1. Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum
alam) dan dapat didefinisikan sebagai suatu studi tentang aspek-aspek manusia dalam
lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engeneering,
manajmen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,
efesiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah,
dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana
manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama
yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi juga digunakan oleh
berbagai macam ahli pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan
produk industri, fisika, fisiotrapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri. Selain
itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi, perancangan,
analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan produk bagi wirawisatawan, manajer,
pemerintah, militer, dosen dan mahasiswa.
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancangan bangun
(desain) ataupun rancangan ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras
seperti misalnya perkakas kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja
(workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (display), jalan/lorong (acsess
ways), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal
diatas adalah bahasan mengenai rancang bangun lingkungan kerja (working
environment), karena jika sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula
lingkungan kerjanya.
Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu orgnanisasi,
misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja
(shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain. Ergonomi dapat pula
berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena dengan semakin banyaknya pekerjaan
yang berkaitan dengan komputer. Penyampaian informasi dalam suatu sistem komputer
harus pula diusahakan sekompatibel mungkin sesuai dengan kemampuan pemerosesan
informasi oleh manusia.
Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan
faktor keselamatan dan kesejahteraan kerja, mislanya : desain suatu sistem kerja untuk
mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun
kerja untuk alat peraga visual. Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan
visual dan postur kerja untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan
instrumen dan sistem pengendalian agar dapat optimasi dalam proses transfer informasi
dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko
kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efesiensi kerja yang kurang tepat.
2. Sejarah Ergonomi
Istilah “ergonomi” mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang
berkenaan dengannya telah bermunculan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting
diilustrasikan sebagai berikut :
a. C.T. Thackrah, England, 1831
Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari
seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan
dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator
ditempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari
masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah mengamati seorang penjahit yang
bekerja dengan posisi dan dimensi kursi meja yang kurang sesuai secara
antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis menyebabakan
membungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. Disamping itu juga
mengamati para pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan temperatur
tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang panjang, dan gerakan kerja yang
berulang-ulang.
b. F.W. Taylor, U.S.A., 1898
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metode
ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.
Beberapa metodenya merupakan konsep ergonomi dan manajmen modern.
c. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbert juga mengamati dan mengoptimasi metode kerja, dalam hal ini lebih
mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya
Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukan bagaimana postur
membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur
naik-turun.
d. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research
Board), England, 1918.
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik
amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output
setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun. Disamping
itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem kerja berulang dan
menyarankan adanya variasi dan rotrasi pekerjaan.
e. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi disuatu
perusahaan listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne, Chicago. Tujuan
studinya adalah untuk mengkuantifikasikan pangaruh dari variabel fisik seperti
misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efesiensi dari
para operator kerja pada unit perakitan.
f. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang
secara cepat (misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah kelompok
interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat perkembangan
ergonomi pesawat.
Masalah yang ada pada saat itu adalah penepatan dan identifikasi untuk
pengendalian pesawat terbang, efektivitas alat peraga, handel pembuka,
ketidaknyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk
suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruh pada kinerja
operator.
g. Pembentukan Kelompok Ergonomi
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (The Ergonomic Research
Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah
banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal pertama dalam
bidang Ergonomi pada November 1957.
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics
Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Factors Society di
Amerika pada tahun yang sama.
Disamping itu patut diketahui pula bahwa Konferensi Ergonomi Australia yang
pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbetuknya
Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomic society of
Australia and New Zealand).
4. Fungsi Ergonomi
Pada dasarnya, ergonomik bermanfaat untuk pekerjaan agar cepat selesai, mmiliki
resiko kecelakaan lebih kecil, waktu yang efisien, resiko penyakit akibat kerja kecil,
dsb. Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh dari ergonomik, yaitu :
a. Kerja meningkat, seperti keceepatan, ketepatan, keselamatan, dan mengurangi
energy saat bekerja.
b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan.
c. Mengoptimalisasi penggunaan SDM melalui peningkatan keterampilan yang
dibutuhkan.
d. Mengurangi waktu yang terbuang percuma.
e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
SISTEM KERANGKA
2 DAN OTOT
MANUSIA
1. Kerangka dan Sambungan Kerangka
a. Kerangka
Kerangka berfungsi untuk menggambarkan dasar bentuk tubuh, penentuan
tinggi seseorang, perlindungan organ tubuh yang lunak (otak, jantung, hati),
sebagai tempat untuk melekatnya otot-otot, mengganti sel-sel yang telah rusak,
memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali (control), dan untuk
menyerap reaksi dari gaya/force serta beban.
Sedangkan tulang berfungsi sebagai alat untuk meredam dan mendistribusi
gaya/tegangan yang ada padanya. Evolusi bentuk dan perkembangannya
dirangsang oleh dinamika gerakan tulang itu sendiri seseuai dengan
kebutuhannya. Tulang yang besar dan panjang selalu mempunyai bentuk
berlubang yang berfungsi untuk memberikan perbandingan yang seimbang
terhadap beban yang terjadi pada tulang tersebut. Bentuk tulang juga telah
mengalami evolusi dalam perkembangannya untuk tempat melekatnya otot.
Disamping itu tubuh manusia tidak akan mempunyai bentuk yang indah tanpa
peran tulang belakang. Sebaliknya tulangpun juga tidak akanberdiri tegak tanpa
peran serta otot, ligamen, dan cartilage yang mengkombinasi dan memegang
sambungan tulang secara bersama-sama. Otot juga amat penting untuk menjaga
posisi tubuh agar tetap tegak sikap sempurna (kesemaptaan).
b. Sambungan Cartilagenous (Cartilagenous joints)
Adalah sambungan yang berfungsi untuk pergerakan yang relatif kecil, seperti
misalnya: sambungan antara tulang iga (ribs) dan pangkal tulang iga (sternum).
Disamping itu, terdapat pula sambungan cartilagenius khusus diantara
verterbrae (ruas-ruas tulang belakang) yang dikenal sebagai intervertebral discs
yang terdiri dari pembungkus intervertebral discs (outer fibrous ring) yang
dikelilingi oleh inti intervertebral discs (pulpy core). Vertebra tersebut juga
terdapat bersama-sama dengan ligamen dan otot. Selain itu terdapat pula gerakan
yang relative kecil pada setiap sambungannya, sehingga mengakibatkan adanya
fleksibilitas badan manusia untuk berfungsi pula sebagai peredam getaran pada
saat manusia bergerak baik translasi maupun rotasi.
c. Sambungan Sinovial (Synovial joints)
Adalah sambungan yang terdapat paling banyak pada tangan dan kaki dan
berfungsi untuk pergerakan/perputara bebas, walaupun tangan dan kaki tersebut
amat terbatas pergerakannya misalnya arah dan rentang gerakanya. Ujung tulang
pada sambungan tertentu tertutup oleh artikulasicartilageniouslunak pada
permukaannya. Permukaan ini tertutup dalam capsule fibrous yang segaris
dengan membrane sinovial yang mengeluarkan cairan pelumas sinovial.
d. Ligamen
Berfungsi untuk membentuk bagian sambungan dan menempel pada tulang.
Ligamen tersebut berfungsi untuk mencegah adanya dislokasi dan sekaligus
berfungsi untuk membatasi rentang gerakan. Hal tersebut disebabkan sifat
ligamen yang tidak elastis dan dapat meregang (stretch) dibawah gaya regang
(tension) tertentu.
3. Otot (Muscle)
Otot terbentuk atas fiber yang berukuran panjang. Serbut otot (muscle fibre)
bervariasi antara satu otot dengan yang lainnya. Beberapa diantaranya mempunyai
gerakan yang lebih cepat dari yang lainnya dan hal ini terjadi pada otot yang dipakai
untuk mempertahankan kontraksi badan seperti misalnya otot pembentuk postur
tubuh. Otot yang pucat adalah menggambarkan kontraksi otot yang cepat.
Adalah merupakan suatu hal yang penting bagi para ergonom untuk mengetahui
jenis otot yang sesuai untuk menopang beban statis (sustained statis load). Beban
statis yang terjadi pada semua otot harus diminimumkan. Gaya yang digunakan untuk
kontraksi otot adalah sebanding dengan penampang melintangnya. Pelatihan yang
cukup akan dapat meningkatkan luasan penampang melintang dari serabut otot, tanpa
meningkatkan jumlah serabut ototnya.
8. Elektromiografi
2. Keletihan
Kelelahan (fatigue) adalah suatu fenomena fisiologis, suatu proses terjadinya keadaan
penurunan toleransi terhadap kerja fisik. Penyebabnya sangat spesifik bergantung pada
karakteristik kerja tersebut (Septiani, 2010).
Menurut Akoso (2009) kelelahan disebabkan oleh aktivitas berlebihan, kurang
istirahat, kondisi fisik lemah, olahraga dan tekanan sehari-hari dapat menyebabkan
kelelahan.
Menurut Giriwijoyo (2012) kelelahan dibagi dalam dua tipe, yaitu kelelahan mental
dan kelelahan fisik. Kelelahan mental adalah kelelahan yang merupakan akibat dari kerja
mental seperti kejemuan sebab kurangnya minat. Sedangkan kelelahan fisik disebabkan
karena kerja fisik atau kerja otot.
a. Efek keletihan dalam kerja
Menurut Giriwijoyo (2006) Kelelahan dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang
dapat menimbulkan terjadinya sumber daya habis, tertimbunnya asam laktat di dalam
tubuh, terganggunya keseimbangan elektrolit di dalam tubuh dan terganggunya
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran air didalam tubuh.
Tingkat kelelahan akibat kerja yang dialami pekerja dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, gangguan dan mengurangi kepuasan serta penurunan produktivitas
yang ditunjukkan dengan berkurangnya kecepatan performansi, menurunnya mutu
produk, hilangnya orisinalitas, meningkatnya kesalahan dan kerusakan, kecelakaan
yang sering terjadi, kendornya perhatian dan ketidaktepatan dalam melaksanakan
pekerjaan.
3. Kelelahan Mental
a. Pengertian kelelahan mental
Menurut Griwijoyo (2012) kelelahan mental adalah kelelahan yang merupakan
kelelahan akibat dari kerja mental, seperti kejemuan sebab kurangnya minat.
b. Efek kelelahan mental
Menurut Khalsa (2008) tanda-tanda kelelahan mental merupakan langkah
pertama untuk menghindari keadaan kecapaian fisik, mental dan emosi. Dengan
beberapa gejala seperti mudah tersinggung, tidak sabar, penyalahgunaan narkoba dan
alkohol, gangguan makan, gangguan tidur, gangguan seks, sikap mental negatif, harga
diri rendah dan tidak bertenaga, stress juga adalah akar dari kelelahan mental yang
terjadi secara perlahan-lahan dan karena tidak adanya kemampuan kita untuk
mengelola serta lingkungan yang kurang mendukung.
Meski terkesan hanya sekadar lelah dari waktu ke waktu, kelelahan mental yang
dibiarkan dalam waktu lama juga bisa memengaruhi kehidupan seseorang. Efek dari
kelelahan mental dapat memberikan dampak terhadap aspek kehidupan seseorang,
mulai dari kinerja kerja yang buruk, produktivitas yang berkurang, dan berujung pada
nilai pekerjaan yang buruk atau kehilangan pekerjaan. Sementara itu, efek lain adalah
suasana hati naik turun dan dapat menyebabkan konflik dengan orang lain dan
tentunya kondisi ini bisa memperburuk kualitas hidup.
3. Kerja bergilir
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu 24 jam. Terdapat dua masalah utama
pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk
beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan
kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari. Shift kerja malam berpengaruh pada :
a. Negatif terhadap kesehatan fisik, mental, dan sosial;
b. Mengganggu waktu tidur dan makan;
c. Mengurangi kemampuan kerja, dan meningkatnya kesalahan dan kecelakaan;
d. Menghambat hubungan social dan keluarga; dan
e. Adanya faktor resiko pada saluran pencernaan, sistem syaraf,jantung dan pembuluh
darah
Sasaran dari Ergonomi yaitu meningkatkan para pengguna agar dapat mencapai
prestasi kerja yang tinggi dalam kondisi yang nyaman, aman dan tenteram. Adapun
lingkup kajian Ergonomi dapat dikelompokkan dalam 4 bidang lingkup kajian, yaitu
a. Display.
Display adalah alat yang menyajikan informasi tentang lingkungan yang
dikomunikasikan dalam bentuk tanda-tanda atau lambang-lambang.
b. Kekuatan fisik manusia (Fisiologi).
Penelitian ini mencakup mengukur kekuatan/daya fisik manusia ketika bekerja dan
mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan
kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktifitas tersebut.
c. Ukuran/dimensi dari tempat kerja (antropometri).
Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan ukuran tempat kerja yang sesuai dengan
ukuran tubuh manusia, dipelajari dalam antropometri.
d. Lingkungan fisik.
Penelitian ini berkenaan dengan perancangan kondisi lingkungan fisik dari ruangan
dan fasilitas-fasilitas dimana manusia bekerja.
3. Keselamatan kerja
Tindakan keselamatan kerja bertujuan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan,
baik jasmani maupun rohani manusia, serta hasil kerja dan budaya tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Keselamatan kerja manusia secara terperinci
antara meliputi : pencegahan terjadinya kecelakaan, mencegah dan atau mengurangi
terjadinya penyakit akibat pekerjaan, mencegah dan atau mengurangi cacat tetap,
mencegah dan atau mengurangi kematian, dan mengamankan material, konstruksi,
pemeliharaan, yang kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan umat manusia.
a. Menunjang terlaksananya tugas-tugas pemerintah, khususnya di bidang peningkatan
taraf hidup dan kesejahteraan tenaga kerja di perusahaan, industri, perkebunan,
pertanian yang meliputi di antaranya tentang penanganan keselamatan kerja.
b. Menuju tercapainya keragaman tindak di dalam menanggulangi masalah antara lain
keselamatan kerja.
c. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
1) Melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mencegah
terjadinya kecelakaan kerjadan penyakit.Berbagai arah keselamatan dan kesehatan
kerja
2) Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan pencegahan
sebelumnya.
3) Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja
4) Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja
5) Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi. Mengenai peraturan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja Yang terutama adalah UU Keselamatan
dan Kesehatan Tenaga Kerja dan Detail Pelaksanaan UU Keselamatan dan
Kesehatan Tenaga Kerja.
d. Standar Keselamatan Kerja
Pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan digolongkan sebagai berikut:
1) Pelindung badan, meliputi pelindung mata, tangan, hidung, kaki, kepala, dan
telinga.
2) Pelindung mesin, sebagai tindakan untuk melindungi mesin dari bahaya yang
mungkin timbul dari luar atau dari dalam atau dari pekerja itu sendiri
3) Alat pengaman listrik, yang setiap saat dapat membahayakan.
4) Pengaman ruang, meliputi pemadam kebakaran, sistem alarm, air hidrant,
penerangan yang cukup, ventilasi udara yang baik, dan sebagainya.
e. Pencegahan merupakan cara yang paling efektif
Dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu : perilaku yang tidak
aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman, berdasarkan data dari Biro Pelatihan
Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang pernah terjadi sampai saat ini adalah
diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:
1) Sembrono dan tidak hati-hati
2) Tidak mematuhi peraturan
3) Tidak mengikuti standar prosedur kerja.
4) Tidak memakai alat pelindung diri
5) Kondisi badan yang lemah
f. Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak bisa
dihindarkan (seperti bencana alam), selain itu 24% dikarenakan lingkungan atau
peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73% dikarenakan perilaku yang tidak
aman. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan
menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah disebutkan di atas.
g. Mencegah Terjadinya Kecelakaan
Tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah hal yang
lebih penting dibandingkan dengan mengatasi terjadinya kecelakaan. Kecelakaan
dapat dicegah dengan menghindarkan sebab-sebab yang bisa mengakibatkan
terjadinya kecelakaan. Tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan cara penuh
kehati-hatian dalam melakukan pekerjaan dan ditandai dengan rasa tanggung jawab.
Mencegah kondisi kerja yang tidak aman, mengetahui apa yang harus dikerjakan
dalam keadaan darurat, maka segera melaporkan segala kejadian, kejanggalan dan
kerusakan peralatan sekecil apapun kepada atasannya. Kerusakan yang kecil atau
ringan jika dibiarkan maka semakin lama akan semakin berkembang dan menjadi
kesalahan yang serius jika hal tersebut tidak segera diperbaiki. Tindakan pencegahan
terjadinya kecelakaan harus dilakukan dengan rasa bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap tindakan keselamatan kerja. Bertanggung jawab merupakan sikap yang perlu
dijujung tinggi baik selama bekerja maupun saat beristirahat. Hal ini akan sangat
bermanfaat bagi keselamatan dalam bekerja. Peralatan perlindungan anggota badan
dalam setiap bekerja harus selalu digunakan dengan menyesuaikan sifat pekerjaan
yang dilakukan.beberapa alat pelindung keamanan anggota badan, terdiri dari
pelindung mata, kepala, telinga, tangan, kaki dan hidung. Penggunaan alat pelindung
ini disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan. Sebagai contoh pelindung
mata, pakailah kaca mata atau gogles untuk melindungi dari sinar yang kuat, loncatan
bunga api, loncatan logam panas dan sebagainya.
h. Sebab-Sebab terjadinya Kecelakaan
Suatu kecelakaan sering terjadi yang diakibatkan oleh lebih dari satu sebab.
Kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan halhal yang menyebabkan
kecelakan tersebut. Ada dua sebab utama terjadinya suatu kecelakaan. Pertama,
tindakan yang tidak aman. Kedua, kondisi kerja yang tidak aman. Orang yang
mendapat kecelakaan luka-luka sering kali disebabkan oleh orang lain atau karena
tindakannya sendiri yang tidak menunjang keamanan. Berikut beberapa contoh
tindakan yang tidak aman, antara lain:
1) Memakai peralatan tanpa menerima pelatihan yang tepat
2) Memakai alat atau peralatan dengan cara yang salah
3) Tanpa memakai perlengkapan alat pelindung, seperti kacamata pengaman, sarung
tangan atau pelindung kepala jika pekerjaan tersebut memerlukannya
4) Bersendang gurau, tidak konsentrasi, bermain-main dengan teman sekerja atau
alat perlengkapan lainnya.
5) Sikap tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan dan membawa barang berbahaya
di tenpat kerja
6) Membuat gangguan atau mencegah orang lain dari pekerjaannya atau
mengizinkan orang lain mengambil alih pekerjaannya, padahal orang tersebut
belum mengetahui pekerjaan tersebut.
SISTEM MANUSIA
7 MESIN
1. Sistem Manusia Mesin
Fokus perhatian ergonomi adalah berkaitan erat dengan aspek-aspek manusia di
dalam perencanaan proses perancangan produk dan lingkungan kerja. Pendekatan agro
ergonomi akan ditekankan pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia, baik secara
fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia-mesin yang
integral. Maka, secara sistematis pendekatan ergonomi kemudian akan memanfaatkan
informasi tersebut untuk tujuan rancang bangun, sehingga akan tercipta produk, sistem
atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia. Pada gilirannya rancangan yang
ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta
dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Sistem manusia-mesin (man-machine system) ialah kombinasi antara satu atau
beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin.
Perbandingan manusia dengan mesin
Masalah Manusia Mesin
Kecepatan Lambat Cepat
Lambat, terbatas dan Cepat, dapat diatur dengan
Tenaga (power)
berubah-ubah baik
Tidak dapat diandalkan, Seragam/standard cocok
Keseragaman perlu dimonitor dengan untuk pekerjaan rutin &
mesin masal.
Lambat dan sangat Cepat dan tepat, tetapi
mungkin melakukan tidak memiliki
Kalkulasi
kesalahan, tetapi memiliki kemampuan koreksi.
kemampuan koreksi.
Berdasarkan Penyelidikan :
Kedua sub Manusia & Mesin mempunyai kelebihan dan kekurangan
a. Ada pekerjaan yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh Manusia
b. Ada pekerjaan yang lebih baik dikerjakan oleh Mesin
3. Konsep Biomekanika
Menurut frankel dan nordin (1980), biomekanika merupakan ilmu mekanika teknik
untuk analisa system kerangka otot manusia.
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
a. General Biomechanic, adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara
mengenai hukum-hukum dan konsep – konsep dasar yang mempengaruhi
tubuh organik manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi
menjadi 2, yaitu:
1) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya
menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus
dengan kecepatan seragam (uniform).
2) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertim- bangkan gaya
yang terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja
dalam tubuh (kinetik).
b. Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari
interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan
tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar
produktifitas kerja dapat meningkat.
FAKTOR - FAKTOR
MANUSIAWI DALAM
8 DESAIN LINGKUNGAN
KERJA
1. Kaitan antara Psi. Rekayasa/Ergonomi dengan Psi. Lingkungan
Heimstra dan Mc Farling (dalam Prawitasari, 1989) menyatakan bahwa psikologi
lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara
manusia dengan lingkungan fisiknya. Menurut Gifford, manusia mempengaruhi
lingkungan dan untuk selanjutnya lingkungan mempengaruhi manusia.
Antara psikologi lingkungan yang membahas tentang penataan setting fisik dengan
ergonomic yang membahas tentang kenyamanan individu dalam mengerjakan sesuatu,
adalah saling mempengaruhi dan bergantungan satu sama lain terutama dalam mencapai
suatu hasil. Jika lingkungan positif maka dapat menciptakan suasana yang ergonomic
baik secara fisik dan psikologis, sehingga kinerja kita positif, dan sebaliknya.
2. Iluminasi
Tingkat pencahayaan biasanya diukur dengan istilah Illuminance, yaitu fluks-fluks
yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang dipancarkan pada suatu permukaan per
luas permukaan. Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan sebuah light meter di atas
permukaan benda kerja. Menurut Grandjean (1988), Wiesberg (1993) dan Wardana dkk
(1997) ketidaknyamanan cahaya di tempat kerja dapat menimbulkan beban visual berupa
ketidaknyamanan mata secara umum, mata merah, iritasi mata, pandangan yang
mengabur dan kesulitan membaca obyek gambar.
Iluminasi suatu permukaan ditentukan oleh kuat penerangan dan kemampuan
memantulkan cahaya oleh permukaan. Kemampuan memantulkan cahaya oleh
permukaan disebut faktor refleksi atau reflektasi. Pengertian iluminasi dapat dijelaskan
sebagai berikut jika terdapat monitor komputer di atas meja arus cahaya yang sampai
pada monitor maupun meja adalah sama demikian pula kuat penerangannya. Namun,
luminansi untuk monitor lebih besar karena faktor reflekstasi monitor lebih besar
dibanding reflekstasi meja. Cahaya ini dapat diukur dengan suatu light meter yang
ditunjukkan atau diarahkan pada permukaan. Cahaya tersebut bergantung pada intensitas
dari sumber dan refleksi dari permukaan. Maka, berdasarkan kondisi-kondisi inilah, mata
tidak mungkin dapat membedakan warna-warna. Selain itu juga dapat mendeteksi
pergerakan pada permukaan, suatu penggunaan yang bermanfaat dari karakteristik yang
ada dalam hal peringatan bahaya yang mungkin terjadi. Penglihatan dimulai ketika
“paket” energi elektromagnetik yang disebut foton diubah menjadi sinyal saraf bahwa
otak dapat menguraikan pesan/sandi dan menganalisanya. Translasi ini dilakukan baik
oleh Batang maupun Kerucut. Setiap Batang mengandung 100 juta molekul pigmen peka
cahaya yang disebut rhodopsin. Rhodopsin tersusun dari sebuah molekul organik
penyerap cahaya turunan vitamin A yang disebut 11-cis retinal.
Penglihatan yang baik didefinisikan dengan kuantitas pencahayaan yang memenuhi
untuk visual task yang diharapkan, membutuhkan distribusi yang seragam dari
illuminance dan luminance, pencahayaan yang cukup pada model obyek tiga-dimensional
dan permukaan (arah jatuhnya cahaya dari sisi atau dari atas), ketiadaan glare, dan
rendering warna yang baik. Kondisi pencahayaan ruang kantor dapat mempengaruhi
perubahan mood pengguna ruang. Perubahan mood yang diasosiasikan dengan
lingkungan fisik dapat dibedakan menjadi respon tahap jangka pendek dan tahap jangka
panjang yang melibatkan kebiasaan. Jika kebiasaan pengguna ruang menerima
lingkungan penerangan yang sama terus-menerus, maka perubahan mood ketika
memasuki ruangan tersebut akan berkurang sedikit demi sedikit dan kemudian cenderung
normal kembali. Perubahan mood dapat terjadi karena kebutuhan dan karakter tiap orang
berbeda, sehingga ketika digeneralisasikan, tidak semua pengguna ruang dapat
menerimanya.
Dari rekomendasi IESNA, desain pencahayaan ruang kantor untuk jenis pekerjaan
dengan menggunakan komputer dapat dikategorikan pada kelompok C, yang
membutuhkan tingkat iluminasi sebesar 100-150-200 Lux. Sedangkan untuk membaca,
dapat dikategorikan dalam kelompok D dengan tingkat iluminasi sebesar 200-300- 500
Lux.
I. SUARA / BUNYI
A. Pengertian Suara
Suara adalah pemampatan mekanis atau gelombang longitudinal yang merambat
melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi,
gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara. Suara
dihasilkan oleh getaran suatu benda. Selama bergetar, perbedaan tekanan terjadi di
udara sekitarnya.
Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda atau getaran
suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara
kontinyu terhadap waktu, suara berhubungan erat dengan rasa ‘mendengar’. Suara
atau bunyi biasanya merambat melalui udara. Suara atau bunyi tidak bisa merambat
melalui ruang hampa.
Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau
medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat
didengar oleh telinga manusiakira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo
umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut
ultrasonik dan di bawah 20 Hz disebut infrasonik.
II. Kebisingan
A. Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah gangguan secara langsung maupun tidak langsung yang dapat
berdampak negatif terutama pada indera pendengaran dan gangguan kesehatan
lainnya yang dapat berupa gangguan komunikasi, timbulnya kelelahan kerja,
gangguan mengingat dan sebagainya yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas
kerja. Tempat kerja yang bising dan penuh getaran bisa mengganggu pendengaran dan
keseimbangan para pekerja. Kebisingan bersifat psikologikal dan subyektif. Sebuah
nada pendek dengan intensitas rendah (dihasilkan dengan sendirinya, seperti tetesan
air) mungkin dianggap sebagai kebisingan dalam kondisi tertentu. Kebisingan
didefinisikan sebagai suatu bunyi/suara yang tidak diinginkan, tidak disukai, atau
tidak diterima.
B. Jenis Kebisingan
Menurut Suma’mur (2009), terdapat lima jenis kebisingan yang sering ditemukan,
yaitu:
1. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang lebar (steady state, wide
band noise)
Bising jenis ini merupakan bising yang relatif tetap dalam batas amplitudo
kurang lebih 5dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut. Contoh:bising mesin,
suara katup mesin gas, kipas angin, suara dapur pijar, dan sebagainya.
2. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band
noise)
Bising ini relatif tetap dan hanya pada frekuensi tertentu saja (misal 5000,
1000 atau 4000 Hz), misalnya suara gergaji sirkuler dan suara katup gas.
3. Kebisingan terputus-putus (intermittent noise)
Kebisingan tidak berlangsung terus menerus, melainkan ada periode relatif
tenang. Contoh kebisingan ini adalah suara lalu lintas, kebisingan di lapangan
terbang.
4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise)
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam
waktu yang sangat cepat dan mengejutkan. Contoh bising impulsif misalnya
suara ledakan, tembakan, pukulan palu, dan lain-lain.
5. Kebisingan impulsif berulang
Sama seperti bising impulsif, tetapi terjadi berulang-ulang. Contohnya ialah
bising mesin tempa.
D. Efek Kebisingan
Efek kebisingan menurut Suma’mur (2009) berpengaruh negatif, antara lain
sebagai berikut:
1. Gangguan secara umum
Didalam kehidupan sehari-hari kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan
menyebabkan pengalihan perhatian sehingga tidak fokus pada masalah yang
sedang dihadapi.
2. Gangguan komunikasi
Sebagai pegangan, gangguan komunikasi oleh kebisingan telah terjadi, apabila
komunikasi pembicaraan dalam pekerjaan harus dijalankan dengan suara yang
kekuatannya tinggi dan lebih nyata lagi apabila dilakukan dengan cara berteriak.
Gangguan komunikasi seperti itu menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan
mengakibatkan kesalahan atau kecelakaan, terutama pada penggunaan tenaga
kerja baru oleh karena timbulnya salah paham atau pengertian.
3. Kriteria kantor
Kebutuhan pembicaraan, baik langsung ataupun lewat handphone, harus
dipenuhi dan sangat penting, artinya bagi berlangsungnya aktivitas di kantor dan
ruang sidang.
4. Efek pada pekerjaan
Kebisingan mengganggu perhatian yang perlu terus menerus dicurahkan
kepada pelaksanaan pekerjaan dan juga pencapaian hasil kerja yang sebaik-
baiknya.
5. Reaksi masyarakat
Pengaruhnya akan sangat besar, apabila kebisingan akibat suatu proses
produksi demikian luar biasanya, sehingga masyarakat sekitar perusahaan yang
bersangkutan protes, agar kegiatan tersebut dihentikan.
6. Efek pada pendengaran
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat
menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat
sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising,
namun bila terus menerus bekerja ditempat bising, daya dengar akan hilang secara
menetap dan tidak akan pulih kembali.
E. Pengendalian Kebisingan
1. Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan, misalnya dengan
menempatkan peredam pada sumber getaran, tetapi umumnya hal itu dilakukan
dengan melakukan riset dan membuat perencanaan mesin atau peralatan kerja
yang baru.
2. Penempatan penghalang pada jalan transmisi. Isolasi tenaga kerja atau mesin atau
unit operasi adalah upaya egera dan baik dalam upaya mengurangi kebisingan.
Untuk itu perencanaan harus matang dan material yang dipakai untuk isolasi harus
mampu menyerap suara.
3. Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga. Tutup telinga (ear muff) biasanya lebih
efektif daripada sumber telinga (ear plug) dan dapat lebih besar menurunkan
intensitas kebisingan yang sampai ke saraf pendengar.
4. Pelaksanaan waktu paparan bagi intensitas di atas NAB. Untuk intensitas
kebisingan yang melebihi NABnya telah ada standarnya waktu paparan yang
diperkenankan sehingga masalahnya adalah pelaksanaan dari pengaturan waktu
kerja sehingga memenuhi ketentuan tersebut.
F. Dampak Kebisingan
Beberapa dampak kebisingan terhadap kinerja terjadi dalam beberapa bentuk:
a. Terganggu
Kebisingan yang terputus-putus pada tingkat kurang lebih 50 dB memiliki
pengaruh mengganggu yang lebih besar daripada suara yang lebih kontinu
walaupun intensitasnya lebih besar. Kebisingan dalam ruangan juga lebih
mengganggu bila dibandingkan dengan kebisingan diruang terbuka. Demikian
juga tingkat frekuensi, semakin tinggi frekuensi semakin besar gangguan yang
dirasakan.
b. Kebingungan
Timbul perasaan bingung tanpa disadari adanya kebisingan.
c. Gangguan komunikasi
Untuk informasi yang sudah biasa diterima pemahaman pembicaraan tidak
terganggu bila tingkat suara pembicaraan 10 dB diatas tingkat kebisingan,
informasi yang tidak biasa dibutuhkan perbedaan sedikitnya 20 dB.
d. Perhatian
Kebisingan mempengaruhi tingkat perhatian seseorang.
III.MUSIK
A. Pengertian Musik
Menurut Astuti, Suhardi, dan Jwalitasari (2006), musik adalah bunyi yang
diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan
selera seseorang.
C. Efek Fisiologis
1. Menstimulasi syaraf
Musik dapat membantu menstimulasi syaraf-syaraf untuk bergerak terutama di
saat-saat situasi yang membosankan.
2. Melepaskan hormon dopamine
Musik dapat membantu mendorong pelepasan zat kimia dopamine di area otak.
Pelepasan dopamine seperti yang terjadi ketika seseorang makan makanan lezat,
atau mencium aroma yang harum, sehingga membuat seseorang merasa tenang.
IV. WARNA
A. Pengertian Warna
Warna adalah gelombang elektromagnetik yang berasal dari cahaya. Percobaan
Newton (1660) dengan prisma kacanya yang dilewati cahaya putih membuktikan
bahwa cahaya matahari terdiri dari spektrum mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila dan ungu). Jadi tanpa cahaya, manusia tidak dapat melihat warna.
B. Kategori Warna
Menurut Kaina (2004), secara umum, pengaruh dari warna dapat dikategorikan
menjadi dua kategori utama, yaitu:
1. Warna Hangat
Warna yang termasuk kedalam akhir spectrum warna merah seperti kuning dan
oranye dikategorikan sebagai warna hangat. Warna hangat diyakini dapat
memberikan rentang reaksi emosi, mulai dari rasa nyaman, kehangatan, hingga
kemarahan atau kekerasan.
2. Warna Dingin
Warna hijau, biru dan ungu dikategorikan masuk kedalam warna dingin.
Pengaruh warna dingin ini dapat memberikan perasaan tenang hingga perasaan
sedih.
C. Warna Keselamatan
Jika warna yang sama selalu digunakan untuk menunjukkan bahaya tertentu, atau
tempat bantuan dalam keadaan darurat, asosiasi yang benar dan reaksi mereka
menjadi otomatis. Praktek ini sekarang diikuti di sebagian besar negara dengan cara
yang seragam sesuai dengan standar ISO internasional.
D. Arti Warna
1. Merah
a. Meningkatkan antusiasme
b. Merangsang energi dan dapat meningkatkan tekanan darah, pernapasan, detak
jantung, dan denyut nadi
c. Mendorong tindakan dan kepercayaan diri
d. Memberikan rasa perlindungan dari ketakutan dan kecemasan
Contoh: Di Inggris, bilik telepon merah dan bus bertingkat merah merupakan ikon
nasional. Kotak pilar Inggris standar (kotak surat) telah dicat merah sejak 1874.
2. Orange
a. Merangsang aktivitas
b. Merangsang nafsu makan
c. Mendorong sosialisasi
Contoh: Safety orange adalah warna yang digunakan untuk membedakan benda-
benda dari lingkungannya. Safety orange adalah warna yang biasanya digunakan di
Amerika Serikat untuk kerucut lalu lintas, tiang penopang, tong, dan perangkat
penanda zona konstruksi lainnya. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
atau The Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mensyaratkan
bahwa peralatan konstruksi tertentu harus dicat oranye keselamatan
3. Kuning
a. Merangsang proses mental
b. Merangsang sistem saraf
c. Mengaktifkan memori
d. Mendorong komunikasi
Contoh: Di Amerika Serikat, taksi dan bus sekolah dikaitkan dengan warna kuning.
4. Hijau
a. Kelenjar hipofisis distimulasi.
b. Otot lebih rileks,
c. Tingkat histamin darah anda meningkat, yang mengarah pada penurunan gejala
alergi dan pembuluh darah melebar,
d. Membantu dalam kontraksi otot yang lebih halus.
e. Menghilangkan stres
f. Meningkatkan kemampuan membaca dan kreativitas.
Contoh: Ruang hijau (di teater atau studio) di mana pemain dapat bersantai
sebelum atau setelah penampilan.
5. Biru
a. Menenangkan
b. Sejuk
c. Alat bantu intuisi
Contoh: Selama dekade terakhir, para ilmuwan telah melaporkan keberhasilan
penggunaan cahaya biru dalam pengobatan berbagai masalah psikologis, termasuk
kecanduan, gangguan makan, impotensi, dan depresi.
6. Ungu
a. Meningkatkan kerja otak
b. Menenangkan pikiran dan saraf
c. Menawarkan rasa spiritualitas
Contoh: Dalam kaca patri, warna ungu atau ungu dipandang sebagai menyatukan
"kebijaksanaan" biru dan "cinta" merah dan melambangkan keadilan dan royalti.
7. Merah muda
a. Merangsang energi dan dapat meningkatkan tekanan darah, pernapasan, detak
jantung, dan denyut nadi.
b. Mereka juga mendorong tindakan dan kepercayaan diri.
c. Digunakan di sel-sel penjara untuk secara efektif mengurangi perilaku tak
menentu.
Contoh: Kue-kue terasa lebih enak ketika mereka keluar dari kotak merah muda
atau disajikan di piring merah muda (hanya berhasil dengan sesuatu yang manis).
8. Coklat
a. Menumbuhkan perasaan baik
b. Menstabilkan
c. Warna yang berhubungan dengan bumi atau alam
d. Memberi rasa ketertiban
Contoh: Banyak perusahaan menggunakan kertas cokelat untuk menunjukkan
produk alami.
9. Abu-abu
a. Meresahkan
b. Menciptakan harapan
Contoh: Tentara Konfederasi mengenakan seragam abu-abu selama Perang Saudara
disesuaikan dengan lingkungan yang berkabut.
10. Hitam
a. Membuat orang merasa tidak mencolok
b. Memberikan ketenangan
c. Membangkitkan potensi
Contoh: Musisi di lubang orkestra sering memakai semua hitam selama konser
langsung, agar tidak menarik perhatian para pemain panggung.
11. Putih
a. Membantu kejernihan mental
b. Mendorong untuk membersihkan kekacauan atau rintangan
c. Membangkitkan pemurnian pikiran atau tindakan
d. Mengaktifkan awal yang baru
Contoh: Awalnya, para ilmuwan mengenakan mantel krem. Pada akhir abad ke-19,
para profesional medis memilih yang putih. Warna putih dipilih karena ide harapan
dan harapan untuk penyembuhan dan pemulihan yang akan dibawa oleh dokter.