Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH BETON BERTULANG

NAMA: I GUSTI NGURAH MADE MULYA ANDIKA


NO ABSEN : 24
KELAS : XI DPIB 1
DAFTAR ISI

Cover …………………………………………………………………………....……….. 1

Daftar Isi ……………………………………………………………………….........….... 2

Kata Pengantar ………………………………………………………….........…………. 3

I Pendahuluan ………………………………………………………..…..........…..……. 4

I.I Latar Belakang …………………………………………………........…………4

I.II Rumusan Masalah ……………………………………........…………………4

I.III Tujuan Pembahasan ………………………………......…………………… 4

II. pembahasan …………………………………………………………………………..5

III. Kesimpulan ……………………………………………………...…….......…….… 16

Saran ……………………………………………………………………….........……… 16

Penutup ………………………………………………………………........…………... 16

Daftar Pustaka ………………………………………………………........…………… 16


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu”

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
Asungkertawaranugraha-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas makalah ini.

Pada Mata Pelajaran kontruksi dan utilitas gedung kali ini saya membuat tugas Makalah
tentang beton bertulang, sesuai dengan informasi yang saya dapatkan

Pada kesempatan ini juga saya tidak lupa berterimakasih kepada Guru Pengampu Mata Pelajaran
kontruksi dan utilitas gedung I NTARAN,ST dan rekan – rekan DPIB yang telah membantu dan
membimbing saya dalam penyelesaian tugas ini.

Akhirnya, tidak lupa saya memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam
tugas ini. Saya sadar bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang sekiranya dapat digunakan untuk
perbaikan pada penyusunan tugas berikutnya. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih.

“Om Santhi, Santhi, Santhi, Om”


BAB I

A. Latar Belakang
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat
lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk
suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk
menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability),
durabilitas, dan waktu pengerasan. Seperti substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton
memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah suatu
kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang
tidak dimiliki beton.
Dalam suatu struktur bangunan beton bertulang khususnya pada kolom akan terjadi momen
lentur dan gaya aksial yang bekerja secara bersama – sama. Momen - momen ini yang diakibatkan
oleh adanya beban eksentris atau adanya gravitasi dapat menimbulkan beban lateral seperti angin
dan gempa atau bisa juga diakibatkan oleh beban lantai yang tidak seimbang. Maka dari itu, setiap
penampang komponen pada struktur seperti balok dan kolom harus direncanakan kuat terhadap
setiap gaya internal yang terjadi, baik itu momen lentur, gaya aksial, gaya geser maupun torsi yang
timbul sebagai respon struktur tersebut terhadap pengaruh luar.

B. Rumusan Masalah
Pembahasan tentang beton dalam makalah ini di batasi pada :
1. Ukuran Kolom dan Balok pada sebuh proyek
2. Apa saja Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur?
3. Bagaimana Sifat-sifat Beton Bertulang?

C. Tujuan pembahasan
Dengan tersusunnya makalah ini mahasiswa diharapkan mampu mejelasakan tentang :
Defenisi Struktur Beton Bertulang, Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu
Bahan Struktur, Sifat-sifat Beton Bertulang, Kolom, Pengantar Gempa, dan Balok
BAB II
PEMBAHASAN

A. UKURAN KOLOM DAN BALOK PADA SUATU PROYEK


Kolom
Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi untuk memikul beban
vertikal, beban horisontal, maupun beban momen, baik yang berasal dari beban tetap maupun
beban sementara. Dimensi kolom yang dirancang bervariasi menurut beban yang diterima.
Semakin besar bebannya, maka bisa semakin besar dimensi kolom yang digunakan. Beban
tersebut antara lain beban mati berupa beban berat sendiri, beban akibat balok dan plat lantai
serta beban hidup. Kolom–kolom struktur pada bangunan ini dirancang bentuk persegi.Bikut ini
ukuran kolom pada sebuah proyek.
Proyek pembangunan ARMADA TOWN SQUARE ARY WIBOWO – L2A308004 21
Tipe dan UkuranKolom No. Tipe Kolom Ukuran(mm)
NO TIPE UKURAN (MM)
1 K1 700 x 700
2 K2 700 x 700
3 K3 700 x 700
4 K4 700 x 700
5 K5 700 x 700
6 K6 600 x 600
7 K7 600 x 600
8 K8 800 x 800
9 K9 800 x 800
10 K10 800 x 800
11 K11 800 x 800
12 K12 900 x 900
13 K13 900 x 900
14 K14 900 x 900
15 K15 900 x 900
16 K16 300 x 300
Konstruksi kolom pada proyek ini terbuat dari beton bertulang. Perencanaan kolom
menggunakan tulangan D10, D13, D22, dan D25 mm. Beton yang digunakan untuk kolom
menggunakan mutu beton K350, dengan slump rencana 10 ± 2 cm. Untuk dimensi kolom,
semakin ke atas dimensinya akan diperkecil. Akan tetapi tidak berarti bahwa pada setiap
perubahan lantai akan terjadi perubahan dimensi. Hal ini dapat dilihat pada pemasangan tulangan
kolom untuk tiap lantai berikutnya. Maksud dari pengecilan dimensi kolom ini yaitu untuk
mengurangi beban sendiri dari struktur, yang dimana pengurangan dari dimensi kolom tidak akan
mempengaruhi kekuatan dan kekokohan struktur.
3.2.2 Balok Induk (beam) Balok adalah bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban
lantai dan beban lain yang bekerja di atasnya dan kemudian menyalurkan beban tersebut ke
kolom-kolom. Balok juga berfungsi membagi-bagi plat menjadi segmensegmen dan sebagai
pengikat kolom yang satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh struktur yang kaku dan kokoh.
Tabel 3.2Tipe dan Ukuran Balok
NO TIPE UKURAN (MM)
1 B.1 350 x700
2 B.2 350 x 700
3 B.3 300 x 600
4 B.4 450 x 900
5 B.5 400 x 800
6 B.6 300 x 700
7 CB.1 350 x 900~400
8 CB. 2 350 x 700~400

No. Tipe Balok Ukuran(mm) 1 B.1 350 x 700 2 B.2 350 x 700 3 B.3 300 x600 4 B.4 450 x 900
5 B.5 400 x800 6 B.6 300 x 700 7 B.7 200 x400 8 CB.1 350 x900~ 400 9 CB.2 350 x700~ 400
Konstruksi balok induk ini terbuat dari beton bertulang dengan menggunakan tulangan D10,
D13, D19, D22, dan D25 mm. Beton yang digunakan untuk balok induk menggunakan mutu beton
K350, dengan nilai slump rencana 10 ± 2 cm. Dimensi balok dan jumlah tulangannya
menyesuaikan dari kondisi pembebanan dan perhitungan perencanaan.
B. Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur
1. Kelebihan :
Beton bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting. Beton bertulang
digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur, besar maupun kecil – bangunan,
jembatan, perkerasan jalan, bendungan, dindingpenahan tanah, terowongan, jembatan yang
melintasi lembah (viaduct), drainaseserta fasilitas irigasi, tangki, dan sebagainya. Sukses besar
beton sebagai bahan konstruksi yang universal cukup mudah dipahami jika dilihat dari banyaknya
kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan tersebut antara lain :
a) beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan bahan lain.
b) Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan merupakan bahan
struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan dengan air. Pada peristiwa kebakaran
dengan intensitas rata-rata, batang-batang struktur dengan ketebalan penutup beton yangmemadai
sebagai pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan padapermukaannya saja tanpa mengalami
keruntuhan.
c) Struktur beton bertulang sangat kokoh.
d) Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
e) Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat panjang. Dalam kondisi-
kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan sampai kapan pun tanpa kehilangan
kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat dijelaskan dari kenyataannya bahwa kekuatan
beton tidak berkurang dengan berjalannya waktu bahkan semakin lama semakin bertambah dalam
hitungan tahun, karena lamanya proses pemadatan pasta semen.
f) Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi tapak, dinding
basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan semacam itu.
g) Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat
beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang sederhana sampai atap kubah dan cangkang
besar.
h) Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah (pasir, kerikil, dan
air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja, yang mungkin saja harus
didatangkan daridaerah lain.
i) Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi betonbertulang lebih rendah bila
dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur baja.
2. Kelemahan
Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan beton, perencana harus mengenal dengan baik
kelebihannya. Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain :
a) Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan penggunaan tulangan
tarik.
b) Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di tempatnya sampai beton
tersebut mengeras. Selain itu, penopang atau penyangga sementara mungkin diperlukan untuk
menjaga agar bekisting tetap berada pada tempatnya, misalnya pada atap, dinding, dan struktur-
struktur sejenis, sampai bagian-bagian beton ini cukup kuat untuk menahan beratnya sendiri.
Bekisting sangat mahal. Di Amerika Serikat, biaya bekisting berkisar antara sepertiga hingga dua
pertiga dari total biaya suatu struktur beton bertulang, dengan nilai sekitar 50%. Sudah jelas bahwa
untuk mengurangi biaya dalam pembuatan suatu struktur beton bertulang, hal utama yang harus
dilakukan adalah mengurangi biaya bekisting.
c) Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton bertulang menjadi berat.
Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang-panjang dimana berat beban mati
beton yang besar akan sangat mempengaruhi momen lentur.
d) Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan pengadukannya.
Selain itu, penuangan dan perawatan beton tidak bisa ditangani seteliti seperti yang dilakukan pada
proses produksi material lain seperti struktur baja dan kayu.
C. Sifat-sifat Beton Bertulang
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting sebelum
dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton bertulang antara lain :
1. Kuat Tekan
Kuat tekan beton (f’c) dilakukan dengan melakukan uji silinder beton dengan ukuran
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari dengan tingkat pembebanan tertentu.
Selama periode 28 hari silinder beton ini biasanya ditempatkan Mdalam sebuah ruangan dengan
temperatur tetap dan kelembapan 100%. Meskipun ada beton yang memiliki kuat maksimum 28
hari dari 17 Mpa hingga 70 -140 Mpa, kebanyakan beton memiliki kekuatan pada kisaran 20 Mpa
hingga 48 Mpa. Untuk aplikasi yang umum, digunakan beton dengan kekuatan 20 Mpa dan 25
Mpa, sementara untuk konstruksi beton prategang 35 Mpa dan 40 Mpa. Untuk beberapa aplikasi
tertentu, seperti untuk kolom pada lantai-lantai bawah suatu bangunan tingkat tinggi, beton dengan
kekuatan sampai 60 Mpa telah digunakan dan dapat disediakan oleh perusahaan-perusahaan
pembuat beton siap-campur (ready-mix concrete).
Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian sangat dipengaruhi
oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara pembebanannya. Di banyak Negara, spesimen uji
yang digunakan adalah kubus berisi 200 mm. untuk beton-beton uji yang sama, pengujian terhadap
silinder-silinder 150 mm x 300 mm menghasilkan kuat tekan yang besarnya hanya sekitar 80%
dari nilai yang diperoleh dari pengujian beton uji kubus.
Kekuatan beton bisa beralih dari beton 20 Mpa ke beton 35 Mpa tanpa perlu melakukan
penambahan buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan. Perkiraan kenaikan biaya bahan
untuk mendapatkan penambahan kekuatan seperti itu adalah 15% sampai 20%. Namun untuk
mendapatkan kekuatan beton diatas 35 atau 40 Mpa diperlukan desain campuran beton yang sangat
teliti dan perhatian penuh kepada detail-detail seperti pencampuran, penempatan, dan perawatan.
Persyaratan ini menyebabkan kenaikan biaya yang relatife lebih besar. Kurva tegangan-regangan
pada gambar dibelakang menampilkan hasil yang dicapai dari uji kompresi terhadap sejumlah
silinder uji standar berumur 28 hari yang kekuatannya beragam.
 Kurva hampir lurus ketika beban ditingkatkan dari niol sampai kira-kira 1/3 - 2/3 kekuatan
maksimum beton.
 Diatas kurva ini perilaku betonnya nonlinear. Ketidak linearan kurva tegangan-regangan beton
pada tegangan yang lebih tinggi ini mengakibatkan beberapa masalah ketika kita melakukan
analisis struktural terhadap konstruksi beton karena perilaku konstruksi tersebut juga akan
nonlinear pada tegangan-tegangan yang lebih tinggi.
 Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa berapapun besarnya kekuatan
beton, semua beton akan mencapai kekuatatan puncaknya pada regangan sekitar 0,002.
 Beton tidak memiliki titik leleh yang pasti, sebaliknya kurva beton akan tetap bergerak mulus
hingga tiba di titik kegagalan (point of rupture) pada regangan sekitar 0,003 sampai 0,004.
 Banyak pengujian yang telah menunjukkan bahwa kurva-kurva tegangan- regangan untuk
silinder-silinder beton hampir identik dengan kurva-kurva serupa untuk sisi balok yang mengalami
tekan.
 Harus diperhatikan juga bahwa beton berkekuatan lebih rendah lebih daktail daripada beton
berkekuatan lebih tinggi – artinya, beton-beton yang lebih lemah akan mengalami regangan yang
lebih besar sebelum mengalami kegagalan.

