Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN

PUTRI UTAMI SARASWATI. Produksi dan Pemasaran Benih Kelapa

Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat,

Sumatera Utara. (Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN).

Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan

bulan Juni 2009 yang bertempat di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Unit Usaha

Marihat, Sumatera Utara. Tujuan umum kegiatan magang ini adalah

meningkatkan kemampuan profesionalisme mahasiswa melalui kegiatan teknis

yang diikuti di lapangan dan melatih mahasiswa bertanggung jawab serta

menghayati proses kerja secara nyata. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah

menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi Pusat

Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), merumuskan alternatif strategi yang dapat

diterapkan oleh PPKS, dan mempelajari pengaruh panjang kecambah terhadap

pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery.

Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang ini adalah metode

langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung meliputi : 1) bekerja

secara aktif dalam kegiatan produksi benih di Satuan Usaha Strategis Bahan

Tanaman (SUSBHT) PPKS, 2) wawancara dan diskusi dengan berbagai pihak

untuk lebih memahami faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang

dihadapi Pusat Penelitian Kelapa Sawit, dan 3) melakukan penelitian pengaruh

panjang kecambah terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery.

Metode tidak langsung meliputi : 1) pengumpulan data sekunder yang diperoleh

dari laporan-laporan, arsip kantor dan pustaka yang terkait dengan kegiatan

magang ini, 2) studi literatur untuk mencari informasi data-data yang dapat

digunakan sebagai referensi dalam penyusunan skripsi.

Hasil pelaksanaan magang menambah pengetahuan penulis tentang teknis

produksi dan pemasaran benih kelapa sawit dan dalam prakteknya Pusat

Penelitian Kelapa Sawit memiliki pengelolaan bahan tanaman yang baik, dimulai

dari pengelolaan pohon induk, produksi benih hingga pemasaran terbukti dengan

adanya sertifikat ISO 9001:2008. PPKS sebagai salah satu produsen benih sudah

mampu memproduksi kecambah kelapa sawit secara optimal. Hal ini dapat dilihat
dan toleran terhadap stress lingkungan, 8) benih tersebut dihasilkan oleh pusat

sumber benih kelapa sawit yang resmi ditunjuk pemerintah.

Hingga tahun 2008 di Indonesia terdapat delapan produsen benih kelapa

sawit yang secara resmi diakui oleh pemerintah Indonesia. Kedelapan produsen

benih tersebut adalah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfindo, PT.

Lonsum Tbk, PT. Tunggal Yunus (Asian Agri Group), PT. Dami Mas Sejahtera

(Sinar Mas Group), PT. Bina Sawit Makmur (Selapan Jaya Makmur), PT. Tania

Selatan (Wilmar Group) dan PT. Bakti Tani Nusantara. PPKS dan PT. Socfindo

adalah produsen dengan kapasitas produksi paling besar yaitu

40 juta kecambah/tahun, PT. Bakti Tani Nusantara adalah produsen dengan

kapasitas produksi terkecil yaitu 18 juta kecambah/tahun. Produsen dan kapasitas

produksi benih kelapa sawit di Indonesia disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Produsen dan Kapasitas Produksi Benih Kelapa Sawit di Indonesia

No Produsen Benih Kapasitas 2008 (juta)

1 PPKS 40

2 Socfindo 40

3 Lonsum 18.5

4 Tunggal Yunus 25

5 Dami Mas 21

6 BSM 24

7 Tania Selatan 3

8 Bakti Tani Nusantara 10

9 Bakrie Plantation* 30

10 Sarana Inti Pratama* 18

11 Sarana Ehsan Mekarsari* 20

TOTAL 181.5

* Calon Produsen Benih pada tahun 2009

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2008).

Indonesia adalah produsen sekaligus konsumen benih kelapa sawit

terbesar di dunia. Direktorat Jenderal Perkebunan (2008) menunjukkan produksi

benih kelapa sawit dunia adalah sebagai berikut: Indonesia 170 juta, Malaysia
60 juta, Costa Rica 25 juta, Papua New Guinea 15 juta dan lain-lain 10 juta

(Thailand, Kamerun dan Nigeria) sehingga total produksi benih kelapa sawit

dunia sebesar 280 juta. Namun kebutuhan benih kelapa sawit dalam negeri saat ini

baru dapat dipenuhi 75 % dari keseluruhan jumlah permintaan benih. Hal ini

dikarenakan kurangnya kapasitas produksi benih kelapa sawit di dalam negeri.

PPKS sebagai salah satu lembaga penelitian yang mendapat mandat dari

pemerintah, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan benih kelapa sawit dalam

negeri dengan cara terus meningkatkan kapasitas produksinya dan terus berupaya

menghasilkan varietas-varietas baru sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah :

1. Meningkatkan kemampuan profesionalisme mahasiswa melalui kegiatan

teknis yang diikuti di lapangan.

2. Melatih mahasiswa bertanggung jawab dan menghayati proses kerja secara

nyata.

Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah :

1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh PPKS.

3. Mempelajari pengaruh panjang kecambah terhadap pertumbuhan bibit kelapa

sawit di pre nursery.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan.

Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali

masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang berasal dari Mauritus dan Amsterdam

sebanyak empat tanaman yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan

selanjutnya disebarkan ke Deli, Sumatera Utara (Lubis, 2008). Taksonomi dari

tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :


Divisio : Tracheophyta

Subdivisi : Pteropsida

Kelas : Angiospermae

Subkelas : Monocotyledoneae

Ordo : Cocoideae

Famili : Palmae

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Species : Elaeis guineensis Jacq.

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

tanah dan respirasi tanaman, serta penyangga tegaknya pohon hingga umur

tanaman 25 tahun. Sistem perakaran kelapa sawit yaitu akar serabut yang terdiri

atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartier.

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) diameter akar primer

berkisar antara 8 dan 10 mm, panjangnya dapat mencapai 18 m. Akar sekunder

tumbuh dari akar primer, dengan diameter 2-4 mm. Akar tersier tumbuh dari akar

sekunder yang berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm.

Akar kuartener tumbuh dari akar tersier yang berdiameter 0.1-0.5 mm dan

panjangnya sampai 1-4 mm.

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang batangnya tidak

memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang ini berfungsi sebagai

penyangga tajuk dan menyimpan serta mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk
silinder dengan diameter 0.5 m pada tanaman dewasa.

Tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah

daun. Karena sifatnya yang heliotropi (menuju cahaya matahari) maka pada

keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih tinggi, tetapi diameter (tebal) batang

akan lebih kecil. Menurut Lubis (2008) perbedaan kecepatan tumbuh kelapa sawit

tidak sama tergantung pada kondisi pada tahun tersebut seperti pupuk yang

diberikan, umur, iklim, kerapatan tanam dan lain-lain.

Produksi pelepah tergantung pada umur tanaman. Produksi pelepah daun

pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20-30 pelepah kemudian akan
berkurang sesuai umur menjadi 18-25 pelepah atau kurang. Panjang pelepah daun

dapat mencapai 9 m tergantung pada tipe varietasnya dan pengaruh kesuburan

tanah. Pada tiap pelepah diisi oleh anak daun di kiri kanan tulang daun utama

(rachis). Jumlah anak daun pada tiap isi dapat mencapai 125-200. Berat satu

pelepah dapat mencapai 4.5 kg berat kering. Pada satu pohon dewasa dapat

dijumpai 40-50 pelepah (Lubis, 2008).

Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur

12-14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2.5 tahun.

Pembungaan kelapa sawit termasuk monocious artinya bunga jantan dan bunga

betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Namun

terkadang dapat ditemukan dalan satu tandan bunga memiliki dua jenis kelamin

yaitu jantan dan betina yang disebut dengan bunga hemaprodit.

Bunga jantan ataupun bunga betina keluar pada ketiak pelepah daun. Satu

tandan bunga jantan memiliki 100-250 spikelet yang panjangnya 10-20 cm dan

diameter 1-1.5 m. Tiap spikelet berisi 500-1 500 bunga kecil yang akan

menghasilkan tepung sari jutaan banyaknya. Tiap tandan bunga jantan akan dapat

menghasilkan tepung sari sebanyak 40-60 gram. Satu tandan bunga betina

memiliki 100-200 spikelet dan tiap spikelet memiliki 15-20 bunga betina. Pada

tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600-2 000 buah tergantung pada besarnya

tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan 15-25 tandan/pokok/tahun pada

tanaman muda dan pada tanaman dewasa atau tua berkisar 8-12 tandan.

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) buah kelapa sawit

termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah.

Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang

± 5-6 bulan. Jumlah per tandan dapat mencapai 1 600 buah, berbentuk lonjong

sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya sampai 30 gram. Bagian-bagian

buah terdiri atas eksokarp (exocarp) atau kulit buah, mesokarp (mesocarp) disebut

daging buah yang mengandung minyak sawit (CPO = Crude Palm Oil) dan biji.

Eksokarp dan mesokarp disebut pericarp (pericarp). Biji terdiri atas endokarp

(endocarp) atau cangkang, dan inti (kernel) yang mengandung minyak inti (PKO

= Palm Kernel Oil), sedangkan inti sendiri terdiri atas endosperm (endosperm)
atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula),

haustorium, dan bakal akar (radicula).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu 27oC dengan

suhu maksimum 33oC dan suhu minimum 22oC. Curah hujan rata-rata tahunan

yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1 250-3 000 mm

yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal berkisar 1 750-2 500 mm.

Lama penyinaran matahari optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi

untuk kelapa sawit pada kisaran 50-90 % (optimal 80 %). Elevasi untuk

pengembangan kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut.

Tanaman kelapa sawit dapat diusahakan pada tanah yang memiliki tekstur agak

kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung sampai lempung berliat

(Buana, et.al., 2006).

Sifat fisik tanah yang baik menurut Lubis (2008) untuk kelapa sawit

adalah :

1. Solum tebal 80 cm (merupakan media yang baik bagi perkembangan akar

sehingga efisien penyerapan hara tanaman akan lebih baik).

2. Tekstur ringan yang memiliki pasir 20-60 %, debu 10-40 %, dan liat 20-25 %.

3. Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan

permeabilitas sedang.

4. pH tanah yang terbaik pada 5-5.5.

5. Kandungan unsur hara tinggi.

Jenis Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Lubis (2008) varietas tandan kelapa sawit cukup banyak dan

diklasifikasikan dalam berbagai hal. Misalnya dibedakan asal tipe buah, bentuk

luar, tebal cangkang, warna buah dan lain-lain. Berdasarkan warna buah dikenal

tiga varietas, yaitu sebagai berikut :

1. Nigrescens yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan

menjadi merah-kuning (orange), sesudah matang.

2. Virescens yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan sesudah matang
berwarna merah-kuning (orange).

3. Albescens yaitu buah muda berwarna kuning pucat, tembus cahaya karena

mengandung sedikit karoten.

Baik nigrescens maupun virescens buahnya memiliki carpel tambahan

(bersayap=mantled) atau dikenal sebagai Diwakka-wakka. Varietas yang dipakai

pada tanaman komersial adalah nigrescens sedangkan varietas lainnya hanya

dipakai pada program pemuliaan tanaman atau sebagai koleksi.

Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozigot tunggal

yaitu Dura yang bercangkang tebal jika disilangkan dengan Pisifera yang

bercangkang tipis jika keduanya disilangkan akan menghasilkan varietas baru

yaitu Tenera. Skema persilangannya adalah :

Dura x Dura 100 % Dura

Dura x Pisifera 100 % Tenera

Dura x Tenera 50 % Dura + 50 % Tenera

Tenera x Pisifera 50 % Tenera + 50 % Pisifera

Tenera x Tenera 25 % Dura + 50 % Tenera + 25 % Pisifera

Bahan tanaman kelapa sawit yang umum digunakan di perkebunan

komersial merupakan benih hasil penyerbukan buatan antara pohon induk dura

(D) dengan pisifera (P). Berkaitan dengan tingkat produktivitas minyak, kelapa

sawit tipe tenera memiliki proporsi kandungan minyak di dalam mesokarp 30 %

lebih tinggi dibandingkan dengan tipe dura. Hal ini dapat dipahami kerena

persentase mesokarp per buah tipe tenera lebih tinggi dibandingkan dengan tipe

dura, dan memiliki sifat heterosis (hybrid vigor) hasil persilangan dura x pisifera.

Lain halnya dengan kelapa sawit tipe pisifera, meskipun persentase mesokarp per buahnya sangat
tinggi, tetapi karena sebagian besar memiliki sifat mandul betina

(female steril), kelapa sawit tipe ini tidak digunakan sebagai bahan tanaman.

Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

Biji kelapa sawit terdiri dari sebuah embrio yang berada di dalam

endosperma dan dikelilingi lapisan biji tipis yang disebut testa. Inti ini diseliputi

oleh cangkang (pada dura dan tenera) yang memiliki lubang kecambah. Di antara

embrio dan cangkang terdapat lapisan endosperma dan testa tipis yang disebut
operkulum. Ketika kecambah mulai tumbuh, embrio keluar melalui lubang

kecambah. Pada saat yang sama, ujung embrio bagian dalam (haustorium)

memanjang dan menyerap endosperma. Selama beberapa minggu awal

perkembangannya, kecambah bergantung pada suplai dari endosperma,

kandungan utama berupa lemak (minyak inti) yang habis sekitar 80 % setelah

90 hari perkecambahan. Lemak yang diserap melalui haustorium ini akan diubah

menjadi gula dan disalurkan ke akar dan tunas kecambah. Beberapa karbon pada

benih akan digunakan untuk respirasi dan untuk pertumbuhan akar dan tunas

(Williyatno, 2007).

Benih kelapa sawit termasuk benih yang mengalami masa dormansi cukup

lama sebelum berkecambah. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa ketika
baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan

perkecambahan alami sangat jarang terjadi selama lebih dari beberapa tahun.

Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) juga berpendapat pemecahan

dormansi dapat dilakukan dengan pemanasan benih pada suhu 40oC selama

80 hari. Prinsip pematahan kondisi dorman dengan pemanasan inilah yang

diterapkan sekarang oleh instansi-insntansi penyedia kecambah kelapa sawit.

Di samping pemecahan dormansi, kadar air juga berpengaruh terhadap

perkecambahan benih kelapa sawit. Perlakuan panas yang diberikan pada saat

kadar air benih cukup rendah dapat membantu perkecambahan dan selanjutnya

perkecambahan akan segera terjadi setelah kadar air meningkat. Selain itu suplai

oksigen harus terjamin.

Kelapa sawit mempunyai tipe perkecambahan hypogeal artinya selama

perkecambahan, kotiledon tetap tinggal di dalam kulit benih dan di dalam tanah

tetapi plumula menembus permukaan tanah. Menurut Chairani (1991) ciri-ciri

kecambah kelapa sawit yaitu 1) radikula berwarna kekuning-kuningan dan

plumula berwarna keputih-putihan, 2) radikula lebih panjang dari plumula,

3) radikula dan plumula tumbuh lurus serta berlawanan arah, 4) panjang

maksimum radikula adalah 5 cm dan plumula 3 cm.

Produksi Benih

Produksi benih merupakan salah satu bidang kegiatan teknologi benih


yang bertujuan untuk memperbanyak benih bermutu. Menurut Sutopo (2004)

teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat

memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik dari benih, yang mencakup

kegiatan-kegiatan seperti pengembangan varietas, produksi benih, pengolahan,

penyimpanan, pengujian dan sertifikasi. Benih bermutu dihasilkan melalui

prosedur produksi benih yang berawal dari persiapan lahan yang menjamin bebas

dari kontaminasi genetik, penyediaan benih sumber yang dijamin mutunya,

sampai dengan pengolahan benih setelah dipanen, dan penanganannya hingga di

tangan konsumen. Proses tersebut harus dilaksanakan sempurna dengan

memperhatikan faktor lingkungan dan benih itu sendiri untuk menjamin benih yang dihasilkan
memiliki mutu tinggi dalam kualifikasi genetik, fisiologis, dan

fisik.

Produksi benih bermutu memerlukan keterampilan teknik yang tinggi dan

kemapuan finansial yang memadai. Selama proses produksi benih, pemeliharaan

kemurnian genetik dan spesifikasi mutu benih lainnya harus mendapat perhatian

yang ketat. Lembaga atau perusahaan yang terlibat dalam pengadaan benih

bermutu harus mampu memproduksi benih tersebut dengan menggunakan teknik

produksi, penanganan dan pengendalian mutu yang dapat menjamin bahwa benih

yang dihasilkannya benar-benar lebih baik daripada benih yang dihasilkan

pekebun dan mendistribusikan benih tersebut hingga ke tangan pekebun.

Untuk menjamin bahwa benih yang dihasilkan oleh produsen benih adalah

benih unggul, maka pemerintah, berdasarkan kesepakatan produsen benih, sedang

menyiapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk benih kelapa sawit. Dalam

rancangannya mengharuskan benih yang diproduksi mempunyai mutu genetik

yang baik selama masa pengujian atau progeny test. Beberapa karakteristik

penting yang menjadi standar kriteria seleksi menurut Buana et.al. (2006) antara

lain :

a. Produksi tandan buah segar (TBS) 150 kg/pohon/tahun dan atau 6 ton

minyak (CPO + PKO)/ha/tahun yang dihitung dengan basis 136 pohon/ha,

rata-rata selama 3 tahun produksi (umur 4-6 tahun dan 7-9 tahun setelah

tanam).
b. Rendemen pabrik 23 %, yang dihitung berdasarkan hasil rendemen

laboratorium x 0.855.

c. Pertumbuhan meninggi 80 cm/tahun, yang diukur setelah tanaman berumur

6 tahun setelah tanam

Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2004). Pemasaran pertanian mencakup segala kegiatan dan usaha
yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik

dari barang-barang hasil pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen,

termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan

bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan

memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya (Limbong dan

Sitorus dalam Gumilar, 2008).

Terdapat lima persyaratan yang harus

dipenuhi agar muncul potensi pertukaran diantaranya :

1. Sekurang-kurangnya ada dua pihak.

2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bernilai bagi pihak lain.

3. Masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan menyerahkan sesuatu.

4. Masing-masing pihak bebas menerima atau menolak tawaran pertukaran.

5. Masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan

hal yang tepat dan diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai