Anda di halaman 1dari 14

Fisiologi Sistem Pernafasan dan Mekanisme Respirasi Pada Manusia

Dewi Suryanti (102013198)


dewi.2013fk198@civitas.ukrida.ac.ic
Fakultas Kedokteran UKRIDA Tahun 2013/2014
Jl.Arjuna Utara no.6 Jakarta 11510
Website : www.ukrida.ac.id

Latar Blakang

Setiap sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk melaksanakan fungsi

metabolisme, sehingga oksigen merupakan zat terpenting dalam kehidupan manusia.

Mempertahankan oksigenasi adalah upaya untuk memastikan kecukupan pasokan oksigen ke

jaringan atau sel. Hal ini tentu saja tidak hanya bergantung pada fungsi pernapasan yang

memadai, tetapi juga harus didukung oleh fungsi peredaran darah yang adekuat. Untuk menilai

keseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen, diperlukan pemeriksaan parameter yang lebih

spesifik, dan tidak cukup berdasarkan pada pemeriksaan klinis saja. Tak jarang pasien yang

awalnya membaik dengan terapi oksigen, bisa terjadi gagal napas akut yang dapat

mengakibatkan henti jantung dan berakhir dengan kematian, karena kurang adekuat dalam

mengelola fungsi pernapasan dan sirkulasi.1,2

Pendahuluan

Setiap sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk melaksanakan fungsi

metabolisme, sehingga oksigen merupakan zat terpenting dalam kehidupan manusia.

Mempertahankan oksigenasi adalah upaya untuk memastikan kecukupan pasokan oksigen

ke jaringan atau sel. Hal ini tentu saja tidak hanya bergantung pada fungsi pernafasan yang

memadai, tetapi juga harus di dukung oleh fungsi peredaran darah yang adekuat. 1

1
Sistem pernafasan memiliki dua komponen fungsionl: sistem konduksi untuk

mengangkut gas-gas ekspirasi dan inspirasi antara atmosfer dan sitem sirkulasi dan sebagai

permukaan untuk pertukaran pasaif gas antara atmosfer dan darah. Sistem konduksi pada

dasarnya di mulai sebagai saluran tunggal, yang bercabang-cabang membentuk jalan nafas

yang diametenya semakin kecil.2

Secara fungsional, saluran pernafasan dapat di bagi dalam bagian penghantar

(conducting portion), yang terdiri dari rongga-rongga dan pipa-pipa yang membawa udara

dari luar tubuh ke semua bagian paru-paru, dan suatu bagian pernafasan (respiratory

portion) yang terdiri dari bagian-bagian si dalam paru-paru dimana terjadi pertukaran gas

antara udara dan darah.3

Fungsi Sistem Pernapasan

Pertukaran karbon dioksida dan oksigen antara darah dan udara berlangsung di

alveolus paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan dalamnya aliran udara timbale

balik (pernapasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah kapiler

dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup. Paru-paru

merupakan jalur masuk terpenting dari bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan

kerja (WHO, 1995).4

Anatomi Paru

Setelah melalui saluran hidung dan farin, tempat udara pernafasan di hangatkan dan

di lembabkan dengan uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakea, melalui bronkiolus,

bronkiolus respiratoris dan duktus alveolaris sampai ke alvioli.5

2
Pernapasan dada

Otot yang berperan aktif dalam pernapasan dada adalah otot antartulang

rusuk (interkostal). Otot ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot antartulang

rusuk luar (interkostal eksternal) yang berperan mengangkat tulang-tulang

rusuk, dan otot antartulang rusuk dalam (interkostal internal) yang berperan

menurunkan tulang rusuk ke posisi semula.

Apabila otot antartulang rusuk luar berkontraksi, tulang rusuk terangkat

hingga volume rongga dada bertambah besar. Hal ini menyebabkan tekanan udara

rongga dada menjadi lebih kecil dari tekanan udara rongga paru-paru, sehingga

mendorong paru-paru mengembang dan mengubah tekanannya menjadi lebih

kecil daripada tekanan udara bebas. Selanjutnya akan terjadi aliran udara dari luar ke

dalam rongga paru-paru melalui rongga hidung, batang tenggorokan, bronkus, dan

alveolus.Proses ini disebut inspirasi.

Bila otot antartulang rusuk dalam berkontraksi, tulang rusuk akan tertarik ke

posisi semula sehingga mendesak dinding paru-paru. Akibatnya, rongga paru-paru

mengecil dan menyebabkan tekanan udara di dalamnya meningkat. Hal ini

menyebabkan udara dalam rongga paru-paru terdorong ke luar. Proses ini

disebut ekspirasi.

Pernapasan Perut

Pada pernapasan perut, otot yang berperan aktif yaitu otot diafragma dan

otot dinding rongga perut. Apabila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma

akan mendatar. Hal ini menyebabkan volume rongga dada bertambah


3
besar,sehingga tekanan udara di dalamnya mengecil. Penurunan tekanan udara akan

diikuti mengembangnya paru-paru. Hal ini menyebabkan terjadinya aliran udara ke

dalam paru-paru (inspirasi).

Apabila otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut berkontraksi, isi rongga

perut akan terdesak ke arah diafragma, sehingga posisi diafragma akan cekung ke

arah rongga dada. Hal ini menyebabkan volume rongga dada mengecil dan

tekanannya meningkat, sehingga menyebabkan isi rongga paru-paru terdorong ke

luar dan terjadilah ekspirasi.5-6

Mekanisme respirasi

paru dan dinding dada adalah struktur elastik. Pada keadaan normal, hanya di

temukan selapis tipis cairan di antara paru dan dinding dada. Paru dengan mudah dapat

bergeser sepanjang dinding dada, tetapi sukar untuk di pisahkan dari dinding dada seperti

halnya dua lempeng kaca yang direkatkan dengan air dapat di geser tetapi tidak dapat di

pisahkan. Tekanan di dalam “ruang” antar paru dan dinding dada (tekanan interpleura)

bersifat subatmosferik. Pada saatkelahiran, jaringan paru di kembangkan sehingga

terengang, dan pada ekspirasi tenang, kecenderungan daya rekoil jaringan paru untuk

menjauhi dinding dada diimbangi oleh daya rekoil dinding dada kearah berlawanan. Apabila

dinding dada di buka, paru akan kolaps; dan apabila paru paru kehilangan elastisitasnya, dad

akan mengemang menyerupai bentuk gentong (barrel shaped). 4

Inspirasi

4
Pada saat menarik napas (inspirasi), otot interkosta luar berkontraksi (tulang rusuk

dinaikkan ke atas ) ; otot diafragma berkontraksi (diafragma menjadi datar ), isi pada rongga

toraks bertambah dan tekanan udara paru-paru menjadi rendah , tekanan udara di luar yang

lebih tinggi mendorong udara ke dalam paru-paru .5

Ekspirasi

Pada saat menghembuskan napas (ekspirasi) , otot interkosta luar mengendur (tulang

rusuk dmenurun ke bawah ) ; otot diafragma mengendur (diafragma melengkung ke atas ),

isi pada rongga toraks berkurang dan tekanan udara paru-paru menjadi tinggi , tekanan

udara dalam paru-paru yang lebih tinggi mendorong udara keluar .5

Mekanisme Jalannya Udara pada Saat Bernapas

Udara masuk melalui lubang hidung kemudian disaring oleh rambut, dihangatkan,

dilembapkan, dan dicek jika ada bebauan, sementara udara mengalir berbagai ruang di dalam

rongga hidung. Rongga hidung mengarah ke faring, semacam persimpangan dimana jalur

untuk udara dan makanan saling silang. Ketika makanan ditelan, laring bergerak ke atas dan

merebahkan epiglottis di atas glotis. Hal tersebut membuat makanan dapat masuk ke

esophagus hingga lambung. Pada waktu lain, glotis berada dalam keadaan terbuka dan

manusia dapat bernafas.

Dinding laring diperkuat dengan tulang rawan. Pada manusia dan mamalia lain, laring

diadaptasikan sebagai kotak suara. Ketika ada udara dihembuskan udara tersebut akan

melintasi pasang pita suara dalam laring, kemudian suara dihasilkan ketika otot sadar dalam

kotak suara menjadi tegang dan meregangkan pita suara tersebut sehingga pita suara bergetar.

Suara berada tinggi dihasilkan ketika pita suara sangat teregang dan bergetar cepat; suara

bernada rendah berasal dari pita suara yang tidak terlalu tegang bergetar secara perlahan.

5
Dari laring, udara lewat ke dalam trakea atau batang tenggorokan. Cincin tulang rawan

(sebenarnya berbentuk seperti huruf C) mempertahankan bentuk trakea. Trakea bercabang

menjadi dua bronki (tunggal, bronkus) masing-masing menuju ke setiap paru-paru. Di dalam

paru-paru bronkus bercabang secara berulang-ulang menjadi pipa yang semakin halus disebut

sebagai bronkiolus. Keseluruhan system saluran udara tampak seperti pohon terbalik, dimana

batang berperan sebagai trakea. Epithelium yang melapisi cabang utama pohon respirasi

ditutupi oleh silia dan sebuah lapisan tipis mucus. Mucus akan menjerat debu, serbuk sari,

dan partikel-partikel kontaminan lainnya. Silia yang berdenyut menggerakkan mucus ke arah

atas menuju faring dimana mucus dapat ditelan ke dalam esophagus. Proses ini membantu

membersihkan sistem respirasi.

Pada ujungnya, bronkiolus yang paling kecil berakhir dan membentuk sekumpulan

kantung udara yang disebut alveoli (tunggal, alveolus). Epithelium tipis yang terdiri dari

jutaan alveoli di dalam paru-paru berfungsi sebagai permukaan respirasi. Oksigen di udara

yang dikirimkan ke alveoli melalui pohon respirasi akan larut dalam lapisan tipis yang lembap

dan berdifusi melewati epithelium dan masuk ke dalam suatu jaringan kapiler yang

mengelilingi masing-masing alveolus. Karbondioksida berdifusi dari kapiler, menembus

epithelium alveolus dan masuk ke dalam ruangan udara.5

kerja pernafasan

otot-otot pernafasan melakukan kerja untuk merengang jringan elastis dinding

dadadan paru (kerja elastis), mengerakkan jaringan tidak elastis (tahanan visikos) serta

mengerakan udara melalui jalan pernafasan.

Selama pernafasan tenang, tahanan gesekan akibat gerakan udara relatif kecil, tetapi

cukup untuk menimbulkan perubahan tekanan interpleura yang menyebabkan perubahan

6
teakanan volume dalam paru selama inspirasi dan ekspirasi. Apabila aliran udara menjadi

trubulen selama pernafasan cepat, energi yang di butuhkan untuk mengerakan udara akan

lebih besar di bandingkan bila aliran udara tersebut laminer. 7

Pertukaran Gas Dalam Paru

Pengamblan contoh udara alveolus

Secara teoritis, udara yang di ekspirasikan merupakan udara yang tadinya terdapat di

dalam alviolus (udara alviolus), kecuali 150 mL udara ekspresi awal, walaupun selalu

terdapat udara campuran pada fase peralihan antar udara ruang rugi dengan udara alveolus.

Dengan demikian, untuk melakukan analisis gas di ambil bagian terakhir udara ekspirasi. 7

Komposis udara alveolus

Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah, an

co2 terus menerus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Pada keadaan seimbang, udara

inspirasi bercanpur dengan udara alveolus, mengantikan o 2 yng telah memasuki alveoli.

Sebagian udara campuran ini akan di keluarkan kandungan o 2 udara alveolus akan menurun

dan kandungan co2-nya meningkat sampai inspirasi berikutnya. Pada akhir ekspirasi tenang

(kapasitas residu funsional), volume udara di dalam alvioli sekitar 2 L, sehingga setiap

peubahan sejumblah 350 mL selama inspirasi dan ekspirasi sangat sedikit mengubah besar

Po2 dan Pco2. Pada kenyataannya, komposisi udara alveolus relatif tetap konstant, tidak hanya

pada saat istirahat tetapi juga pada berbagai keadaan lain.7

Difusi melalui memberan alveolus-kapiler

7
Gas berdifusi dari alveoli ke dalam darah kapiler paru atau sebliknya melintasi

memberan alveolus kapiler yang tipis yang di bentuk oleh epitel pulmonal, endotel kapiler

serta memberan asalis masing-masing yang berfungsi.tercapai atau tidaknya keseimbangan

senyawa yang melitas dari alveoli ke dalam darah kapiler dalam waktu 0,75 detik yang di

perlukan untuk melewati kapiler paru pada saat istirahat bergantung pada reaksinya dengan

senyawa dalam darah.7

Pengangkutan Gas Antara Paru dan Jaringan

Perbedaan tekanan parsial untuk o2 dan co2 yang di gambarkan dalam bentuk grafik

menekankan bahwa hal tersebut merupakan kunci bagi terjadinya pergerakan gas bahwa o 2

“mengalir turun” dari udara luar melalui alveoli dan darah ke dalam jaringan ke dalam

alveoli.

Pengankutan oksigen

Pengangkutan oksigen ke jaringan

Sistem pengankutan o2 di dalam tubuh terdiri atas paru dan sistem kardiovaskuler.

Pengankutan o2 menuju jaringan tertentu bergantung pada jumblah o 2 yang masuk ke dalam

paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan, serta

kapasitas darah untuk mengangkut o2. Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi

jalinan vaskular di dalam jaringan serta curah jantung. Jumblah 0 2 di dalam darah di

tentukan oleh jumblah o2 yang larut, jumblah hemoglobin dalam darah serta afinitas

hemoglobin terhadap o2.7

Reaksi Hemoglobin dan oksigen

8
Dinamika reaksi pengikatan o2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai pembawa o 2

yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang di bentuk dari empat subunit, masing-

masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai poli peptida. Reaksi

pengikatan hemoglobin dengan o2 lazim di tulis sebagai Hb+O2 HbO2.

Faktor-faktor yang mempengaruh afinitas hemoglobin terhadap oksigen

Terdapat tiga keadaan penting yang mempengaruhi kurva disosiasi hemoglobin-

oksigen; pH, suhu dan kadar 2,3-disfosfogliserat (DPG; 2,3-DPG). Peningkatan suhu atau

penurunan pH mengeser kurva ke kanan. Apabila kurva bergeser kekanan, di butuhkan P o2

yang lebih tinggi agar hemoglobin dapat mengikat sejumblah tertentu 0 2. Sebaliknya,

penurunan suhu atau peningkatan pH mengeser kurva ke kiri, dan di butuhkan P o2 yang lebih

rendah untuk mengikat sejumblah tertentu o2. Indeks yang tepat untuk pergeseran tersebut

adalah P50, yaitu nilai Po2 dengan saturasi hemoglobin terhadap o2 50%. Makin tinggi nilai P50

makin rendah afinitas hemoglobin terhadap o2.

Berkurangnya afinitas hemoglobin terhadap o2 saat pH darah menurun di kenal

sebagai efek Bohr dan hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa hemoglobin

terdeogsigenasi (deoksihemoglobin) lebih aktif mengikat H+ di bandingkat oksihemoglobin.7

Pengangkutan karbon di oksida

Oleh karena CO2 akan membentuk asam karbonat dalam darah, di perlukan pengertian

mengenai dapar di dalam tubuh untuk dapat memahami pengangkutan CO 2.

Nasib karbondioksida dalam darah

9
Kelarutan CO2 dalam darah sekitar 20 kali lebih besar dari pada O 2, sehingga pada

tekanan parsial yang sama di dapatkan jauh lebih banyak CO 2 berdifusi kedalam sel darah

merah secara cepat dihidrasi menjadi H 2CO3, karena adanya anhidrase karbonat. H2CO3 akan

berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3-, selanjutnya H+ di bufer, terutama oleh hemoglobin,

sementara HCO3- memasuki plasma. Sejumblah CO2 dalam sel darah merah akan bereaksi

dengan gugus amino dari protein, terutama hemoglobin, membentuk senyawa karbamino.

Oleh karena hemoglobin terdeoksigenase lebih banyak mengikat H + di bandingkan

oksihemoglobin serta lebih mudah membentuk senyawa karbamino, terikatnya O 2 pada

hemoglobin akan menurunkan afinitasnya terhadap CO 2 (efek Haldane). Sebagai akibatnya,

darah vena lebih banyak mengandung CO 2 di bandingkan darah arteri. Ambilan CO 2 di

jaringan di tingkatkan dan perlepasnyanya di paru juga akan di fasilitasi. Sekitar 11% dari CO 2

yang di tambah ke dalam darah pembuluh sistemik akan di angkut ke paru dalam bentuk

karbamino-CO2.7

Dalam plasma CO2 berreaksi dengan protein plasama membentuk sejumlah kecil

sennyawa karbamino, dan sebagian kecil CO 2 mengalami hidrasi; namun reaksi hidrasi

berlangsung lambat karena tidak terdapatnya anhidrase karbonat. 5

Pengaturan pernafasan

Pernafasan spontan di timbulkan oleh lepas muatan berirama dari neuron motorik yang

mempersarafi otot-otot pernafasan. Lepas muatan ini sepenuhnya bergantung pada implus

saraf dari otak; pernafasan berhenti apabila di lakukan pemotongan medulla spinalis di atas

pangkal nervus frenikus.7

Kendali persarafan pada pernafasan

10
Sistem kendali

Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan. Satu

mekanisme berperan pada kendali pernafasan volunter, sedangkan yang lainya

mengendalikan pernafasan otomatis. Pusat volunter terletak di korteks serebri dan implus

dikirimnya ke neuron motorik otot pernafasan melalui jaras kortiko spinal. Pusat pernafasan

otomatis terletak di pons dan medulla oblongata, dan keluaran eferen dari sistem ini terletak

di ramai alba medula spinallis, di antara bagian lateral dan ventral jaras kortikospinal. Serat

saraf yang meneruskan implus inspirasi, berkumpul pada neuron motorik nerfus frenikus

pada konu ventral C3-C5 serta neuron motorik interkostalis eksterna pada kornu ventral

sepanjang segmen torakal medula. Serat saraf yang membawa implus ekspirasi, bersatu

terutama pada neuron motorik interkostalis interna sepanjang segmen torakal medula.

Neuron motorik untuk otot ekspirasi akan di hambat apabila neuron motorik untuk

otot inspirasi di aktifkan, dan sebaliknya. Meskipun refleks spinal ikut berperan pada

persarafan timbal-balik (reciprocal innervation), aktivitas pada jaras desendens-lah terutama

yang akan berperan. Implus melalu jaras desendens akan merengangkan otot agonis dan

menghambat yang antagonis.7

Pusat medulla oblongata

Daerah medulla oblongata yang berhubungan dengan pernafasan secara umum

dikenal dengan sebutan pusat respirasi, tetapi sebenarnya terdapat dua kelompok neuron

respirasi. Neuron pada kelompok dorsal terletak didalam dan di dekat nukleus traktus

solitarius. Kelompok ventral merupakan kolom neuron panjang yang membentang melalui

nukleus ambigus dan nukleus retro ambigus di bagian ventrolateral medulla oblongata.

11
Kelompok dorsal terutama dari neuron I, beberapa neuron di proyeksikan secara

monosinaptik menuju neuron motorik nerfus frenikus. Kelompok ini kemungkinan menerima

serat aferan dari saluran pernafasan serta glomus karotikum dan aortikum, yang berakhir

pada nukleus traktus solitarius. Kelompok ventral mengandung neuron E pada ujung

kaudalnya, neuron I pada bagian tengah, serta neuron E pada ujugkranialnya. Sejumblah

neuron ini di proyeksikan ke neuron motorik otot pernafasan. Neuron di ujung kranial

kelompok ventral nampaknya menghambat neuron I selama ekspirasi. Komponen utama

generator pengelola pengendalian pernafasan yang berperan pada pernafasan otomatis

terletak di medula oblongata.7

KESEIMBANGAN ASAM BASA TUBUH

 Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh

 Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 – 7,45)

 Asidosis = asidemia → kadar pH darah <7,35 Alkalemia = alkalosis → kadar pH darah

>7,45

 Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh

Sistem Buffer Tubuh

 Sistem buffer ECF → asam karbonat-bikarbonat (NaHCO3 dan H2CO3)

 Sistem buffer ICF → fosfat monosodium-disodium (Na2HPO4 dan NaH2PO4)

 Sistem buffer ICF eritrosit → oksihemoglobin-hemoglobin (HbO2- dan HHb)

 Sistem buffer ICF dan ECF → protein (Pr- dan HPr)

12
 Pertahanan pH darah normal tercapai melalui kerja gabungan dari buffer darah, paru

dan ginjal

 Persamaan Handerson Hasselbach:

20 [HCO3-]

pH = 6,1 + log ---------------------

1PaCO2


[HCO3-] → faktor metabolik, dikendalikan ginjal


PaCO2 → faktor respiratorik, dikendalikan paru


pH 6,1 → efek buffer dari asam karbonat-bikarbonat


Selama perbandingan [HCO3-] : PaCO2 = 20 : 1 → pH darah selalu = 6,1 + 1,3 = 7,4. 7,8

Kesimpulan

Sistem pernapasan merupakan proses pertukaran gas yang terjadi di dalam tubuh, sangat

penting untuk kelangsungan hidup. Ventilasi paru mempertahankan konsentrasi oksigen

maksimum dan konsentrasi karbondioksida minimum di dalam alveoli. Gas-gas berdifusi

menuruni gradien tekan dalam paru-paru dan organ-organ lain. Oksigen dan karbondioksida

berdifusi dari tempat di mana tekanan parsialnya lebih tinggi ke tempat di mana tekanan

parsialnya lebih rendah. Seorang atlete harus melakukan aklimatisasi sebelum latihan untuk

penyesuaian sistem pernapasannya, agar tidak terjadi gangguan pada struktur atau fungsi fisioogis

tubuh.

Daftar Pustaka

1. Pierson DJ. Pathophysiology and Clinical effects of Chronic Hypoxia. Respiratory Care.

2000;45(1): 39-46
13
2. Furgang F, Hypoxia Oxygen and Pulse Oxymetry, 2. available online accessed on

November 10, 2011 at http://www.flightstat.nonin.com/documents/Hypoxia, Oxygen

and Pulse Oximetry.pdf

3. Paul R. Wheater dkk. Wheater’s Functional histology a Text and Colour Atlas.

Histologi Fungsional. Jakarta : ECG, 1995. Ed. 3: 220.

4. Gerrit B, dkk. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta : Erlangga. 1998; Ed. 8 : 299

5. Anonim.2011.Tugas Rangkuman Sistem Pernapasan. Diakses dari

http://akhwatdhiya.blogspot.com/2012/01/tugas-rangkuman-sistem-pernafasan-

pada.html

6. Purnomo, Sudjiono, T. Joko, dan S. Hadisusanto. 2009. Biologi Kelas XI untuk

SMA dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p.

386.

7. Wiliam F. Ganong. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : ECG, 2002. Ed. 20.621-

670

8. FKUI. 2008. Gangguan Keseimbangan air-Elektrolit dan asam Basa : Fisiologi,

Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana. Ed.2 : 58-103

14

Anda mungkin juga menyukai