2. Modulus Elastisitas Statis


Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi
tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik dan
perbandingan semen dan agregat. Sebagai tambahan, ada beberapa defenisi mengenai modulus
elastisitas :
a) Modulus awal adalah kemiringan diagram tegangan-regangan pada titik asal dari kurva.
b) Modulus tangen adalah kemiringan dari salah satu tangent (garis singgung) pada kurva tersebut
di titik tertentu di sepanjang kurva, misalnya pada 50% dari kekuatan maksimum beton.
c) Kemiringan dari suatu garis yang ditarik dari titik asal kurva ke suatu titik pada kurva tersebut di
suatu tempat di antara 25% sampai 50% dari kekuatan tekan maksimumnya disebut Modulus
sekan.
d) Modulus yang lain, disebut modulus semu (apparent modulus) atau modulus jangka panjang,
ditentukan dengan menggunakan tegangan dan regangan yang diperoleh setelah beban diberikan
selama beberapa waktu.

Peraturan ACI menyebutkan bahwa rumus untuk menghitung modulus elastisitas beton yang
memiliki berat beton (wc) berkisar dari 1500-2500 kg/m3.

Dimana :
wc : berat beton (kg/m3)
fc’ : mutu beton (Mpa)
Ec : modulus elastisitas (Mpa)
Modulus Elastisitas Dinamis

