5 Model Asuhan Keperawatan
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
profesional. Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang
sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi
tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang
lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus,
modifikasi metode tim-primer.
2.5.1 Metode fungsional
Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan
efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode
ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior
menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah,
tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak
memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat
cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


Pengobatan Merawat luka Pengobatan Merawat luka

Pasien/klien
Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
2.5.2 Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan
yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan
memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota
tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu
sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat
profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model
tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan
yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif
dari memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya
kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim
nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan,
mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan
tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu
menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,
mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan
keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik
dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan
kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing


2.5.3 Metode primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,
ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar
metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada
otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat
primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai
tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana
keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara
perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer
mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan
klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan yang
diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Pasien / Klien

Perawat Perawat Perawat pelaksana


pelaksana pelaksana jika diperlukan
evening night days
Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing
2.5.4 Metode kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan
satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat
privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolaso, intensivecare.
Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem
evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum
dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup
banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing


2.5.5 Modifikasi : MAKP Tim-Primer
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP
ini didasarkan pada beberapa alasan :
a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau
setara.
b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4
(empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping
seorang kepala ruang rawat juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang,
kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan
(3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga
terlihat pada gambar di bawah.

Kepala Ruang

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam dan Libur/Cuti)


Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi)
2.6JCIA (Joint Comition International Acreditation)
Adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan
pasien yang diharapkan.
Strata-strata dalam sistem
Input Proses Output
Sumber daya Penerimaan pasien Meningkatnya status
Perlengkapan rawat inap kesehatan
Persediaan Pemeriksaan pasien Pelayanan yang efisien
Edukasi terhadap pasien Kepuasan pasien
Pengobatan
Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA
Misi JCI
Meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh
dunia.
Tujuan JCIA
1. Kualitas pelayanan
2. Kepercayaan masyarakat
3. Patient safety ervirontment safety
4. Staff safety
5. Revenue
6. Margin
7. Kesejahteraan karyawan
8. Daya saing
Manfaat JCIA
1. Meningkatkan kepercayaan public
2. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien kepuasan karyawan
3. Bernegosiasi dengan sumber sumber pembayaran
4. Memperhatikan pasien dan keluarganya, menghormati hak-haknya,
melibatkan mereka dalam proses pelayanan
5. Menciptakan budaya yang terbuka
6. Membangun kepemimpinan yang kolaboratif
Persyaratan umum
1. Izin operasi
2. Ingin meningkatkan kualitas pelayanan
3. Mengikuti standar JCI
Standar JCI
1. Patient focus function
a. International patient savety goals
b. Access to care and continuity of care
c. Care of patient
d. Assesment of patient
e. Anasthesia and surgical care
f. Patient and family right
g. Patient and family education
h. Madication managemet and use
2. Organitation function
a. Staff Qualification and education
b. Goverments, leadership and direction
c. Fasility management and savety
d. Management of comunication and information
e. Quality improvement and patient savety
f. Prevention and control of infection
Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Ruang Rawat
1. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan bimbingan
yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik.
2. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.
3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
4. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.
5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan
penelitian.
6. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan keperawatan .
7. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi tentang
mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi tentang
implementasi MPKP
8. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberikan
masukan untuk perbaikan.
9. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian
tentang asuhan keperawatan.

Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Group


Kedudukan
Perawat ketua grup/TIM adalah seorang perawat professional dalam
melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan.
Tugas Pokok :
Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar
profesi serta menggunakan dan memelihara logistic keperawatan secara efisien
dan efektif.
Uraian Tugas :
1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar
2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim (group
petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/anggota keluarga, logistic
keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang,
kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan
dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru mengenai : tata
tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service,
mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang ditunjukkan
kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan.
11. Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan
12. Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga keperawatan
13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan lingkungan.

Tugas Dan Tanggung Jawab CI


Uraian tugas :
1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik
2. Melakukan pre conference.
3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis pasien
4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi terapeutik
5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan keperawatan
6. Melakukan bedside teaching
7. Melakukan ronde keperawatan
8. Mengambil alih yang dilakukan peserta didik dalam situasi tertentu
9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang kegiatan peserta didik
dalam melakukan asuhan keperawatan selama dinas.
10. Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di suatu ruangan
11. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat apabila
peserta didik tidak hadir memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan
tingkat pendidikannya dalam hal : melaksanakan asuhan keperawatan dengan
penerapan proses keperawatan membimbing pembuatan laporan kasus.
12. Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggung jawab tugas sore dan malam.
Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Pelaksana
Uraian tugas :
1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti)
mengenai kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi
rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program
pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan
dokter
7. Membantu pelaksanaaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru mengenai
: tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan
kesehatan
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service
dan peserta didik
11. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta
didik dan pengunjung ruangan
12. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan
13. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan
serta tenaga keperawatan
14. Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga dan
lingkungannya.
15. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota keluarga/keluarga.
BAB III
HASIL PENGKAJIAN

A. Profil/Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Patut Patuh Patju


1. Gambaran Umum
a. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Patut Patuh Patju
Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju merupakan
rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Diatas lahan
seluas 40.000 m2 dengan luas bangunan sampai saat ini 12.425,87 m2.
Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju terletak di jalan H. L.
Anggrat BA No.2, Kecamatan Gerung.
Rumah sakit umum Daerah Patut Patuh Patju mulai operasional
dan memberikan pelayanan kepada masyarakat sejak April 2005.
Tahun 2006, RSUD Patut Patuh Patju ditetapkan sebagai Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Pemda Kabupaten Lombok Barat dengan
dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2006 tentang
pembentukan rumah sakit dan struktur organisasi Rumah Sakit Daerah
Patut Patuh Patju.
Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju sebagai rumah
sakit type C non pendidikan yang mempunyai sumber daya manusia
dan sarana serta prasarana kesehatan yang lengkap dan sejak tahun
2012 telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Fasilitas rumah sakit umum daerah Patut Patuh Patju terdiri dari :
1. Fasilitas rawat jalan, meliputi:
 Poli Penyakit Dalam
 Poli Keperawatan dan Kandungan
 Poli Anak
 Poli Gigi
 Poli Kulit dan Kelamin
 Poli Bedah
 Poli THT
 Poli Mata
 Poli Umum
 Poli VCT
 Poli Gizi
 Poli Paru
 Poli Bedah Tulang
2. Fasilitas rawat inap:
 Ruang kelas I : 12 TT
 Ruang kelas II : 20 TT
 Ruang kelas III : 40 TT
 Ruang Anak kelas III: 20TT
 Ruang Rawat Ibu dan Bayi : 22 TT
 Ruang VIP: 3 TT
 Ruang Penunggu Rawat Inap
 Ruang Maternal dan Ruang Neonatal
 Ruang Rawat Inap Kesehatan Paru
3. Instalasi Gawat Darurat (IGD):
 Ruang Triase
 Ruang Pelayanan Kegawatdaruratan
 Ruang Observasi/ One Day Care
 Ruang Perawatan Kehamilan
 Ruang Operasi Bedah Minor
4. Instalasi Ibu dan Bayi (IIDB)
 Ruang Rawat Inap kelas II
 Ruang Rawat Inap kelas III
 Ruang Nicu
 Ruang VK
5. Instalasi Laboratorium
6. Instalasi Radiologi
7. Instalasi Farmasi
8. Gas Medis
9. Pelindung Pelayanan:
 Instalasi Gizi
 Instalasi Prasarana dan Sarana Rumah Sakit (IPPRS)
 Instalasi Pengelolaan Air Limbah / IPAL
 Laundry
 Rekam Medis
 Pemulasaraan Jenazah
 Panitia Persiapan Anggaran Terpadu Rumah Sakit
(PPATRS)
 Pelayanan Transportasi: ambulance dan mobil jenazah
 Central Sterilisation Supplay Department (CSSD)

2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju
a. Visi
”Rumah Sakit yang Bermutu dan Terpercaya”
b. Misi
1) Memberikan pelayanan yang BERMUTU dengan mengutamakan
keamaanan dan kenyamanan sesuai standar yang berlaku untuk
mencapai kepuasan pelanggan.
2) Mengembangkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
Rumah Sakit secara berkesinambungan serta menyelenggarakan
pelayanan pendidikan pelatihan dan penilitian yang menunjang
pelayanan kesehatan.
c. Tujuan
a) Terwujudnya pelayanan yang paripurna ( promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif) dengan mengutamakan kepuasan
pelanggan eksternal dan internal.
b) Tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan.
c) Terwujudnya pengembangan pengatahuan keterampilan sikap dan
pengalaman sumber daya manusia secara berkesinambungan.
d) Terwujudnya pelayanan pendidikan, pelatihan, dan penelitian
yang menunjang pelayanan kesehatan.
d. Motto
“Melayani dengan sepenuh hati”

e. Nilai Dasar
Menonjolkan diri sebagai pribadi yang “Sopan, Ikhlas, dan Profesional
(SIP)”
B. Gambaran umum IRNA III RSUD Patut Patuh Padju
Ruangan IRNA III merupakan salah satu ruangan rawat inap di RSUD
patut patuh patju kabupaten lombok barat yang melayani perawatan pasien
rawat gabung.
Berdasarkan hasil observasi tanggal 18 Juni 2018 di ruang IRNA III
memiliki 2 pintu masuk 1 dan 2 yang terletak di bagian barat dan timur dan
memiliki kapasitas 14 ruangan, yang terdiri dari: ruangan no.1 di bagi menjadi
3 bagian yang digunakan sebagai ruangan administrasi, ruangan janitor,
ruangan BHP dan linen dan terdapat 1 kamar mandi, ruangan ini terletak di
sebelah utara di samping kiri pintu masuk, ruang no.2 digunakan sebagai
ruang pasien laki – lakiyaitu ada 4 bed tidak terisi, ruang no.3 digunakan
untuk pasien laki – lakiyaitu ada 4 bed yang terisi semua, ruang no.4
digunakan untuk pasien laki – laki yaitu ada 4 bed yang terisi 3 bed, ruang
no.5 digunakan untuk pasien laki – laki yaitu ada 3 bed, ruang no.6 digunakan
untuk pasien laki – laki yaitu ada 3 bed yang tidak terisi, ruang no.7 di
gunakan sebagai ruang isolasi, ruang no 8digunakan untuk pasien wanita
yaitu ada 4 bed, ruang no 9digunakan untuk pasien wanita yaitu ada 3 bed,
ruang no 10digunakan untuk pasien wanita yaitu ada 4 bed, ruang no
11digunakan untuk pasien wanita yaitu ada 4 bed, ruang no 12digunakan
untuk pasien wanita yaitu ada 5 bed,Setiap ruangan pasien dilengkapi 1 kamar
mandi dan 2 pintu, untuk masuk dan keluar menuju teras belakang. selain
ruangan yang di jelaskan diatas terdapat 3 ruangan lain yang berada tengah
yang terletak dibagian utara dan selatan, dibagian utara terdapat 2 ruangan
yang di gunakan sebagai ruang konseling yang terletak disebelah ruangan
pasien no.3 dan ruangan alkes terletak di antara ruangan konseling dan
ruangan pesien no.4, ruangan alkes juga dilengkapi dengan 1 kamar mandi.
Dibagian selatan diantara ruangan pasien no.10 dan ruangan pasien no.9
terdapat ruangan yang digunakan khusus untuk tenaga keperawatan yang juga
dilengkapi 1 kamar mandi.
Ruang IRNA III RSUD patut patuh patju di pimpin oleh kepala ruanagan,
terdapat 3 Perawat primer (1,2 dan 3), dan dari setiap perawat primer
memegang masing-masing 4 perawat associate, dari jumlah perawat associate
seluruhnya sebanyak 12 orang. Selain tenaga keperawatan terdapat 2 tenaga
admin. Ruang perawatan IRNA III ini dari hasil wawancara kami ruangan ini
belum mempunyai visi misi dan motto ruangan .

C. Denah ruangan IRNA III RSUD Patut Patuh Patju


R6 Pintu R12

R5 R11

Khusus pasien perempuan


Khusus pasien laki-laki

R4 R1

R. alkes
perawawat

R.perawat
R. station
R.jaga

Nurse

konseling
R3 R9

R2 R9 R8

R.BHP dan R.kohor


Linen
R.admin R.JANITOR
R.Tunggu Depo
Farmasi
Pintu
D. Struktur Organisasi RuangIRNA III RSUD Patut Patuh Patju

KEPALA INSTALASI
dr. Anita Dini Rianti

KEPALA RUANGAN
Inji Winarti S. Kep,Ns

PP I PP II PP III
ROYANI, Amd. Kep Ns. Eka Mardiana S.Kep Lilik Tristianti A.Md. Kep

PA II PA III
PA I 1. Teni Yonita, Amd. Kep
1. Ns.Saparudin, S. Kep 1. Mustamiudin, Amd. Kep
2. Ahmad Nursalam Jundan, Amd. 2. L. Denny Hendriawan, Amd. Kep
2. Apri Widiarni, Amd. Kep 3. Ns. Fetty Ariati, S. Kep
3. Iwan Apriadi, Amd. Kep Kep
3. Ns. Ismail, S.Kep 4. Praca Gusman, Amd. Kep
4. Sopian Hadi, Amd. Kep
4. Erika Koerniaty, Amd. Kep
E. Unsur Input/Masukan
1. Man
1) Pasien
a) Kajian Teori
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan
yang membutuhkan pelayanan medis/keperawatan yang terganggu
kondisi kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO, 1999).
b) Kajian data
Tabel 1. Data pasien di IRNA III pada tanggal 18Juni 2018
No Kamar pasien Jumlah Pasien
1 2 5
2 3 1
3 4 4
4 5 2
5 6 -
6 7 -
7 8 4
8 9 4
9 10 3
10 11 4
11 12 -
Jumlah 27

Tabel 2. Data pasien di IRNA III pada tanggal 19 Juni 2018


No Kamar pasien Jumlah Pasien
1 2 4
2 3 3
3 4 2
4 5 2
5 6 1
6 7 -
7 8 4
8 9 4
9 10 4
10 11 3
11 12 -
Jumlah 27
Tabel 3. Data pasien di IRNA III pada tanggal 20Juni 2018
No Kamar pasien Jumlah Pasien
1 2 4
2 3 3
3 4 2
4 5 2
5 6 1
6 7 4
7 8 4
8 9 4
9 10 4
10 11 3
11 12 1
Jumlah 28

2) Penyakit
a) Kajian teori
Penyakit adalah perihal hadirnya sekumpulan respon tubuh
yang tidak normal terhadapt agen, dimana manusia memiliki
toleransi yang sangat terbatas atau bahkan tidak memiliki
toleransi sama sekali (Elizabeth J. Crown, 2011).

b) Kajian data
Jumlah penyakit terbanyak selama periode Desember 2017
sampai dengan Mei 2018 dapat dilihat pada tabel 4:
Tabel 4. Distribusi 10 Jenis Penyakit Terbesar yang mencakup
seluruh IRNA yaitu I,II DAN IRNA III RSUD patut patuh patju
priode Desember 2017 sampai dengan Mei 2018

No Jenis penyakit Jumlah Persentase


%
1Pneumonia 510 26,7%
2Gagal jantung 239 12,5%
3TBC 237 12,4%
4Neoplasma jinak lainya 210 11,0%
5Septisenia 194 10,1%
6Anemia lainya 177 9,2%
7Diare dan gastroetoritis 82 4,2%
8Infark serebral 71 3,7%
9Demam berdarah dengue 82 4,2%
10Bronchitis, emfissena dan PPOK 107 5,6%
Jumlah 1.909 100%
Sumber: instalasi Rekam Medik
c) Analisa data
Berdasarkan tabel 4.10 Jenis Penyakit Terbesar yang
mencakup seruh IRNA yaitu I, II DAN IRNA III RSUD patut
patuh patju priode Desember 2017 sampai dengan Mei 2018,
kasus terbanyak adalah Pneumonia dengan presentase 26,7%.
3) Ketenagaan
I. Kuantitas Tenaga Perawat
a) KajianTeori
KeberhasilanRumah Sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan salah satu indikatornya ditentukan oleh pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang
berkualias memerlukan sumber daya yang sesuai dengan kualitas
dan profesionalitas perawat dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Praktek professional yang merupakan ciri profesi
yang harus tetap di pelihara dan ditingkatkan dalam rangka
mempertahankan akuntabilitas dan standar kinerja yang tinggi.
b) Kajian Data
Distribusi tenaga keperawatan di Ruang IRNA III RSUD Patut
Patuh Patju berdasarkan kualifikasi pendidikan.
Tabel 5. Distribusi Tenaga Keperawatan Berdasarkan
Tingkat Pendidikan

No Kualifikasi Jumlah/Orang %

1 Ners 5 31,2%

2 S1 Keperewatan - -

3 D3 Keperawatan 12 68,8%

Jumlah 17 100%

Sumber : Data primer yang diolah dari dokumentasi


Distribusi tenaga non keperawatan Ruang IRNA III RSUD Patut
Patuh Patju
Tabel 6. Distribusi Tenaga Non Keperawatan

No Klafikasi Frekuensi %
1. Tenaga administrasi 2 orang 18,2%
2. Dokter umum 3 orang 27,3%
3. Apoteker 4 orang 36,4%
4. Tenaga gizi 1 orang 9,1%
Jumlah 11 orang 100%
Sumber :Data primer diolah dari wawancara
c) Analisa Data
Berdasarkan tabel 5. dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan perawat di Ruang IRNA III yang paling banyak
adalah D3 keperawatan sebanyak 12 orang yaitu 68,8%
sedangkan yang paling sedikit adalah ners sebanyak 5 orang
yaitu 31,2%. Dimana latar belakang pendidikan Kepala ruangan
adalah Ners keperawatan.
Berdasarkan table 6. Dilihat bahwa tenaga administrasi ada
2 orang dan cleaning servis sebanyak 2 orang, dokter umum 3
orang, apoteker sebanyak 4 orang dan gizi ada 1 orang.
II. Pelatihan tenaga keperawatan
2) Kajian Data

Tabel 7. Distribusi Pelatihan yang Dilakukan Oleh Tenaga


Keperawatan di Ruang IRNA III RSUD patut patuh patju

No Jenis pelatihan Sudah mengikuti %

1 Manajemen bangsal 1 orang 8,3%

2 BTCLS 10 orang 83,4%

3 BHD 0 0

4 EKG 0 0

5 Pelatihan TB paru 1 orang 8,3%

6 Pelatihan HIV 0 0

7 Pelatihan kolabarasi TB- HIV 0 0

Pelatihan Rawat Luka 0


8 0
(CWCCA)
Jumlah 12 100%

4) Analisa Data
Berdasarkan table 7. Di atas dilhat bahwa tenaga keperawatan di
IRNA III RSUD patut patuh padju yang telah mengikuti pelatihan
manajemen bangsal 1 orang, BCTLS 10 orang, pelatihan TB paru 1
orang. Kemudian dari 17 tenaga keperawatan hanya 12 orang yang
mengikuti pelatiahan.
III. Jumah ketenagaan
(1) Kajian teori
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah suatu
proses membuat perencanaan untuk menentukan berapa
banyak dan dengan kriteria tenaga yang seperti apa pada
suatu Ruangan pada setiap shiftnya. Beberapa ahli
mengembangkan beberapa formula untuk menetapkan
jumlah tenaga tersebut. Formula juga dapat digunakan untuk
menilai dan membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini
sesuai, kurang atau berlebihan.
Beberapa ahli telah mengembangkan formula untuk
menetapkan jumlah tenaga tersebut. Formula tersebut antara
lain:
a) Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat
dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:

Tenaga perawat = A x B x 365


(365 – C) x jam kerja/hari

Keterangan :
A : Jam efektif/24 jam
B : (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien rata-rata/hari
C : Jumlah hari libur
b) Menurut Douglas (1984)
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut
Douglas dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien untuk setiap shiftnya seperti tabel 8 berikut:
Tabel 8. Klasifikasi Ketergantungan Pasien
Menurut Douglas

Kebutuhan perawat
Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediate 0,27 0,15 0,10
Maksimal 0,36 0,30 0,20
Sumber: Douglas (1984)
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan
pasien terhadap keperawatan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
 Perawatan minimal memerlukan waktu 1–2 jam/24
jam, dengan kriteria:
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
- Makan, minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiftt
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil
- Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
 Intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam
dengan kriteria
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
- Folley kateter, intake output dicatat
- Pasien dengan pemasangan infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
 Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu
5-6 jam/24 jam dengan kriteria:
- Segala diberikan atau dibantu
- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2
jam
- Makan memerlukan NT, menggunakan terapi
intra vena
- Pemakaiansuction
- Gelisah/disorientasi
c) Menurut Depkes (2002)
Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes:
 Asuhan keperawatan minimal
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
- Makan dan minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap
shift
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil
 Asuhan keperawatan sedang
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap empat jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
 Asuhan keperawatan agak berat
- Sebagian besar aktivitas dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali
- Terpasang folley kateter, intake output dicatat
- Terpasang infus
- Pengobatan lebih dari sekali
- Persiapan pengobatan perlu prosedur
 Perawatan maksimal
- Segala aktivitas diberikan perawat
- Posisi diatur
- Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam
- Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
- Penggunaansuction
- Gelisah/disorientasi
Penghitungan tenaga perawat berdasarkan:
a) Tingkat ketergantungan pada pasien berdasarkan
jenis kasus
b) Rata-rata pasien perhari
c) Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien
d) Jam perawatan yang diperlukan/Ruangan/hari
e) Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari
Kebutuhan tenaga perawat di unit perawatan
menggunakan rumus:

Kebutuhan tenaga I = jumlah jam perawatan di Ruang/hari


Jam efektif perawat

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu


ditambah (faktor koreksi) dengan: Hari libur/cuti/hari
besar (Loss day).

Loss day = jml hr mg dlm 1 thn + cuti + hr besar x kebutuhan tenaga I Jml hari
kerja efektif

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non


keperawatan diperkirakan 25 % dari jam pelayanan
keperawatan.

Factor koreksi= (kebutuhan tenaga I+Loss day)x25%


100

Tabel 9. Data tingkat ketergantungan pasien dan ketenagaan


perawat di IRNA III pada tanggal 18 Juni 2018

Klasifikasi pasien Jumlah Ketergantungan Tenaga

Tingkat
Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantungan
Minimal 9×0,17= 9×0,14= 9×0,007=
9
1.53 1.26 0.063
Parsial 12×0,27= 12×0,15= 12×0,10=
12
3,24 1,8 1,2
Total 6×0,36= 6×0,3= 6×0,20=
6
2,16 1,8 1,2
Jumlah 27 7 5 2
Total tenaga keperawatan:
Pagi : 7 orang
Siang : 5 orang
Malam : 2 orang +
14 orang perawat
Jumlah tenaga lepas per hari
86×14 = 4,31 orang = 4orang
279
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada
tanggal 18 Juni 2018 di Ruang IRNA III adalah:
= 14 orang + 4 lepas piket di tambah kepala Ruangan 1 orang
= 19 orang
Tabel 10. Data tingkat ketergantungan pasien ketenagaan
perawat di IRNA III pada tanggal 19 Juni 2018

Klasifikasi pasien Jumlah Ketergantungan Tenaga

Tingkat
Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantungan
Minimal 11×0,17= 11×0,14= 11×0,007=
11
1.87 1.54 0,77
Parsial 10×0,27= 10×0,15= 10×0,10=
10
2,7 1,5 1
Total 6×0,36= 6×0,3= 6×0,20=
6
2,16 1,8 1,2
Jumlah 27 6 5 3
Total tenaga keperawatan:
Pagi : 6orang
Siang : 5 orang
Malam : 3 orang +
14 orang perawat
Jumlah tenaga lepas per hari
86×14 = 4,31 orang = 4orang
279
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada
tanggal 19 Juni 2018 di Ruang IRNA III adalah:
= 14 orang + 4 lepas piket di tambah kepala Ruangan 1 orang
= 19 orang
Tabel 11. Data tingkat ketergantungan pasiendan ketenagaan
perawat di IRNA III pada tanggal 20 Juni 2018

Klasifikasi pasien Jumlah Ketergantungan Tenaga

Tingkat
Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantungan
Minimal 13×0,17= 13×0,14= 13×0,007=
13
2,21 1,82 0,091
Parsial 10×0,27= 10×0,15= 10×0,10=
10
2,7 1,5 1
Total 5×0,36= 5×0,3= 5×0,20=
5
1,8 1,5 1
Jumlah 28 7 5 2

Total tenaga keperawatan:


Pagi : 7orang
Siang : 5 orang
Malam : 2 orang +
14 orang perawat
Jumlah tenaga lepas per hari
86×14= 4,31 orang = 4 orang
279
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada
tanggal 20 Juni 2018 di Ruang IRNA III adalah:
= 14 orang + 4 lepas piket di tambah kepala Ruangan 1 orang
= 19 orang
2. Methode ( M-2)
a. Penerapan MAKP
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 18-20 Juni 2018
didapatkan bahwa MAKP yang diterapkan di ruangan tersebut
adalah MAKP modifikasi tim primer hal tersebut dilakukan karena
kurangnya sumber daya manusia (perawat), masih adanya perawat
dengan pendidikan vokasi, kurangnya perawat professional
dengan latar belakang profesi Ners.
b. Sentralisasi obat
sentralisasi obat sudah dilaksanakan dengan baik, semua
obat pasien seperti obat-obatan injeksi, inhalasi, dan obat oral
disimpan di loker obat di simpan di ruang perawat, dan pada saat
jadwal pemberian obatnya tiba, maka perawat akan memberikan
secara langsung obat-obatan ke pasien. Sehingga dapat di pastikan
pasien minum obat sesuai jadwal pemberiannya.
c. Timbang terima
Timbang terima pasien belum dilakukan secara
optimal,karena pelaksanaan timbang terima tidak diikuti semua
tim perawat dinas sebelumnya dan tim dinas selanjutnya,
pelaksanaan timbang terima lebih banyak menekankan pada
tindakan medis dan pemeriksaan penunjang yang belum dilakukan
namun hal yang menyangkut kebutuhan bi-psiko-sosial-spiritual
kurang diperhatikan, dan pelaksanaan timbang terima belum
menerapkan format SBAR sesuai dengan panduan Manajemen
Asuhan Keperawatan Profesional. Pelaksanaan dilakukan di Nurse
Station dan di ruangan perawatan pasien. Dan dilaksanakan tiga
kali dalam sehari yaitu pagi, sore dan malam hari.
d. Ronde keperawatan
Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang IRNA III RSUD
patut patuh patju selama ini belum dilakukan, yang dimana selama
ini hanya dibahas antara perawat dan dokter di ruang
perawat.Kadang hanya dipandang dari aspek medis saja, hal itu
dikarenakan kesulitan dalam berkolaborasi dengan tim ahli.
e. Supervisi
Supervisi sudah dilaksanakan dengan baik meskipun belum
dilaksanakan secara optimal, supervise ini dilakukan oleh kepala
ruangan kepada katim dan dari katim ke perawat pelaksana.
Dimana isi supervisi mencakup, peninjauan pelaksanaan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan sop yang di tetapkan, peninjauan
kepuasan pasien, kepuasan perawat, komplain pasien dan
keluarga, mengontrol kehadiran dan tidak kehadiran pada saat
bertugas jaga, ketepatan waktu kehadiran dalam bekerja dan
pelaksanaannya ini dilakukan secara langsung oleh kepala ruangan
dan katim di ruangan secara internal.
f. Discharge planning
Discharge planning merupakan bagian penting dari program
keperawatan klien yang dimuali segera setelah klien masuk rumah
sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha
kerja sama antar tim kesehatan, klien dan keluarga klien.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan pelaksanaan discharge
planning di irna III masih belum terlaksana secara optimal.
Discharge planning yang meliputi penjelasan diagnosa
keperawatan, obat-obatan, perawatan, lembar control, nutrisi,
aktivitas, dan istirahat ketika di rumah, dan kalau ada penjelasan
biasanya dijelaskan oleh perawat, mengenai penyakit secara lisan,
menggunakan kartu kontrol dan tim gizi yang menjelaskan diit
makanan yang harus dihindari serta makanan yang bagus
dikonsumsi oleh klien.
Perawat irna III melakukan discharge planning setiap pasien
akan pulang. Selain itu isi dari discharge planning belum
dilakukan secara optimal karena hanya meliputi pemberian
informasi tentang waktu control dan obat yang harus diminum
(keteraturan minum obat) dan tidak tersedianya leaflet yang
berguna bagi pasien sebelum pasien pulang. Sehingga nanti saat di
rumah pasien bisa melihat leaflet jika pasien lupa sama informasi
yang di berikan sama perawat.
g. Dokumentasi keperawatan
1) System pendokumentasian sudah optimal, menggunakan
metode manual untuk mengisi status pasien
2) Beberapa pendokumentasian tidak secara lansung diisi,
biasanya dilengkapi ketika pasien mau pulang atau ketika
keadaan memungkinkan.
3) Catatan perkembangan pasien cukup lengkap dan
berkesinambungan
4) Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual akan
tetapi pendokumentasian administrasi sudah menggunakan
sistem komputerisasi.
a) Analisa Data
Dari hasil kajian data di atas dapat diketahui bahwa metode
pelaksanaan asuhan keperawatan diruang IRNA III RSUD Patut
Patuh Patju suda cukup baik meski belum sangat optimal.

3. Material
a) Kajian Teori
Pelaksanaan proses manajemen pelayanan keperawatan
sangat memerlukan adanya pengelolaan fasilitas dan peralatan
sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan
keperawatan yang efektif.
Standar fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun
keperawatan telah ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan
memperhatikan jenis alat, bahan/warna, ukuran, jenis kegiatan,
jumlah yang dibutuhkan, juga didasarkan atas pertimbangan bahan
yang dipakai, disimpan maupun dicuci. Penyediaan alat-alat
menggunakan pedoman buku standar fasilitas dan peralatan
keperawatan Ruang bedah. Standar tersebut meliputi fasilitas Ruang
perawatan kelas II, III, alat tenun, alat kesehatan/keperawatan, alat
rumah tangga, alat pencatatan dan pelaporan.
b) Kajian data
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun
keperawatan dapat dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan
oleh masing-masing institusi dengan memperhatikan jenis alat dan
bahan.

Tabel 12. Daftar Infentaris Alat Medis Dan Non Medis Di Ruang
IRNA III RSUD Patut Patuh Patju

Nama Barang Standar Keterangan


Jumlah Baik Kurang Rusak
Tensi meter dorong 2 1 1 0
Stetoskop 6 6 0 0
Timbangan berat badan 1 1 0 0

Tabung oksigen 1 1 0 0
Gunting perban 1 1 0 0
Korentang 1 1 0 0
Bak instrument besar 1 1 0 0
Bak instrument kecil 1 1 0 0
Bengkok 2 2 0 0
Thermometer 3 2 0 1
Standard infuse 34 34 0 0
Masker O2 - - - -
Nasal kateter - - - -
Troli 4 4 0 0
Tourniquet 3 3 0 0
Penlight - - - -
Ambu bag Dewasa 1 1 0 0
Regulator O2 21 21 0 0
Pinset anatomi 8 8 0 0
Kom steril 1 1 0 0
Klem - - - -
Tong spatel 1 1 0 0
Pinset chirurgis 10 10 0 0
Kursi Roda 3 3 0 0
Nebulizer 3 3 0 0
Monitor EKG 1 1 0 0
Monitor SPO2 2 2 0 0
Suction 1 1 0 0
Reflek hummer 1 1 0 0
Syringe pump 2 2 0 0
GDS STIK 1 1 0 0
Jumlah 116 114 1 1

Tabel 13. Daftar Infentaris Alat Tenun Di IRNA III RSUD Patut
Patuh Patju

Nama Barang Standar Keterangan


Jumlah Baik Kurang Rusak
Gorden 5 5 0 0
Baju Pasien - - 0 0
Sprei 21 21 0 0

Stik laken - - 0 0
Selimut - - 0 0
Scout 3 3 0 0
Sampiran 17 17 0 0
Perlak 2 2 0 0
Jumlah 48 48

Tabel 14. Daftar Inventaris Alat Rumah Tangga Di Ruang


IRNA III RSUD Patut Patuh Patju

Nama Barang Standar Keterangan


Jumlah Baik Kurang Rusak
Kursi roda 3 3 0 0
Lemari obat 2 2 0 0
Standar infuse 34 34 0 0

Tempat tidur fungsional 21 21 0 0


Troli 4 4 0 0
Dorongan O2 1 1 0 0
Wastafel 1 1 0 0
Tempat sampah besar 1 1 0 0
Tempat sampah kecil 3 3 0 0
Baki 2 2 0 0
Bed perawat 1 1 0 0
Kursi kayu 1 0 1 -
Kursi besi 8 7 1
Kursi plastik 3 3 0 0
Filin cabinet(lemari kecil px) 20 20 0 0
Meja counter 1 1 - -
Telepon 1 1 0 0
TV 1 1 0 0
Ember besar + tutup 2 2 0 0
Jam dinding 1 1 0 0
Kipas angina 3 3 - -
Lemari besi pasien 37 37 0 0
Kasur dekubitus 1 1 0 0
Kater 1 1 0 0
Jumlah 153 151 2 0

c) Analisa data
Berdasarkan table 12. Dapat dilihat bahwa alat medis dan
non medis dalam katagori baik sebanyak 114 alat, alat yang tidak
bail 1 dan alat yang rusak 1.
Berdasarkan table 13. Dapat dilihat bahwa alat tenun di
ruanagn semua dalam katagori baik sebanyak 48.
Berdasarkan table 14. Dapat dilihat bahwa 151 yang baik dan
2 yang kurang baik.
Kesimpulan yang kami dapatkan dari hasil observasi
mengenai sarana dan prasarana yang ada di ruangan sudah memadai
namun terkadang kebutuhan alat tenun di ruangan seperti selimut
pasien sering tidak tersedia dikarenakan distribusi dari tempat
laundry yang cukup lama. Faktor yang menyebabkan distribusi
lama adalah cuaca dan mesin laundry yang rusak. Kemudian ada
beberapa ruangan yg tidak memiliki alas kaki di depan WC

4. Money
a) Kajian teori
Salah satu fungsi Rumah Sakit adalah memberikan pelayanan
kesehatan, baik medis maupun non medis, dalam kaitan tersebut agar
pelayanan Rumah Sakit dapat berjalan seoptimal mungkin dan dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat maka untuk itu Rumah Sakit perlu
mempersiapkan peralatan atau bahan medis, non medis dan jasa
pemborongan.
Sumber dana Rumah Sakit yaitu:
1) Daftar isian proyek pemerintah pusat dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN)
2) Daftra isian kegiatan dari anggaran pendapatan belanja Negara
3) Pendapatan fungsional dan non fungsional dari pendapatan
pelayanan rumah sakit
b) Kajian data
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan kepala
Ruang IRNA III Rumah sakit Umum Patut Patuh Patju sumber dana
operasional berasal dari umum, BPJS, dan Bansos.
a. Pemasukan: psaien umum, BPJS.
Berdasarkan rumah sakit PERDA BLUD (badan
layanan umum daerah)
b. RAB yang meliputi dana untuk kegiatan berikut
1. Operasional (kegiatan pelayanan):diatur oleh perencanann
umum rumah sakit.
2. Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telpon dan
lainnya).
a. Pegawai negeri : digaji oleh sistem pegawai negara dan
dari jasa pelayanan.
b. Pegawai kontrak : digaji dari jasa pelayanan.
c. Listrik, telpon : pembayaran ditanggung rumah sakit
3. Pengembangan (sarana prasaranan dan sumber daya
manusia)
a. Sarana dan prasarana diatur oleh manajemen
perencanaan.
b. SDM dihitung berdasarkan kebutuhan masing-msing
bidang.
5. M5 (Mutu)
a. Kajian Teori
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur,prosesdan outcome system pelayanan RS tersebut. Mutu
asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan
sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat
efisiensi RS. Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi,
dokumen, instrument, audit (EDIA).
1) Aspek instruktur (input)
Struktur adalah semua input untuk system pelayanan sebuah RS
yang meliputi MI (tenaga), M2 (sarana prasarana) , M3 (metode
asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (pemasaran), M6 (Mutu) dan
lainnya. Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur
system RS tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu
pelayanan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat kewajaran,
kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-masing
komponen struktur.
2) Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter,perawat,dan tenaga profesi
lain yang mengadakan interaksi secara professional dengan pasien.
Interaksi ini di ukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang
penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan
pengobatan, indikasi pengobatan, indikasi tindakan, penanganan
penyakitdan prosedur pengobatan.
3) Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga
profesi lain terhadap pasien.
F. Unsur Proses
1. Proses Asuhan Keperawatan
a. Kajian Teori
1) Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental,
social dan lingkungan. Pengkajian merupakan langkah pertama dari
proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat
dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada
(Pengantar Konsep Dasar Keperawatan). Pengkajian keperawatan
adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan
komunikasi data tentang klien (Fundamental Keperawatan).
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan
subjektif dari klien. Adapun data yang terkumpul mencakup klien,
keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan. (Mc Farland
& mc Farlane).
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian
antara lain:
a) Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi
oleh klien dengan cara memperhatikan kondisi fisik, psikologi,
emosi, sosialkultural, dan spiritual yagn bisa mempengaruhi
status kesehatannya.
b) Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan
masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi
menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu database yang
lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien
selama berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon,
1987;1994)
c) Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
d) Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang
yang berperan penting dan catatan kesehatan klien.
Metode pengumpulan data meliputi :
 Melakukan interview/wawancara.
 Riwayat kesehatan/keperawatan
 Pemeriksaan fisik
 Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan
diagnostik lain serta catatan kesehatan (rekam medik).
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan
objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data
yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi
pelayanan kesehatan yang lain.
The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA,
2010) mendefinisikan diagnosa keperawatan semacam keputusan
klinik yang mencakup klien, keluarga, dan respon komunitas
terhadap sesuatu yan berpotensi sebagai masalah kesehatan dalam
proses kehidupan.
Dalam membuat diagnosa keperawatan dibutuhkan ketrampilan
klinik yang baik, mencakup proses diagnosa keperawatan dan
perumusan dalam pembuatan pernyataan keperawatan. Proses
diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi dan
menjamin keakuratan diagnosa dari proses keperawatan itu sendiri.
Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan memiliki beberapa
syarat yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan
antara sesuatu yang aktual, risiko, dan potensial dalam diagnosa
keperawatan.
Perumusan diagnosa keperawatan :
 Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
 Resiko: Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika
tidak dilakukan intervensi.
 Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan
kemungkinan.
 Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga
atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu
ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
 Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa
keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3) Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi, desain untuk
mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang
diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan dan menyimpulkan
rencana dokumentasi.
Secara tradisional rencana keperawatan diartikan sebagai
suatu dokumentasi tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah,
tujuan dan intervensi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya,
rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang
asuhan keperawatn kepada pasien. Setiap pasien yang memerlukan
asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik. Misalnya
semua pasien pasca operasi memerlukan suatu pengamatan tentang
pengelolaaan cairan dan nyeri, sehingga semua tindakan
keperawatan harus distandarisasi. Standar tindakan tersebut dapat
dibaca di SAK (Standar Asuhan Keperawatan) atau SOP (Standar
Operasional Prosedur) dari (Depkes RI, 2000).
4) Pelaksanaan
Implementasi Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien.Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
 Tahap 1 : persiapan, Tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi
pada tahap perencanaan.
 Tahap 2 : intervensi Focus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan:independen,dependen,dan interdependen.
 Tahap 3 : dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5) Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat
dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan
dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang
telah disusun.
 Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan criteria keberhasilan
yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
 Hasil Evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
 Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
 Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak
tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari
penyebab dan cara mengatasinya.
 Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul
masalah baru. Dalam hal ini perawat perlu untuk
mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data,
analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya
tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan
dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien ,seluruh
tindakannya harus didokumentasikan dengan benar dalam
dokumentasi keperawatan.
b. Kajian Data
1) Pengkajian
Setelah dilakukan observasi dan wawancara, di Ruang IRNA III
RSUD patut patuh padju menggunakan format pengkajian asuhan
keperawatan untuk setiap pasien yang sudah baku.
2) Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukan observasi dan wawancara di Ruang IRNA III
menggunakan format diagnose keperawatan untuk setiap pasien yang
sudah baku.
3) Perencanaan
Setelah dilakukan observasi dan wawancara di Ruang IRNA III
menggunakan format rencana keperawatan untuk setiap pasien yang
sudah baku.
4) Implementasi
Setelah dilakukan observasi dan wawancara di Ruang IRNA
III menggunakan format Implementasi yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang ditulis di format lembar terintegrasi.
5) Evaluasi
Setelah dilakukan observasi dan wawancara, ditemukan format
evaluasi keperawatan dengan menggunakan format SOAP.
c. Analisa Data
Dari hasil kajian teori dan kajian data yang dilakukan di Ruang
IRNA III didapatkan hasil bahwa asuhan keperawatan ditulis pada format
baku yang sudah ditetapkan oleh di Ruang IRNA III yaitu asuhan yang
terdiri dari (pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi) dengan refrensi NIC NOC.
2. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
a. Kajian teori
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal
sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan
sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding
(Marr dan Biebing, 2001). Menurut Asrul Azwar (1994), standar
menunjukkan pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan, diukur dalam
bentuk minimal dan maksimal, penyimpangan masih dalam batas atas
yang dibenarkan toleransi. Menurut Nursalam (2002) standar merupakan
pernyataan yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang,
kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat
diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang
mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar,
yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta
sebagai tolok ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat
(Nursalam, 2002). Menurut Gillies (1994) Standar Asuhan Keperawatan
mempunyai tiga tujuan, yaitu:
1) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya
meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan.
2) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan
asuhan keperawatan yang tidak penting.
3) Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan
dengan mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar
asuhan keperawatan serta menentukan bahwa kegagalan dari perawat
untuk memenuhi standar, membahayakan pasien.
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai dasar
pedoman dan instrumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan
yang disusun oleh DepKes (1997), yaitu:
a) Standar I . Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan data anamnesa, observasi yang
paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus
tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan
sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi semua anggota
tim, data pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokkan
data, dan perumusan masalah.
b) Standar II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis
dan dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan
komponennya terdiri dari masalah, penyebab, dan gejala (PES),
bersifat aktual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
c) Standar III. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan, komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
d) Standar IV. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
keluarga.
e) Standar V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
f) Standar VI. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan, digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan setelah
tindakan dilakukan, sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatansetiap mencatat harus mencantumkan inisial atau paraf
nama perawat, menggunakan formulir yang baku, simpan sesuai
peraturan yang berlaku.
Dasar hukum standar profesi keperawatan adalah UU Kesehatan RI
No. 23 tahun 1992 pasal 53. Ayat1 : “tenaga kesehatan memperoleh
perlindungan dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya”. Ayat 2 : “
tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban standar
profesi dan pasien”.
Standar Keperawatan menurut DepKes RI meliputi: Standar
Pelayanan Keperawatan (SPK), Standar Asuhan Keperawatan (SAK).
Suatu Ruang perawatan di dalam sebuah Rumah Sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi
yang dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf di Ruangan, Ruang
perawatan mempunyai prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK
(Standar Asuhan Keperawatan) minimal 10 kasus terbanyak diagnosis.
Dalam pembuatan SAK berisi penjelasan/informasi tentang penyakit
dan rencana asuhan keperawatan. Informasi tentang penyakit meliputi
Pengertian, tanda dan gejala, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, dan manajemen terapi, serta prinsip pengkajian kasus penyakit
(Brunner, 2002).
b. Kajian data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan di Ruang IRNA III memiliki SAK
meliputi pengertian, tujuan, prosedur (masalah yang mungkin timbul dan
potensial terjadinya infeksi), standar tindakan perawatan serta prinsip
pengakajian kasus penyakit untuk 10 penyakit terbesar di Ruang IRNA III
RSUD patut patuh padju.

c. Analisa data
Dari hasil kajian data di atas bahwa Ruang IRNA III RSUD patut
patuh padju memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang dijadikan
standar dalam memberikan asuhan keperawatan kepeda klien. Ruangan
perawatan di Ruang IRNA III RSUD patut patuh padju telah memiliki
SAK sebagai panduan melakukan asuhan keperawatan sehingga mutu
pelayanan bisa lebih baik lagi.

3. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


Manajemen pelayanan keperawatan merupakan proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan: asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Manajer
keperawatan harus merencanakan, organisir, mengarahkan dan mengontrol,
efektif dan ekonomis. Swanburg dan Swanburg, mengatakan manajemen
pelayanan keperawatan berhubungan dengan fungsi manajemen:
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, memimpin, mengendalikan
aktivitas upaya keperawatan.
a. Perencanaan
1) Kajian teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan
yang berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan
dan dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2000). Perencanaan
merupakan jembatan antara dimana kita saat ini dengan dimana kita
saat mendatang. Perencanaan bersifat fleksibel, tidak kaku bisa
berubah.
Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan
di RS (DEPKES RI, 1999), tugas kepala Ruang :
a) Mengatur jadwal atau daftar dinas tenaga keperawatan dan
tenaga lain sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan ang
berlaku di RS.
b) Mengadakan pertemuan berkala atau sewaktu-waktu dengan staf
keperawatan dan petugas lain yang beertugas di Ruang
rawatnya.
c) Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan / kebijaksanaan RS.
d) Menyiapkan berkas catatan medik pasien dalam masa perawatan
di Ruang rawatnya dan selanjutnya mengembalikan berkas
tersebut ke bagian medical record bila pasien pulang / keluar
dari Ruang rawat tersebut.
e) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di Ruang rawat yang bersangkutan.
f) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi
jumlah maupun segi kualifikasi untuk di Ruang rawat,
koordinasi dengan kepala SDM atau kepala instalasi.
2) Kajian data
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa di Ruang IRNA III
RSUD patut patuh padju telah dilakukan manajemen perencanaan
oleh kepala ruangan kepada semua lingkup yang ada di Ruang
IRNA III RSUD patut patuh padju baik dalam hal pembuatan
jadwal dinas bulanan, berkoordinasi dengan perawat ruangan baik
perawat primer maupun perawat pelaksana, perencanaan tahunan
alat/ fasilitas, kebutuhan tenaga dan cuti tenaga kesehatan di Ruang
IRNA III RSUD patut patuh padju.
Tabel 15. pembuatan jadwal dinas bulanan

No Standar Dokumen Ket


1 Jadwal Dinas Ada
2 Koordinasi dengan Perawat Ada
Primer
3 Perencanaan Tahunan oleh Ka-Ru
- Perencanaan Pengembangan
Staf Ada
- Alat/Fasilitas
- Kebutuhan Tenaga Ada
- Cuti Ada
Ada

3) Analisis data
Berdasarkan hasil kajian data di atas disimpulkan bahwa
pelaksanaan manajemen keperawatan dalam hal perencanaan oleh
kepala ruangan di Ruang IRNA III RSUD patut patuh patju sudah
terlaksana dan tertata dan memiliki dokumentasi tersendiri.
b. Pengorganisasian
1) Kajian teori
Pengorganisasianadalah pengelompokan aktivitas-aktivitas
untuk mencapai tujuan objektif, penugasan suatu kelompok
manajer dengan otoritas pengawasan setiap kelompok dan
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat
dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal, yang
bertanggungjawab untuk mencapai objektif organisasi (Swansburg,
2000).
Pengorganisasian menentukan tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang,
tanggung jawab dan mekanisme pertanggungjawaban masing-
masing kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka fungsi pengorganisasian
dari kepala Ruang adalah (Nursalam, 2002) :
a). Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b). Merumuskan tujuan metode penugasan.
c). Membuat rincian tugas staf secara jelas.
d). Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 katim
dan katim membawahi 2-3 perawat.
e). Mengatur dan mengendalikan logistik unit.
f). Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
g). Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat
kepada katim.
h). Memberi wewenang kepeda TU untuk mengurus administrasi
pasien.
i). Mengatur penugasan jadwal pekarya.
j). Identifikasi masalah dan cara penanganan.
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa
teori mengenai metode asuhan keperawatan, antara lain :
a). Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar pasien.
Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda
dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan
tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya
fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka.
Kelebihannya :
(1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian
tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik.
(2) Sangat baik untuk RS yang kekurangan tenaga
(3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahannya :
(1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun
perawat.
(2) Pelayanan keperawatan terpisah-terpisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan.
(3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja.
Kepala Ruangan

Perawat pengobatan Perawat merawat Perawat Perawat merawat


luka pengobatan luka

Pasien

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Fungsional”


b). MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat Ruangan dibagi menjadi
2-3 tim yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Kelebihannya :
(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh
(2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
(3) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota
tim.
Kelemahannya : Komunikasi antar anggota tim terbentuk
terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada
waktu-waktu sibuk.
Kepala Ruangan

Katim Katim

Staf perawat Staf perawat

Pasien/pasien
Pasien/pasien

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Tim”


c). MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar RS. Mendorong
praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihannya :
(1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
(2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri.
(3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter,
dan RS .
Kelemahannya : Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, akuntabil,
serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat primer

Pasien

PP pagi PP sore PP malam

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Primer”


d). MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat isolasi, intensive care.
Kelebihannya :
(1) Perawat lebih memahami kasus per kasus.
(2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kelemahannya :
(1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab.
(2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
Kepala Ruangan

Pasien/pasien Staf perawat Staf perawat

Pasien/pasien
Staf perawat Pasien/pasien

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Kasus”.

e). Modifikasi : MAKP Tim Primer


Pada model MAKP Tim digunakan secara kombinasi
dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Soedarsono (2000)
penerapan sistem model MAKP ini didasarkan pada
beberapa alasan :
(1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni,
karena perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan Ners keperawatan atau setara.
(2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena
tanggungjawab asuhan keperawatan pasien
terfragmentasi pada berbagai tim.
(3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer.
Kepala Ruangan

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Modifikasi : Tim ”


2) Kajian data
pengorganisasian staf dalam pembagian kerjanya dan
pemberian asuhan keperawatan kepada klien menggunakan
pendekatan tim modifikasi. Metode penugasan yang diterapkan di
Ruang IRNA III RSUD patut patuh padju adalah metode tim
modifikasi, terbentuk 3 tim modifikasi. Setiap tim mempunyai 4
perawat pelaksana. Untuk pelaksanaan pelayanan pada shift sore 3
orang dan malam 2 orang menjadi tanggung jawab perawat
pelaksana.
3) Analisa data
Berdasarkan kajian data yang diperoleh dapat dianalisa
bahwa di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju, sudah
menerapkan Model Tim modifikasi. Dalam pelaksanaanya cukup
lancar.
c. Pengarahan (Actuating)
1) Kajian teori
Berdasarkan Adikoesoemo (2000) bahwa pengarahan
meliputi adanya kemampuan manajer/pimpinan untuk bisa
mengarahkan staf/ bawahannya untuk menjalankan fungsi masing-
masing dengan baik.
Pengarahan yang dilakukan oleh kepala Ruang sesuai dengan
struktur organisasi dan uraian jabatan keperawatan, yakni :
a) Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada staff
baru/mahasiswa praktik di Ruangan
b) Berperan sebagai konsultan atau pembimbing bagi perawat
primer
c) Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan
baru/tenaga lain yang akan kerja di Ruang rawat
d) Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan
yang menggunakan Ruang rawatnya sebagai lahan praktik
e) Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya meliputi
penjelasan tentang peraturan RS, tata tertib Ruang rawat,
fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari
f) Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar
g) Mengadakan pertemuan berkala/sewaku-waktu dengan staff
keperawatan dan petugas lain yang bertugas diRuang rawatnya
h) Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk
mengikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala
instalasi/kepala bidang perawatan
i) Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan berdasarkan ketentuan/kebijakan panti
j) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar
selalu dalam keadaan siap pakai.
k) Medampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter,
khususnya bila ada perubahan program pengobatan pasien
l) Megelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di
Ruang rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi
untuk kelancaran pemberia asuhan keperawatan
m) Mengendalikan kualitas system pencatatan dan pelaporan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar,
hal ini penting untuk tindakan keperawatan
n) Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara
kebersihan lingkungan di Ruang rawat
o) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di Ruang
rawat
p) Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan
pasien berdasarkan macam dan jenis makan pasien
q) Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien
sesuai dengan program dietnya
r) Menyiapkan berkas catatan medik pasien dalam masa
perawatan di Ruang rawatnya dan selanjutnya megembalikan
berkas tersebut ke bagian medical record bila pasien
pulang/keluar dari Ruang rawat tersebut
s) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan
keperawatan serta kegiatan lainnya di Ruang rawat,
disampaikan kepada atasannya
t) Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan yang
menggunakan Ruang rawatnya sebagai lahan praktik
u) Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga sesuai
kebutuhan dasar dalam batas wewenangnya
v) Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat
pergantian dinas
2) Kajian data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai
pergerakan dan pelaksanaan di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh
Padju kepada kepala Ruangan didapatkan bahwa kepala ruangan
telah melaksanakan tugasnya dalam pengarahan terhadap staf yang
berada di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Padju. Pengarahan
dalam hal sistem dan aturan yang ada di ruangan. Pengarahan
dilakukan secara langsung dan dilaksanakan setiap akhir bulan
sekali.
3) Analisis data
Ruang IRNA III RSUD patut patuh patju dipimpin oleh
seorang kepala ruangan yang dibantu oleh perawat primer telah
menjalankan fungsi pengarahan, dimana jika ada hal-hal yang
penting, kepala ruangan berkumpul dengan staf yang lain untuk
membahas hal tersebut. Dengan mengarahkan bawahan atau
stafnya untuk menjalankan fungsi masing-masing dengan baik.
d. Pengawasan (Controling)
1) Kajian teori
Nursalam (2002), pengawasan melalui komunikasi, mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun perawat
pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien melalui supervisi :
a). Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki
atau mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
b). Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan tentang pelaksanaan tugas.
c). Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim.
d). Audit keperawatan.
4) Kajian data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, pengontrolan
(supervisi) sudah dilaksanakan dengan baik, hal ini terlihat dengan
adanya supervisor internal yakni kepala ruangan sudah
memberikan pengawasan seperti memberikan masukan dan teguran
pada perawat yang memiliki kinerja yang kurang optimal dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta memberikan penilaian
terhadap kinerja perawat secara langsung secara internal.
5) Analisa data
Secara umum pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh
Kepala Ruang yang dibantu oleh perawat primer sudah cukup baik.
4. Proses Manajemen Bimbingan Bagi Mahasiswa Praktik
1. Proses Manajemen Bimbingan Klinik
a) Perencanaan (Planning)
1) Kajian Teori
Protap persiapan dalam penyelenggaraan praktek klinik
keperawatan (PKK) adalah sebagai berikut:
a) Bidang pendidikan dan pelatihan minimal 1 minggu sebelum
pelaksanaan PKK telah mengirim kerangka acuan lengkap
(kompetesi yang harus dicapai, jadwal praktek, blangko
presensi, blangko nilai, evaluasi dll) ke ruang perawatan yang
akan dipakai sebagai lahan praktek.
b) Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademik
dengan kompetensinya yang dikoordinasikan dengan bidang
diklit.
c) Bidang perawatan/ penanggungjawab bimbingan PKK,
menetapkan lokasi PKK sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai.
d) Penerimaan dan orientasi mahasiswa diberikan dengan
melakukan kunjungan keliling RS, orientasi khusus unit
perawatan dan orientasi tugas, penyiapan pembimbing PKK
serta penjelasan PKK.
e) Penyiapan pembimbing praktik dilakukan oleh bidang
keperawatan dan penanggung jawab pembimbing PKK.
f) Mahasiswa memperoleh penjelasan pelaksanaan PKK.
2) Kajian Data
Tabel 16. Distribusi Kajian Planning Proses Bimbingan PKK
di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju
No Standar Data Ket
1 2 3 4
1 Pemberitahuan dari Institusi ke Dilakukan
Lahan praktek sebelum praktek
dengan kerangka acuan lengkap
2 Penentuan lokasi praktek lokasi Dilakukan
sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai
3 Penerimaan dan orientasi Dilakukan
mahasiswa
4 Orientasi tugas Dilakukan
5 Penyiapan pembimbing PKK Dilakukan

3) Analisa Data
Sebelum mahasiswa melakukan praktik di ruangan, pihak
institusi pendidikan mengirimkan permohonan praktik ke RSUD
Patut Patuh Patju. Setelah mendapatkan persetujuan, institusi
mengirimkan kerangka acuan pelaksanaan praktik dan
diadakannya pertemuan antara kedua pihak untuk mendapatkan
kesepakatan dalam pelaksanaan praktik. Untuk selanjutnya
sebelum memulai praktik, mahasiswa dilakukan penyerahan dan
penerimaan oleh pihak kampus dan rumah sakit. Setelah dilakukan
penerimaan selanjutnya dilakukan orientasi ruangan oleh pihak
rumah sakit ke masing-masing ruangan. Orientasi khusus dipimpin
langsung oleh kepala ruangan atau CI klinik.
b) Pengorganisasian (Organizing)
1) Kajian Teori
Berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan praktek:
a) Penerimaan
Peserta didik diserahkan oleh direktur atau
pembimbing pendidikan kepada direktur RSUD Patut Patuh
Patju atau pejabat yang ditunjuk dan Pembimbing lahan.
b) Orientasi
(1) Umum
(2) Khusus
(a). Orientasi ruang perawatan
(b). Orientasi Pasien
c) Menetapkan pembimbing Klinik
d) Penjelasan pelaksanaan PKK
Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik.
Pembimbing klinik adalah seorang tenaga perawat yang
profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab
membimbing secara langsung peserta didik.
Dalam proses bimbingan pembimbing klinik berperan
dalam:
(1) Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik
dalam rangka kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK
sesuai dengan metode yang telah ditentukan
(2) Mengikuti kegiatan bimbingan sesuai dengan metode
yang telah ditentukan
(3) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien
yang akan dijadikan sumber pengalaman kerja
(4) Mengikutkan peserta didik dalam kerja keperawatan
(5) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik.
(6) Menfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan
perawatan kepada pasien
(7) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik
(8) Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik
(9) Memantau pelaksanaan praktik yang meliputi
kemampuan, ketaatan serta memberikan teguran bila
terjadi pelanggaran
(10) Mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam
rangka pencapaian target kompetensi yang diharapkan
(11) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.
2) Kajian Data
Tabel 17. Distribusi Kajian Organizing Proses Bimbingan
PKK di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh
Patju
No Standar Data Keterangan
1 2 3 4
1 Adanya serah terima peserta didik Dilakukan
2 Penetapan pembimbing PKK
Dilakukan
sesuai kriteria yang ditetapkan
3 Penjelasan pelaksanaan PKK Dilakukan
4 Pembagian jadwal dinas Dilakukan
5 Penentuan sanksi bagi peserta
Dilakukan
didik
6 Adanya proses bimbingan dari
pembimbing PKK sesuai dengan Dilakukan
ketentuan

3) Analisa Data
Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbing klinik
keperawatan juga melaksanakan tugas sebagai kepala ruangan dan
memberikan bimbingan saat ada waktu luang. Serah terima peserta
didik tetap dilakukan.
c) Pengarahan (Actuating)
1) Kajian Teori
Pengarahan dilakukan sesuai dengan metode bimbingan
yang dilakukan. Metode bimbingan antara lain:
a) Pre-post conference
Dilakukan oleh peserta didik, pembimbing klinik
dan pembimbing akademik.
b) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu metode
pembelajaran klinik keperawatan yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mentransfer dan mempraktikkan
pengetahuan yang didapat di kelas dan di lab dengan
kunjungan secara langsung kepada pasien.
c) Bed side teaching
Bed side teaching adalah bentuk pembimbingan
yang dilaksanakan oleh pembimbing klinik di samping
pasien.
(1) Monitoring kehadiran dan kompetensi peserta didik
(2) Bimbingan pelaksanaan tindakan perawatan
(3) Diskusi dan laporan individu
2) Kajian Data
Tabel 18. Kajian Actuating Proses Bimbingan PKK di
Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju
N
Standar Data Keterangan
o
1 2 3 4
1
Pengarahan dilakukan sesuai
dengan metode bimbingan yang
dilakukan:
a) Pre-post conference
Dilakukan
b) Ronde keperawatan
Tidak
c) Bed side teaching
Dilakukan
2 Monitoring kehadiran Dilakukan
3 Monitoring kompetensi peserta Dilakukan
didik
Bimbingan pelaksanaan tindakan
4 Dilakukan
perawatan
5 Diskusi Laporan individu Dilakukan

3) Analisa Data
Dalam pelaksanaan bimbingan, metode yang
digunakan adalah orientasi pre-post conference. Pre-post
confrence dilakukan untuk mengetahui/ mengevaluasi pencapaian
kompetensi dan mendiskusikan kendala-kendala yang ditemukan
saat praktik. Bed side teaching dilakukan ketika ada tindakan ke
pasien secara langsung, sehingga tidak ada jadwal tersendiri. Bed
side teaching tidak hanya dilakukan oleh kepala ruangan sebagai
pembimbing klinik, melainkan oleh petugas jaga lain yang pada
saat itu piket. Ronde keperawatan belum dilaksanakan
dikarenakan:
a) Tugas rangkap yang dijabat oleh Karu dan sebagai
pembimbing klinik lapangan.
b) Kurangnya peran serta pembimbing pendidikan akademik
untuk melakukan bimbingan mahasiswa di lapangan karna
keterbatasa waktu.
c) Keterbatasan waktu untuk mengumpulkan tenaga kesehatan
seperti dokter, gizi, apoteker, perawat, dan bidan.
d) Pengawasan (Controling)
1. Kajian Teori
Pengawasan terhadap mahasiswa praktik dilakukan
dengan cara :
a) Pemantauan tata tertib
b) Observasi
c) Reward dan punishment
d) Langsung dari pembimbing klinik dan pembimbingakademik
2. Kajian Data
Tabel 19. Kajian Controling Proses Bimbingan PKK di
Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju
N
Standar Data Ket
o
1 2 3 4
1 Memonitor pelaksanaan dinas peserta Dilakukan
didik
- Tata tertib
- Observasi
- Reward dan punishment
2 Mengetahui pasien kasus kelolaan Dilakukan
peserta didik
3 Mengecek dokumentasi di status Dilakukan
pasien kelolaan peserta didik
4 Memberikan teguran jika terjadi Dilakukan
pelanggaran

3. Analisa data
Controling terhadap mahasiswa praktik dilakukan
dengan melakukan observasi kehadiran mahasiswa serta keaktifan
dari mahasiswa selama praktik. Sebelum praktik dimulai
mahasiswa praktik dikumpulkan dan diikutsertakan dalam
preconference atau pembacaan SPO. Saat ada waktu luang,
kepala ruangan mendiskusikan dengan mahasiswa kendala yang
dihadapi mahasiswa praktik.

G. Gaya kepemimpinan
a) Kajian Teori
Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa
individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala
sosial. Brown berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan
dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi
dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan
Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang
khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk
penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok,
ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok. Kepemimpinan sebagai
suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil
yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang
besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang
kreatif dan terarah.
Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan
bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan
cara yang pasti. Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang
hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :
seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan
bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan
untuk menduduki jabatan kepemimpinannya ditopang oleh
pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan,
baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori
kepemimpinan. Untuk menjawab pertannyaan kedua dapat
dirumuskan dua kategori yang sudah barang tentu harus dikaji lebih
jauh lagi: Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan
sendirinya dapat dilaihkan kepada kepemimpinan oleh orang yang
sama di organisasi lain Keberhasilan seseorang memimpin satu
organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin
organisasi lain
Tipe-tipe Kepemimpinan :
1) Tipe Otokratik Semua ilmuan yang berusaha memahami segi
kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang
tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah
seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter
akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara
lain dalam bentuk :kecenderungan memperlakukan para
bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti
mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan
martabat mereka pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan
penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu
dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya. Pengabaian
peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik
antara lain: menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya dalam
menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya bernada keras
dalam pemberian perintah atau instruksi menggunakan pendekatan
punitive dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.
2) Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi,
daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi
orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar
jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.
Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang
superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha
Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi,
keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan
daya tarik yang amat besar.
3) Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan
kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
(1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan,
(2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka
memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan
daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu
dan maha benar. Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik
tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang
membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikapover-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol
disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
4) Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan
tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe
kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan
sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak
dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara
ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut
adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak
menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
5) Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1)
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus
dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain
tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah
dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah
diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan
yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap
anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap
eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap
dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10)
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka
patuh.
6) Tipe Kepemimpinan Laissez FairePada
tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin,
dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya
sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan
kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi
sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak
mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak
mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan
suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin
biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena
sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya
biasanya morat marit dan kacau balau.
7) Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan
kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
8) Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan
yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara
efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika
modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta
sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam
pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya
perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern
dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
9) Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.
Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan
penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri)
dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis
tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada
partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau
mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui
keahlian para spesialis dengan perawatgnya masing-masing.
Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Refleksi dari Tipe Kepemimpinan tsb:Pada dasarnya Tipe
kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan,
karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu
memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan
tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun
pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih
bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana
kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan
dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan
tertentu untuk mendapatkan.
b) Kajian Data
Menurut hasil wawancara dengan perawat pelaksana di
Ruang IRNA III RSUD patut patuh padju, bahwa gaya
kepemimpinan kepala Ruang IRNA III RSUD patut patuh
patju saat ini adalah gaya pemimpinan demokratis. Dari hasil
observasi Kepala ruangan mengkoordinasi pekerjaan pada
semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab
internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
menghargai potensi setiap individu dan mau mendengarkan
masukan dan saran dari bawahan.
c) Analisis
Gaya kepemimpinan demokratis yang diterapkan kepala
ruangan ditentukan dengan pengambilan keputusan melalui
musyawarah dengan bawahan.

H. Timbang Terima
1) Kajian teori:
Timbang terima pasien (operan) merupakan tehnik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan atau belum dan perkembangan pasien saat ini.
Timbang terima dilakukan oleh karu,katim dan perawat pelaksana.
kepada perawat pelaksana yang dinas sore maupun malam baik secara
tertulis maupun lisan.
Adapun tujuan dari timbang terima adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan pada pasien
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus di tindak lanjuti oleh
perawat dinas selanjutnya
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Adapun manfaat dari timbang terima adalah sebagai berikut:
a. Bagi perawat
 Meningkatkan komunikasi antar perawat
 Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat
 Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
berkesinambungan
b. Bagi pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap.
Prosedur timbang terima dilakukan dalam 3 tahap yaitu:
a. Tahap persiapan:
Tahap ini dilakukan di Ners Station dengan alokasi waktu
selama ± 5 menit yang dilaksanakan oleh Karu dan Katim dengan
kegiatan sebagai berikut:
(1) Dilakukan pada setiap pergantian shift
(2) Pada setiap pasien baru dan pasien yang permasalahannya
belum teratasi.
(3) Katim menyampaikan timbang terima pada bidan
berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang
terima :
a) Jumlah pasien
b) Identitas pasien dan diagnosis medis
c) Data (keluhan subyektif dan obyektif)
d) Masalah keperawatan yang masih muncul
e) Intervensi keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara umum)
f) Intervensi kolaboratife dan dependen
g) Rencana umum dan persiapan yang perlu
dilakukan(persiapan penunjang, pemeriksaan penunjang,
dll)
b. Tahap pelaksanaan
Tahap ini dilakukkan di Nurse Station dan Ruang perawatan
dengan alokasi waktu selama ± 20 menit yang dilaksanakan oleh
Karu, Katim dan Pelaksana dengan kegiatan sebagai berikut:
(1) Kedua Tim sudah siap
(2) Kelompok yang bertugas menyiapkan buku catatan
(3) Kepala Ruangan membuka acara timbang terima
(4) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-
hal yang ditimbang terimakan dan berhak menanyakkan
mengenai hal- hal yang kurang jelas.
(5) Kepala Ruang menanyakan keluhan pasien
(6) Perawat yang melaksanakkan timbang terima mengkaji
penuh terhadap kebutuhan dan keluhan pasien selama
perawatan
(7) Lama timbang terima untuk tiap pasien tidak lebih dari 5
menit, kecuali kondisi khusus dan memerlukkan keterangan
yang rumit.
c. Tahap Terminasi
Tahap ini dilakukan di nurs station dengan alokasi waktu 5
menit yang dilaksanakan oleh Karu, Katim dan PP dengan kegiatan
sebagai berikut:
(1) Diskusi
(2) Pelaporan untuk timbang terima ditulis secara langsung pada
format timbang terima yang ditandatangani oleh PP yang jaga
saat itu dan diketahui oleh PP yang jaga berikutnya diketahui
oleh kepala Ruang.
(3) Ditutup oleh kepala Ruang.
d. Alur Timbang Terima

Pasien

Diagnosa medis masalah Diagnosa


kolaboratif keperawatan

Recana tindakan
Telah dilakukan
Belum dilakukan

Perkembangan
keadaan pasien

Masalah:
- Teratasi
- Belum teratasi
- Teratasi sebagian
6)
- Muncul masalah baru

2) Kajian Data
Sesuai dengan observasi dan wawancara, di ruang IRNA III,
timbang terima selalu dilakukan setiap pergantian shift. Pada saat
observasi selama 3 hari, diruang IRNA III diadakan timbang terima
tetapi belum optimal.
3) Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari
pengkajian tentang timbang terima di Ruang IRNA III RSUD Patut
Patuh Patju dilaksanakan belum optimal.
I. Program Sentralisasi Obat
1. Kajian Teori
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan
sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002)
a) Tujuan pengelolaan obat:
Dalam menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah
berupa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi:
(1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
(2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat
yang lebih standar obat yang lebih murah dengan mutu yang
terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sam.
(3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya
untuk mencoba”
(4) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang
dibutuhkan
(5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak
mempercayainya, dan yang akan membuang/lupa di minum
(6) Memesan obat lebih dari pada yang dibutuhkan sehingga
banyak yang tersisa sesudah batas kadarluarsa
(7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga faksin dan obat
menjadi tidak efektif
(8) Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya
atau panas
(9) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu
banyak pada suatu waktu sehinga dipakai berlebihan atau
dicuri (Mc. Mahon, 1999).
2. Kajian Data
Berdasarkan observasi alur sentralisasi obat yang terdapat di
Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju berawal dari dokter yang
diberikan kepada keluarga berupa surat persetujuan obat (resep)
kemudian obat yang diambil kebagian farmasi yang telah didapatkan
diserahkan ke tenaga kesehatan di ruangan, kemudian tenaga
kesehatan akan memberikan obat tersebut ke pasien pada saat tiba
waktu pemberian obat pada pasien.
3. Analisa data
Sentralisasi obat sudah dilaksanakan dengan baik, semua obat
pasien seperti obat-obatan injeksi, inhalasi, dan obat oral disimpan di
loker obat masing-masing antara laki-laki dan perempuan yang di
simpan di ruang perawat. Pada saat jadwal pemberian obat maka
perawat akan memberikan secara langsung obat-obatan tersebut
kepada pasien. Sehingga dapat di pastikan pasien minum obat sesuai
jadwal pemberiannya.
J. Unsur Output
Adapun yang akan dibahas pada unsur output ini adalah efisiensi
Ruang perawatan, hasil evaluasi penerapan SAK, kepuasan kerja karyawan,
kepuasan pasien rawat inap.

1. Efisiensi Ruang Perawatan


a. Kajian teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4(empat) indikator mutu
pelayanan kesehatan yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO.
BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukkan tinggi rendahnya
pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka
waktu tertentu, bila nilai ini mendekati 100 % berarti ideal. Standar
nasional untuk dalam satu tahun adalah : 75-85 %.

BOR : Jumlah pasien x 100 %


Jumlah TT x hari perawatan

LOS (Length of Stay) menunjukkan rata-rata lamanya


perawatan setiap pasien, Lama waktu rawat yang baik maksimum 12
hari, standar Nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun adalah 7-
10 hari.

LOS : Jumlah lama dirawat_


Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)
TOI (Turn Over Interval) menunjukkan waktu rata-rata
suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur
ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standar 1-3 hari
untuk rumah sakit dalam satu tahun.

TOI : (Jumlah TT x Periode)- Hari perawatan


Jumlah pasien keluar (hidup dan Mati)

BTO (Bed Turn Over) menunjukkan frekuensi pemakaian


tempat tidur rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu. Jadi BTO
memberikan gambaran tentang tingkat pemakaian tempat tidur rumah
sakit. Standar 5 - 45 kali untuk rumah sakit dalam satu tahun,
sedangkan yang baik lebih dari 40 kali (Djojodibroto, 1997).

BTO :Jumlah pasien keluar (hidup dan mati) Jumlah


tempat tidur

Tabel 20. Indikator Efisiensi Ruangan Standar Nasional RSU


No Indikator No Standar
1 BOR 60-85%
2 LOS 6-9 Hari
3 BTO 40-50 Kali
4 TOI 1-3 Hari
Sumber : Depkes RI,2006
b. Kajian Data tabel 21.
NO INDIKATOR TARGET % CAPAIAN

2015 2016 2017

1. INDIKATOR PELAYANAN RS

A.BOR 60-85% 71.13 76,9 80,2

B.LOS 6-9 Hari 5 5 5

C.TOI 1-3 Hari 2 1 1

D.BTO 40-50 65 79 82
Kali
E.NDR 25 % 14 26 21

F.GDR 45 % 29 41 35

2. BOR RUANGAN

IRNA 3 60-85% 89,2 66,02 81.62

IRNA 2 60-85% 44,4 39,63 40.21

IRNA 1 60-85% 62,1 50,68 46.26

IIDB 60-85% 99 119,96 97.68

IRNA ANAK + NICU 60-85% 39,3 103,05 104.26

IRNA PARU 60-85% 80,4 78,11 79.7

3. JUMLAH PASIEN

RAWAT JALAN 25991 28521 31099

RAWAT INAP 7810 9462 9833


IGD 16173 10347 11096

TOTAL 49974 48330 52028

4. CARA BAYAR PASIEN

BPJS 32073 (64%) 29984 33947


(62%) (65%)

UMUM 17901 (36%) 18346 18081


(38%) (35%)

TOTAL 49974 (100%) 48330 52028


(100%) (100%)

Kepuasan Karyawan
Puas : 84,41 %
Kurang Puas 11 %
Tidak Puas 4,59 %
Kepuasan pasien 86,21 %
1) BOR
Tabel 22. Distribusi Efisiensi Ruang IRNA IIIRSUD Patut
Patuh Patju BOR
BOR pasien dari tanggal 18 Juni 2018
No. Kamar Jumlah bed Total

1 2 5 bed (5 terisi)
2 3 4 bed (terisi 1)
3 4 4 bed (4terisi)
4 5 4 bed (2 terisi)
5 6 2 bed (kosong) 40 bed (terisi 27
6 7 1 bed (kosong) bed)
7 8 4 bed (terisi semua)
8 9 4 bed (terisi semua)
9 10 4 bed (3terisi)
10 11 4 bed (semua terisi)
11 12 4 bed (kosong)
27/40x100%=
BOR 67,5%

BOR Rata-Rata = 27/40x1 x 100= 67,5


Keterangan :
Jadi BOR diruangan Irna III RSUD patut patuh padju tanggal 18
Juni 2018 adalah 67,5 % dengan bor rata-rata 67,5
Tabel 23.
BOR pasien dari tanggal 19Juni 2018
No. Kamar Jumlah bed Total

1 2 4 bed (4 terisi)
2 3 4 bed (3 terisi)
3 4 4 bed (2 terisi)
4 5 3 bed (2 terisi)
5 6 2 bed (1 terisi) 40 bed (terisi 27
6 7 1 bed (kosong) bed)
7 8 4 bed (terisi semua)
8 9 4 bed (4 terisi semua)
9 10 4 bed (tersisi semua)
10 11 4 bed ( 3 terisi)
11 12 2 bed (kosong)
27/40x100%=
BOR 67,5%

BOR Rata-Rata = 27/40x1 x 100= 67,5


Keterangan :
Jadi BOR diruangan Irna III RSUD patut patuh patju tanggal 19
Juni 2018 adalah 67,5 % dengan bor rata-rata 67,5
Tabel 24.BOR pasien dari tanggal 20 Juni 2018 2018
No. Kamar Jumlah bed Total

1 2 4 bed (terisi semua)


2 3 4 bed (3 terisi) 40 bed (terisi 29
3 4 4 bed (2 terisi) bed)
4 5 4 bed (2 terisi)
5 6 4 bed (1 terisi)
6 7 1 bed (kosong)
7 8 4 bed (terisi semua)
8 9 4 bed (4 terisi)
9 10 4 bed (4 terisi)
10 11 4 bed (3 terisi)
11 12 3 bed (1 terisi)
28/40x100%=
BOR 72,5%

BOR Rata-Rata = 28/40x1 x 100= 70


Keterangan :
Jadi BOR diruangan Irna III RSUD patut patuh patju tanggal 20
Juni 2018 adalah 70 % dengan bor rata-rata 70
2) LOS
Distribusi LOS di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju
tanggal 18 s/d 20 Juni 2018
Jumlah Hari
Naman pasien MRS KRS
Rawat
Tn. S 12-06-18 18-06-18 6
Tn. M 15-06-18 18-06-18 3
Tn. H 14-06-18 18-06-18 4
Tn. S 12-06-18 19-06-18 7
Ny. A 14-06-18 19-06-18 5
Ny. I 15-06-18 20-06-18 5
Ny. M 16-06-18 20-06-18 4
Total 34
LOS = 34/7 = 4,8 hari = 5 hari
Sumber :observasi Ruangan tanggal 18 s/d 20Juni 2018
3) BTO
Distribusi BTO di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh
Patju tanggal 18-20 Juni 2018
Jumlah Pasien
Jumlah Tempat Tidur BTO
KRS
7 40 7/40 = 0,175
Sumber :observasi Ruangan tanggal 18-20 Juni 2018
4) TOI
Distribusi TOI di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh
Patju tanggal 18 s/d 20Juni 2018

TOI = ((40x3)-34) = 12,2 =12 hari


7
c. Analisa
1. BOR: Dari hasil perhitungan BOR pada tanggal 18 Juni 2018,
didapatkan rata-rata 67,5%, Dari hasil perhitungan BOR pada
tanggal 19 Juni 2018, didapatkan rata-rata 67,5%, Dari hasil
perhitungan BOR pada tanggal 20 Juni 2018, didapatkan rata-rata
70%.
Dari hasil perhitungan BOR pada tanggal 18-20 Juni 2018,
menunjukkan hasil kurang dari standar (75%-85%).
2. LOS (lama rata-rata hari perawatan) : Berdasarkan kajian yang
dilakukan pada tanggal 18 - 20Juni 2018, lama rata-rata hari
perawatan pasien diRuang IRNA III RSUD Patut Patuh Patjuadalah
5 hari. Angka ini menunjukan rata-rata hari perawatan untuk
sementara sangat efisien berdasarkan standar nasional yang telah
ditetapkan untuk RSU adalah 6-9 hari (DEPKES, 2006).
3. BTO: Berdasarkan kajian yang dilakukan pada tanggal 18-20 Juni
2018, frekuensi pemakaian tempat tidur Ruang IRNA III RSUD
Patut Patuh Patju dalam satu satuan waktu tertentu adalah
0,175kali/hari. Dalam setahun, angka ini mencapai 64.Angka ini
menunjukkan tingkat pemakaian tempat tidur Ruang IRNA III
RSUD Patut Patuh Patju diatas standar hal ini sesuai dengan
pendapat DEPKES RI (2006), dimana Standar untuk rumah sakit
dalam satu tahun 40-50 kali.
4. TOI: Berdasarkan kajian yang dilakukan pada tanggal18 - 20Juni
2018, menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau
waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai
dengan diisi lagi adalah12 hari. Angka ini menunjukkan rata-rata
suatu tempat tidur di atas dengan standar DEPKES RI (2006) yang
mengatakan bahwa Standar untuk rumah sakit dalam satu tahun 1-3
hari.

2. Mutu Asuhan Keperawatan


a. Instrumen A
1) Kajian Teori
Instrumen A adalah instrumen untuk melihat
pendokumentasian asuhan keperawatan pada status pasien. Melalui
instrumen ini bisa dinilai kelengkapan dan sistematika dari
pengkajian, perumusan masalah dan diagnosa keperawatan,
penyusunan tujuan dari intervensi yang akan dilaksanakan,
penetapan rencana intervensi, implementasi dari rencana serta
evaluasi dari asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat
kepada pasien. Selain itu juga mengetahui apakah terdapat
kesinambungan dari keseluruhan proses keperawatan.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan
kegiatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan
sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat bukan
hanya tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis, kualitas dan
kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu yang mutlak yang
harus ada untuk perkembangan keperawatan, khususnya proses
profesionalisme keperawatan serta upaya untuk membina dan
mempertahankan akuntabilitas perawat dan keperawatan. Dalam
membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek:
a) Keakuratan data
b) Breavity (ringkas)
c) Legibility (mudah dibaca)
Komponen Dokumentasi Keperawatan :
a) Pengkajian: meliputi pengumpulan data, pengorganisasian
data. Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan penunjang dari data pengkajian bisa
diketahui masalah yang dialami pasien, sehingga merupakan
dasar untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
b) Diagnosa keperawatan: menggambarkan masalah pasien baik
aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data.
Perumusan diagnosa didasarkan pada data status kesehatan
pasien dianalisa untuk kemudian dibandingkan dengan fungsi
normal kehidupan pasien. Diagnosa keperawatan mengandung
unsur problem, penyebab dari masalah serta sindrom atau tanda
dan gejala dari masalah yang dialami pasien. Dalam proses
keperawatan dikenal tiga macam diagnosa yaitu diagnosa
untuk masalah keperawatan aktual, potensial dan resiko.
c) Rencana keperawatan: menentukan prioritas, tujuan,
kemungkinan pemecahan, metode pendekatan pemecahan
masalah. Menurut NIC (Nursing Intervension Clasification)
tujuan terdiri dari label tujuan dan kriteria hasil.
d) Implementasi/tindakan: pemberian tindakan keperawatan. Ini
merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi yang sudah
disusun.
e) Evaluasi: memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan
intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan rencana
keperawatan pasien termasuk strategi keperawatan yang telah
diberikan untuk memecahkan masalah pasien. Seyogyanya
evaluasi dilaksanakan secara periodik, sistematis, dan
berencana untuk menilai perkembangan pasien dan sejauh
mana keberhasilan pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan.
Evaluasi juga bermanfaat untuk menentukan perencanaan
berikutnya sesuai dengan kondisi pasien .
f) Catatan Asuhan Keperawatan: pencatatan merupakan data
tertulis tentang kesehatan pasien dan perkembangan pasien
selama dalam pemberian asuhan keperawatan. Selain itu
catatan merupakan data otentik tindakan yang sudah dilakukan
perawat terhadap pasien.
2) Kajian Data
Studi dokumentasi dilakukan pada 17 pasien yang di rawat
di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju pada tanggal 18-20
Juni 2018 didapatkan hasil bahwa asuhan keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi sudah terlaksana dengan baik.
3) Analisa Data
Dari data yang telah diperoleh didapatkan bahwa
pengkajian sampai dengan evaluasi sudah dilakukan dengan baik
meski belum optimal.

2. Mutu Asuhan Keperawatan


a. Instrumen B
1) Kajian Teori
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien
terhadap mutu asuhan keperawatan. Salah satu indikator mutu
asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi pasien tentang
mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk mengevaluasi
hal ini juga perlu suatu instrument yang baku.
2) Analisa Data
Pengumpulan data mutu dan kepuasan pasien terhadap
asuhan keperawatan diperoleh dengan instrumen B depkes RI
2005. Data diperoleh dengan cara memberikan angket pada 17
orang pasien di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan persepsi pasien
terhadap mutu asuhan keperawatan di ruang IRNA III sudah baik.
Sebagai pemberi pelayanan kesehatan khususnya untuk seluruh
masyarakat, hendaknya Ruang IRNA III perlu meningkatkan lagi
pelayanan yang diberikan kepada pasien yang melakukan rawat
inap diruangan tersebut sehinggga visi dan misi ruang IRNA III
dapat terlaksanakan dengan baik.

Instrumen C

1) Kajian Teori
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi
tindakan keperawatan. Dalam melakukan tindakan keperawatan
yang baik harus sesuai dan mengacu pada protap-protap atau
standar yang telah ditetapkan dengan hasil tindakan mencapai
100%. Sebagai dasar penilaian tindakan keperawatan yang
mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar asuhan
keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Depkes dan
Komite Keperawatan dan Kelompok Kerja Fungsional
Keperawatan.
2) Kajian Data
Data instrumen C diperoleh dengan melakukan observasi
terhadap 3 tindakan keperawatan yang umum dilakukan diruang
IRNA III RSUD Patut Patuh Patju . Adapun hasil dari observasi
Analisa data yang telah dilakukan adalah dalam melakukan
pengambilan darah, vital sign dan pemasangan infus.
3) Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan
instrumen C, secara umum pelaksanaan 3 tindakan keperawatan
(pengambilan darah, vital sign, dan pemasangan infus) di Ruang
IRNA III RSUD Patut Patuh Patju belum optimal hanya beberapa
item harus ditambahkan seperti saat melakukan pemasangan infus.
2. Kepuasan Kerja Karyawan
a. Kajian Teori
Menurut McGregor (cit Swansburg 1995) kepuasan kerja
karyawan dapat diukur dengan pengaplikasian ilmu yang diperoleh.
Kepuasan berhubungan dengan motivasi.
Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan
dengan harapannya (Sutono, 2001). Kepuasan dipengaruhi oleh
Sumber Daya Pendidikan, Pengetahuan, Sikap, Gaya hidup,
Demografi, Budaya, Sosial Ekonomi, Keluarga dan situasi yang
dihadapi. Pada Survey di Texas (Wandel et al, 1981), menunjukan
bahwa sebab utama ketidakpuasan kerja adalah (1) Upah Kerja
Insentif (jasa pelayanan) yang tidak setimpal dengan beban kerja
(lebih kecil/dipukulratakan dengan ruang perawatan lain), (2)
Pekerjaan menulis yang terlalu banyak atau beban kerja yang tidak
sesuai dengan jumlah ketenagaan, (3) penunjang
administrasi/peralatan operasional yang kurang serta rusak dan
kurangnya pendidikan yang menunjang karir, (4) Hubungan yang
buruk dengan profesi lain, (5) Sulitnya mendapat jam dinas yang
teratur akhirnya beberapa perawat meninggalkan rumah sakit dengan
berhenti kerja.
Wesley dan Yukl (1977) juga mengatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah :
1) Kompensasi : Sikap pekerja terhadap pembayaran yang
diterimanya setelah ia membandingkannya dengan rekan lain baik
didalam maupun di luar organisasi tempat ia bekerja.
2) Supervisi : Tanggapan bahwahan terhadap perilaku atasan
diwaktu memberikan bimbingan
3) Pekerjaan itu sendiri : Signifikansi pekerjaan, umpan balik dari
pekerjaan itu sendiri (informasi langsung dan jelas diperoleh dari
pekerja atas efektifitas dan hasil kerjanya).
4) Rekan sekerja : Perilaku rekan sekerja terhadap individu pekerja
yang lain
5) Keamanan Kerja : Kepuasan pekerja dalam menduduki
pekerjaannya selama ia mau termasuk imbalan gaji, pinjaman,
hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan dihari depannya.
6) Kesempatan pengembangan diri : Kesempatan untuk maju atau
berprestasi dalam jenjang karir.
Menurut Djojodibroto (1997), untuk memperoleh pelayanan
asuhan keperawatan baik diperlukan staf yang mempunyai dedikasi
tinggi dan komitmen terhadap tugas-tugas yang diberikan. Disamping
komitmen yang ada pada staf, diperlukan juga kepuasan kerja yang
akan mendorong staf melaksanakan komitmennya itu secara baik.
Karena kepuasan kerja karyawan dapat mempengaruhi hasil mutu
asuhan keperawatan yang diberikan.
Pekerja yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik
pula. System penggajian RS haruslah :
1) Memenuhi ketentuan upah minimum
2) Sesuai dengan kemampuan anggaran rumah sakit
3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan
jasadengan pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi
kerja untuk itu harus ada gaji dasar.
4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik
5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
6) Sumber daya manusia (SDM)/tenaga kerja adalah unsur terpenting
dalam institusi rumah sakit mutu pengelolaan dan pelayanan
rumah sakit dapat dipastikan akan rendah. Cara untuk
meningkatkan mutu tenaga kerja dipenuhi dengan :
a) Penempatan tenaga yang sesuai
b) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi
kerja
c) Hubungan kerja yang manusiawi
d) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM
e) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural
b. Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian data kepada 16 karyawan
yang bekerja di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju pada
tanggal 18-20 Juni 2018, tentang persepsi karyawan terhadap
kepuasan kerja karyawan, Puas : 84,41 %, Kurang Puas 11 %,
Tidak Puas 4,59 %, Kepuasan pasien 86,21 %.
c. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kepuasan kerja karyawan didapatkan
hasil 4,59% tidak puas dan 11 % mengatakan kurang puas, 84,41%
puas.

3. Kepuasan Pasien
a. Kajian Teori
Menurut oliver (Supratno 2001) mendefinisikan kepuasan
sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan
merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan
harapan
Kepuasan pasien adalah persasaan senang, puas individu karena
terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan
kesehatan (Budi astuti 2002)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut
budi astuti 2002
1) Kualitas produk atau jasa
2) Kualitas pelayanan
3) Faktor emosional
4) Biaya
Aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut
Grivihith 1987
1) Sikap pendekatan staf kepada pasien
2) Kualitas perawatan yang diterima
3) Prosedur administrasi yang mudah
4) Waktu kunjungan keluarga
5) Fasilitas umum yang tersedia
6) Fasilitas ruang inap untuk pasien rawat inap
7) Hasil trethment atau perawatan yang diterima
2. Kajian Data
Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap 10 orang pasien
pada tanggal 18-20 Juni 2018, persepsi pasien terhadap mutu
kepuasan pasien 86,21% mengatakan puas dan 15,79% mengatakan
tidak puas.
3. Analisa Data
Dari hasil pembagian angket pada tanggal 18-20 Juni 2018.
yang diberikan oleh Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan persepsi pasien terhadap
mutu asuhan keperawatan di ruang IRNA III sudah baik.

Implementasi

No Masalah Kegiatan Waktu Kriteria


Evaluasi
1 Belum 1. Melakukan latihan Tanggal 1. perawat mampu
optimalny dan simulasi 25 Juni -8 melakukan
a melakukan timbang juli 2018 timbang terima
penerapan terima yang benar dengan benar
timbang dan secara dan
terima menyeluruh menyeluruh
2. Perawat yang akan 2. keinginan
mengikuti operan perawat untuk
sekurang-kurang terus belajar dan
nya harus hadir 15 melakukan
menit sebelum pendokumentasi
operan dimulai an perawatan
3. Kepala ruangan yang benar dan
tetap melakukan menyeluruh
pemeriksaan terkait 3. kemampuan
kelengkapan RM mahasiswa
tiap-tiap pasien dalam
terutama untuk menjalankan
masalah timbang terima/
keperawatan , operan dapat
rencana dan terlaksana
tindakan dengan baik dan
keperawatan memahami
4. Sosialisasi cara kegiatan yang
pengisian catatan dilakukan
perkembangan berdasarkan
pasien pembagian
menggunakan tugas dan fungsi
SBAR masing-masing
setiap anggota
4. perawat mengisi
asuhan
keperawatan
menggunakan
SBAR
2 Jumlah 1. Membuat laporan Kebijakan 1. Semua
peralatan terkait kebutuhan institusi peralatan
alkes dan peralatan alkes dan RS dapat
non alkes non alkes yang belum
digunakan
ada yang ada di ruangan
belum dengan baik
terpenuhi dan pasien
mendapatkan
sarana dan
prasarana
perawatan
yang sesuai
2. Kebutuhan
akan
perawatan
pasien dapat
terpenuhi
dengan baik
melalui
kelengkapan
sarana dan
prasarana
alat-alat alkes
maupun non
alkes

3 Ronde 1. Mendiskusikan tehnik 25 Juni 1. Perawat


keperawat ronde keperawatan mampu
an belum sesuai konsep teori Menerapkan
terlaksana 2. Mempraktekkan tehnik 13 Juli ronde
ronde keperawatan 2018 keperawatan
sesuai konsep teori yang baik dan
benar sesuai
konsep teori
4 Discharge 1. Melengkapi 25 Juni - 8 1. Pasien dan
planning mekanisme Juli 2018 keluarga
belum di discharge planning pasien
lakukan mengetahui
bagi pasien
secara kondisi pasien
optimal 2. Memberikan KIE melalui
kepada pasien dan penjelasan
keluarga melalui perawat /
leaflet pemberian KIE
3. Membuat leaflet sehingga
tentang pengertian pasien
mengetahui
penyakit, penyebab,
cara
tanda dan gejala, melakukan
pencegahan, perawatan di
penatalaksanaan rumah dalam
4. Mendokumentasikan mencegah
pelaksanaan rencana timbulnya
pulang yang di awali penyakit
pada saat pasien
pulang – hari
terakhir perawatan
pasien di ruangan
5 Supervisi 1. Melakukan supervisi 25 juni – 8 1. Pelaksaaan
belum ruangan sesuai Juli 2018 supervisi
berjalan standar harus tetap
dengan 2. Menilai dijalankan
optimal kelengkapan standar sebagai
pengisian evaluasi tugas
pendokumentasian tim perawat
asuhan keperawatan dalam
3. Menentukan tugas melaksanakan
supervisi dilakukan asuhan
oleh ketua tim dan keperawatan
kepala ruangan 2. Kelengkapan
4. Adanya penyediaan pendokumenta
form supervisi bagi sian
ketua tim dan kepala keperawatan
ruangan dapat
langsung
dinilai melalui
hasil supervisi
keperawatan
Evaluasi Rencana Tindak Lanjut
No Masalah Rencana tindak lanjut PJ
1. Belum optimalnya Terlaksananya timbang terima 1. Heni
penerapan timbang sesuai dengan teori dan standar Agustini
terima yang telah ditetapkan dan 2. Winda
diharapkan kesadaran dan Ariastati
kedisiplinan perawat dan 3. Sahabuddin
mahasiswa di ruangan IRNA III
untuk selalu menjalankan timbang
terima sesuai waktu yang telah
ditentukan dengan metode SBAR.
2. Jumlah peralatan Mengidentifikasi alat kesehatan 1. Eftita
alkes dan non alkes dan non alkes yang tidak tersedia 2. Rubianti
ada yang belum atau rusak.
terpenuhi

3. Ronde keperawatan Terlaksananya ronde keperawatan 1. Yumni


belum terlaksana sesuai dengan teori dan standar Rumiwang
yang telah ditetapkan jika terdapat 2. Dewi
pasien pasien yang memenuhi Handayani
kriteria dan memerlukan untuk 3. M. Furqon
dilakukan ronde keperawatan

4 Dischart planning Pengadaan leaflet untuk persiapan 1. Khaerul


belum di lakukan pemberian edukasi kepada pasien Umam
secara optimal dan keluarga pasien sebelum 2. M.
pulang. Zainuddin
3. Rini
Rusmawati
5 Supervisi belum Perlunya sosialisasi lebih lanjut 1. Riana
berjalan dengan terkait supervisi keperawatan 2. M.
optimal sehingga perencanaan asuhan Zainuddin
keperawatan dan 3. Abdullah
pendokumentasian dapat Tamim
dipersiapkan dan terlaksana lebih
optimal. .
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Analisi Kesenjangan Teori dan Penyelesaian


Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa Ners Stase
Manajemen Keperawatan STIKES YARSI Mataram pada 18 juni s.d 23 Juni
2018 diruang IRNA III Rumah Sakit Patuh Patut Patju Kabupaten Lombok
Barat, terdapat beberapa masalah. Setelah dianalisa dan dengan
mempertimbangkan kemampuan kelompok, maka kelompok memutuskan
untuk mengatasi beberapa masalah yang ada di ruang IRNA III seperti yang
tersebut dibawah ini terkait dengan sistem manajemen yang dapat di
intervensi oleh mahasiswa. Setelah di intervensi, implementasi dan
mengevaluasi kinerja dan membandingkan kembali dengan konsep teoritis
yang ada dan bagaimana pencapaian kelompok. Adapun gambaran masalah
fungsi manajemen yang di intervensi dan implementasi oleh mahasiswa dan
kinerja kelompok adalah sebagai berikut :
4.1.1 Man
Masalah yang ditemukan kelompok di ruangan IRNA III RSUD
Patuh Patut Patju terkait dengan man yaitu jumlah ketenagaan ruangan
yang telah mencukupi atau sebanding dengan jumlah pasien yang
terdapat di ruangan IRNA III.
Setelah menjalankan role play kelompok kembali menyebarkan
kuesioner tingkat kepuasan pasien kepada 7 orang pasien di ruang
IRNA III pada tanggal 4 juli 2018. Hasil kepuasan pasien setelah
dilakukan intervensi (role play) didapatkan bahwa 91 % mengatakan
pelayanan keperawatan memuaskan, dan 9 % mengatakan tidak puas
dengan pelayanan keperawatan.
Sehingga kelompok dapat menyimpulkan bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan dengan menerapkan komunikasi terapeutik
dan 3S (senyum, sapa, salam) akan meningkatkan kepuasan pasien dan
tentunya proses pemberian asuhan keperawatan akan berjalan lebih
baik. Kelompok mengharapkan agar ruangan IRNA III ke depannya
dapat memberikan asuhan keperawatan dengan menerapkan prinsip 3S
dan komunikasi terapeutik.
Berdasarkan hasil observasi kelompok selama 2 minggu,
kelompok masih menjumpai PA yang sering datang terlambat. Hal ini
bisa disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya kurangnya motivasi
kerja. Untuk itu kepala ruangan perlu memberikan motivasi terhadap
PA agar dapat melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik.
Menurut Nursalam (2002), terdapat beberapa prinsip-prinsip dalam
motivasi kerja bawahan, yaitu:

a. Prinsip Partisipatif. Dalam upaya memotivasi kerja, bawahan perlu


diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan
yang akan dicapai oleh pemimpin.
b. Prinsip komunikasi. Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu
yang berhubungan dengan usaha pencapaian pekerjaan. Dengan
informasi yang jelas bawahan akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
d. Prinsip mengakui andil bawahan. Pemimpin mengakui bahwa
bawahan mempunyai andil di dalam usaha pencapaian tujuan.
Dengan pengakuan, bawahan akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
e. Prinsip pendelegasian wewenang. Pemberian wewenang kepada
bawahan akan memberikan kesempatan kepada bawahan dalam
mengambil sebuah keputusan, menjadi lebih bertanggung jawab dan
lebih memotivasi bawahan untuk bekerja lebih baik dan tepat waktu
dalam penyelesaian pekerjaan.
f. Prinsip memberi perhatian. Pemimpin memberikan perhatian
terhadap apa yang diinginkan bawahannya, dan bawahan akan
termotivasi bekerja sesuai dengan harapan pemimpin.

Namun yang perlu diperhatikan dalam memberikan motivasi kerja


yaitu karakter individu. Orang dengan kemampuan yang terbatas dan
kurangnya pelatihan, ataupun rasa ketidakamanan, memerlukan
perilaku kepemimpinan yang berbeda dari mereka yang tinggi
kesiapannya dan mempunyai kemampuan, ketrampilan, percaya diri,
dan kemampuan bekerja yang baik (Daft, 2003).
Teori motivasi X dan Y pertama kali dikemukakan oleh Douglas
McGregor tahun 1960-an. McGregor mengelompokkan karyawan
menjadi 2 tipe, yaitu:
a. Tipe X

Ciri-ciri Karyawan Tipe X


1. Umumnya karyawan tidak berambisi mencapai prestasi yang
optimal dan selalu menghindar dari tanggung jawabnya
2. Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah dan diawasi dalam
melaksanakan pekerjaannya
3. Karyawan lebih mementingkan diri sendiri dan tidak
mempedulikan tujuan organisasi.
Untuk memotivasi karyawan tipe X harus dilakukan dengan
cara pengawasan yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka
mau bekerja sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan
adalah cenderung kepada motivasi negatif yakni dengan menerapkan
hukuman yang tegas. Tipe kepemimpinan yang dibutuhkan otoriter/
telling dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi
kerja.
b. Tipe Y

Ciri-ciri Karyawan Tipe Y


1. Rata-rata karyawan rajin. Pekerjaan tidak perlu dihindari dan
dipaksakan, bahkan banyak karyawan tidak betah dan merasa
kesal jika tidak bekerja.
2. Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan
berambisi untuk maju dengan mencapai prestasi kerja yang
optimal.
3. Karyawan selalu berusaha mencpaai sasaran organisasi dan
mengembangkan dirinya untuk mencapai sasaran itu. Organisasi
seharusnya memungkinkan karyawan mewujudkan potensinya
sendiri dengan memberikan sumbangan pada tercapainya sasaran
perusahaan.

Untuk memotivasi karyawan tipe Y hendaknya dilakukan dengan


cara peningkatan partisipasi karyawan, kerjasama dan keterikatan pada
keputusan. Tegasnya, dedikasi dan partisipasi akan lebih menjamin
tercapainya sasaran. Jenis motivasi yang diterapkan adalah motivasi
positif, seperti pemberian pujian, bonus atau penghargaan. sedangkan
tipe kepemimpinannya adalah kepemimpinan partisipatif yaitu perilaku
kepala ruangan yang bersama-sama dengan perawat pelaksana memberi
ide dan saran, mengambil keputusan dan melaksanakannya serta
komunikasi terjalin dua arah.
.
4.1.2 Metode
Pendokumentasian asuhan keperawatan sangat diperlukan karena
memiliki aspek legalitas yang akan menjadi aspek hukum untuk
melindungi setiap tindakan keperawatan, bila sesuatu hal yang tidak
diinginkan terjadi, pendokumentasian asuhan keperawatan dapat
menjadi bukti otentik telah dilakukan tindakan keperawatan kepada
pasien.
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada
kepala ruangan IRNA III Patuh Patut Patju dalam hal
pendokumentasian asuhan keperawatan, diperoleh bahwa
pendokumentasian asuhan keperawatan untuk pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi semua ditulis secara lengkap di
lembar rekam medis pasien
Masalah lain yang ditemukan oleh kelompok di ruang IRNA
Anak terkait dischart planning, berdasarkan hasil observasi di dapatkan
bahwa rata-rata pasien di ruangan tetap diberikan lembar dischart
planning (perencanaan pulang) namun belum optimal dan lengkap,
yang menjadi kendala pasien hanya diberikan KIE secara verbal tanpa
dilengkapi dengan leaflet serta pengetahuan perawat bahwa dischart
planning hanya untuk pasien yang akan pulang saja bukan dipersiapkan
dari awal pasien masuk hingga pasien pulang. Kelompok berinisiatif
untuk membuat leaflet berdasarkan penyakit tertinggi di ruang IRNA
III, sehingga apabila ada pasien yang akan pulang , pasien dan keluarga
di berikan penjelasan melalui leaflet dari pengertian akan penyakit
pasien, penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaannya, sehingga
pasien dan keluarga pasien mengetahui lebih jelas terkait penyakitnya.
Masalah lain terkait supervisi, berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan kelompok bahwa tidak ditemukan form khusus supervisi
ketua tim, sehingga perencanaan dan pendokumentasian asuhan
keperawatan langsung ditulis pada buku laporan pasien. Berdasarkan
masalah tersebut perlunya perhartian khusus dan sosialisasi lebih lanjut
terkait supervisi keperawatan sehingga perencanaan asuhan
keperawatan dan pendokumentasian dapat terlaksana lebih optimal.

4.1.3 Material
Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit tergantung pada
kompetensi dari manajer logistik rumah sakit. Manajer berfungsi untuk
mengelola logistik melalui fungsi antara lain mengidentifikasi,
merencanakan pengadaan, pendistribusian alat hingga mengembangkan
sistem pengelolaan logistik yang efektif dan efisien. Pengadaan alat
yang tepat dan berfungsi dengan baik akan memperlancar kegiatan
pelayanan pasien sehingga berdampak bagi peningkatan mutu
pelayanan secara umum.
Manajer logistik juga harus mampu mengantisipasi kejadian
darurat, membuat skala prioritas serta melakukan perubahan yang
dibutuhkan untuk pencapaian tujuan umum rumah sakit. Manajemen
logistik juga harus mencapai efisiensi dan efektifitas. Manajer logistik
memiliki kemampuan untuk mencegah atau meminimalkan
pemborosan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan alat tersebut yang akan
memiliki dampak kepada pengeluaran ataupun biaya operasional rumah
sakit (Urrahman, 2009).
Menurut pemanfaatannya, bahan atau alat yang harus disediakan
rumah sakit dikelompokkan menjadi persediaan farmasi (antara lain:
obat, bahan kimia, gas medik, peralatan kesehatan), persediaan
makanan, persediaan logistik umum dan teknik.
Berdasarkan hasil observasi kelompok terhadap sarana dan
prasaran serta fasilitas alat penunjang kesehatan yang tersedia di ruang
IRNA III RSUD Patuh Patut Patju, ada beberapa peralatan kesehatan
yang masih kurang dan rusak.

4.1.4 Money
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kelompok di ruangan
IRNA III Patuh Patut Patju, tidak terdapat masalah terkait dengan
keuangan di ruangan ini.

4.1. Penyelengaraan Asuhan Keperawatan


System MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefenisikan
empat unsur, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan
dan system MAKP (Nursalam, 2012).
Model MAKP terdiri dari:
1. Model Fungsional
2. Model TIM
3. Model Primer
4. Model Kasus
5. Model Modifikasi Tim Primer
Dalam praktik manajemen ini, kelompok memilih model modifikasi
tim sebagai model asuhan keperawatan di ruang IRNA III RS P3
GERUNG.
1. Persiapan
Pada tahap persiapan seluruh anggota kelompok melakukan
orientasi, analisa situasi ruangan, perencanaan dan pengorganisasian
selama 6 hari dari tanggal 18 Juni-23 juni 2018. Setelah itu pada hari
ke 8 (senin, 25 juni 2018) dilaksanakan destiminasi hasil pengkajian,
analisa situasi serta menyampaikan rencana program kerja.
2. Pelaksanaan
Pada minggu kedua, kelompok mulai melaksanakan asuhan
keperawatan dengan menerapkan model tim modifikasi keperawatan
yang dilakasankan secara bergantian berperan sebagai kepala ruangan,
perawat primer dan perawat associate. Disamping itu setiap anggota
kelompok juga dibagi dalam 3 shift dinas yaitu: pagi, sore, dan malam
yang dilaksanakan mulai minggu kedua yaitu pada tanggal 26 Juni – 8
juli 2018. Dengan penetapan model tim modifikasi oleh kelompok,
selanjutya peran tenaga keperawatan dibagi dalam 3 kategori: Kepala
ruangan, ketua tim (PP) dan Perawat asosiet. Adapun bagan model
struktur organisasi modifikasi tim adalah sebagai berikut :

Kepala Ruangan

Katim/ PP

PA

Bagan 4.1 Model Tim Modifikasi


Proses penyelenggaraan peran dibantu oleh perawat pelaksana
lainnya (sesuai dengan jadwal shift).
Susunan struktur bagan seperti diatas yang selanjutnya
digunakan dalam penerapan MAKP Modifikasi Tim di ruang IRNA
III RSUD Patut Patuh Patju Gerung.
a. Rata-rata Tingkat Ketergantungan dari Tanggal 26 Juni s.d 8 Juli
2018 di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju, Kabupaten
Lombok Barat.

Tingkat Jumlah P S M
Ketergantungan Pasien
TOTAL 52 52 x 0,36= 52 x 0,30= 52 x 0,20=
18,72 15,6 10,4
Jumlah 19 Orang 16 Orang 10 Orang
Perawat Perawat Perawat
PARTIAL 103 103 x 103 x 103 x
0,27= 0,15= 0,10= 10,3
27,81 15,45
Jumlah 28 Orang 15 Orang 10 Orang
Perawat Perawat Perawat
MINIMAL 75 75 x 0,17= 75x 0,14 = 75 x 0,07 =
12,75 10,5 5,25
Jumlah 13 Orang 11 Orang 5 Orang
Perawat Perawat Perawat

Berdasarkan penghitungan tingkat ketergantungan dan


kebutuhan perawat selama tanggal 26 Juni-8 juli 2018 terhitung
jumlah pasien total sebanyak 52 pasien dengan kebutuhan perawat 19
orang untuk shift pagi, 16 orang untuk shift sore dan 10 orang untuk
shift malam, kemudian untuk tingkat ketergantungan partial jumlah
pasien sebanyak 103 orang dengan kebutuhan perawat untuk shift
pagi 28 orang perawat, untuk shift sore 15 orang dan 10 orang untuk
shift malam, terakhir untuk pasien dengan tingkat ketergantungan
minimal jumlah pasien 75 orang dengan rasio kebutuhan perawat yang
dibutuhkan untuk shift pagi 13 orang dan sore adalah 11 orang
perawat dan 5 orang perawat untuk shift malam.
3. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan MAKP dilaksanakan pada minggu ke-2
yaitu pada tanggal 26 Juni-8 Juli 2018 yang meliputi pelaksanaan
masing-masing peran (Ka. Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Asosiet).
Setiap anggota kelompok dengan berpedoman pada uraian tugas telah
disepakati serta pelaksanaan dinas jaga.
4. Kelebihan
a. Model MAKP Tim Modifikasi yang dijalankan oleh ruangan:
1) Asuhan keperawatan lebih terencana selama 24 jam jadi
karena direncanakan dari pagi
2) Membangun kemandirian perawat associet dan perawat
pembelajaran/ profesionalisasi PA dalam menjadi perawat
primer kedepannya pada saat rotasi.
3) Perawatan kepada pasien lebih komprehensif.
4) Penyebaran tenaga perawat lebih optimal.
b. Model MAKP yang dijalankan oleh mahasiswa adalah Model
Tim Modifikasi.
5. Hambatan
a. Model MAKP Tim modifikasi yang dijalankan oleh mahasiswa:
1) Bila muncul masalah keperawatan yang baru dari pasien,
tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan rencana yang
sudah disusun oleh PP
2) Merangkapnya tugas dari KATIM khususnya pada shift sore
dan malam karena tidak didampingi langsung oleh kepala
ruangan.
3) Perawat PP harus memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dalam mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinis, serta mampu berkolaborasi
dengan berbagai disiplin ilmu
6. Konsep Solusi
a. Semua model MAKP baik untuk diterapkan diruangan tetapi
penyesuaian dan pemerataan shift harus diperhatikan dan
dikondisikan sesuai keadaan tenaga diruangan sehingga model
MAKP yang diterapakan berjalan sesuai dengan harapan.
b. Model MAKP juga harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan
Sumber Daya Manusia (Perawat) dan jenjang karirnya.

4.2. Timbang Terima Pasien


1. Persiapan
Persiapan timbang terima mulai dilaksankan pada minggu kedua
dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Mencari literatut guna memperluas wawasan timbang terima
b. Mengadakan uji coba timbang terima pada minggu kedua dan
minggu ketiga.
c. Metode yang digunakan dalam timbang terima menggunakan SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation)
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan timbang terima mulai dilaksanakan pada minggu kedua dan
minggu ketiga tanggal 26 Juni-8 Juli 2018.
3. Hambatan
a. Timbang terima yang dilaksanakan oleh perawat ruangan IRNA III.
Timbang terima yang dilaksanakan oleh bidan/perawat ruangan
sudah optimal sesuai dengan teori, melalui tiga tahap yaitu: pra
timbang terima, pelaksanaan timbang terima dan post timbang
terima. Pendokumentasian yang dilakukan dengan metode lama
yaitu metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, Plan)
b. Timbang terima yang dilaksanakan oleh mahasiswa
1) Minimnya pengalaman dari mahasiswa dalam pelaksanann
timbang terima.
2) Tidak optimalnya penyampaian informasi instruksi dokter dari
tim sebelumnya ke tim berikutnya karena kurang kemampuan
mahasiswa dalam membaca instruksi dokter.
3) Sistem pendokumentasian yang dilakukan adalah menggunakan
SBAR.
4. Konsep solusi
a. Timbang terima dilaksanakan secara bersamaan oleh tim sehingga
semua perawat akan mengelahui semua kondisi pasien.
b. Timbang terima dilaksanaknn tepat waktu agar semua perawat
diajarkan disiplin, sehingga pemberian asuhan keperawatan bisa
dilaksannkan lebih komprehensif dan optimamal selama 24 jam.
c. Timbang terima keperawatan di ruang IRNA Anak untuk selanjutnya
diharapkan menggunakan metode SBAR.

4.3. Dischart Planning


1. Persiapan Pada tahap persiapan, kelompok melakukan persiapan sebagai
berikut:
a. Penetapan pelaksanaan discharge planning yaitu pada saat minggu
kedua pelaksanaan MAKP.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan discharge planning dilakukan pada minggu kedua
pelaksanaan MAKP setiap pasien akan pulang yaitu tanda tangan
persetujuan pulang oleh keluarga dan diberikan leaflet oleh mahasiswa
yang berjalan minggu ke 2 dan 3.
3. Hambatan
Hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan dischart planning
adalah belum optimal dan lengkap karena pemberian leaflet terkdang
tidak dilaksanakan serta kurang pengetahuan perawat bahwa dischart
planning merupakan perencanaan dari pasien datang sampai pasien
pulang.
4. Konsep solusi
Berdasarkan hambatan yang ditemukan, solusi yang dapat
dilakukan adalah perlu kesadaran dari masing-masing anggota kelompok
untuk melengkapi dokumentasi status pasien yang akan pulang, Setiap
pasien pulang selalu diberikan penjelasan sesuai dengan kebutuhan
pasien dan melakukan KIE dengan menggunakan leaflet.

4.4. Tingkat Kepuasan Pasien


a. Post Praktik Keperawatan Management
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner tentang kepuasan pasien
yang dilakukan mahasiswa ners stase manajemen kepada 8 keluarga
pasien ruang IRNA III. Terdapat pertanyaan pada kuisioner, kuisioner
disebarkan tanggal 19 Juni 2017 di dapatkan hasil bahwa pasien rata rata
puas terhadap kinerja pelayanan keperawatan. Puas (91%) dan Tidak
(9%).
Menurut Moison Walter dan White (dalam Nooria: 2008) tingkat
kepuasan pasien di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
1. Karakteristik produk rumah sakit,
2. Harga perawatan rumah sakit.
3. Pelayanan, meliputi keramahan perawat, kecepatan dan kepedulian
terhadap pasien.
4. Suasana dan komunikasi
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Pelaksanan kegiatan praktek manajemen di Ruangan IRNA III RS
Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat dimulai dari tanggal 18 Juni-14
Juli 2018. Kelompok melakukan pengkajian selama 6 hari dari tanggal 18 Juni
s.d 23 Juni 2018, kemudian data diolah/ dianalisa dan merumuskan masalah
dimana kelompok menemukan beberapa masalah yang perlu diintervensi :
M1 (Man)
Pembuatan papan struktur organisasi mahasiswa di ruangan dapat
memperjelas pembagian tugas dan fungsi masing-masing staf
M2 (Metode)
Timbang terima
1. Melakukan timbang terima yang benar dan secara menyeluruh
2. Perawat mengikuti operan sekurang-kurangnya harus hadir 15 menit
sebelum operan dimulai
3. Secara rutin kepala ruangan melakukan pemeriksaaan terkait kelengkapan
RM semua pasien diruangan IRNA III yang berfokus pada masalah
keperawatan, rencana dan tindakan keperawatan
4. Metode timbang terima yang dilakukan perawat IRNA III belum
menerapkan metode SBAR sehingga pada saat role play mahasiswa
menggunakan metode SBAR dengan harapan perawat ikut menggunakan
metode SBAR.
Dischart Planning
1. Penerapan pemberian KIE pasien dilengkapi dengan leaflet
2. Membuat leaflet penyakit terbanyak di ruang IRNA III (pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaan)
3. Pengisian lembar dischart planning dimulai pada saat pasien masuk
ruangan sampai dengan pasien akan pulang
Supervisi
1. Ketersediaan form supervisi untuk kepala ruangan dan ketua tim
2. Melengkapi pengisian lembar/form supervisi karu dan katim
3. Mengevaluasi kelengkapan isi pendokumentasian melalui form supervisi
4. Menindaklajuti kinerja staf melalui form supervisi

Ronde Keperawatan
1. Melakukan ronde keperawatanyang benar sesuai dengan konsep dan teori

M3 ( Material)
1. Semua peralatan sarana dan prasarana dan fasilitas kesehatan lainnya
dapat digunakan dengan baik, sehingga pasien mendapatkan perawatan
yang sesuai dengan kebutuhannya
2. Pengadaan laporan terkait kebutuhan peralatan alkes dan non alkes yang
belum ada di ruangan

5.2 Saran
Kami menyadari masalah yang akan muncul selama proses kegiatan salah
satunya dipengaruhi oleh ketidakdisiplinan perawat sehingga kami meyakini
bahwa penerapan MAKP Tim Modifikasi merupakan metode yang cocok
diterapkan dalam meningkatkan mutu keperawatan secara profesional, dengan
penerapan MAKP perawat mampu memberi asuhan keperawatan secara
menyeluruh dan optimal.
Bagi mahasiswa, penerapan metode MAKP sangat membantu selama
praktik berlangsung, penerapan model ini memudahkan dalam menentukan
pembagian tim sesuai tupoksi serta membantu dalam menentukan standar dan
proses keperawatan secara menyeluruh dan profesional.

5.3 Kesan
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman yang luar biasa di ruangan IRNA III
RSUD Patuh Patuh Patju, dimana kelompok mendapatkan banyak ilmu
terkait stase manajemen mulai dari memanage ruangan IRNA III,
melakukan timbang terima, dan membagi tugas setiap staf sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
2. Perawat/ tenaga kesehatan di ruang IRNA III, dapat menerima kehadiran
mahasiswa praktek tim manajemen Profesi Ners STIKES YARSI Mataram
dengan terbuka, perawat juga banyak memberikan masukan, saran dan
bimbingan yang berharga bagi kelompok demi kelancaran praktek yang
dilakukan selam 4 minggu.
DAFTAR PUSTAKA

Bidang Keperawatan RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. (2015). Pedoman


Pelayanan Keperawatan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Medan:
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2


Bahasan Indonesia), Jakarta : EGC

Depkes. (2002). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi ke-1,


Direktorat Pelayanan Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan. Jakarta : Depkes RI

Gillies, D.A. (1994). Nursing Management: a system approach (3th Edition).


Philadelpia: W.B. Saunders

Komite Keperawatan RSUD Ibnu Sutowo. (2004). Pedoman Model Praktek


Keperawatan Profesional Yang disederhanakan (MPKPs). Baturaja
OKU: RSUD Ibnu Sutowo

Nursalam. (2001). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional. Edisi I. Jakarta : EGC

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika

Priharjo, R (1995), Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan Hukum.


Jakarta : EGC

Rahmulyono. A. (2008). Analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap


kepuasan pasien Puskesmas Depok I Sleman, Fakultas Ekonomi.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Surjawati. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Keperawatan.


Disampaikan dalam Seminar Nasional Persi. Jakarta

Swansburg, R.C. (1995). Nursing Staff Development. Jones and Bartlett Publisher,
Toronto

Urrahman, Zhiyya. (2009). Manajemen Budgeting dan Logistik Keperawatan.


Dibuka pada website http://srigalajantan.wordpress.com/2009/11/19/88/
pada tanggal 31 Februari 2010

Wiyana, Muncul. (2008). Membangun Pribadi Caring Perawat. Dibuka pada


website www.uii.ac.id pada tanggal 28 Januari 2009.

Anda mungkin juga menyukai