Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN II


PERCOBAAN h/e
(ACARA – 3)

Disusun oleh :
Nama : 1. Arif Khoerul Anwar K1C015045
2. Aprilia Setyani K1C015058
Asisten : Salman Faris

Hari/Tanggal :
Pelaksanaan Praktikum : Selasa, 20 Maret 2018
Pengumpulan Laporan : Selasa, 27 Maret 2018

LABORATORIUM FISIKA INTI DAN MATERIAL


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
PERCOBAAN h/e
Arif Khorul Anwar (K1C015045), Aprilia Setyani (K1C015058)
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jenderal Soedirman
Email: aprilia.setya97@gmail.com ,

ABSTRAK

Percobaan h/e dilakukan bertujuan untuk mempelajari pancaran energi dari lampu
mercury dan menentukan nilai perbandingan h/e. Percobaan h/e ini dilakukan
dengan dua metode yaitu ditransmisikan untuk mengetahui pengaruh intensitas
terhadap nilai h/e dan penggunaan filter warna kuning, hijau, dan tanpa filter
(putih) untuk mengetahui pengaruh frekuensi terhadap nilai h/e. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil berupa nilai potensial I dan II
untuk setiap warna filter dengan transmisi tertentu, yang kemudian diketahui nilai
slope h/e dari filter kuning yaitu sebesar 0.575 x 10-12, sedangkan dengan filter
hijau, nilai slope h/e yang diperoleh yaitu sebesar 1.085 x 10-12

Kata Kunci: Efek fotolistrik, Lampu mercury, Perbandingan h/e, Potensial.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisika klasik mencerminkan “kenyataan fisis” pada indera manusia dengan
menganggap partikel dan gelombang sebagai komponen yang terpisah dari
kenyataan tersebut. Mekanika partikel dan optik gelombang secara klasik
merupakan suatu tatanan yang bebas, masing-masing dengan serangkaian
eksperimen dan prinsip-prinsip yang didasarkan pada hasil eksperimen tersebut.
Kenyataan yang terjadi terdapat materi mikroskopik dari atom, molekul, elektron
dan inti. Tetapi dalam dunia nyata ini tidak terdapat partikel atau gelombang
dalam arti sebenarnya.
Anggapan bahwa elektron memiliki muatan dan massa menurut hukum
mekanika, yaitu partikel dalam alat-alat yang dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari seperti tabung televisi. Tetapi pada kenyataannya elektron yang
bergerak sebagai suatu wujud gelombang dan juga sebagai partikel. Gelombang
elektromagnetik dianggap sebagai gelombang karena dalam keadaan tertentu
gelombang elektomagnetik memperlihatkan gejala difraksi, interferensi, dan
polarisasi. Tetapi dalam keadaan yang lain gelombang elektromagnetik bertingkah
seperti terdiri dari berkas partikel. Gejala-gejala tersebut disebut dengan
“Dualisme Partikel-Gelombang” .
Cahaya mempunyai dua jenis sifat , yaitu bersifat sebagai gelombang dan
sebagai partikel. Cahaya disebut sebagai gelombang bila cahaya tersebut melalui
sebuah celah dan ketika cahaya tiba pada sebuah layar, cahaya tersebut sebagai
partikel. Efek fotolistrik merupakan fenomena fisis yang menunjukkan sebuah
partikel bersifat gelombang. Efek fotolistrik merupakan peristiwa jatuhnya
gelombang elektromagnetik dengan energi tertentu pada permukaan logam
sehingga sejumlah elektronnya terpancar.. Dalam percobaan kali ini lebih
membahas tentang efek fotolistrik, untuk mencari nilai perbandingan tetapan
Planck dengan muatan elektron (h/e).
1.2 Tujuan
1. Mempelajari pancaran energi dari sumber lampu mercury.
2. Menentukan nilai perbandingan h/e.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Teori Kuantum Cahaya


Dua teori klasik yang mencoba menjelaskan radiasi benda hitam
dikemukakan oleh Wilhem Wien (1896) dan Lord Rayleigh (1900) yang diperkuat
oleh J.Jeans sehingga dikenal sebagai Teori Rayleigh-Jeans. Teori Wien mampu
menjelaskan radiasi benda hitam untuk panjang gelombang yang panjang.
Sedangkan teori Reyleigh-Jeans kebalikan dari teori Wien. Pada akhir tahun 1900
penjelasan yang memuaskan datang dari Max Planck yang mengajukan rumus
empiris dan ternyata sangat cocok dengan hasil eksperimen adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
a. Energi radiasi yang dipancarkan oleh getaran molekul-molekul benda
bersifat diskret, yang besarnya:
En = nhυ
dengan n adalah bilangan bulat yang disebut bilangan kuantum dan υ
adalah frekuensi getaran molekul-molekul, sedangkan h adalah konstanta
Planck yang besarnya 6,626x10-34 J.s. karena energi radiasi bersifat
diskret, dikatakan energinya terkuantisasi dan energi yang diperkenenkan
dengan n =1, 2, 3,… disebut tingkat energi.
b. Molekul-molekul menyerap dan memancarkan energi radiasi cahaya
dalam paket diskret yang disebut kuantum atau foton.
Energi kuantum = (tetapan Planck) x (frekuensi)
E = hυ …(1)
Bila molekul-molekul menyerap/memancar satu foton, maka tingkat energinya
bertambah/berkurang sebesar hυ.
Semua gagasan Planck tersebut diatas hanya membahas tentang
permukaan benda hitam. Kemudian Albert Einsten memperluasnya menjadi
fenomena yang universal dan berdasarkan Teori Kuantum. Cahaya merupakan
pancaran dari paket-paket energi (foton) yang terkuantisasi (diskret) yang
besarnya sesuai dengan persamaan (1). Cahaya merupakan salah satu gelombang
yang dalam perambatannya membawa energi. Sehingga teori-teori fisika sebelum
tahun 1900 disebut fisika klasik, sedangkan teori-teori fisika sesudah tahun 1900
yang diawali oleh Teori Kuantum dari Planck disebut fisika modern.
Pada tahun 1905 Einsten menemukan bahwa paradoks yang timbul dalam
efek fotolistrik dapat dimengerti hanya dengan memasuki pengertian radikal yang
pernah diusulkan oleh Max Planck. Planck dapat menurunkan rumus yang dapat
menerangkan spektrum radiasi (yaitu kecerahan relatif dari berbagi panjang
gelombang yang ada) sebagai fungsi dari suatu temperatur suatu benda yang
meradiasikannya serta menganggap bahwa radiasi yang dipancarkan terjadi secara
diskontinu (diskret), dipancarkan dalam catuan kecil. Catuan ini disebut dengan
kuanta (Beiser, 1992:4).

2.2 Efek Fotolistrik


Heinrich Hertz (1757-1894) menemukan bahwa laju pada celah transmitter
terjadi bila cahaya ultraviolet diarahkan pada salah satu logam. Percobaan ini
dilanjutkan oleh ahli Fisika lainnya dan menemukan bahwa penyebab terjadinya
latu adalah terpancarnya elektron pada frekuensi yang cukup tinggi. Gejala ini
disebut sebagai efek fotolistrik yang menunjukan cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik. (Wiyatno,2003:37).
Gejala efek fotolistrik dapat diterangkan sebagai berikut: gelombang
cahaya yang membawa energi dipancarkan terhadap lempeng logam. Secara
kuantum energi tersebut pertama-tama berfungsi untuk melepaskan elektron dari
lempeng dan energi yang tersisa akan terkonsentrasi pada elektron yang lepas dan
mengerakannya sehingga muncul suatu energi kinetik yang berarti elektron
tersebut bersifat sebagai benda. Secara matematis:
hυ = Kmax + hυ0
hυ0 = W0
hυ = Kmax + W0 …(2)

dengan:
hυ = energi kuantum cahaya.
Kmax = energi kinetik maksimum elektron.
hυ0 = W0 = fungsi kerja, energi minimum untuk melepas sebuah elektron yang
disinari.

Fungsi kerja untuk masing-masing permukaan logam memiliki nilai yang


khas. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi kerja merupakan besaran yang khas.
Berikut terdapat table kerja untuk beberapa logam.

Tabel 1. Fungsi Kerja Fotolistrik Beberapa Logam


LOGAM LAMBANG FUNGSI KERJA (eV)
Cesium Cs 1,9
Kalium K 2,2
Natrium Na 2,3
Lithium Li 2,5
Kalsium Ca 3,2
Tembaga Cu 4,5
Perak Ag 4,7
Platina Pt 5,6
(Beiser,1992:45)

2.3 Eksperimen
Seperti diketahui bahwa cahaya membawa energi, dan sebagian energi
diserap oleh bagian yang tersinari.( Sisa )Energi yang terserap dapat
terkonsentrasi pada elektron tertentu dan muncul kembali sebagai energi kinetik
elektron (Ekmaks). Kita ingat bahwa hubungan antara energi kinetik elektron
dengan potensial elektron adalah:
Ekmaks = e.V …(3)

Menurut persamaan (2):


hυ = Ek + W0
hυ = e.V + W0
h W
V = υ- 0 …(4)
e e
Persamaan (4) dapat dinyatakan sebagai persamaan garis lurus, sehingga
apabila V dan υ diplotkan dalam grafik akan diperoleh slope dari garis tersebut,
seperti terlihat pada Gambar 1.

h
Slope =
e

Gambar 1. Grafik hubungan potensial (V) dan frekuensi gelombang h/e.


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Laboratorium Fisika Inti dan Material Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Soedirman, 20 Maret 2018 pukul
08.00-10.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


1. Sumber cahaya merkuri
2. Multimeter digital
3. Filter warna kuning dan hijau
4. Perangkat h/e

3.3 Prosedur kerja


3.3.1 Bagian A
1. Disusun peralatan percobaan h/e.
2. Dihidupkan sumber cahaya merkuri dan ditunggu hingga nyala paling
terang.
3. Dicek potensial baterai pada perangkat h/e.
4. Di-reset potensial pada perangkat h/e untuk menghilangkan memori.
5. Dipasang filter transmisi dan filter warna kuning pada layar perangkat
h/e.
6. Dicatat nilai potensial yang ditunjukkan pada multimeter digital untuk
setiap prosentase transmisi.
7. Dimatikan sumber cahaya merkuri.
8. Diulangi langkah4 sampai 6 untuk filter cahaya warna hijau.

3.3.2 Bagian B
1. Disusun peralatan percobaan h/e.
2. Dihidupkan sumber cahaya merkuri dan ditunggu hingga nyala paling
terang.
3. Dicek potensial baterai pada perangkat h/e.
4. Di-reset potensial pada perangkat h/e untuk menghilangkan memori.
5. Dipasang filter warna kuning pada layar perangkat h/e.
6. Dicatat nilai potensial yang ditunjukkan pada mumltimeter digital.
7. Sumber cahaya merkuri dimatikan.
8. Diulang langkah 4 sampai 6 dengan mengganti filter cahaya (hijau,
kuning-hijau, hijau-kuning, putih).

3.4 Flowchart
3.4.1 Bagian A

Mulai

- Menyusun perangkat h/e dan menghidupkan


sumber cahaya merkuri.
- Mengecek potensial baterai pada perangkat
h/e.

- Memasang filter transmisi dan filter cahaya


berwarna kuning pada layar kemudian mereset
potensial pada perangkat h/e yang dilakukan
sebanyak dua kali setiap nilai transmisi.
- Mencatat nilai potensial I dan II yang tertera
pada MMD.

V1(100%, 80%, 40%, 20%)


V2(100%, 80%, 40%. 20%)

Mematikan sumber cahaya merkuri

Selesai
3.4.2 Bagian B

Mulai

- Menyusun perangkat h/e dan menghidupkan


sumber cahaya merkuri.
- Mengecek potensial baterai pada perangkat
h/e.

- Memasang filter cahaya berwarna kuning


pada layar kemudian mereset potensial pada
perangkat h/e .
- Mencatat nilai potensial yang tertera pada
MMD.

Mematikan sumber cahaya merkuri

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Percobaan h/e bagian B


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Energi kinetik foto elektron tidak bergantung pada intensitas cahaya.
Energi kinetik bergantung dari nilai frekuensi sinar yang dipergunakan
dalam percobaan efek fotolistrik.
2. Nilai perbandingan slope h/e yang diperoleh dari filter kuning yaitu
sebesar 0.575 x 10-12, sedangkan dengan filter hijau, nilai slope h/e yang
diperoleh yaitu sebesar 1.085 x 10-12 .

5.2 Saran
1. Diusahakan untuk memperhatikan cahaya yang ada hanya datang dari
sumber cahaya lampu mercury.
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 1992. Konsep Fisika Modern. Edisi mahasiswa. Penerjemah The
Houw Liong. Jakarta: Erlangga.

Rohlf, James William. 1994. Modern Physics from α to Zo. New York: Jhon
Willey and Sons, Inc.
Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik. Penerjemah: Bambang
Soegijono. Jakarta: Erlangga.
Wiyatno, Yusman. 2003. Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum Perbandingan h/e.

Anda mungkin juga menyukai