3. Modulus elastisitas dinamis


Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespondensi dengan regangan-
regangan sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik. Nilainya biasanya lebih besar
20%-40% daripada nilai modulus elastisitas statis dan kira-kira sama dengan modulus nilai awal.
Modulus elastisitas dinamis ini biasanya dipakai pada analisa struktur dengan beban gempa atau
tumbukan.
4. Perbandingan Poisson
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya berkurang tingginya
tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah lateral. Perbandingan ekspansi lateral
dengan pendekatan longitudinal ini disebut sebagai Perbandingan Poisson(Poisson’s ratio).
Nilainya bervariasi mulai dari 0,11 untuk beton mutu tinggi dan 0,21 untuk beton mutu rendah,
dengan nilai rata-rata 0,16. Sepertinya tidak ada hubungan langsung antara nilai perbandingan ini
dengan nilai-nilai, seperti perbandingan air-semen, lamanya perawatan, ukuran agregat, dan
sebagainya. Pada sebagian besar desain beton bertulang, pengaruh dari perbandingan poisson ini
tidak terlalu diperhatikan. Namun pengaruh dari perbandingan harus diperhatikan ketika kita
menganalisis dan mendesain bendungan busur, terowongan, dan struktur-struktur statis tak tentu
lainnya.
5. Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya. Alasan utama dari kuat
tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton dipenuhi oleh retak-retak halus. Retak-retak ini
tidak berpengaruh besar bila beton menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak
menutup sehingga memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini tidak terjadi bila balok
menerima beban
Meskipun biasanya diabaikan dalam perhitungan desain, kuat tarik tetap merupakan sifat
penting yang mempengaruhi ukuran beton dan seberapa besar retak yang terjadi. Selain itu, kuat
tarik dari batang beton diketahui selalu akan mengurangi jumlah lendutan. (Karena kuat tarik beton
tidak besar, hanya sedikit usaha yang dilakukan untuk menghitung modulus elastisitas tarik dari
beton. Namun, berdasarkan informasi yang terbatas ini, diperkirakan bahwa nilai modulus
elastisitas tarik beton sama dengan modulus elatisitas tekannya.)
Selanjutnya, anda mungkin ingin tahu mengapa beton tidak diasumsikan menahan tegangan
tarik yang terjadi pada suatu batang lentur dan baja yang menahannya. Alasannya adalah bahwa
beton akan mengalami retak pada regangan tarik yang begitu kecil sehingga tegangan-tegangan
rendah yang terdapat pada baja hingga saat itu akan membuat penggunaannya menjadi tidak
ekonomis. Kuat tarik beton tidak berbanding lurus dengan kuat tekan ultimitnya fc’. Meskipun
demikian, kuat tarik ini diperkirakan berbanding lurus terhadap akar kuadrat dari fc’. Kuat tarik
ini cukup sulit untuk diukur dengan beban-beban tarik aksial langsung akibat sulitnya memegang
spesimen uji untuk menghindari konsentrasi tegangan dan akibat kesulitan dalam meluruskan
beban-beban tersebut. Sebagai akibat dari kendala ini, diciptakanlah dua pengujian yang agak tidak
langsung untuk menghitung kuat tarik beton. Keduanya adalah uji modulus keruntuhan dan uji
pembelahan silinder. Kuat tarik beton pada waktu mengalami lentur sangat penting ketika kita
sedang meninjau retak dan lendutan pada balok. Untuk tujuan ini, kita selama ini menggunakan
kuat tarik yang diperoleh dari uji modulus-keruntuhan. Modulus keruntuhan biasanya dihitung
dengan cara membebani sebuah balok beton persegi (dengan tumpuan sederhana berjarak 6 m dari
as ke as) tanpa-tulangan berukuran 15cm x 15cm x 75cm. hingga runtuh dengan beban terpusat
yang besarnya sama pada 1/3 dari titik-titik pada balok tersebut sesuai dengan yang disebutkan
dalam ASTM C-78. Beban ini terus ditingkatkan sampai keruntuhan terjadi akibat retak pada
bagian balok yang mengalami tarik. Modulus keruntuhannya fr ditentukan kemudian dari rumus
lentur.

6. Kuat Geser
Melakukan pengujian untuk memperoleh keruntuhan geser yang betul-betul murni tanpa
dipengaruhi oleh tegangan-tegangan lain sangatlah sulit. Akibatnya, pengujian kuat geser beton
selama bertahun-tahun selalu menghasilkan nilai-nilai leleh yang terletak di antara 1/3 sampai 4/5
dari kuat tekan maksimumnya.
7. Kurva Tegangan-Regangan
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan persamaan-
persamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada struktur beton.

D. Kolom
Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen struktur bangunan yang tugas
utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling
tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame)
struktur yang memikul beban dari balok induk maupun balok anak. Kolom meneruskan beban dari
elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui`pondasi.
Keruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Kolom
adalah struktur yang mendukung beban dari atap, balok dan berat sendiri yang diteruskan ke
pondasi. Secara struktur kolom menerima beban vertical yang besar, selain itu harus mampu
menahan beban-beban horizontal bahkan momen atau puntir/torsi akibat pengaruh terjadinya
eksentrisitas pembebanan. hal yang perlu diperhatikan adalah tinggi kolom perencanaan, mutu
beton dan baja yang digunakan dan eksentrisitas pembebanan yang terjadi.

E. Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung beban vertikal dan horizontal.
Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang diterima plat lantai, berat sendiri balok
dan berat dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa beban angin dan
gempa. Balok merupakan bagian struktur bangunan yang penting dan bertujuan untuk memikul
beban tranversal yang dapat berupa beban lentur, geser maupun torsi. Oleh karena itu perencanaan
balok yang efisien, ekonomis dan aman sangat penting untuk suatu struktur bangunan terutama
struktur bertingkat tinggi atau struktur berskala besar.

F. Pengantar Gempa
Kerak bumi terdiri dari beberapa lapisan tektonik keras yang disebut litosfer yang mengapung
di atas medium fluida yang lebih lunak yang disebut mantle, sehingga kerak bumi ini dapat
bergerak. Teori yang dipakai untuk menerangkan pergerakan-pergerakan kerak bumi tersebut
adalah teori perekahan dasar laut (Sea Floor Spreading Theory) yang dikembangkan oleh F. V.
Vine dan D. H. Mathews pada tahun 1963 (Irsyam, 2005). Bersatunya masa batu atau pelat satu
sama lain dicegah oleh gaya-gaya friksional, apabila tahanan ultimate friksional tercapai karena
ada gerakan kontinyu dari fluida dibawahnya dua pelat yang akan bertumbukan satu sama lain
akan menimbulkan gerakan tiba-tiba yang bersifat transient yang menyebar dari satu titik kesuatu
arah yang disebut gempa bumi. Gempa bumi yang menimbulkan kerusakan yang paling luas
adalah gempa tektonik. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh terjadinya pergeseran kerak bumi
(lithosfer) yang umumnya terjadi didaerah patahan kulit bumi.
Dalam beberapa dekade belakangan, para insinyur struktur mulai mengalami kemajuan yang
berarti dalam memahami perilaku struktur terhadap beban gempa. Kemajuan ini dikombinasikan
dengan hasil penelitian modern yang membuat para insinyur struktur dapat mendesain suatu
struktur yang aman ketika mengalami bebangempa yang besar, selain itu dapat pula mendesain
bangunan yang tetap dapat terus beroperasi selama dan setelah gempa terjadi. Struktur suatu
bangunan bertingkat tinggi harus dapat memikul beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut,
diantaranya beban gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi adalah beban mati struktur dan
beban hidup, sedangkan yang termasuk beban lateral adalah beban angin dan beban gempa.
Gempa yang bekerja pada suatu struktur menyebabkan struktur tersebut akan mengalami
pergerakan secara vertikal maupun secara lateral. Pergerakan tanah tersebut menimbulkan
percepatan sehingga struktur yang memiliki massa akan mengalami gaya berdasarkan rumus F =
m x a. Namun struktur pada umumnya memiliki faktor keamanan yang cukup dalam menahan
gaya vertikal dibandingkan dengan gaya gempa lateral. Gaya gempa vertikal harus diperhitungkan
untuk unsur-unsur struktur gedung yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap beban gravitasi
seperti balkon, kanopi dan balok kantilever berbentang panjang, balok transfer pada

struktur gedung tinggi yang memikul beban gravitasi dari dua atau lebih tingkat diatasnya
serta balok beton pratekan berbentang panjang. Sedangkan gaya gempa lateral bekerja pada setiap
pusat massa lantai.
Berdasarkan UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah
terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga kriteria standar sebagai
berikut:
a) Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil
b) Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural tapi bukan merupakan
kerusakan structural
c) Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non struktural pada gempa kuat, namun
kerusakan yang terjadi tidak menyebabkan bangunan runtuh.
Beban gempa nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu oleh besarnya probabilitas beban itu
dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur yang mengalaminya, dan
oleh kekuatan lebih yang terkandung didalam struktur tersebut. Peluang dilampauinya beban
nominal tersebut dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang
menyebabkannya adalah gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun. Tingkat daktilitas
struktur gedung dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan faktor kuat lebih (f1) untuk
struktur gedung secara umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban gempa nominal adalah
beban akibat pengaruh gempa rencana yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama didalam
struktur gedung, kemudian direduksi dengan faktor kuat lebih (f1).
Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik
yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa diatas beban gempa yang
menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan
yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi
diambang keruntuhan. Faktor daktilitas struktur gedung (μ) adalah rasio
antara simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat mencapai
kondisi diambang keruntuhan (δmax) dan simpangan struktur pada saat terjadinya sendi plastis
ya ng pertama (δy), Untuk μ =1 adalah nilai faktor daktilitas untuk struktur gedung yang
berprilaku elastik penuh, seangkan μm adalah nilai faktor daktilitas maksimum yang dapat
dikerahkan oleh sistem struktur gedung yang bersangkutan.

