Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Prinsip Pemberian Obat Oral, Topikal, Parenteral, Supositoria”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen koordinator. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis
peroleh dari buku panduan dan jurnal yang berkaitan dengan Farmakologi. Untuk itu
pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi
maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat di harapkan
dalam penyempurnaan ini. Terakhir kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan
khususnya bagi penulis juga.
Penyusun
Farmakologi |i
DAFTAR ISI
Farmakologi | ii
BAB I
PENDAHULUAN
Farmakologi |1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prinsip Pemberian Obat Oral, Topikal, Parenteral, Suppositoria?
2. Bagaimana Prosedur Pemberian Obat Oral, Topikal, Parenteral dan
Suppositoria?
3. Bagaimana cara menerapkan prosedur pemberian obat berdasarkan prinsipnya?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami persiapan yang dilakukan dalam pemberian obat
Oral, Topikal, Parenteral dan Suppositoria.
2. Mengetahui prosedur pemberian obat Oral, Topikal, Parenteral dan Suppositoria.
3. Mampu menerapkan prosedur pemberian obat Oral, Topikal, Parenteral dan
Suppositoria sesuai prinsip pemberian obat.
Farmakologi |2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Farmakologi |3
4) Pemberian Obat pada Mata Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata
atau salep mata obat tetes mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur
internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa
dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk
menghilangkan iritasi mata.
Farmakologi |4
dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-
muntah.
sangat berguna dalam keadaan darurat.
Kerugian :
dibutuhkan kondisi asepsis, menimbulkan rasa nyeri, tidak ekonomis,
membutuhkan tenaga medis.
1. Intracutan
Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan kulit
a) Merupakan pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di
bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan
tangan bagian ventral.
b) intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat
yang disuntikan agar menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin
test), menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin
tes).
2. Subcutan
Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area
bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis
a) Jenis obat yang lazim diberikan secara SC
Vaksin
Narkotik
Heparin
Obat-obatan pre operasi
Insulin
b) Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan dalam program
pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pada
pemakaian injeksi subkutan untuk jangka waktu yang lama, maka injeksi
perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda.
Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan
lebih lama. Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat
Farmakologi |5
yang ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi. Pemberian obat
bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsinya.
3. Intramusculer
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot.
Tujuan :
a) Pemberian obat dengan absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan subcutan.
Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal
(dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas
(deltoid), daerah ini digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot
yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.
b) Pemberian obat secara Intramusculer sangat dipengaruhi oleh kelarutan obat
dalam air yang menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi obat .Obat
yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat
suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak
teratur. Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorpsi.
4. Intravena
Memasukan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu cepat
sehingga obat langsung masuk dalam sistem sirkulasi darah.
Tujuan :
a) Memasukan obat secara cepat.
b) Mempercepat penyerapan obat.
Farmakologi |6
disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek
terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air
besar.
Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac
supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan
contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi
mendilatasi bronkus.
Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang
melewati sfingter anal internal. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami
pembedahan rektal.
b) Intra Vaginal
Pemberian Obat per Vagina, Merupakan cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek
terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam
bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.
Farmakologi |7
BAB III
KASUS
Ny. S (44) datang ke puskesmas dengan keluhan penglihatan kabur dan sakit
kepala, ketika dipuskesmas beliau diperiksa seorang dokter yang baru bertugas beberapa
pekan di puskesmas tersebut. Dokter meresepkan Gentamisin ointment salep kulit dan
keluhannya. Kemudian pasien menebus obat di instalasi farmasi puskesmas tersebut dan
berdasarkan tulisan diresep AA yang bertugas menganjurkan pada bagian yang sakit,
kemudian pasien mengoleskan salep tersebut pada mata dan setelah menggunakan obat
tersebut pasien menjerit kesakitan dan harus dilarikan ke IGD.
Farmakologi |8
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Permasalahan
Pada kasus medication error diatas, yaitu pasien yang seharusnya menerima
obat salep mata, ternyata mendapatkan salep kulit. Pada resep, tidak ditulis secara
spesifik jenis salepnya, apakah untuk mata atau kulit, selain itu pada aturan pakai di
resep hanya dituliskan “oleskan pada daerah yang sakit” (applic loc dol). Karena
salep Gentamicin selain untuk kulit ternyata ada juga yang sediaannya untuk infeksi
mata sehingga AA lalai dalam mengeliminasi kesalahan penulisan dari dokter.
4.2 Penyelesaian
Berdasarkan permasalahan di atas maka dapat dilakukan langkah-langkah berikut
dalam menangani masalah tersebut yaitu :
Ketika menerima resep yang ambigu baik cara penggunaannya maupun
yang lainnya AA yang bertugas seharusnya mengkonfirmasi kepada dokter
di tempat itu, namun karena AA kurang peka terhadap masalah sehingga hal
sepele tersebut diabaikan dan berakibat fatal bagi pasien.
Resep yang diterima AA seharusnya di assessment terlebih dahulu apabila
terlihat kejanggalan sehingga dapat diketahui apakah resep yang diberikan
sesuai dengan keluhan yang diderita pasien.
KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) menjadi filter terakhir untuk
mengeliminasi kesalahan resep tersebut, ketika KIE yang diberikan AA
tidak sesuai dengan keluhan pasien maka pasien atau AA akan melakukan
klarifikasi dan memperbaiki kesalahan tersebut.
Farmakologi |9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi
pasien, diantaranya : Oral, Topikal, Parenteral dan Suppositoria. Dalam pemberian
obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi
pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika
diberikan dengan cara yang salah.
5.2 Saran
Petugas harus mengetahui informasi tentang setiap obat sebelum diberikan
kepada pasien untuk mencegah terjadinya kesalahan. Melaksanakan pemberian obat
secara benar dan sesuai instruksi dokter, mendokumentasikan dengan benar dan
memonitor efek dari obat merupakan tanggung jawab dari semua petugas yang
terlibat dalam pemberian obat. Jika obat tidak diberikan seperti yang seharusnya
maka kejadian medication errors dapat terjadi.
Farmakologi | 10