Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejang merupakan gangguan neurologis yang lazim pada

kelompok umur pediatri dan terjadi dengan frekuensi 4-6 kasus/1000

anak. Kejang ini merupakan penyebab yang paling sering untuk rujukan

pada praktek neurologi anak. Adanya gangguan kejang tidak

merupakan diagnosis, tetapi gejala suatu gangguan sistem saraf sentral

(SSS) yang memerlukan pengamatan menyeluruh dan rencana

manajemen. Penyakit ini juga menjadi salah satu masalah sistem saraf

pusat yang banyak terdapat pada neonatus. Kejadiannya meliputi 0,5%

dari semua neonatus baik cukup bulan maupun kurang bulan.

Kejang pada periode bayi(neonatus) merupakan keadaan darurat

medis, karena kejang dapat mengakibatkan hipoksia otak yang cukup

berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan

sekuele di kemudian hari, disamping itu kejang dapat merupakan tanda

atau gejala dari satu masalah atau lebih. Kejang halus/subtle seizure

adalah jenis yang paling umum kejang yang terjadi dalam periode

neonatal. Jenis lain termasuk serangan klonic, tonik dan myoklonic.

Serangan myoklonic membawa prognosis terburuk dari segi jangka

panjang hasil perkembangan saraf. Ensefalopati iskemik Hipoksik

adalah penyebab paling umum neonatal kejang.

1
Beberapa etiologi sering hidup berdampingan di anak-anak mereka

dan karena itu penting untuk mengesampingkan penyebab umum

seperti hipoglikemia, hipokalsemia, meningitis sebelum memulai terapi

spesifik. Pendekatan yang komprehensif untuk manajemen kejang

neonatal ditujukan pada periode neonatal yaitu keadaan darurat yang

berpotensi signifikan dalam perkembangan ke otak dewasa. Diagnostik

dan terapeutik intervensi harus jadi dibentuk segera.

Angka kejadian kejang pada neonatus terjadi lebih tinggi pada bayi

kurang bulan (3,9%) pada bayi dengan usia kehamilan < 30 minggu. Di

Amerika Serikat, angka kejadian kejang pada neonatus belum jelas

terdeteksi, diperkirakan sekitar 80-120 per 100.000 neonatus per tahun.

Perbandingannya antara 1-5:1000 angka kelahiran. Menurut SDKI

2002-2003 angka kematian pada neonatus di Indonesia menduduki

angka 57% dari angka kematian bayi (AKB) sedangkan kematian

neonatus yang diakibatkan oleh kejang sekitar 10%.

Neonatus menghadapi risiko khusus terserang kejang karena

penyakit metabolik, toksik, struktural, dan infeksi lebih mungkin menjadi

nampak selama waktu ini daripada pada periode kehidupan lain

kapanpun. Kejang neonatus tidak sama dengan kejang pada anak atau

orang dewasa karena konvulsi tonik klonik cenderung tidak terjadi

selama umur bulan pertama. Proses pertumbuhan akson dan tonjolan

dendrit juga mielinisasi tidak sempurna pada otak neonatus. Discharge

kejang karenanya tidak dapat dengan mudah dijalarkan ke seluruh otak

2
neonatus untuk menimbulkan kejang menyeluruh. Ada setidaknya

empat tipe kejang yang dapat dikenali pada bayi baru lahir.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yakni:

1. Apakah yang dimaksud dengan kejang pada neonatus?

2. Bagaimanakah etiologi kejang?

3. Bagaimanakah diagnosa kejang?

4. Apa sajakah komplikasi kejang?

5. Bagaimana cara pencegahan kejang?

6. Bagaimana penanganan kejang?

C. Tujan Penulisan

1. Unuk mengetahui definisi kejang pada neonatus

2. Untuk mengetahui etiologi kejang

3. Untuk mengetahui diagnosa kejang

4. Untuk mengetahui komplikasi kejang

5. Untuk mengetahui cara pencegahan kejang

6. Untuk mengetahui penanganan kejang

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kejang

Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara

mendadak dengan manifestasi klinik kehilangan koordinasi

neuromotorik. Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul

dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir.

Selain itu, menurut menurut Brown (1987), kejang adalah suatu

aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi

neurology, baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena

kelebihan pancaran listrik pada otak. (Buku Pelayanan Obstetric

Neonatal Emergency Dasar)

B. Etiologi Kejang

Kejang pada bayi baru lahir tidak banyak dijumpai dan sulit

diprediksi dari mana sumbernya. Kejang pada orang dewasa dapat

diketahui sumbernya dengan jelas, sedangkan kejang pada bayi sulit

ditetapkan sumbernya karena korteks serebrinya belum matang.

Bentuk kejang pada bayi baru lahir beraneka ragam, antara lain :

tremer, hiperaktif, bayi menangis melengking, mistakmus, mata

berkedip-kedip.

4
Karena sulit diterka beraneka ragam bentuknya, setiap kelainan

gerak pada bayi dapat dianggap sebagai kejang pada bayi baru lahir.

Jika bidan menemukan kelainan gerak bayi baru lahir, bidan sebaiknya

melakukan konsultasi ke dokter anak karena bentuk klimisnya terdiri

atas dua yaitu sebagai berikut :

1. Akibat belum matangnya susunan saraf bayi. Sinap aksodendritnya

dan mielinisasi saraf pusatnya belum sempurna. Sering timbul

kejang seolah-olah serat sarafnya kotank satu dengan lainnya

sehingga menimbulkan gerak tidak menentu.

2. Akibat hiperiritabilitas. Hipersensitif serat saraf terjadi karena

infeksi, metabolisme, dan perubahan elektrolit.

Penyebab kejang bayi baru lahir antara lain sebagai berikut :

1. Komplikasi persalinan, yaitu asfiksia yang menumbulkan hipoksia

ensepalopati, trauma langsung susunan saraf akibat tindakan

operasi transvagina/forsep/vakum ekstrasi.

2. Gangguan metabolisme yaitu hipogelikemia (kurang dari 45 mg/dl)

yang terjadi pada bayi kurang bulan, bayi kecil untuk usia

kehamilan, bayi dengn diabetes mellitus.

3. Gangguan elektrolit yaitu hipokalsenia (kurang dari 7 mg/dl) yang

terjadi pada bayi kurang bulan, bayi kecil untuk usia kehamilan,

hipertiroid (kurang dari 130 mg/dl) atau hipertrenia

4. Infeksi (tetanus neonatorum, meningitis)

5
5. Bayi dengan kalainan konginetal (anensefali, hidrosefalus,

meningoensefalokel)

Keadaan kejang pada bayi baru lahir merupakan masalah

gawatdarurat sehingga memerlukan konsultasi dengan dokter anak.

Selain itu, pemeriksaan yang dilakukan cuku prumit sehingga perlu

dilakukan rujukan.

C. Diagnosis Kejang

1. Anamnesa

a. Anemnesa lengkap mengenai keadaan ibu pada saat hamil

b. Obat yang di minum oleh ibu saat hamil

c. Obat yang diberikan dan yang diperlukan sewaktu persalinan

d. Apakah ada anak dan keluarga yang sebelumnya menderita

kejang dan lain-lain.

e. Riwayat persalinan: bayi lahir prematus, lahir dengan tindakan,

penolong persalinan, asfiksia neontorum.

f. Riwayat immunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan

tenaga kesehatan

g. Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional

h. Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal

pada mata, mulut, lidah, ekstremitas.

6
i. Riwayat spasme atau kekakukan pada ekstremitas, otot mulut dan

perut.

j. Adanya faktor resiko infeksi

k. Riwayat ibu mendapatkan obat, misal: heroin, metadon,

propoxypen, alcohol

2. Pemeriksaan fisik

a. Kejang

1) Gerakan normal pada wajah, mata, mulut, lidah dan ekstremitas

2) Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti

mengayuh sepeda, mata berkedip berputar, juling

3) Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti

4) Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun

besar menonjol, suhu tidak normal

b. Spasme

1) Bayi tetap sadar, menangis kesakitan

2) Trismus, kekakuan otot mulut pada ekstremitas, perut,

kontraksi otot, tidak terkendali dipicu oleh kebisingan, cahaya

atau prosedur diagnostic

3) Infeksi tali pusat.

7
3. Pemeriksaan laboratorium

Gula darah, kalsium, fospor, magnesium, natrium, bilirubin,

fungsi lumbal, darah tepi, dan kalau mungkin biakan darah dan

cairan serebrospinal foto kepala dan EEG, pemeriksaan sedapat

mungkin terarah.

D. Komplikasi

Kejang dapat menyebabkan:

1. Gangguan perkembangan mental

Reterdasi mental terdapat 30-50% pada golongan yang

disertai kejang, sedangkan pada golongan tanpa kejang reterdasi

mental tidak begitu nyata. Gangguan kelakuan berupa hiperkinetik

sering terdapat.

2. Epilepsi

Biasanya lebih dari 50% dari golongan yang disertai kejang

kemudian akan menderita epilepsi yang dapat bersifat grandmal,

psikomotor atau fokal.

3. Gangguan bicara

Bergantung kepada waktu bayi atau anak menderita

kelumpuhan. Pada anak usia umur 4 tahun biasanya didapatkan

kelainan berupa disfasia.

8
4. Gangguan syaraf otak

Dapat terjadi hemianopsia homonimus, starbismus

convergen, gangguan menelan dan sebagainya.

E. Penanganan

1. Prinsip Dasar

a. Menjaga jalan nafas tetap bebas

Penting sekali mengusahakan jalan napas yang bebas agar

oksigenasi terjamin. Tindakan yang dapat segera dilakukan

adalah membuka semua pakaian yang ketat. Kepala sebaiknya

dimiringkan untuk menghindari aspirasi isi lambung. Bisa juga

dengan memberikan benda yang dapat digigit guna mencegah

tergigitnya lidah atau tertutupnya jalan napas.

b. Mengatasi kejang secepat mungkin

Untuk pertolongan pertama, bila suhu penderita meninggi,

dapat dilakukan kompres dengan air kran atau alkohol atau dapat

juga diberi obat penurun panas (antipiretik). Obat anti kejang

seperti diazepam dalam sediaan perectal dapat diberikan sesuai

dengan dosis. Dosis tergantung dari BB, BB <10kg diberikan 5mg

dan BB >10kg rata-rata pemakaiannya 0,4 - 0,6mg/KgBB.

c. Mengobati penyebab kejang

9
Setelah penyebab kejang diketahui, dapat diberikan obat-

obatan untuk mengatasi penyebabnya. Misalnya kejang dikarenakan

infeksi traktus respiratori bagian atas, pemberian antibiotik yang

tepat dapat mngobati infeksi tersebut.

2. Obat anti kejang

a . Diazepam

Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV disuntikan perlahan-lahan sampai

kejang hilang atau berhenti. Dapat diulangi pada kejang berulang,

tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis pemeliharaan.

b. Fenobarbital

Dosis 5-10 mg/kg BB IV disuntikkan perlahan-lahan, jika

kejang berlanjut lagi dalam 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila

kejang tidak dapat di berikan 4-7 mg/kg BB IV pada hari pertama

di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kg BB atau oral

dalam 2 dosis.

3. Penanganan kejang pada bayi baru

a. Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat pastikan bahwa bayi

tidak kedinginan. Suhu dipertahankan 36,5oC - 37oC

b. Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisap lendir di

seputar mulut, hidung sampai nasofaring

10
c. Bila bayi apnea dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi

dengan alat bantu balon dan sungkup, diberikan oksigen dengan

kecepatan 2 liter/menit

d. Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer

di tangan, kaki, atau kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu

berpenyakit diabetesmiletus dilakukan pemasangan infus melalui

vena umbilikostis

e. Bila infus sudah terpasang di beri obat anti kejang diazepam 0,5

mg/kg supositoria IM setiap 2 menit sampai kejang teratasi,

kemudian di tambah luminal (fenobarbital 30 mg IM/IV).

f. Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang

ada.

g. Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan dextrose 10% dengan

kecepatan 60 ml/kg BB/hari.

h. Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari

faktor penyebab kejang:

1) Apakah mungkin bayi dilahirkan dari ibu DM

2) Apakah mungkin bayi premature

3) Apakah mungkin bayi mengalami asfiksia

4) Apakah mungkin ibu bayi emnghisap narkotika

i. Kejang berulang, diazepam dapat diberikan sampai 2 kali

j. Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan

dalam dosis 20 mg iv setiap 12 jam

11
k. Belum teratasi : phenytoin 15 mg/kgBB iv dilanjutkan 2 mg/kg tiap

12 jam

l. Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium

glukonas 10% 2 ml/kg dalam waktu 5-10 menit . apabila belum

juga teratasi diberi pyridoxin 25-50 mg.

m. Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi

infus dextrose 10%.

12
BAB III

STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

PADA BAYI NY “R” DENGAN KEJANG

DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

TANGGAL 18 AGUSTUS 2018

No Register : 1812XXXX

Tanggal Lahir : 18 AGUSTUS 2018 Jam : 10.00 wita

Tanggal Pengkajian : 18 AGUSTUS 2018 Jam : 11.00 wita

Nama Pengkaji : Kelompok 5

LANGKAH I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. Identitas

1. Identitas Bayi

Nama Bayi : Bayi Ny. R

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 0 hari

Anak ke : 1 (pertama)

13
2. Identitas Ibu / Ayah

Nama : Ny. “R” / Tn. “A”

Umur : 30 Tahun / 35 Tahun

Nikah : 1 Kali ( ± 2 tahun )

Suku : Bugis / Bugis

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMA / SMA

Pekerjaan : IRT / Wiraswasta

Alamat : Jl.Dahlia No. 30

No HP : 082552337XXX

B. Keluhan Utama

Bayi Ny. R lahir spontan pervaginam dengan keluhan kejang.

C. Riwayat Keluhan Utama

Bayi kejang ± 10 menit setelah pemotongan tali pusat, kejang disertai

Sianosis, ekstremitas kaku, tremor, bayi mengalami asfiksia ringan,

sulit bernafas, suhu tubuh 36C, apgar score 5/8.

D. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan menderita penyakit DM, keluarga maupun dirinya

tidak ada riwayat penyakit menular, hipertensi, jantung, dll.

E. Riwayat Persalinan

14
1. Persalinan ditolong oleh : Bidan

2. Jenis persalinan : Spontan pervaginam

3. Tempat bersalin : RSUD Labuang Baji Makassar

4. Lama persalinan :

a. Kala I : 10 jam 30 menit

b. Kala II : 30 menit

c. Kala III : 10 menit

d. Kala IV : 2 jam

5. Masalah yang terjadi selama persalinan : Tidak ada

6. Keadaan air ketuban : Jernih

F. Pemeriksaan Fisik ( inspeksi, perkusi, auskultasi )

1. Nilai apgar score

No Aspek Waktu
0 1 2
. yang dinilai 1 5

Frekuensi
1. Tidak ada ≤ 100 ≥ 100 1 2
denyut jantung

Usaha Lambat Menangi


2. Tidak ada 1 1
bernafas teratur s Kuat

Ekstremit
Gerakan
3. Tonus otot Lumpuh as flexi 1 1
aktif
sedikit

15
Reaksi
Gerakan Menangi
4. terhadap Tidak ada 1 2
sedikit s
rasangan

Tubuh
Seluruh
kemerah
Biru / tubuh
5. Warna Kulit an, 1 2
Pucat kemerah
ekstremit
an
as biru

Jumlah 5 8

2. Antropometri

a. Berat badan : 2800 gr

b. Panjang badan : 49 cm

c. Lingkar kepala : 35 cm

d. Lingkar dada : 30 cm

e. LILA : 10 cm

3. Reflek

a. Moro : tidak ada

b. Tonic neak : tidak ada

c. Palmargrap : tidak ada

4. Menangis : tidak menangis spontan, bayi menangis saat

diransang

5. Pemeriksaan umum

16
Keadaan umum bayi : Lemah

Kesadaran : Apatis

Tanda-tanda vital

a. Nadi : 110 x/menit

b. Suhu : 35,5C

c. Pernafasan : 32 x/menit

6. Kepala

a. Caput succedenum : tidak ada

b. Cepal hematoma : tidak ada

c. Sutura : tidak ada moulage

d. Luka kepala : tidak ada

e. Kepala tidak ada kelainan

7. Mata

Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, konjungtiva pucat, sklera

ikterik.

8. Hidung

a. Lubang hidung : terdapat 2 lubang kanan dan kiri

b. Cuping hidung : ada, simetris kiri dan kanan

c. Terdapat lendir pada jalan nafas

9. Mulut

a. Palatum : tidak ada celah

b. Saliva : tidak ada hipersaliva

17
c. Bibir : tidak ada labia skizis

d. Gusi : merah muda

e. Lidah bintik putih : tidak ada

10. Telinga

a. Simetris : kiri dan kanan

b. Daun telinga : ada kanan dan kiri

c. Lubang telinga : ada kanan dan kiri berlubang

11. Leher

Tidak ada kelianan, tidak da pembesaran, dapat bergerak

kekanan dan kekiri.

12. Dada

Payudara simetris kiri dan kanan, bunyi nafas lambat.

13. Perut

Perut bulat, bising usus teratur, tidak ada kelainan, tali pusat

tampak basah.

14. Kulit

a. Warna : kebiruan

b. Turgor : ada

c. Lanugo : ada

d. Vernik kaseosa : ada

15. Punggung

Tidak ada kelainan, bentuk lurus, tidak ada tanda lahir.

16. Ekstremitas

18
a. Tangan : simetris kiri dan kanan, kulit tampak biru.

b. Kaki : simetris kiri dan kanan, kulit tampak biru.

c. Pergerakan : kaku

d. Tidak ada kelainan

17. Genetalia

Labia mayora menutupi labia minora, ada klitoris dan lubang

vagina.

Pemerksaan penunjang

LANGKAH II IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL

Diagnosa : BCB / SMK / Lahir Spontan

Masalah Aktual :

1. Kejang

Data Subjektif : Ibu memiliki riwayat penyakit DM

Data Objektif :

a. Pergerakan ekstremitas bayi kaku

b. Seluruh tubuh bayi kejang

Analisa dan interpretasi data :

Bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes biasanya mengalami

hipoglikemia sesaat setelah lahir karena tingginya kadar insulin yang

19
diproduksi oleh tubuh bayi sendiri. Hipoglikemia yang sangat berat

dapat menyebabkan bayi kejang.

2. Hipotermi

Data Objektif :

a. Badan bayi teraba dingin

b. Suhu badan 35,5 C

Analisan dan interpretasi data

Suhu badan normal yaitu 36,5 – 37,5 C jadi jika ≤ 36,5C maka bayi

dikategorikan hipotermi.

LANGKAH III IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Masalah Potensial :

1. Meningitis, ensefalitis

2. Akan terjadi kecacatan syaraf dan kemunduran mental karena kurang

tersuplainya oksigen ke otak

3. Perdarahan otak

Analisa dan interpretasi data :

Kejang menyebabkan kurangnya aliran oksigen ke otak sehingga bisa

menyebabkan beberapa komplikasi seperti Meningitis, ensefalitis,

perdarahan otak dll.

20
LANGKAH IV TINDAKAN EMERGENCY / KONSULTASI /

KOLABORASI / RUJUKAN

Konsultasi dengan dokter untuk dilakukan pemeriksaan darah pada bayi

Pemberian obat (pada intervensi)

Pasang infus

Bebaskan jalan nafas, isap lendir,

LANGKAH V RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI

Anjuran

Diagnosa : Bayi Ny.R lahir spontan pervaginam cukup bulan dengan

kejang.

Tujuan :

1. Kejang teratasi

2. Hipotermi teratasi

3. Bayi bisa menyusu

4. TTV dalam batas normal

a. HR : 120 x/menit

b. Suhu : 36,5 – 37,5 C

c. Pernafasan : 40 – 60 x/menit

21
Kriteria :

1. Tidak terjadi kejang berulang

2. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi BBL

3. Kebutuhan nutrisi baik.

Intervensi

Tanggal : 18 Agustus 2018

1. Atasi kejang

a. Beri bayi obat anti kejang dengan memberikan obat diazepam

dengan dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV.

b. Pasang infus intravena dipembuluh darah periver dengan cairan

dextrose 10%

2. Lakukan pembebasan jalan nafas

a. Bebas jalan nafas

b. Letakkan bayi pada posisi yang benar

c. Lakukan slim zuiger

d. Pasangkan O2

1. Lakukan ransangan taktil

a. Usap-usap punggung bayi

b. Atau sentil

2. Pertahankan suhu badan bayi

a. Membungkus bayi

22
b. Menghidupkan radian warmer

3. Lakukan perawatan tali pusat

a. Bungkus tali pusat dengan kasa steril

b. Ajarkan ibu untuk perawatan tali pusat

c. Anjurkan pada ibu untuk perawatan tali pusat secara teratur

d. Evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang

4. Lakukan penilaian bayi

a. Perhatikan dan nilai nafas bayi

b. Hitung frekuensi/denyut jantung bayi

c. Nilai warna kulit bayi

5. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI Ekslusif

6. Anjurkan ibu untuk mengkomsumsi sayuran hijau

LANGKAH VI IMPLEMENTASI

Tanggal : 18 Agustus 2108 Jam : 10.10 wita

1. Mengobati kejang

a. Pasang infus intravena di pembuluh darah perifer, di tangan, kaki

atau kepala jika bayi di duga dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit

diabetes melitus pemasangan infus melalui vena umbilikostik

b. Beri obat anti kejang yaitu : diazepam 0,5/kg, supositoria IM

sampai kejang teratasi

c. Bila kejang sudah teratasi, beri cairan dextrose 10% dengan

kecepatan 60 ml/kg BB/hari

23
2. Melakukan pembebasan jalan nafas

a. Membersihkan jalan nafas dengan cara membersihkan mata,

hidung dan mulut bayi dengan kasa steril segera setalah lahir

b. Melakukan bayi terlentang atau miring dengan leher agak ekstensi

atau tengadah dengan meletakkan selimut atau handuk yang

digulung ke bawah bahu sehingga bahu terangkat 2-3 cm

c. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion dan

lendir dari mulut dan hidung menggunakan slim zuiger. Bila air

ketuban bercampur mekonium. Maka penghisapan dari trakea

diperlukan untuk mencegah aspirasi mekonium. Hisap dari mulut

terlebih dahulu kemudian hisap dari hidung.

d. Memasangkan O2 1-2 Liter

3. Mempertahankan suhu tubuh bayi

a. Mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk

mengihilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan suhu tubuh

melalui evaporasi

b. Menghidupkan radio warmer untuk menghangatkan bagian dada

bayi dengan meletakkan bayi telentang di bawah alat pemancar

panas. Alat pemancar panas perlu disiapkan sebelumnya agar

kasur tempat diletakkan bayi juga hangat.

4. Melakukan perawatan tali pusat

a. Membungkus tali pusat dengan kasa steril

b. Mengajarkan pada ibu untuk perawatan tali pusat

24
c. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat

5. Melakukan rangsangan taktil

a. Usap-usap punggung bayi kearah atas

b. Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang

dapat menimbulkan atau mempertahankan pernafasan

6. Melakukan penilaian bayi

a. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi

b. Menilai warna kulit bayi

7. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI ekslusif bagi bayi

selama 6 bulan

8. Melibatkan suami dan keluarga untuk mendukung kegiatan ibu dalam

merawat bayinya

9. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau seperti

bayam, daun katu, daun singkong, serta kacang-kacang.

LANGKAH VII EVALUASI

Tanggal : 18 Agustus 2018 Jam : 10.20 wita

1. Pemberian obat anti kejang telah dilakukan

a. Pemasangan infus melalui umbilikal

b. Memberi obat anti kejang yaitu diazepam 0,5/kg sampai kejang

teratasi

2. Pembebasan jalan nafas telah dilakukan

a. Mata, hidung, dan mulut telah di bersihkan

25
b. Bayi telah diposisikan dengan benar

c. Jalan nafas telah dibersihkan

3. Bayi telah dibungkus dengan handuk kering dan bersih

4. Rangsangan taktil telah dilakukan dan punggung telah diusap ke arah

atas

5. Kejang berlangsung selama 1 menit.

Kejang belum teratasi ditandai dengan:

Bayi masih kejang

26
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU

LAHIR PADA BAYI NY “R” DENGAN KEJANG

DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

TANGGAL 18 OKTOBER 2018

No Register : 1812XXXX

Tanggal Lahir : 18 AGUSTUS 2018 Jam : 10.00 wita

Tanggal Pengkajian : 18 AGUSTUS 2018 Jam : 11.00 wita

Nama pengkaji : Kelompok 5

Data Subjektif (S)

Ibu mengatakan menderita penyakit DM, keluarga maupun dirinya tidak

ada riwayat penyakit menular, hipertensi, jantung, dll.

Data Objektif (O)

27
Bayi Ny. R lahir spontan pervaginam, dengan keluhan kejang, sianosis,

ekstremitas kaku, tremor, bayi mengalami asfiksia ringan, suhu tubuh

35,5C, apgar score 5/8.

Assesment (A)

Diagnosa : BCB / SMK / Lahir Spontan

Masalah Aktual :

1. Kejang

2. Hipotermi

Masalah Potensial :

1. Sepsis, meningitis, ensefalitis

2. Akan terjadi kecacatan syaraf dan kemunduran mental karena kurang

tersuplainya oksigen ke otak

3. Perdarahan otak

Tindakan konsultasi

Konsultasi dengan dokter untuk dilakukan pemeriksaan darah

PLANNING (P)

Tanggal : 18 Agustus 2018 Jam : 10.10

wita

28
1. Mengobati kejang

a. Pasang infus intravena di pembuluh darah perifer, di tangan, kaki

atau kepala jika bayi di duga dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit

diabetes melitus pemasangan infus melalui vena umbilikostik

b. Beri obat anti kejang yaitu : diazepam 0,5/kg, supositoria IM sampai

kejang teratasi

c. Bila kejang sudah teratasi, beri cairan dextrose 10% dengan

kecepatan 60 ml/kg BB/hari

2. Melakukan pembebasan jalan nafas

a. Membersihkan jalan nafas dengan cara membersihkan mata, hidung

dan mulut bayi dengan kasa steril segera setalah lahir

b. Melakukan bayi terlentang atau miring dengan leher agak ekstensi

atau tengadah dengan meletakkan selimut atau handuk yang

digulung ke bawah bahu sehingga bahu terangkat 2-3 cm

c. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion dan

lendir dari mulut dan hidung menggunakan slim zuiger. Bila air

ketuban bercampur mekonium.Maka penghisapan dari trakea

diperlukan untuk mencegah aspirasi mekonium. Hisap dari mulut

terlebih dahulu kemudian hisap dari hidung.

d. Memasangkan O2 1-2 Liter

3. Mempertahankan suhu tubuh bayi

29
a. Mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk

mengihilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan suhu tubuh

melalui evaporasi

b. Menghidupkan radio warmer untuk menghangatkan bagian dada

bayi dengan meletakkan bayi telentang di bawah alat pemancar

panas. Alat pemancar panas perlu disiapkan sebelumnya agar kasur

tempat diletakkan bayi juga hangat.

4. Melakukan perawatan tali pusat

a. Membungkus tali pusat dengan kasa steril

b. Mengajarkan pada ibu untuk perawatan tali pusat

c. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat

d. Melakukan rangsangan taktil

e. Usap-usap punggung bayi kearah atas

f. Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang

dapat menimbulkan atau mempertahankan pernafasan

5. Melakukan penilaian bayi

a. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi

b. Menilai warna kulit bayi

6. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI ekslusif bagi bayi

selama 6 bulan

7. Melibatkan suami dan keluarga untuk mendukung kegiatan ibu dalam

merawat bayinya

30
8. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau seperti

bayam, daun katu, daun singkong, serta kacang-kacang.

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN

PADA TANGGAL 19 AGUSTUS 2018 (HARI KE-2)

Jam : 10.00 wita

Subjektif (S)

Ibu mengatakan bayi kembali mengalami kejang ± selama 1 menit.

Objektif (O)

1. Keadaan umum : Lemah

2. Tanda-tanda vital

a. Suhu : 36,5 C

b. Pernapasan : 40 x/menit

c. HR : 120 x/menit

3. Tubuh : berwarna kemerahan

4. Tetesan infus : 20 x/menit

5. O2 sudah tidak terpasang

6. Hasil lab :

31
a. Gula darah : 39 mg/dl

b. Leukosit : 12.000

c. Ht : 40

d. Trombosit : 200.000

e. Gol. Darah : B rhesus +

Assesment (A)

Diagnosa : Bayi Ny. R dengan kejang akibat hipoglikemia

Planning (P)

1. Tangani hipoglikemi sesuai SOP

2. Lakukan asuhan seperti tindakan sebelumnya

PERKEMBANGAN H-3

Tanggal : 20 Agustus 2018 Jam : 13.00 wita

Subjektif (S)

Ibu mengatakan bayinya tidak lagi mengalami kejang.

Objektif (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Tanda-tanda vital

32
d. Suhu : 37 C

e. Pernapasan : 43 x/menit

f. HR : 120 x/menit

3. Tubuh : berwarna kemerahan

4. Tetesan infus : 20 x/menit

5. Bayi sudah mulai menyusu

Assesment (A)

Bayi Ny. R dengan kejang akibat hipoglikemia

Planning (P)

1. Bayi masih tetap di infus dan diberi obat kejang

2. Apabila sudah tidak terjadi kejang bayi sudah bisa pulang besok.

33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara

mendadak dengan manifestasi klinik kehilangan koordinasi

neuromotorik. Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul

dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir.

Penyebab kejang bayi baru lahir antara lain: komplikasi


persalinan, gangguan metabolisme, gangguan elektrolit yaitu
hipokalsenia, infeksi (tetanus neonatorum, meningitisBayi dengan
kalainan konginetal (anensefali, hidrosefalus, meningoensefalokel).

B. Saran

34
Setiap bayi baru lahir beresiko mengalami kejam untuk itu

diharapkan kepada bidan dan ibu hamil untuk mengetahui gejala dari

kejang dan pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarti & Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi

dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.

Manuaba, Ida Ayu Chandra. 2010. Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Elmanda, Fadillah. 2011. “Kejang Pada Neonatus”.

https://www.academia.edu/10123720/KEJANG_PADA_NEONATUS.

Diakses tanggal 23 Oktober 2018, jam: 20:00 wita.

Amalia, Riezkhy. 2011. “Kejang Neonatorum.”.

https://riezkhyamalia.wordpress.com. Diakses tanggal 23 Oktober 2018

jam: 21:08 wita

35
36

Anda mungkin juga menyukai