1. Analisis Beban Gempa


Struktur beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh
gempa rencana dalam arah masing-masing sumbu utama denah nominal statik ekivalen (V) yang
terjadi di tingkat dasar dapat dihitung menurut persamaan di bawah ini:

Dimana C1 adalah nilai faktor respon gempa yang didapat dari respon spectra gempa rencana
untuk waktu getar alami fundamental T1, Wt adalah berat total gedung termasuk beban hidup yang
sesuai, R adalah faktor reduksi gempa, dan I adalah faktor keutamaan. Beban geser dasar nominal
V harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik
ekivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan di bawah
ini:Dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai, zi adalah
ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, sedangkan n adalah nomor lantai
tingkat paling atas.
Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan gempa
sama dengan atau melebihi 3, maka 0.1 V harus dianggap sebagai beban horizontal terpusat yang
menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling atas, sedangkan 0.9 V sisanya harus dibagikan
sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen.

2. Respon Spektra
Untuk menentukan pengaruh gempa rencana pada struktur gedung, yaitu berupa beban geser
dasar nominal statik ekivalen pada struktur gedung beraturan atau gaya geser dasar nominal
sebagai respon dinamik ragam pertama pada struktur gedung tidak beraturan, untuk masing-
masing wilayah gempa ditetapkan respon spektra gempa rencana. Respon spektra adalah suatu
diagram yang memberi hubungan antara percepatan respon maksimum suatu sistem Satu Derajat
Kebebasan (SDK) akibat suatu gempa masukan tertentu, sebagai fungsi dari faktor redaman
(dumping) dan waktu getar alami sistem SDK tersebut (T). Bentuk respon spektra yang
sesungguhnya menunjukkan suatu fungsi acak yang untuk waktu getar alami (T) meningkat
menunjukkan nilai yang mula-mula meningkat dulu sampai suatu nilai maksimum, kemudian
turun lagi secara asimtotik mendekati sumbu-T.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolom dan Balok memiliki banyak ukuran, tergantung besar bangunan, dan harus
menggunakan kolom dan balok yang tepat agar tiak terjadi kesalahan kontruksi yang meyebabkan
bagunan tersebut ambruk dan harus tahan gempa
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat
lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk
suatu massa mirip-batuan.
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja tulangan.
Kelebihan beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi,
Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, Struktur beton bertulang
sangat kokoh, Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi, memiliki usia
layan yang sangat panjang, Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis,
kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam, membutuhkan sedikit semen
dan tulangan baja, serta Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
bertulang lebih rendah.
Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai kuat tarik yang
sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di tempatnya
sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-
campuran dan pengadukannya, Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton.
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting sebelum
dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton bertulang antara lain, Kuat
Tekan, Modulus Elastisitas Statis, Modulus elastisitas dinamis, Perbandingan Poisson, Kuat Tarik,
Kuat Geser dan Kurva Tegangan-Regangan.

B. Saran
Kepada pembaca agar kiranya setelah membaca makalah ini diharapkan mampu mamahami
dasar-dasar dari beton bertulang, kalaupun didalam makalah ini terdapat materi yang bertentangan
dengan materi sebenarnya agar memberikan koreksi untuk memperbaiki penyusunan makalah
yang sangat sederhana ini

DAFTAR PUSTAKA

http://www.linkpdf.com/ebookviewer.php?url=http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2
1076/3/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai