OLEH
KELOMPOK 1 + 2 A
Kepala Ruangan
Pasien/klien
Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
2.5.2 Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan
yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan
memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota
tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu
sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat
profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model
tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan
yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif
dari memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya
kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim
nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan,
mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan
tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu
menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,
mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan
keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik
dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan
kebutuhan pasien tidak terpenuhi.
Kepala Ruangan
Perawat Primer
Pasien / Klien
Kepala Ruangan
Kepala Ruang
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju
a. Visi
”Rumah Sakit yang Bermutu dan Terpercaya”
b. Misi
1) Memberikan pelayanan yang BERMUTU dengan mengutamakan
keamaanan dan kenyamanan sesuai standar yang berlaku untuk
mencapai kepuasan pelanggan.
2) Mengembangkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
Rumah Sakit secara berkesinambungan serta menyelenggarakan
pelayanan pendidikan pelatihan dan penilitian yang menunjang
pelayanan kesehatan.
c. Tujuan
a) Terwujudnya pelayanan yang paripurna ( promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif) dengan mengutamakan kepuasan
pelanggan eksternal dan internal.
b) Tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan.
c) Terwujudnya pengembangan pengatahuan keterampilan sikap dan
pengalaman sumber daya manusia secara berkesinambungan.
d) Terwujudnya pelayanan pendidikan, pelatihan, dan penelitian
yang menunjang pelayanan kesehatan.
d. Motto
“Melayani dengan sepenuh hati”
e. Nilai Dasar
Menonjolkan diri sebagai pribadi yang “Sopan, Ikhlas, dan Profesional
(SIP)”
B. Gambaran umum IRNA III RSUD Patut Patuh Padju
Ruangan IRNA III merupakan salah satu ruangan rawat inap di RSUD
patut patuh patju kabupaten lombok barat yang melayani perawatan pasien
rawat gabung.
Berdasarkan hasil observasi tanggal 18 Juni 2018 di ruang IRNA III
memiliki 2 pintu masuk 1 dan 2 yang terletak di bagian barat dan timur dan
memiliki kapasitas 14 ruangan, yang terdiri dari: ruangan no.1 di bagi menjadi
3 bagian yang digunakan sebagai ruangan administrasi, ruangan janitor,
ruangan BHP dan linen dan terdapat 1 kamar mandi, ruangan ini terletak di
sebelah utara di samping kiri pintu masuk, ruang no.2 digunakan sebagai
ruang pasien laki – lakiyaitu ada 4 bed tidak terisi, ruang no.3 digunakan
untuk pasien laki – lakiyaitu ada 4 bed yang terisi semua, ruang no.4
digunakan untuk pasien laki – laki yaitu ada 4 bed yang terisi 3 bed, ruang
no.5 digunakan untuk pasien laki – laki yaitu ada 3 bed, ruang no.6 digunakan
untuk pasien laki – laki yaitu ada 3 bed yang tidak terisi, ruang no.7 di
gunakan sebagai ruang isolasi, ruang no 8digunakan untuk pasien wanita
yaitu ada 4 bed, ruang no 9digunakan untuk pasien wanita yaitu ada 3 bed,
ruang no 10digunakan untuk pasien wanita yaitu ada 4 bed, ruang no
11digunakan untuk pasien wanita yaitu ada 4 bed, ruang no 12digunakan
untuk pasien wanita yaitu ada 5 bed,Setiap ruangan pasien dilengkapi 1 kamar
mandi dan 2 pintu, untuk masuk dan keluar menuju teras belakang. selain
ruangan yang di jelaskan diatas terdapat 3 ruangan lain yang berada tengah
yang terletak dibagian utara dan selatan, dibagian utara terdapat 2 ruangan
yang di gunakan sebagai ruang konseling yang terletak disebelah ruangan
pasien no.3 dan ruangan alkes terletak di antara ruangan konseling dan
ruangan pesien no.4, ruangan alkes juga dilengkapi dengan 1 kamar mandi.
Dibagian selatan diantara ruangan pasien no.10 dan ruangan pasien no.9
terdapat ruangan yang digunakan khusus untuk tenaga keperawatan yang juga
dilengkapi 1 kamar mandi.
Ruang IRNA III RSUD patut patuh patju di pimpin oleh kepala ruanagan,
terdapat 3 Perawat primer (1,2 dan 3), dan dari setiap perawat primer
memegang masing-masing 4 perawat associate, dari jumlah perawat associate
seluruhnya sebanyak 12 orang. Selain tenaga keperawatan terdapat 2 tenaga
admin. Ruang perawatan IRNA III ini dari hasil wawancara kami ruangan ini
belum mempunyai visi misi dan motto ruangan .
R5 R11
R4 R1
R. alkes
perawawat
R.perawat
R. station
R.jaga
Nurse
konseling
R3 R9
R2 R9 R8
KEPALA INSTALASI
dr. Anita Dini Rianti
KEPALA RUANGAN
Inji Winarti S. Kep,Ns
PP I PP II PP III
ROYANI, Amd. Kep Ns. Eka Mardiana S.Kep Lilik Tristianti A.Md. Kep
PA II PA III
PA I 1. Teni Yonita, Amd. Kep
1. Ns.Saparudin, S. Kep 1. Mustamiudin, Amd. Kep
2. Ahmad Nursalam Jundan, Amd. 2. L. Denny Hendriawan, Amd. Kep
2. Apri Widiarni, Amd. Kep 3. Ns. Fetty Ariati, S. Kep
3. Iwan Apriadi, Amd. Kep Kep
3. Ns. Ismail, S.Kep 4. Praca Gusman, Amd. Kep
4. Sopian Hadi, Amd. Kep
4. Erika Koerniaty, Amd. Kep
E. Unsur Input/Masukan
1. Man
1) Pasien
a) Kajian Teori
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan
yang membutuhkan pelayanan medis/keperawatan yang terganggu
kondisi kesehatannya baik jasmani maupun rohani (WHO, 1999).
b) Kajian data
Tabel 1. Data pasien di IRNA III pada tanggal 18Juni 2018
No Kamar pasien Jumlah Pasien
1 2 5
2 3 1
3 4 4
4 5 2
5 6 -
6 7 -
7 8 4
8 9 4
9 10 3
10 11 4
11 12 -
Jumlah 27
2) Penyakit
a) Kajian teori
Penyakit adalah perihal hadirnya sekumpulan respon tubuh
yang tidak normal terhadapt agen, dimana manusia memiliki
toleransi yang sangat terbatas atau bahkan tidak memiliki
toleransi sama sekali (Elizabeth J. Crown, 2011).
b) Kajian data
Jumlah penyakit terbanyak selama periode Desember 2017
sampai dengan Mei 2018 dapat dilihat pada tabel 4:
Tabel 4. Distribusi 10 Jenis Penyakit Terbesar yang mencakup
seluruh IRNA yaitu I,II DAN IRNA III RSUD patut patuh patju
priode Desember 2017 sampai dengan Mei 2018
No Kualifikasi Jumlah/Orang %
1 Ners 5 31,2%
2 S1 Keperewatan - -
3 D3 Keperawatan 12 68,8%
Jumlah 17 100%
No Klafikasi Frekuensi %
1. Tenaga administrasi 2 orang 18,2%
2. Dokter umum 3 orang 27,3%
3. Apoteker 4 orang 36,4%
4. Tenaga gizi 1 orang 9,1%
Jumlah 11 orang 100%
Sumber :Data primer diolah dari wawancara
c) Analisa Data
Berdasarkan tabel 5. dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan perawat di Ruang IRNA III yang paling banyak
adalah D3 keperawatan sebanyak 12 orang yaitu 68,8%
sedangkan yang paling sedikit adalah ners sebanyak 5 orang
yaitu 31,2%. Dimana latar belakang pendidikan Kepala ruangan
adalah Ners keperawatan.
Berdasarkan table 6. Dilihat bahwa tenaga administrasi ada
2 orang dan cleaning servis sebanyak 2 orang, dokter umum 3
orang, apoteker sebanyak 4 orang dan gizi ada 1 orang.
II. Pelatihan tenaga keperawatan
2) Kajian Data
3 BHD 0 0
4 EKG 0 0
6 Pelatihan HIV 0 0
4) Analisa Data
Berdasarkan table 7. Di atas dilhat bahwa tenaga keperawatan di
IRNA III RSUD patut patuh padju yang telah mengikuti pelatihan
manajemen bangsal 1 orang, BCTLS 10 orang, pelatihan TB paru 1
orang. Kemudian dari 17 tenaga keperawatan hanya 12 orang yang
mengikuti pelatiahan.
III. Jumah ketenagaan
(1) Kajian teori
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah suatu
proses membuat perencanaan untuk menentukan berapa
banyak dan dengan kriteria tenaga yang seperti apa pada
suatu Ruangan pada setiap shiftnya. Beberapa ahli
mengembangkan beberapa formula untuk menetapkan
jumlah tenaga tersebut. Formula juga dapat digunakan untuk
menilai dan membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini
sesuai, kurang atau berlebihan.
Beberapa ahli telah mengembangkan formula untuk
menetapkan jumlah tenaga tersebut. Formula tersebut antara
lain:
a) Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat
dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut:
Keterangan :
A : Jam efektif/24 jam
B : (BOR x jumlah TT) jumlah pasien rata-rata/hari
C : Jumlah hari libur
b) Menurut Douglas (1984)
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut
Douglas dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien untuk setiap shiftnya seperti tabel 8 berikut:
Tabel 8. Klasifikasi Ketergantungan Pasien
Menurut Douglas
Kebutuhan perawat
Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediate 0,27 0,15 0,10
Maksimal 0,36 0,30 0,20
Sumber: Douglas (1984)
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan
pasien terhadap keperawatan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
Perawatan minimal memerlukan waktu 1–2 jam/24
jam, dengan kriteria:
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri
- Makan, minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiftt
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil
- Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam
dengan kriteria
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
- Folley kateter, intake output dicatat
- Pasien dengan pemasangan infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu
5-6 jam/24 jam dengan kriteria:
- Segala diberikan atau dibantu
- Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2
jam
- Makan memerlukan NT, menggunakan terapi
intra vena
- Pemakaiansuction
- Gelisah/disorientasi
c) Menurut Depkes (2002)
Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes:
Asuhan keperawatan minimal
- Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
- Makan dan minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
- Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap
shift
- Pengobatan minimal, status psikologi stabil
Asuhan keperawatan sedang
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap empat jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
Asuhan keperawatan agak berat
- Sebagian besar aktivitas dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam sekali
- Terpasang folley kateter, intake output dicatat
- Terpasang infus
- Pengobatan lebih dari sekali
- Persiapan pengobatan perlu prosedur
Perawatan maksimal
- Segala aktivitas diberikan perawat
- Posisi diatur
- Observasi tanda-tanda vital tiap dua jam
- Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
- Penggunaansuction
- Gelisah/disorientasi
Penghitungan tenaga perawat berdasarkan:
a) Tingkat ketergantungan pada pasien berdasarkan
jenis kasus
b) Rata-rata pasien perhari
c) Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien
d) Jam perawatan yang diperlukan/Ruangan/hari
e) Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari
Kebutuhan tenaga perawat di unit perawatan
menggunakan rumus:
Loss day = jml hr mg dlm 1 thn + cuti + hr besar x kebutuhan tenaga I Jml hari
kerja efektif
Tingkat
Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantungan
Minimal 9×0,17= 9×0,14= 9×0,007=
9
1.53 1.26 0.063
Parsial 12×0,27= 12×0,15= 12×0,10=
12
3,24 1,8 1,2
Total 6×0,36= 6×0,3= 6×0,20=
6
2,16 1,8 1,2
Jumlah 27 7 5 2
Total tenaga keperawatan:
Pagi : 7 orang
Siang : 5 orang
Malam : 2 orang +
14 orang perawat
Jumlah tenaga lepas per hari
86×14 = 4,31 orang = 4orang
279
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada
tanggal 18 Juni 2018 di Ruang IRNA III adalah:
= 14 orang + 4 lepas piket di tambah kepala Ruangan 1 orang
= 19 orang
Tabel 10. Data tingkat ketergantungan pasien ketenagaan
perawat di IRNA III pada tanggal 19 Juni 2018
Tingkat
Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantungan
Minimal 11×0,17= 11×0,14= 11×0,007=
11
1.87 1.54 0,77
Parsial 10×0,27= 10×0,15= 10×0,10=
10
2,7 1,5 1
Total 6×0,36= 6×0,3= 6×0,20=
6
2,16 1,8 1,2
Jumlah 27 6 5 3
Total tenaga keperawatan:
Pagi : 6orang
Siang : 5 orang
Malam : 3 orang +
14 orang perawat
Jumlah tenaga lepas per hari
86×14 = 4,31 orang = 4orang
279
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada
tanggal 19 Juni 2018 di Ruang IRNA III adalah:
= 14 orang + 4 lepas piket di tambah kepala Ruangan 1 orang
= 19 orang
Tabel 11. Data tingkat ketergantungan pasiendan ketenagaan
perawat di IRNA III pada tanggal 20 Juni 2018
Tingkat
Jumlah Pagi Sore Malam
ketergantungan
Minimal 13×0,17= 13×0,14= 13×0,007=
13
2,21 1,82 0,091
Parsial 10×0,27= 10×0,15= 10×0,10=
10
2,7 1,5 1
Total 5×0,36= 5×0,3= 5×0,20=
5
1,8 1,5 1
Jumlah 28 7 5 2
3. Material
a) Kajian Teori
Pelaksanaan proses manajemen pelayanan keperawatan
sangat memerlukan adanya pengelolaan fasilitas dan peralatan
sebagai faktor pendukung dan penunjang terlaksananya pelayanan
keperawatan yang efektif.
Standar fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun
keperawatan telah ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan
memperhatikan jenis alat, bahan/warna, ukuran, jenis kegiatan,
jumlah yang dibutuhkan, juga didasarkan atas pertimbangan bahan
yang dipakai, disimpan maupun dicuci. Penyediaan alat-alat
menggunakan pedoman buku standar fasilitas dan peralatan
keperawatan Ruang bedah. Standar tersebut meliputi fasilitas Ruang
perawatan kelas II, III, alat tenun, alat kesehatan/keperawatan, alat
rumah tangga, alat pencatatan dan pelaporan.
b) Kajian data
Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun
keperawatan dapat dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan
oleh masing-masing institusi dengan memperhatikan jenis alat dan
bahan.
Tabel 12. Daftar Infentaris Alat Medis Dan Non Medis Di Ruang
IRNA III RSUD Patut Patuh Patju
Tabung oksigen 1 1 0 0
Gunting perban 1 1 0 0
Korentang 1 1 0 0
Bak instrument besar 1 1 0 0
Bak instrument kecil 1 1 0 0
Bengkok 2 2 0 0
Thermometer 3 2 0 1
Standard infuse 34 34 0 0
Masker O2 - - - -
Nasal kateter - - - -
Troli 4 4 0 0
Tourniquet 3 3 0 0
Penlight - - - -
Ambu bag Dewasa 1 1 0 0
Regulator O2 21 21 0 0
Pinset anatomi 8 8 0 0
Kom steril 1 1 0 0
Klem - - - -
Tong spatel 1 1 0 0
Pinset chirurgis 10 10 0 0
Kursi Roda 3 3 0 0
Nebulizer 3 3 0 0
Monitor EKG 1 1 0 0
Monitor SPO2 2 2 0 0
Suction 1 1 0 0
Reflek hummer 1 1 0 0
Syringe pump 2 2 0 0
GDS STIK 1 1 0 0
Jumlah 116 114 1 1
Tabel 13. Daftar Infentaris Alat Tenun Di IRNA III RSUD Patut
Patuh Patju
Stik laken - - 0 0
Selimut - - 0 0
Scout 3 3 0 0
Sampiran 17 17 0 0
Perlak 2 2 0 0
Jumlah 48 48
c) Analisa data
Berdasarkan table 12. Dapat dilihat bahwa alat medis dan
non medis dalam katagori baik sebanyak 114 alat, alat yang tidak
bail 1 dan alat yang rusak 1.
Berdasarkan table 13. Dapat dilihat bahwa alat tenun di
ruanagn semua dalam katagori baik sebanyak 48.
Berdasarkan table 14. Dapat dilihat bahwa 151 yang baik dan
2 yang kurang baik.
Kesimpulan yang kami dapatkan dari hasil observasi
mengenai sarana dan prasarana yang ada di ruangan sudah memadai
namun terkadang kebutuhan alat tenun di ruangan seperti selimut
pasien sering tidak tersedia dikarenakan distribusi dari tempat
laundry yang cukup lama. Faktor yang menyebabkan distribusi
lama adalah cuaca dan mesin laundry yang rusak. Kemudian ada
beberapa ruangan yg tidak memiliki alas kaki di depan WC
4. Money
a) Kajian teori
Salah satu fungsi Rumah Sakit adalah memberikan pelayanan
kesehatan, baik medis maupun non medis, dalam kaitan tersebut agar
pelayanan Rumah Sakit dapat berjalan seoptimal mungkin dan dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat maka untuk itu Rumah Sakit perlu
mempersiapkan peralatan atau bahan medis, non medis dan jasa
pemborongan.
Sumber dana Rumah Sakit yaitu:
1) Daftar isian proyek pemerintah pusat dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN)
2) Daftra isian kegiatan dari anggaran pendapatan belanja Negara
3) Pendapatan fungsional dan non fungsional dari pendapatan
pelayanan rumah sakit
b) Kajian data
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan kepala
Ruang IRNA III Rumah sakit Umum Patut Patuh Patju sumber dana
operasional berasal dari umum, BPJS, dan Bansos.
a. Pemasukan: psaien umum, BPJS.
Berdasarkan rumah sakit PERDA BLUD (badan
layanan umum daerah)
b. RAB yang meliputi dana untuk kegiatan berikut
1. Operasional (kegiatan pelayanan):diatur oleh perencanann
umum rumah sakit.
2. Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telpon dan
lainnya).
a. Pegawai negeri : digaji oleh sistem pegawai negara dan
dari jasa pelayanan.
b. Pegawai kontrak : digaji dari jasa pelayanan.
c. Listrik, telpon : pembayaran ditanggung rumah sakit
3. Pengembangan (sarana prasaranan dan sumber daya
manusia)
a. Sarana dan prasarana diatur oleh manajemen
perencanaan.
b. SDM dihitung berdasarkan kebutuhan masing-msing
bidang.
5. M5 (Mutu)
a. Kajian Teori
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur,prosesdan outcome system pelayanan RS tersebut. Mutu
asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan
sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat
efisiensi RS. Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi,
dokumen, instrument, audit (EDIA).
1) Aspek instruktur (input)
Struktur adalah semua input untuk system pelayanan sebuah RS
yang meliputi MI (tenaga), M2 (sarana prasarana) , M3 (metode
asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (pemasaran), M6 (Mutu) dan
lainnya. Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur
system RS tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu
pelayanan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat kewajaran,
kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-masing
komponen struktur.
2) Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter,perawat,dan tenaga profesi
lain yang mengadakan interaksi secara professional dengan pasien.
Interaksi ini di ukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang
penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan
pengobatan, indikasi pengobatan, indikasi tindakan, penanganan
penyakitdan prosedur pengobatan.
3) Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga
profesi lain terhadap pasien.
F. Unsur Proses
1. Proses Asuhan Keperawatan
a. Kajian Teori
1) Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental,
social dan lingkungan. Pengkajian merupakan langkah pertama dari
proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat
dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada
(Pengantar Konsep Dasar Keperawatan). Pengkajian keperawatan
adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan
komunikasi data tentang klien (Fundamental Keperawatan).
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan
subjektif dari klien. Adapun data yang terkumpul mencakup klien,
keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan. (Mc Farland
& mc Farlane).
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian
antara lain:
a) Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi
oleh klien dengan cara memperhatikan kondisi fisik, psikologi,
emosi, sosialkultural, dan spiritual yagn bisa mempengaruhi
status kesehatannya.
b) Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan
masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi
menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu database yang
lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien
selama berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon,
1987;1994)
c) Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
d) Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang
yang berperan penting dan catatan kesehatan klien.
Metode pengumpulan data meliputi :
Melakukan interview/wawancara.
Riwayat kesehatan/keperawatan
Pemeriksaan fisik
Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan
diagnostik lain serta catatan kesehatan (rekam medik).
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan
objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data
yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi
pelayanan kesehatan yang lain.
The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA,
2010) mendefinisikan diagnosa keperawatan semacam keputusan
klinik yang mencakup klien, keluarga, dan respon komunitas
terhadap sesuatu yan berpotensi sebagai masalah kesehatan dalam
proses kehidupan.
Dalam membuat diagnosa keperawatan dibutuhkan ketrampilan
klinik yang baik, mencakup proses diagnosa keperawatan dan
perumusan dalam pembuatan pernyataan keperawatan. Proses
diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi dan
menjamin keakuratan diagnosa dari proses keperawatan itu sendiri.
Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan memiliki beberapa
syarat yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan
antara sesuatu yang aktual, risiko, dan potensial dalam diagnosa
keperawatan.
Perumusan diagnosa keperawatan :
Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
Resiko: Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika
tidak dilakukan intervensi.
Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan
kemungkinan.
Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga
atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu
ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa
keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3) Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi, desain untuk
mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang
diidentifikasikan pada diagnosa keperawatan dan menyimpulkan
rencana dokumentasi.
Secara tradisional rencana keperawatan diartikan sebagai
suatu dokumentasi tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah,
tujuan dan intervensi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya,
rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang
asuhan keperawatn kepada pasien. Setiap pasien yang memerlukan
asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik. Misalnya
semua pasien pasca operasi memerlukan suatu pengamatan tentang
pengelolaaan cairan dan nyeri, sehingga semua tindakan
keperawatan harus distandarisasi. Standar tindakan tersebut dapat
dibaca di SAK (Standar Asuhan Keperawatan) atau SOP (Standar
Operasional Prosedur) dari (Depkes RI, 2000).
4) Pelaksanaan
Implementasi Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien.Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
Tahap 1 : persiapan, Tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi
pada tahap perencanaan.
Tahap 2 : intervensi Focus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan:independen,dependen,dan interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5) Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat
dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan
dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang
telah disusun.
Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan criteria keberhasilan
yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil Evaluasi
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak
tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari
penyebab dan cara mengatasinya.
Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul
masalah baru. Dalam hal ini perawat perlu untuk
mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data,
analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya
tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan
dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien ,seluruh
tindakannya harus didokumentasikan dengan benar dalam
dokumentasi keperawatan.
b. Kajian Data
1) Pengkajian
Setelah dilakukan observasi dan wawancara, di Ruang IRNA III
RSUD patut patuh padju menggunakan format pengkajian asuhan
keperawatan untuk setiap pasien yang sudah baku.
2) Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukan observasi dan wawancara di Ruang IRNA III
menggunakan format diagnose keperawatan untuk setiap pasien yang
sudah baku.
3) Perencanaan
Setelah dilakukan observasi dan wawancara di Ruang IRNA III
menggunakan format rencana keperawatan untuk setiap pasien yang
sudah baku.
4) Implementasi
Setelah dilakukan observasi dan wawancara di Ruang IRNA
III menggunakan format Implementasi yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang ditulis di format lembar terintegrasi.
5) Evaluasi
Setelah dilakukan observasi dan wawancara, ditemukan format
evaluasi keperawatan dengan menggunakan format SOAP.
c. Analisa Data
Dari hasil kajian teori dan kajian data yang dilakukan di Ruang
IRNA III didapatkan hasil bahwa asuhan keperawatan ditulis pada format
baku yang sudah ditetapkan oleh di Ruang IRNA III yaitu asuhan yang
terdiri dari (pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi) dengan refrensi NIC NOC.
2. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
a. Kajian teori
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal
sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan
sebagai tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding
(Marr dan Biebing, 2001). Menurut Asrul Azwar (1994), standar
menunjukkan pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan, diukur dalam
bentuk minimal dan maksimal, penyimpangan masih dalam batas atas
yang dibenarkan toleransi. Menurut Nursalam (2002) standar merupakan
pernyataan yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang,
kebiasaan atau kesepakatan mengenai apa yang memadai dan sesuai, dapat
diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang
mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar,
yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta
sebagai tolok ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat
(Nursalam, 2002). Menurut Gillies (1994) Standar Asuhan Keperawatan
mempunyai tiga tujuan, yaitu:
1) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya
meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan.
2) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan
asuhan keperawatan yang tidak penting.
3) Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan
dengan mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar
asuhan keperawatan serta menentukan bahwa kegagalan dari perawat
untuk memenuhi standar, membahayakan pasien.
Di Indonesia, standar keperawatan dipakai sebagai dasar
pedoman dan instrumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan
yang disusun oleh DepKes (1997), yaitu:
a) Standar I . Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan data anamnesa, observasi yang
paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus
tentang keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan
sehingga data keperawatan harus bermanfaat bagi semua anggota
tim, data pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokkan
data, dan perumusan masalah.
b) Standar II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis
dan dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan
komponennya terdiri dari masalah, penyebab, dan gejala (PES),
bersifat aktual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
c) Standar III. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan, komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
d) Standar IV. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
keluarga.
e) Standar V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
f) Standar VI. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan, digunakan
sebagai informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan setelah
tindakan dilakukan, sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatansetiap mencatat harus mencantumkan inisial atau paraf
nama perawat, menggunakan formulir yang baku, simpan sesuai
peraturan yang berlaku.
Dasar hukum standar profesi keperawatan adalah UU Kesehatan RI
No. 23 tahun 1992 pasal 53. Ayat1 : “tenaga kesehatan memperoleh
perlindungan dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya”. Ayat 2 : “
tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban standar
profesi dan pasien”.
Standar Keperawatan menurut DepKes RI meliputi: Standar
Pelayanan Keperawatan (SPK), Standar Asuhan Keperawatan (SAK).
Suatu Ruang perawatan di dalam sebuah Rumah Sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi
yang dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf di Ruangan, Ruang
perawatan mempunyai prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK
(Standar Asuhan Keperawatan) minimal 10 kasus terbanyak diagnosis.
Dalam pembuatan SAK berisi penjelasan/informasi tentang penyakit
dan rencana asuhan keperawatan. Informasi tentang penyakit meliputi
Pengertian, tanda dan gejala, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, dan manajemen terapi, serta prinsip pengkajian kasus penyakit
(Brunner, 2002).
b. Kajian data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan di Ruang IRNA III memiliki SAK
meliputi pengertian, tujuan, prosedur (masalah yang mungkin timbul dan
potensial terjadinya infeksi), standar tindakan perawatan serta prinsip
pengakajian kasus penyakit untuk 10 penyakit terbesar di Ruang IRNA III
RSUD patut patuh padju.
c. Analisa data
Dari hasil kajian data di atas bahwa Ruang IRNA III RSUD patut
patuh padju memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang dijadikan
standar dalam memberikan asuhan keperawatan kepeda klien. Ruangan
perawatan di Ruang IRNA III RSUD patut patuh padju telah memiliki
SAK sebagai panduan melakukan asuhan keperawatan sehingga mutu
pelayanan bisa lebih baik lagi.
3) Analisis data
Berdasarkan hasil kajian data di atas disimpulkan bahwa
pelaksanaan manajemen keperawatan dalam hal perencanaan oleh
kepala ruangan di Ruang IRNA III RSUD patut patuh patju sudah
terlaksana dan tertata dan memiliki dokumentasi tersendiri.
b. Pengorganisasian
1) Kajian teori
Pengorganisasianadalah pengelompokan aktivitas-aktivitas
untuk mencapai tujuan objektif, penugasan suatu kelompok
manajer dengan otoritas pengawasan setiap kelompok dan
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat
dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal, yang
bertanggungjawab untuk mencapai objektif organisasi (Swansburg,
2000).
Pengorganisasian menentukan tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang,
tanggung jawab dan mekanisme pertanggungjawaban masing-
masing kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka fungsi pengorganisasian
dari kepala Ruang adalah (Nursalam, 2002) :
a). Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b). Merumuskan tujuan metode penugasan.
c). Membuat rincian tugas staf secara jelas.
d). Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 katim
dan katim membawahi 2-3 perawat.
e). Mengatur dan mengendalikan logistik unit.
f). Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
g). Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat
kepada katim.
h). Memberi wewenang kepeda TU untuk mengurus administrasi
pasien.
i). Mengatur penugasan jadwal pekarya.
j). Identifikasi masalah dan cara penanganan.
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa
teori mengenai metode asuhan keperawatan, antara lain :
a). Fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar pasien.
Pelayanan keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda
dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan
tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya
fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan luka.
Kelebihannya :
(1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian
tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik.
(2) Sangat baik untuk RS yang kekurangan tenaga
(3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahannya :
(1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun
perawat.
(2) Pelayanan keperawatan terpisah-terpisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan.
(3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja.
Kepala Ruangan
Pasien
Katim Katim
Pasien/pasien
Pasien/pasien
Perawat primer
Pasien
Pasien/pasien
Staf perawat Pasien/pasien
PA PA PA PA
PA PA PA PA
3) Analisa Data
Sebelum mahasiswa melakukan praktik di ruangan, pihak
institusi pendidikan mengirimkan permohonan praktik ke RSUD
Patut Patuh Patju. Setelah mendapatkan persetujuan, institusi
mengirimkan kerangka acuan pelaksanaan praktik dan
diadakannya pertemuan antara kedua pihak untuk mendapatkan
kesepakatan dalam pelaksanaan praktik. Untuk selanjutnya
sebelum memulai praktik, mahasiswa dilakukan penyerahan dan
penerimaan oleh pihak kampus dan rumah sakit. Setelah dilakukan
penerimaan selanjutnya dilakukan orientasi ruangan oleh pihak
rumah sakit ke masing-masing ruangan. Orientasi khusus dipimpin
langsung oleh kepala ruangan atau CI klinik.
b) Pengorganisasian (Organizing)
1) Kajian Teori
Berdasarkan petunjuk teknis pelaksanaan praktek:
a) Penerimaan
Peserta didik diserahkan oleh direktur atau
pembimbing pendidikan kepada direktur RSUD Patut Patuh
Patju atau pejabat yang ditunjuk dan Pembimbing lahan.
b) Orientasi
(1) Umum
(2) Khusus
(a). Orientasi ruang perawatan
(b). Orientasi Pasien
c) Menetapkan pembimbing Klinik
d) Penjelasan pelaksanaan PKK
Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik.
Pembimbing klinik adalah seorang tenaga perawat yang
profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab
membimbing secara langsung peserta didik.
Dalam proses bimbingan pembimbing klinik berperan
dalam:
(1) Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik
dalam rangka kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK
sesuai dengan metode yang telah ditentukan
(2) Mengikuti kegiatan bimbingan sesuai dengan metode
yang telah ditentukan
(3) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien
yang akan dijadikan sumber pengalaman kerja
(4) Mengikutkan peserta didik dalam kerja keperawatan
(5) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik.
(6) Menfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan
perawatan kepada pasien
(7) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik
(8) Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik
(9) Memantau pelaksanaan praktik yang meliputi
kemampuan, ketaatan serta memberikan teguran bila
terjadi pelanggaran
(10) Mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam
rangka pencapaian target kompetensi yang diharapkan
(11) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.
2) Kajian Data
Tabel 17. Distribusi Kajian Organizing Proses Bimbingan
PKK di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh
Patju
No Standar Data Keterangan
1 2 3 4
1 Adanya serah terima peserta didik Dilakukan
2 Penetapan pembimbing PKK
Dilakukan
sesuai kriteria yang ditetapkan
3 Penjelasan pelaksanaan PKK Dilakukan
4 Pembagian jadwal dinas Dilakukan
5 Penentuan sanksi bagi peserta
Dilakukan
didik
6 Adanya proses bimbingan dari
pembimbing PKK sesuai dengan Dilakukan
ketentuan
3) Analisa Data
Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbing klinik
keperawatan juga melaksanakan tugas sebagai kepala ruangan dan
memberikan bimbingan saat ada waktu luang. Serah terima peserta
didik tetap dilakukan.
c) Pengarahan (Actuating)
1) Kajian Teori
Pengarahan dilakukan sesuai dengan metode bimbingan
yang dilakukan. Metode bimbingan antara lain:
a) Pre-post conference
Dilakukan oleh peserta didik, pembimbing klinik
dan pembimbing akademik.
b) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu metode
pembelajaran klinik keperawatan yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mentransfer dan mempraktikkan
pengetahuan yang didapat di kelas dan di lab dengan
kunjungan secara langsung kepada pasien.
c) Bed side teaching
Bed side teaching adalah bentuk pembimbingan
yang dilaksanakan oleh pembimbing klinik di samping
pasien.
(1) Monitoring kehadiran dan kompetensi peserta didik
(2) Bimbingan pelaksanaan tindakan perawatan
(3) Diskusi dan laporan individu
2) Kajian Data
Tabel 18. Kajian Actuating Proses Bimbingan PKK di
Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju
N
Standar Data Keterangan
o
1 2 3 4
1
Pengarahan dilakukan sesuai
dengan metode bimbingan yang
dilakukan:
a) Pre-post conference
Dilakukan
b) Ronde keperawatan
Tidak
c) Bed side teaching
Dilakukan
2 Monitoring kehadiran Dilakukan
3 Monitoring kompetensi peserta Dilakukan
didik
Bimbingan pelaksanaan tindakan
4 Dilakukan
perawatan
5 Diskusi Laporan individu Dilakukan
3) Analisa Data
Dalam pelaksanaan bimbingan, metode yang
digunakan adalah orientasi pre-post conference. Pre-post
confrence dilakukan untuk mengetahui/ mengevaluasi pencapaian
kompetensi dan mendiskusikan kendala-kendala yang ditemukan
saat praktik. Bed side teaching dilakukan ketika ada tindakan ke
pasien secara langsung, sehingga tidak ada jadwal tersendiri. Bed
side teaching tidak hanya dilakukan oleh kepala ruangan sebagai
pembimbing klinik, melainkan oleh petugas jaga lain yang pada
saat itu piket. Ronde keperawatan belum dilaksanakan
dikarenakan:
a) Tugas rangkap yang dijabat oleh Karu dan sebagai
pembimbing klinik lapangan.
b) Kurangnya peran serta pembimbing pendidikan akademik
untuk melakukan bimbingan mahasiswa di lapangan karna
keterbatasa waktu.
c) Keterbatasan waktu untuk mengumpulkan tenaga kesehatan
seperti dokter, gizi, apoteker, perawat, dan bidan.
d) Pengawasan (Controling)
1. Kajian Teori
Pengawasan terhadap mahasiswa praktik dilakukan
dengan cara :
a) Pemantauan tata tertib
b) Observasi
c) Reward dan punishment
d) Langsung dari pembimbing klinik dan pembimbingakademik
2. Kajian Data
Tabel 19. Kajian Controling Proses Bimbingan PKK di
Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju
N
Standar Data Ket
o
1 2 3 4
1 Memonitor pelaksanaan dinas peserta Dilakukan
didik
- Tata tertib
- Observasi
- Reward dan punishment
2 Mengetahui pasien kasus kelolaan Dilakukan
peserta didik
3 Mengecek dokumentasi di status Dilakukan
pasien kelolaan peserta didik
4 Memberikan teguran jika terjadi Dilakukan
pelanggaran
3. Analisa data
Controling terhadap mahasiswa praktik dilakukan
dengan melakukan observasi kehadiran mahasiswa serta keaktifan
dari mahasiswa selama praktik. Sebelum praktik dimulai
mahasiswa praktik dikumpulkan dan diikutsertakan dalam
preconference atau pembacaan SPO. Saat ada waktu luang,
kepala ruangan mendiskusikan dengan mahasiswa kendala yang
dihadapi mahasiswa praktik.
G. Gaya kepemimpinan
a) Kajian Teori
Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa
individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala
sosial. Brown berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan
dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi
dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan
Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang
khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk
penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok,
ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok. Kepemimpinan sebagai
suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil
yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang
besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang
kreatif dan terarah.
Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan
bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan
cara yang pasti. Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang
hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :
seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan
bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan
untuk menduduki jabatan kepemimpinannya ditopang oleh
pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan,
baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori
kepemimpinan. Untuk menjawab pertannyaan kedua dapat
dirumuskan dua kategori yang sudah barang tentu harus dikaji lebih
jauh lagi: Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan
sendirinya dapat dilaihkan kepada kepemimpinan oleh orang yang
sama di organisasi lain Keberhasilan seseorang memimpin satu
organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin
organisasi lain
Tipe-tipe Kepemimpinan :
1) Tipe Otokratik Semua ilmuan yang berusaha memahami segi
kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang
tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah
seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter
akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara
lain dalam bentuk :kecenderungan memperlakukan para
bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti
mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan
martabat mereka pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan
penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu
dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya. Pengabaian
peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik
antara lain: menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya dalam
menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya bernada keras
dalam pemberian perintah atau instruksi menggunakan pendekatan
punitive dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan.
2) Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi,
daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi
orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar
jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.
Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang
superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha
Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi,
keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan
daya tarik yang amat besar.
3) Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan
kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
(1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan,
(2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka
memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan
daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu
dan maha benar. Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik
tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang
membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikapover-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol
disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
4) Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan
tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe
kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan
sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak
dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara
ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut
adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak
menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
5) Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1)
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus
dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain
tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah
dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah
diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan
yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap
anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap
eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap
dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10)
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka
patuh.
6) Tipe Kepemimpinan Laissez FairePada
tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin,
dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya
sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan
kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi
sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak
mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak
mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan
suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin
biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena
sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya
biasanya morat marit dan kacau balau.
7) Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan
kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
8) Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan
yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara
efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika
modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta
sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam
pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya
perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern
dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
9) Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.
Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan
penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri)
dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis
tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada
partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau
mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui
keahlian para spesialis dengan perawatgnya masing-masing.
Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Refleksi dari Tipe Kepemimpinan tsb:Pada dasarnya Tipe
kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan,
karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu
memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan
tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun
pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih
bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana
kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan
dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan
tertentu untuk mendapatkan.
b) Kajian Data
Menurut hasil wawancara dengan perawat pelaksana di
Ruang IRNA III RSUD patut patuh padju, bahwa gaya
kepemimpinan kepala Ruang IRNA III RSUD patut patuh
patju saat ini adalah gaya pemimpinan demokratis. Dari hasil
observasi Kepala ruangan mengkoordinasi pekerjaan pada
semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab
internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
menghargai potensi setiap individu dan mau mendengarkan
masukan dan saran dari bawahan.
c) Analisis
Gaya kepemimpinan demokratis yang diterapkan kepala
ruangan ditentukan dengan pengambilan keputusan melalui
musyawarah dengan bawahan.
H. Timbang Terima
1) Kajian teori:
Timbang terima pasien (operan) merupakan tehnik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan atau belum dan perkembangan pasien saat ini.
Timbang terima dilakukan oleh karu,katim dan perawat pelaksana.
kepada perawat pelaksana yang dinas sore maupun malam baik secara
tertulis maupun lisan.
Adapun tujuan dari timbang terima adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan pada pasien
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus di tindak lanjuti oleh
perawat dinas selanjutnya
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Adapun manfaat dari timbang terima adalah sebagai berikut:
a. Bagi perawat
Meningkatkan komunikasi antar perawat
Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat
Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
berkesinambungan
b. Bagi pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap.
Prosedur timbang terima dilakukan dalam 3 tahap yaitu:
a. Tahap persiapan:
Tahap ini dilakukan di Ners Station dengan alokasi waktu
selama ± 5 menit yang dilaksanakan oleh Karu dan Katim dengan
kegiatan sebagai berikut:
(1) Dilakukan pada setiap pergantian shift
(2) Pada setiap pasien baru dan pasien yang permasalahannya
belum teratasi.
(3) Katim menyampaikan timbang terima pada bidan
berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang
terima :
a) Jumlah pasien
b) Identitas pasien dan diagnosis medis
c) Data (keluhan subyektif dan obyektif)
d) Masalah keperawatan yang masih muncul
e) Intervensi keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara umum)
f) Intervensi kolaboratife dan dependen
g) Rencana umum dan persiapan yang perlu
dilakukan(persiapan penunjang, pemeriksaan penunjang,
dll)
b. Tahap pelaksanaan
Tahap ini dilakukkan di Nurse Station dan Ruang perawatan
dengan alokasi waktu selama ± 20 menit yang dilaksanakan oleh
Karu, Katim dan Pelaksana dengan kegiatan sebagai berikut:
(1) Kedua Tim sudah siap
(2) Kelompok yang bertugas menyiapkan buku catatan
(3) Kepala Ruangan membuka acara timbang terima
(4) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-
hal yang ditimbang terimakan dan berhak menanyakkan
mengenai hal- hal yang kurang jelas.
(5) Kepala Ruang menanyakan keluhan pasien
(6) Perawat yang melaksanakkan timbang terima mengkaji
penuh terhadap kebutuhan dan keluhan pasien selama
perawatan
(7) Lama timbang terima untuk tiap pasien tidak lebih dari 5
menit, kecuali kondisi khusus dan memerlukkan keterangan
yang rumit.
c. Tahap Terminasi
Tahap ini dilakukan di nurs station dengan alokasi waktu 5
menit yang dilaksanakan oleh Karu, Katim dan PP dengan kegiatan
sebagai berikut:
(1) Diskusi
(2) Pelaporan untuk timbang terima ditulis secara langsung pada
format timbang terima yang ditandatangani oleh PP yang jaga
saat itu dan diketahui oleh PP yang jaga berikutnya diketahui
oleh kepala Ruang.
(3) Ditutup oleh kepala Ruang.
d. Alur Timbang Terima
Pasien
Recana tindakan
Telah dilakukan
Belum dilakukan
Perkembangan
keadaan pasien
Masalah:
- Teratasi
- Belum teratasi
- Teratasi sebagian
6)
- Muncul masalah baru
2) Kajian Data
Sesuai dengan observasi dan wawancara, di ruang IRNA III,
timbang terima selalu dilakukan setiap pergantian shift. Pada saat
observasi selama 3 hari, diruang IRNA III diadakan timbang terima
tetapi belum optimal.
3) Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari
pengkajian tentang timbang terima di Ruang IRNA III RSUD Patut
Patuh Patju dilaksanakan belum optimal.
I. Program Sentralisasi Obat
1. Kajian Teori
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat
yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan
sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002)
a) Tujuan pengelolaan obat:
Dalam menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal-hal berikut ini adalah
berupa alasan yang paling sering mengapa obat perlu
disentralisasi:
(1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
(2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat
yang lebih standar obat yang lebih murah dengan mutu yang
terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sam.
(3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya
untuk mencoba”
(4) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang
dibutuhkan
(5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak
mempercayainya, dan yang akan membuang/lupa di minum
(6) Memesan obat lebih dari pada yang dibutuhkan sehingga
banyak yang tersisa sesudah batas kadarluarsa
(7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga faksin dan obat
menjadi tidak efektif
(8) Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya
atau panas
(9) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu
banyak pada suatu waktu sehinga dipakai berlebihan atau
dicuri (Mc. Mahon, 1999).
2. Kajian Data
Berdasarkan observasi alur sentralisasi obat yang terdapat di
Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju berawal dari dokter yang
diberikan kepada keluarga berupa surat persetujuan obat (resep)
kemudian obat yang diambil kebagian farmasi yang telah didapatkan
diserahkan ke tenaga kesehatan di ruangan, kemudian tenaga
kesehatan akan memberikan obat tersebut ke pasien pada saat tiba
waktu pemberian obat pada pasien.
3. Analisa data
Sentralisasi obat sudah dilaksanakan dengan baik, semua obat
pasien seperti obat-obatan injeksi, inhalasi, dan obat oral disimpan di
loker obat masing-masing antara laki-laki dan perempuan yang di
simpan di ruang perawat. Pada saat jadwal pemberian obat maka
perawat akan memberikan secara langsung obat-obatan tersebut
kepada pasien. Sehingga dapat di pastikan pasien minum obat sesuai
jadwal pemberiannya.
J. Unsur Output
Adapun yang akan dibahas pada unsur output ini adalah efisiensi
Ruang perawatan, hasil evaluasi penerapan SAK, kepuasan kerja karyawan,
kepuasan pasien rawat inap.
1. INDIKATOR PELAYANAN RS
D.BTO 40-50 65 79 82
Kali
E.NDR 25 % 14 26 21
F.GDR 45 % 29 41 35
2. BOR RUANGAN
3. JUMLAH PASIEN
Kepuasan Karyawan
Puas : 84,41 %
Kurang Puas 11 %
Tidak Puas 4,59 %
Kepuasan pasien 86,21 %
1) BOR
Tabel 22. Distribusi Efisiensi Ruang IRNA IIIRSUD Patut
Patuh Patju BOR
BOR pasien dari tanggal 18 Juni 2018
No. Kamar Jumlah bed Total
1 2 5 bed (5 terisi)
2 3 4 bed (terisi 1)
3 4 4 bed (4terisi)
4 5 4 bed (2 terisi)
5 6 2 bed (kosong) 40 bed (terisi 27
6 7 1 bed (kosong) bed)
7 8 4 bed (terisi semua)
8 9 4 bed (terisi semua)
9 10 4 bed (3terisi)
10 11 4 bed (semua terisi)
11 12 4 bed (kosong)
27/40x100%=
BOR 67,5%
1 2 4 bed (4 terisi)
2 3 4 bed (3 terisi)
3 4 4 bed (2 terisi)
4 5 3 bed (2 terisi)
5 6 2 bed (1 terisi) 40 bed (terisi 27
6 7 1 bed (kosong) bed)
7 8 4 bed (terisi semua)
8 9 4 bed (4 terisi semua)
9 10 4 bed (tersisi semua)
10 11 4 bed ( 3 terisi)
11 12 2 bed (kosong)
27/40x100%=
BOR 67,5%
Instrumen C
1) Kajian Teori
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi
tindakan keperawatan. Dalam melakukan tindakan keperawatan
yang baik harus sesuai dan mengacu pada protap-protap atau
standar yang telah ditetapkan dengan hasil tindakan mencapai
100%. Sebagai dasar penilaian tindakan keperawatan yang
mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar asuhan
keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Depkes dan
Komite Keperawatan dan Kelompok Kerja Fungsional
Keperawatan.
2) Kajian Data
Data instrumen C diperoleh dengan melakukan observasi
terhadap 3 tindakan keperawatan yang umum dilakukan diruang
IRNA III RSUD Patut Patuh Patju . Adapun hasil dari observasi
Analisa data yang telah dilakukan adalah dalam melakukan
pengambilan darah, vital sign dan pemasangan infus.
3) Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan
instrumen C, secara umum pelaksanaan 3 tindakan keperawatan
(pengambilan darah, vital sign, dan pemasangan infus) di Ruang
IRNA III RSUD Patut Patuh Patju belum optimal hanya beberapa
item harus ditambahkan seperti saat melakukan pemasangan infus.
2. Kepuasan Kerja Karyawan
a. Kajian Teori
Menurut McGregor (cit Swansburg 1995) kepuasan kerja
karyawan dapat diukur dengan pengaplikasian ilmu yang diperoleh.
Kepuasan berhubungan dengan motivasi.
Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan
dengan harapannya (Sutono, 2001). Kepuasan dipengaruhi oleh
Sumber Daya Pendidikan, Pengetahuan, Sikap, Gaya hidup,
Demografi, Budaya, Sosial Ekonomi, Keluarga dan situasi yang
dihadapi. Pada Survey di Texas (Wandel et al, 1981), menunjukan
bahwa sebab utama ketidakpuasan kerja adalah (1) Upah Kerja
Insentif (jasa pelayanan) yang tidak setimpal dengan beban kerja
(lebih kecil/dipukulratakan dengan ruang perawatan lain), (2)
Pekerjaan menulis yang terlalu banyak atau beban kerja yang tidak
sesuai dengan jumlah ketenagaan, (3) penunjang
administrasi/peralatan operasional yang kurang serta rusak dan
kurangnya pendidikan yang menunjang karir, (4) Hubungan yang
buruk dengan profesi lain, (5) Sulitnya mendapat jam dinas yang
teratur akhirnya beberapa perawat meninggalkan rumah sakit dengan
berhenti kerja.
Wesley dan Yukl (1977) juga mengatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah :
1) Kompensasi : Sikap pekerja terhadap pembayaran yang
diterimanya setelah ia membandingkannya dengan rekan lain baik
didalam maupun di luar organisasi tempat ia bekerja.
2) Supervisi : Tanggapan bahwahan terhadap perilaku atasan
diwaktu memberikan bimbingan
3) Pekerjaan itu sendiri : Signifikansi pekerjaan, umpan balik dari
pekerjaan itu sendiri (informasi langsung dan jelas diperoleh dari
pekerja atas efektifitas dan hasil kerjanya).
4) Rekan sekerja : Perilaku rekan sekerja terhadap individu pekerja
yang lain
5) Keamanan Kerja : Kepuasan pekerja dalam menduduki
pekerjaannya selama ia mau termasuk imbalan gaji, pinjaman,
hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan dihari depannya.
6) Kesempatan pengembangan diri : Kesempatan untuk maju atau
berprestasi dalam jenjang karir.
Menurut Djojodibroto (1997), untuk memperoleh pelayanan
asuhan keperawatan baik diperlukan staf yang mempunyai dedikasi
tinggi dan komitmen terhadap tugas-tugas yang diberikan. Disamping
komitmen yang ada pada staf, diperlukan juga kepuasan kerja yang
akan mendorong staf melaksanakan komitmennya itu secara baik.
Karena kepuasan kerja karyawan dapat mempengaruhi hasil mutu
asuhan keperawatan yang diberikan.
Pekerja yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik
pula. System penggajian RS haruslah :
1) Memenuhi ketentuan upah minimum
2) Sesuai dengan kemampuan anggaran rumah sakit
3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan
jasadengan pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi
kerja untuk itu harus ada gaji dasar.
4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik
5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
6) Sumber daya manusia (SDM)/tenaga kerja adalah unsur terpenting
dalam institusi rumah sakit mutu pengelolaan dan pelayanan
rumah sakit dapat dipastikan akan rendah. Cara untuk
meningkatkan mutu tenaga kerja dipenuhi dengan :
a) Penempatan tenaga yang sesuai
b) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi
kerja
c) Hubungan kerja yang manusiawi
d) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM
e) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural
b. Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian data kepada 16 karyawan
yang bekerja di Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju pada
tanggal 18-20 Juni 2018, tentang persepsi karyawan terhadap
kepuasan kerja karyawan, Puas : 84,41 %, Kurang Puas 11 %,
Tidak Puas 4,59 %, Kepuasan pasien 86,21 %.
c. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kepuasan kerja karyawan didapatkan
hasil 4,59% tidak puas dan 11 % mengatakan kurang puas, 84,41%
puas.
3. Kepuasan Pasien
a. Kajian Teori
Menurut oliver (Supratno 2001) mendefinisikan kepuasan
sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan
merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan
harapan
Kepuasan pasien adalah persasaan senang, puas individu karena
terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan
kesehatan (Budi astuti 2002)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut
budi astuti 2002
1) Kualitas produk atau jasa
2) Kualitas pelayanan
3) Faktor emosional
4) Biaya
Aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut
Grivihith 1987
1) Sikap pendekatan staf kepada pasien
2) Kualitas perawatan yang diterima
3) Prosedur administrasi yang mudah
4) Waktu kunjungan keluarga
5) Fasilitas umum yang tersedia
6) Fasilitas ruang inap untuk pasien rawat inap
7) Hasil trethment atau perawatan yang diterima
2. Kajian Data
Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap 10 orang pasien
pada tanggal 18-20 Juni 2018, persepsi pasien terhadap mutu
kepuasan pasien 86,21% mengatakan puas dan 15,79% mengatakan
tidak puas.
3. Analisa Data
Dari hasil pembagian angket pada tanggal 18-20 Juni 2018.
yang diberikan oleh Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan persepsi pasien terhadap
mutu asuhan keperawatan di ruang IRNA III sudah baik.
Implementasi
4.1.3 Material
Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit tergantung pada
kompetensi dari manajer logistik rumah sakit. Manajer berfungsi untuk
mengelola logistik melalui fungsi antara lain mengidentifikasi,
merencanakan pengadaan, pendistribusian alat hingga mengembangkan
sistem pengelolaan logistik yang efektif dan efisien. Pengadaan alat
yang tepat dan berfungsi dengan baik akan memperlancar kegiatan
pelayanan pasien sehingga berdampak bagi peningkatan mutu
pelayanan secara umum.
Manajer logistik juga harus mampu mengantisipasi kejadian
darurat, membuat skala prioritas serta melakukan perubahan yang
dibutuhkan untuk pencapaian tujuan umum rumah sakit. Manajemen
logistik juga harus mencapai efisiensi dan efektifitas. Manajer logistik
memiliki kemampuan untuk mencegah atau meminimalkan
pemborosan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan alat tersebut yang akan
memiliki dampak kepada pengeluaran ataupun biaya operasional rumah
sakit (Urrahman, 2009).
Menurut pemanfaatannya, bahan atau alat yang harus disediakan
rumah sakit dikelompokkan menjadi persediaan farmasi (antara lain:
obat, bahan kimia, gas medik, peralatan kesehatan), persediaan
makanan, persediaan logistik umum dan teknik.
Berdasarkan hasil observasi kelompok terhadap sarana dan
prasaran serta fasilitas alat penunjang kesehatan yang tersedia di ruang
IRNA III RSUD Patuh Patut Patju, ada beberapa peralatan kesehatan
yang masih kurang dan rusak.
4.1.4 Money
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kelompok di ruangan
IRNA III Patuh Patut Patju, tidak terdapat masalah terkait dengan
keuangan di ruangan ini.
Kepala Ruangan
Katim/ PP
PA
Tingkat Jumlah P S M
Ketergantungan Pasien
TOTAL 52 52 x 0,36= 52 x 0,30= 52 x 0,20=
18,72 15,6 10,4
Jumlah 19 Orang 16 Orang 10 Orang
Perawat Perawat Perawat
PARTIAL 103 103 x 103 x 103 x
0,27= 0,15= 0,10= 10,3
27,81 15,45
Jumlah 28 Orang 15 Orang 10 Orang
Perawat Perawat Perawat
MINIMAL 75 75 x 0,17= 75x 0,14 = 75 x 0,07 =
12,75 10,5 5,25
Jumlah 13 Orang 11 Orang 5 Orang
Perawat Perawat Perawat
5.1 Simpulan
Pelaksanan kegiatan praktek manajemen di Ruangan IRNA III RS
Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat dimulai dari tanggal 18 Juni-14
Juli 2018. Kelompok melakukan pengkajian selama 6 hari dari tanggal 18 Juni
s.d 23 Juni 2018, kemudian data diolah/ dianalisa dan merumuskan masalah
dimana kelompok menemukan beberapa masalah yang perlu diintervensi :
M1 (Man)
Pembuatan papan struktur organisasi mahasiswa di ruangan dapat
memperjelas pembagian tugas dan fungsi masing-masing staf
M2 (Metode)
Timbang terima
1. Melakukan timbang terima yang benar dan secara menyeluruh
2. Perawat mengikuti operan sekurang-kurangnya harus hadir 15 menit
sebelum operan dimulai
3. Secara rutin kepala ruangan melakukan pemeriksaaan terkait kelengkapan
RM semua pasien diruangan IRNA III yang berfokus pada masalah
keperawatan, rencana dan tindakan keperawatan
4. Metode timbang terima yang dilakukan perawat IRNA III belum
menerapkan metode SBAR sehingga pada saat role play mahasiswa
menggunakan metode SBAR dengan harapan perawat ikut menggunakan
metode SBAR.
Dischart Planning
1. Penerapan pemberian KIE pasien dilengkapi dengan leaflet
2. Membuat leaflet penyakit terbanyak di ruang IRNA III (pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, penatalaksanaan)
3. Pengisian lembar dischart planning dimulai pada saat pasien masuk
ruangan sampai dengan pasien akan pulang
Supervisi
1. Ketersediaan form supervisi untuk kepala ruangan dan ketua tim
2. Melengkapi pengisian lembar/form supervisi karu dan katim
3. Mengevaluasi kelengkapan isi pendokumentasian melalui form supervisi
4. Menindaklajuti kinerja staf melalui form supervisi
Ronde Keperawatan
1. Melakukan ronde keperawatanyang benar sesuai dengan konsep dan teori
M3 ( Material)
1. Semua peralatan sarana dan prasarana dan fasilitas kesehatan lainnya
dapat digunakan dengan baik, sehingga pasien mendapatkan perawatan
yang sesuai dengan kebutuhannya
2. Pengadaan laporan terkait kebutuhan peralatan alkes dan non alkes yang
belum ada di ruangan
5.2 Saran
Kami menyadari masalah yang akan muncul selama proses kegiatan salah
satunya dipengaruhi oleh ketidakdisiplinan perawat sehingga kami meyakini
bahwa penerapan MAKP Tim Modifikasi merupakan metode yang cocok
diterapkan dalam meningkatkan mutu keperawatan secara profesional, dengan
penerapan MAKP perawat mampu memberi asuhan keperawatan secara
menyeluruh dan optimal.
Bagi mahasiswa, penerapan metode MAKP sangat membantu selama
praktik berlangsung, penerapan model ini memudahkan dalam menentukan
pembagian tim sesuai tupoksi serta membantu dalam menentukan standar dan
proses keperawatan secara menyeluruh dan profesional.
5.3 Kesan
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman yang luar biasa di ruangan IRNA III
RSUD Patuh Patuh Patju, dimana kelompok mendapatkan banyak ilmu
terkait stase manajemen mulai dari memanage ruangan IRNA III,
melakukan timbang terima, dan membagi tugas setiap staf sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
2. Perawat/ tenaga kesehatan di ruang IRNA III, dapat menerima kehadiran
mahasiswa praktek tim manajemen Profesi Ners STIKES YARSI Mataram
dengan terbuka, perawat juga banyak memberikan masukan, saran dan
bimbingan yang berharga bagi kelompok demi kelancaran praktek yang
dilakukan selam 4 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Swansburg, R.C. (1995). Nursing Staff Development. Jones and Bartlett Publisher,
Toronto