Anda di halaman 1dari 58

1 PENGANTAR

1. Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum
alam) dan dapat didefinisikan sebagai suatu studi tentang aspek-aspek manusia dalam
lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engeneering,
manajmen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,
efesiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah,
dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana
manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama
yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi juga digunakan oleh
berbagai macam ahli pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan
produk industri, fisika, fisiotrapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri. Selain
itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi, perancangan,
analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan produk bagi wirawisatawan, manajer,
pemerintah, militer, dosen dan mahasiswa.
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancangan bangun
(desain) ataupun rancangan ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras
seperti misalnya perkakas kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja
(workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (display), jalan/lorong (acsess
ways), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal
diatas adalah bahasan mengenai rancang bangun lingkungan kerja (working
environment), karena jika sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula
lingkungan kerjanya.
Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu orgnanisasi,
misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja
(shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain. Ergonomi dapat pula
berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena dengan semakin banyaknya pekerjaan
yang berkaitan dengan komputer. Penyampaian informasi dalam suatu sistem komputer
harus pula diusahakan sekompatibel mungkin sesuai dengan kemampuan pemerosesan
informasi oleh manusia.
Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan
faktor keselamatan dan kesejahteraan kerja, mislanya : desain suatu sistem kerja untuk
mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun
kerja untuk alat peraga visual. Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan
visual dan postur kerja untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan
instrumen dan sistem pengendalian agar dapat optimasi dalam proses transfer informasi
dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko
kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efesiensi kerja yang kurang tepat.

2. Sejarah Ergonomi
Istilah “ergonomi” mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang
berkenaan dengannya telah bermunculan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting
diilustrasikan sebagai berikut :
a. C.T. Thackrah, England, 1831
Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari
seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan
dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator
ditempat kerjanya. Ia mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari
masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah mengamati seorang penjahit yang
bekerja dengan posisi dan dimensi kursi meja yang kurang sesuai secara
antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis menyebabakan
membungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. Disamping itu juga
mengamati para pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan temperatur
tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang panjang, dan gerakan kerja yang
berulang-ulang.
b. F.W. Taylor, U.S.A., 1898
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metode
ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.
Beberapa metodenya merupakan konsep ergonomi dan manajmen modern.
c. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbert juga mengamati dan mengoptimasi metode kerja, dalam hal ini lebih
mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya
Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukan bagaimana postur
membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur
naik-turun.
d. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research
Board), England, 1918.
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik
amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output
setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun. Disamping
itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem kerja berulang dan
menyarankan adanya variasi dan rotrasi pekerjaan.
e. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi disuatu
perusahaan listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne, Chicago. Tujuan
studinya adalah untuk mengkuantifikasikan pangaruh dari variabel fisik seperti
misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efesiensi dari
para operator kerja pada unit perakitan.
f. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang
secara cepat (misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah kelompok
interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat perkembangan
ergonomi pesawat.
Masalah yang ada pada saat itu adalah penepatan dan identifikasi untuk
pengendalian pesawat terbang, efektivitas alat peraga, handel pembuka,
ketidaknyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk
suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruh pada kinerja
operator.
g. Pembentukan Kelompok Ergonomi
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (The Ergonomic Research
Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah
banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal pertama dalam
bidang Ergonomi pada November 1957.
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics
Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Factors Society di
Amerika pada tahun yang sama.
Disamping itu patut diketahui pula bahwa Konferensi Ergonomi Australia yang
pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbetuknya
Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomic society of
Australia and New Zealand).

3. Dasar Keilmuan dari Ergonomi


- Ergonomik terkait dengan karakteristik fungsional dari manusia, seperti
kemampuan penginderaan, respon, daya ingat, posisi optimum tangan dan kaki, dll.
- Ergonomik membutuhkan pemahaman ilmu-ilmu terapan yang banyak
berhubungan dengan fungsi tubuh manusia seperti anatomi dan fisiologi.
- Sistem kerangka otot manusia, yaitu meliputi :
a. Kinesiologi : Mekanika pergerakan manusia
b. Biomekanika : aplikasi ilmu mekanika teknik untuk analisis sistem kerangka
otot manusia
- Anthropometri : Pengkuran dan diskribsi dimensi tubuh mnusia
- Industrial hygiene : Pengendalian resiko kesehatan dalam kerja.
- Industrial Phsychology : sikap dan perilaku anusia dalam bekerja.

Ilmu ergonomi mempelajari beberapa hal yang meliputi:


a. Lingkungan kerja meliputi kebersihan, tata letak, suhu, pencahayaan, sirkulasi
udara , desain peralatan dan lainnya.
b. Persyaratan fisik dan psikologis (mental) pekerja untuk melakukan sebuah
pekerjaan: pendidikan,postur badan, pengalaman kerja, umur dan lainnya
c. Bahan-bahan/peralatan kerja yang berisiko menimbulkan kecelakaan kerja: pisau,
palu, barang pecah belah, zat kimia dan lainnya
d. Interaksi antara pekerja dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja, kesehatan dan
keselamatan kerja, kesesuaian ukuran alat kerja dengan pekerja, standar operasional
prosedur dan lainnya.

4. Fungsi Ergonomi
Pada dasarnya, ergonomik bermanfaat untuk pekerjaan agar cepat selesai, mmiliki
resiko kecelakaan lebih kecil, waktu yang efisien, resiko penyakit akibat kerja kecil,
dsb. Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh dari ergonomik, yaitu :
a. Kerja meningkat, seperti keceepatan, ketepatan, keselamatan, dan mengurangi
energy saat bekerja.
b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan.
c. Mengoptimalisasi penggunaan SDM melalui peningkatan keterampilan yang
dibutuhkan.
d. Mengurangi waktu yang terbuang percuma.
e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
SISTEM KERANGKA
2 DAN OTOT
MANUSIA
1. Kerangka dan Sambungan Kerangka
a. Kerangka
Kerangka berfungsi untuk menggambarkan dasar bentuk tubuh, penentuan
tinggi seseorang, perlindungan organ tubuh yang lunak (otak, jantung, hati),
sebagai tempat untuk melekatnya otot-otot, mengganti sel-sel yang telah rusak,
memberikan sistem sambungan untuk gerak pengendali (control), dan untuk
menyerap reaksi dari gaya/force serta beban.
Sedangkan tulang berfungsi sebagai alat untuk meredam dan mendistribusi
gaya/tegangan yang ada padanya. Evolusi bentuk dan perkembangannya
dirangsang oleh dinamika gerakan tulang itu sendiri seseuai dengan
kebutuhannya. Tulang yang besar dan panjang selalu mempunyai bentuk
berlubang yang berfungsi untuk memberikan perbandingan yang seimbang
terhadap beban yang terjadi pada tulang tersebut. Bentuk tulang juga telah
mengalami evolusi dalam perkembangannya untuk tempat melekatnya otot.
Disamping itu tubuh manusia tidak akan mempunyai bentuk yang indah tanpa
peran tulang belakang. Sebaliknya tulangpun juga tidak akanberdiri tegak tanpa
peran serta otot, ligamen, dan cartilage yang mengkombinasi dan memegang
sambungan tulang secara bersama-sama. Otot juga amat penting untuk menjaga
posisi tubuh agar tetap tegak sikap sempurna (kesemaptaan).
b. Sambungan Cartilagenous (Cartilagenous joints)
Adalah sambungan yang berfungsi untuk pergerakan yang relatif kecil, seperti
misalnya: sambungan antara tulang iga (ribs) dan pangkal tulang iga (sternum).
Disamping itu, terdapat pula sambungan cartilagenius khusus diantara
verterbrae (ruas-ruas tulang belakang) yang dikenal sebagai intervertebral discs
yang terdiri dari pembungkus intervertebral discs (outer fibrous ring) yang
dikelilingi oleh inti intervertebral discs (pulpy core). Vertebra tersebut juga
terdapat bersama-sama dengan ligamen dan otot. Selain itu terdapat pula gerakan
yang relative kecil pada setiap sambungannya, sehingga mengakibatkan adanya
fleksibilitas badan manusia untuk berfungsi pula sebagai peredam getaran pada
saat manusia bergerak baik translasi maupun rotasi.
c. Sambungan Sinovial (Synovial joints)
Adalah sambungan yang terdapat paling banyak pada tangan dan kaki dan
berfungsi untuk pergerakan/perputara bebas, walaupun tangan dan kaki tersebut
amat terbatas pergerakannya misalnya arah dan rentang gerakanya. Ujung tulang
pada sambungan tertentu tertutup oleh artikulasicartilageniouslunak pada
permukaannya. Permukaan ini tertutup dalam capsule fibrous yang segaris
dengan membrane sinovial yang mengeluarkan cairan pelumas sinovial.
d. Ligamen
Berfungsi untuk membentuk bagian sambungan dan menempel pada tulang.
Ligamen tersebut berfungsi untuk mencegah adanya dislokasi dan sekaligus
berfungsi untuk membatasi rentang gerakan. Hal tersebut disebabkan sifat
ligamen yang tidak elastis dan dapat meregang (stretch) dibawah gaya regang
(tension) tertentu.

2. Sistem Sambungan Kerangka


Sistem sambungan tulang berfungsi sebagai batas jangkauan untuk menentukan
ruang gerak/aktivitas. Contoh sambungan tulang yang sederhana ada pada siku dan
lutut.
Siku dan lutut merupakan sambungan yang membatasi gerakan fleksi (flexion)
disamping itu sambungan siku memberikan kebebasan gerak pada tulang tangan
berupa gerak supinasi dan pronasi. Bahu dan pinggul merupakan sambungan bola dan
soket (ball and socket joints) yang memberikan kebebasan gerak secara tiga dimensi
meskipun dalam rentang yang relative kecil. Lengan dan tungkai merupakan
sambungan yang kompleks, yang mampu untuk mengadakan gerakan tiga dimensi.
Misalkan pada gerakan mengangkat tangan dari permukaan meja kearah mulut:
sambungan siku tak dapat melaksanakan aktivitas ini tanpa bantuan organ lain, yaitu
bantuan dari gerakan sambungan bahu, pergerakan rotasi seluruh tangan pada
sumbunya (persendian bahu) dan gerakan lengan tangan pada sambungan
pergelangannya.

3. Otot (Muscle)
Otot terbentuk atas fiber yang berukuran panjang. Serbut otot (muscle fibre)
bervariasi antara satu otot dengan yang lainnya. Beberapa diantaranya mempunyai
gerakan yang lebih cepat dari yang lainnya dan hal ini terjadi pada otot yang dipakai
untuk mempertahankan kontraksi badan seperti misalnya otot pembentuk postur
tubuh. Otot yang pucat adalah menggambarkan kontraksi otot yang cepat.
Adalah merupakan suatu hal yang penting bagi para ergonom untuk mengetahui
jenis otot yang sesuai untuk menopang beban statis (sustained statis load). Beban
statis yang terjadi pada semua otot harus diminimumkan. Gaya yang digunakan untuk
kontraksi otot adalah sebanding dengan penampang melintangnya. Pelatihan yang
cukup akan dapat meningkatkan luasan penampang melintang dari serabut otot, tanpa
meningkatkan jumlah serabut ototnya.

4. Sumber Energi bagi Otot


Sumber utama energi bagi otot berasal dari pemecahan senyawa fosfat kaya energi
(energy rich phosphate compounds) dari kondisi energi tinggi ke energi rendah, yang
mana dalam waktu yang sama akan menghasilkan muatan electron-statis dan
menyebabkan gerakan relative dari molekul aktin dan myosin. Hal tersebut
ditunjukkan pada proses berikut:

ATP --> ADP + Energi

ATP = Adenosin Tri Phosphat


ADP = Adenosin Di Phosphat
Untuk melanjutkan proses ini, ATP harus disintesa ulang dengan bahan bakar yang
berasal dari sumber lain. Dua proses berikut akan dapat lebih memberikan penjelasan
secara lebih terinci:
a. Anaerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi tanpa bantuan oksigen.
Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi energi, dan membentuk
asam laktat. Dalam proses ini asam laktat akan memberikan indikasi adanya
kelelahan otot secara lokal, karena kurangnya jumlah oksigen yang disebabkan
oleh kurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung. Misalnya jika
ada gerakan yang bersifat tiba-tiba (mendadak), lari jarak dekat (sprint), dan lain
sebagainya.
Sebab lain adalah karena pencegahan kebutuhan aliran darah yang
mengandung oksigen dengan adanya beban otot statis (statis muscular load)
ataupun karena alran darah yang tidak cukup mensuplai oksigen dan glikogen,
akan melepaskan asam laktat.
b. Aerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi dengan bantuan oksigen
yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi dengan
cepat menjadi CO2 (carbon dioksida) dan H2O dalam kondisi aerobic. Sehingga
beban pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup
lama. Disamping itu alran darah yang cukup akan mensuplai lemak (fat),
karbohidrat dan oksigen ke dalam otot. Akibat dari kondisi kerja yang terlalu
lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun drastic
dibawah normal, dan kebalikannya kadar asam laktat akan meningkat dan kalau
sudah demikian maka cara terbaik adalah menghentikan pekerjaan, kemudian
istirahat dan makan makananyang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam
darah.
Hal diatas adalah merupakan proses kontraksi otot yang telah disederhanakan
analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakanpentingnya aliran darah
untuk otot. Oleh karenanya para ergonom hendaklah memperhatikan hal-hal
seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari:
1) Beban otot statis (static muscle loads)
2) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi
kursi pada popliteal (lipat lutut)
3) Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah
bekerja berlawanan dengan arah gravitasi.

5. Beban Otot saat Kerja


a. Cara Kerja Otot
Otot bekerja dengan cara dua buah otot yang bekerja berlawanan sehingga
menimbulkan suatu gerakan, otot yang satu berkerut (berkontraksi) sedangkan
otot yang lain memanjang (relaksasi), disebut otot antagonis. Contohnya otot
yang membengkokkan sendi dinamakan fleksor dan otot yang meluruskan disebut
ekstensor. Otot sinergis adalah dua otot yang kerjanya bersamaan.
Contohnya otot-otot pronator teres dan pronotor kuadratus, yang terdapat pada
lengan bawah, kedua otot tersebut bekerja sarna menggerakkan telapak tangan
pada saat menelungkup dan menengadah.
1) Otot Antagonis
Otot yang cara kerjanya menimbulkan efek gerak berlawanan. Cara kerja otot
antagonis dapat berupa gerakan :
a) Ektenso (meluruskan) X fleksor (membengkakan)
Fleksi merupakan gerak otot fleksor sehingga bagian tubuh menekuk,
misalnya menekuknya lutut dan siku. Sedangkan, ekstensi merupakan
gerakan otot ekstensor untuk meluruskan kembali bagian tubuh yang telah
ditekuk, misalnya meluruskan kaki atau siku.
b) Abduktor (menjauhi tubuh) X aduktor (mendekati tubuh)
Abduktor (Abduksi) adalah gerakan anggota tubuh menjauhi sumbu
tubuh, misalnya merentangkan tangan hingga sejajar dengan bahu.
Sedangkan, Aduktor (Aduksi) ialah gerakan anggota tubuh mendekati
sumbu tubuh, misalnya menegapkan tangan kembali setelah direntangkan.
c) Depresor (arah ke bawah) X elevator (arah ke atas)
Elevator (Elevasi) merupakan gerak mengangkat, sedangkan depresor
(depresi) merupakan gerak menurunkan. Contohnya gerak membuka dan
menutup mulut.
d) Supinator (menengadah) X pronator (menelungkup)
Pronator (Pronasi) adalah gerakan memutar telapak tangan dan jari untuk
menelungkup. Sedangkan, supinator (supinasi) adalah memutar telapak
tangan dan jari untuk menengadah.
e) Inversi dan eversi
Inversi merupakan gerak memiringkan (membuka) telapak kaki ke arah
dalam tubuh, sedangkan eversi merupakan gerak memiringkan
(membuka) telapak kaki ke arah luar.
2) Otot Sinergis
Otot yang cara kerjanya menimbulkan gerak searah (bersama-sama), yaitu
sama-sama berkontraksi atau sama-sama relaksasi. Otot Sinergis sering kali
disebut dengan otot protagonis.
Contoh:
a) Seluruh otot pronator yang mengatur pergerakan telapak tangan untuk
menelungkup.
b) Seluruh otot supinator yang mengatur pergerakan telapak tangan
menengadah.

b. Handling Load (Manual Material Handling)


Pengertian pemindahan bahan secara manual (MMH), menurut American
Material Handling Society bahwa material handling dinyatakan sebagai seni dan
ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pengepakan
(packaging), penyimpanan (storing), dan pengawasan (controlling), dari material
dengan segala bentuknya (Wignjosoebroto, 1996).
Pemilihan manusia sebagai pekerja dalam melakukan kegiatan penanganan
material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual memiliki
beberapa keuntungan sebagai berikut:
1) Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban
pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
2) Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.
3) Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.
Manual material handling masih sangat diperlukan karena memilki kelebihan
dibandingkan dengan menggunakan alat yaitu bahwa pemindahan material secara
manual bisa dilakukan dalam ruang terbatas dan dimana dalam melakukan
aktivitas pekerja sangat mengandalkan fisik manusia untuk mengangkat barang.
Manual material handling di berikan dengan tujuan untuk menekan angka
kecelakaan kerja ketika melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan material
teknik diatas. Berapa beban angkat untuk berbagai usia, bagaimana cara
melakukan pekerjaan dengan material teknik baik secara konvesional atau dengan
otomasi. Serta berbagai macam pengetahuan yang berhubungan dengan
penanganan material secara manual.
Dibawah ini adalah beberapa prinsip Manual material handling
1) Right Material
Material yang disediakan sesuai dengan yang dipesan oleh bagian produksi,
akan lebih akurat jika menggunakan peralatan otomatis.
2) Right Mount
Jumlah yang disediakan oleh bagian material handling sesuai jumlah
kebutuhan.
3) Right Condition
Sesuai dengan keinginan konsumen (misal tidak rusak, kondisi barang dipak
atau tidak dipak, diurut penyusunannya, dlan lain-lain).
4) Right Place
Menempatkan material langsung dilokasi akhir siap untuk digunakan, tidak
di tengah-tengah perjalanan (misal di gang).
5) Right Sequence
Urutan penanganan material yang efisien misalnya dengan penyederhanaan
kerja, efisiensi manufakturing.
6) Right Cost
Mendesain bentuk yang efisien sehingga biaya menjadi efisien ‘Not the
lowest cost’.
7) Right time
On time delivery, jika proses material handling di dalam pabrik dilakukan
dengan peralatan otomatis syarat ini akan lebih mudah dicapai.
Sedangkan untuk Prinsip Desain dari Material Handling adalah seperti
dibawah ini:
1) Planning principle
Perencanaan dibuat dengan menjawab pertanyaan what (materialnya), where
dan when (pergerakanya), how dan who (metodanya).
2) Standardization principle
Adanya standar metode kerja dan alat yang digunakan.
3) Work principle
Yaitu meminimalkan kerja. Ukuran kerja (work) adalah aliran material
(volume, jarak, jumlah) dikali jarak perpindahan.
4) Ergonomic principle
Pekerjaan dan kondisi kerja sesuai dengan operator.
5) Unit Load principle
Unit load adalah satuan atau kemasan pemindahan barang untuk sekali
pemindahan misalnya pallet, tote pans, kontainer, dan lain-lain.
6) Space Utilisation
Pemanfaatan ruang semaksimal mungkin.
7) System principle
Yaitu interaksi antara entity yang membentuk pekerjaan secara keseluruhan.
8) Automation principle
Yaitu penggunaan sistem otomatisasi yang dikontrol melalui komputer.
9) Environmental principle
Memperhatikan kondisi lingkungan dan tidak merusak lingkungan. Life cycle
cost principle, yaitu berfikir bagaimana cash flow akan terjadi terhadap suatu
sistem material handling yang akan diterapkan mulai dari investasi peralatan
maupun lokasi yang dipakai sampai dilakukan penggantian dengan metode
yang baru.
Masyarakat harus sadar bahwa pada usia menengah (diatas 40 tahun)
merupakan usia yang berpeluang besar untuk mendapatkan resiko ini. Beberapa
parameter yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1) Beban yang harus diangkat.
2) Perbandingan antara berat bahan dan operator.
3) Jarak horisontal dari beban terhadap operator.
4) Ukuran beban yang diangkat (beban yang berdimensibesarakan mempunyai
jarak pusat gravitasi yang lebih jauh dari tubuh dan dapat mengganggu
jarak pandangan).
6. Jaringan Penghubung Otot
a. Jaringan Otot
Jaringan otot adalah jaringan lunak yang ditemukan di sebagian besar hewan
termasuk manusia dan dapat mendukung otot untuk berkontraksi. Cara kerjanya
saling berlawanan dengan komponen atau jaringan lain di otot seperti tendon atau
perimisium. Jaringan otot terbentuk saat perkembangan embrio melalui proses
yang disebut miogenesis.
Jaringan otot memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan letaknya pada
tubuh. Terdapat tiga jenis jaringan otot pada mamalia yaitu otot rangka (otot
lurik), otot polos (tidak lurik), dan otot jantung (semi lurik). Otot polos dan
jantung (kardiak) berkontraksi tanpa sadar dan tidak dapat diintervensi secara
sadar. Jenis-jenis otot tersebut kemungkinan berinteraksi dengan sistem saraf
pusat dan menerima impuls dari persarafan yang mengendor atau aktivasi hormon
endokrin. Otot lurik atau otot rangka hanya berkontraksi jika dipengaruhi oleh
sistem saraf pusat. Gerak refleks adalah contoh gerakan otot rangka secara tidak
sadar, namun tak satupun gerak tersebut yang timbul dari aktivasi sistem saraf
pusat.
1) Otot Polos
Otot polos terdapat di dinding usus, dinding lambung, kandung kemih,
peranakan, dinding pembuluh darah dan organ dalam lainnya. Juga berguna
untuk mengontro diameter pembuluh darah dan gerakan pupil mata. Otot ini
memiliki sel berbutir beras dan fungsinya diatur oleh sistem saraf tak sadar.
Itu berarti bahwa walaupun otot usus seseorang bergerak, yang bersangkutan
tidak merasakannya. Walaupun demikian, bila pergerakannya berlebihan
maka orang tersebut akan merasakan mulas atau colic.
Berikut ciri-ciri otot polos :
a) Bentuknya gelondong, kedua ujungnya meruncing dan dibagian
tengahnya menggelembung.
b) Mempunyai satu inti sel.
c) Tidak memiliki garis-garis melintang (polos).
d) Bekerja diluar kesadaran, artinya tidak dibawah pe tah otak, oleh karena
itu otot polos disebut sebagai otot tak sadar.
e) Terletak pada otot usus, otot saluran peredaran darah otot saluran kemih,
dan lain lain.
2) Otot Lurik
Otot satu ini mudah lelah yang disebabkan oleh penumpukan asam laktat
pada sel-selnya. Pergerakan otot lurik berasal dari sinyal motorik yang
berasal dari otak dan bersifat sadar (bukan reflex).otot ini terdapat pada
hampir keseluruhan tubuh bagian luar.
Berikut ciri otot lurik :
a) Bentuknya silindris, memanjang dan tidak bercabang.
b) Tampak adanya garis-garis melintang yang tersusun seperti daerah gelap
dan terang secara berselang-seling (lurik).
c) Mempunyai banyak inti sel di tepi
d) Bekerja dibawah kesadaran, artinya menurut perintah otak, oleh karena
itu otot lurik disebut sebagai otot sadar.
e) Penyebaran otot lurik ada pada kerangka tubuh, diafragma dan organ lain
seperti lidah, bibir dan palpebra
Otot lurik dikenal sebagai 2 tipe otot berikut :
1. Otot merah (Tipe I)
Otot merah memiliki myofibril relatif sedikit, tetapi sarkoplasma dan
mitokondria relatif banyak serta mioglobin dengan jumlah yang banyak
bila dibandingkan dengan otot pucat. Miofibril membentuk lapang
Cohnheim (Cohnheim’s field), mengelompok dengan batas yang jelas.
2. Otot pucat (Tipe II)
Otot pucat memiliki myofibril banyak dan sarkoplasma dan mitokondria
relatif sedikit. Miofibril tidak membentuk lapang Cohnheim
(Cohnheim’s field) seperti pada otot merah. Otot jenis ini memiliki
kandungan mioglobin lebih sedikit dari pada otot merah. Posisi inti lebih
superficial langsung di bawah sarkolema. Otot pucat bekerja cepat dan
kuat, tetapi cepat lelah.
3) Otot Jantung
Otot yang bekerja khusus untuk memompa darah pada jantung ini adalah
jaringan otot yang sanggup berkontraksi secara terus-menerus tanpa henti.
Pergerakannya tidak dipengaruhi sinyal saraf pusat. Otot jantung dapat
dipengaruhi oleh interaksi syaraf simpatetik atau parasimpatetik yang
memperlambat atau mempercepat laju denyut jantung, namun tidak dapat
mengontrolnya secara sadar.
Berikut ciri otot jantung :
a) Otot jantung ini hanya terdapat pada jantung. Strukturnya sama seperti
otot lurik, gelap terang secara berselang seling dan terdapat percabangan
sel.
b) Kerja otot jantung tidak bisa dikendalikan oleh kemauan kita, tetapi
bekerja sesuai dengan gerak jantung. Jadi otot jantung menurut
bentuknya seperti otot lurik dan dari proses kerjanya seperti otot polos,
oleh karena itu disebut juga otot spesial.
c) Dibawah mikroskop tampak seperti otot lurik tetapi bercabang dan
intinya ditengah.
d) Sumber energinya dari metabolism aerobic dan membutuhkan energi
lebih besar dari otot lainnya.
b. Jaringan Ikat (Jaringan penyambung atau penghubung)
Jaringan ikat yaitu jaringan yang banyak ditemukan didalam tubuh dan
memiliki susunan sela yang jarang dan menyebar dalam suatu matriks
ekstraseluler. Jaringan ikat dibentuk dari mesenkim yang asalnya dari mesoderm.
Mesoderm adalah lapisan tengah di embrio, jaringan ikat juga disebut dengan
jaringan penyokong atau jaringan penunjang.
Jaringan ikat disusun oleh 2 komponen dasar, yaitu matriks dan sel-sel
jaringan ikat. Matriks adalah materi dasar yang terdapat dalam jaringan ikat yang
berfungsi untuk melekatkan atau mengikat jaringan-jaringan lain. Matriks
tersusun dari 4 bahan utama, yaitu serat kolagen, serat elastis, serat retikuler, dan
bahan dasar.
Selain tersusun atas matriks, jaringan ikat juga tersusun atas beberapa sel dari
jenis dan fungsi yang berbeda-beda, seperti sel fibroblas, makrofag, sel tiang, sel
lemak, dan sel plasma (sel darah putih).
Berdasarkan ciri struktur dan fungsinya, jaringan ikat dapat dibedakan menjadi
tujuh jenis yaitu jaringan ikat longgar, jaringan ikat padat, jaringan tulang rawan,
jaringan lemak, jaringan tulang, jaringan darah, dan jaringan limfe.
1) Jaringan Ikat Longgar
Jaringan ikat longgar jaringan yang sel-selnya jarang dan sebagian
jaringannya tersusun atas matriks yang mengandung serabut kolagen dan
serabut elastin. Matriknya berupa cairan lendir (mukus). Di jaringan ini
terdapat makrofag, sel plasma, sel tiang, dan sel lemak. Fungsi jaringan ikat
longgar adalah untuk membungkus organ-organ tubuh, pembuluh darah, dan
saraf.
2) Jaringan Ikat Padat
Jaringan ikat padat disusun oleh sel-sel fibroblas dan terdapat banyak serat
kolagen yang tersusun padat dan teratur. Serabut kolagen bersifat fleksibel
tetapi tidak elastis. Fungsi jaringan ikat padat adalah untuk menghubungkan
antara organ satu dengan organ yang lain. Jaringan ikat padat terdapat pada
tendon dan ligamen. Tendon berfungsi sebagai penghubung antara tulang
dengan otot sedangkan ligamen berfungsi sebagai penghubung tulang dengan
tulang lainnya.
3) Jaringan Tulang Rawan
Tulang rawan pada anak berasal dari jaringan embrional yang disebut
mesenkim. Sedangkan pada orang dewasa berasal dari selaput tulang rawan
atau perikondrium yang mengandung banyak kondroblas atau pembentuk sel-
sel tulang rawan. Jaringan tulang rawan (kartilago) terdiri dari tiga macam
yaitu hialin, fibrosa, dan elastis.
4) JaringanTulang
Tulang adalah penyokong tubuh paling utama bagi sebagian besar hewan. Sel
tulang disebut osteosit yang dibentuk oleh osteoblas. Osteoblas saling
terhubung dengan kanalikuli. Matriks osteoblas mengandung kalsium fosfat
yang mengakibatkan matriks mengeras.
5) JaringanLemak
Jaringan lemak (adiposa) adalah jaringan yang berfungsi untuk menyimpan
lemak yang merupakan cadangan makanan dan penghangat tubuh. Jaringan
lemak bersifat longgar dan selnya berbentuk bulat dengan membran sel yang
tipis. Jaringan ini terdapat di seluruh bagian tubuh.
6) JaringanDarah
Jaringan darah adalah jaringan ikat yang istimewa karena wujudnya berupa
cairan. Jaringan darah termasuk jaringan ikat karena memiliki salah satu
kriteria jaringan ikat yaitu memiliki matriks ekstraseluler yang berupa cairan
yaitu plasma darah. Fungsi jaringan darah yaitu untuk membawa sari-sari
makanan, hormon, oksigen, sisa-sisa hasil metabolisme, serta mencegah
infeksi. Jaringan darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel
darah putih), trombosit (keping darah), dan plasma darah.
7) JaringanLimfe
Jaringan limfe (getah bening) berfungsi untuk kekebalan tubuh serta
mengangkut cairan jaringan, protein, lemak, garam mineral, dan zat-zat lain
dari jaringan ke sistem pembuluh darah. Jaringan limfe terdapat pada organ-
organ seperti timus, kelenjar limfe, tonsil, dan limpa.
Pada sistem kerangka dan otot manusia, jaringan – jaringan ikat atau
penghubung yang terpenting adalah tendon, ligamen dan fasciae (Bagian
jaringan ikat padat). Jaringan ini terdiri dari collagen dan serabut elastis
dalam beberapa proporsi. Tendon berfungsi sebagai penghubung antara otot
dan tulang, terdiri dari sekelompok serabut collagen yang letaknya paralel
dengan panjang tendon.
Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang untuk
stabilitas sambungan (joint stability), adalah tersusun atas seerabut yang
letaknya tidak paralel. Oleh karenanya tendon dan ligamen bersifat inelastis
dan berfungsi pula untuk menahan deformasi. Adanya tegangan yang konstan
akan dapat memperpanjang ligamen dan menjadikannya kurang efektif dalam
menstabilkan sambungan (joints). Sedangkan jaringan fasciae (Fasciae
tissue) adalah berfungsi sebagai pengumpul dan pemisah otot. Yang mana
terdiri dari sebagian besar serabut elastis dan mudah sekali terdeformasi.
Tendon bergerak dalam sekelompok jaringan serabut dalam suatu area
dimana adanya gaya gesek haruslah diminimumkan. Bagian dalam dari
jaringan ini mengeluarkan cairan synovial untuk pelumasan.

7. Sakit Nyeri Otot Akibat Kerja


Nyeri otot atau myalgia adalah rasa sakit yang muncul pada bagian otot,
melibatkan sejumlah kecil atau seluruh otot tubuh, mulai dari ringan sampai amat
sangat, bisa mulai terasa ketika seseorang sedang melakukan aktivitas atau setelahnya.
Nyeri otot terjadi akibat beberapa hal, yaitu: digunakan berulang dalam waktu lama,
digunakan dalam posisi yang salah dalam waktu lama, akibat getaran atau akibat
penggunaan dengan kekuatan yang besar, misalnya mengangkat benda yang berat.
Ada beberapa jenis nyeri otot yang kerap terjadi, yaitu Myofascial pain, Nyeri otot
pasca latihan (post exercise muscle soreness) dan nyeri otot akibat penggunaan yang
berlebihan (overuse injury).
a. Myofascial pain, penyebab penyakit ini terutama disebabkan karena kesalahan
postur atau posisi tubuh dalam waktu yang lama dan ketegangan emosi. Gejala
dari nyeri myofascial biasanya muncul di sekujur tubuh dari kepala sampai kaki.
Contohnya pada pembatik tulis, sebagian pekerja mengeluhkan nyeri pada leher
dan pinggang pada saat membatik. Proses pembuatan batik tulis yang berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, mengakibatkan munculnya nyeri pada daerah
leher. Selama proses pembuatan batik tulis, pekerja dituntut untuk
mempertahankan sikap dan posisi leher selama membatik sehingga kerja otot-otot
leher menjadi statis.
b. Nyeri Otot Pasca Latihan (Post Exercise Muscle Soreness), dapat timbul
langsung pasca olahraga atau timbul 8-24 jam kemudian pasca olahraga. Penyebab
nyeri ini antara lain : penumpukan sisa pembakaran atau metabolisme otot yang
disebut asam laktat, kekurangan oksigen pada otot yang aktif, serta pengaruh suhu
tubuh yang meningkat pada saat olahraga.
c. Nyeri Otot Akibat Penggunaan Berlebihan(Overuse Injury), yaitu terjadinya
kerusakan otot yang secara mikroskopik tampak berupa robekan jaringan disertai
adanya proses peradangan. Nyeri otot ini bisa terjadi pada musisi yang
menggunakan suatu instrumen (gitar,biola), olahragawan, dan pekerja kantor.
Misalnya nyeri otot pada pekerja kantor yang banyak menggunakan komputer,
sering nyeri pada bahu kanan karena otot bahu kanan selalu bekerja
mempertahankan posisi lengan atas dan tangan untuk mengendalikan mouse
komputer. Nyeri yang timbul dapat berupa pegal, panas, kebas dan dapat disertai
bengkak dan kemerahan.

8. Elektromiografi

Elektromiografi (EMG) adalah teknik yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi


saraf dan otot dengan cara merekam aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot skeletal.
Elektromiografi mencakup penyisipan elektroda pin (jarum halus) melalui kulit dan
masuk ke dalam jaringan otot, kemudian aktivitas listrik otot direkam pada komputer.
Hasil tes ini memungkinkan ahli saraf mendiagnosis setiap aktivitas otot atau saraf
yang abnormal, membantu membedakan antara akar saraf dan penyakit otot.
EMG dilakukan menggunakan alat yang disebut dengan Elektromiograf untuk
menghasilkan rekaman yang disebut Elektromiogram.Pemeriksaan EMG dapat
dilakukan dengan jarum maupun tanpa jarum. Saat pemeriksaan tanpa jarum, pasien
hanya diminta relaks dimana dokter akan mencari sumber saraf yang dicurigai ada
kelainan. Bila perlu pemeriksaan lanjut dengan jarum, pasien hanya diminta untuk
relaks dan menggerakkan otot yang diperiksa, kemudian jarum ditusukkan ke dalam
otot, lalu diberikan rangsangan listrik pada saraf yang dicurigai adanya kelainan
dengan arus yang keciluntuk melihat aktivitas listrik pada otot tersebut.Sinyal dari
otot kemudian ditransmisikan dari elektroda jarum melalui kabel (atau yang terbaru
secara nirkabel) ke penerima / amplifier, yang terhubung ke perangkat yang
menampilkan pembacaan. Hasilnya dicetak pada strip kertas atau, lebih umum, di
layar komputer.
3 ANTROPOMETRI
1. Definisi Antropometri
Istilah anthropometry berasal dari kata “anthropos (man)” yang berarti manusia
dan “metros (measure) yang berarti ukuran (Bridger,2003). Berdasarkan artinya
antropometri dapat diartikan sebagai suatu studi yang berhubungan dengan
pengukuran dimensi tubuh pada manusia.
Antropometri adalah cabang dari ergonomi yang berhubungan dengan
pengukuran tubuh baik dalam keadaan statis maupun dinamis. Data antropometris
statis adalah pengukuran tubuh manusia dalam keadaan diam dengan postur tubuh
tertentu seperti duduk atau berdiri. Sedangkan antropometris dinamis adalah ukuran
tubuh atau anggota gerak badan lainnya waktu bekerja/bergerak.
Menurut stevenson (1989) dan Nurmianto (1991), antropometri adalah satu
kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristikfisik tubuh manusia,
ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan
masalah desain.
Menurut Sugiono, Putro, & Sari (2018), anthropometry berasal dari kata
“anthropos (man)” yang berarti manusa dan “metron (measure)” yang berarti ukuran.
Berdasarkan artinya antropometri dapat diartikan sebagai suatu studi yang
berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh pada manusia. Selain itu,
antropometri adalah suatu bidang ilmu yang mengukur dimensi tubuh berdasarkan
pada anatomi manusia dari individu atau kelompok yang berbeda-beda. Semakin
banyak jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya maka akan semakin terlihat
besar variasinya antara tubuh yang satu dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan
ukuran tubuh maupun persegmennya.

2. Special Region dalam Antropometri


1. Antropometri Statis
Antopometri statis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik dalam keadaan
statis atau diam untuk posisi yang telah ditentukan, seperti tinggi badan dan lebar
bahu.
2. Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis merupakan ukuran tubuh dan karakteristik tubuh
dalam keadaan bergerak atau yang menunjukkan gerakan-gerakan saat melakukan
kegiatan, seperti putaran siku tangan, putaran pergelangan tangan.

3. Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Penerapan Antropometri


Masalah antropometri berkaitan dalam perancangan stasiun kerja, fasilitas
kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak
dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan menggunakannnya. Hal ini
dilakukan agar tercapai suatu kondisi yang nyaman, aman, dan sehat bagi manusia
serta menciptakan kondisi kerja yang efisien dengan hasil efektif untuk mencapai
keadaan yang ergonomis.
Menurut Suasmini (2012) salah satu contoh dampak negatif apabila kita
mendesain stasiun kerja (interaksi antara operator dengan kursi, meja dan
seperangkat komputer) tidak menggunakan antropometri manusia adalah desain
worksatation tersebut apabila tidak ergonomis dapat menyebabkan penyakit
Occupational Ceruicobbrachial Syndrome (OCS) dan kelelahan mata akibat dari
lamanya menatap layar monitor atau akibat dari posisi monitor yang tidak sesuai
dengan pengguna.

4. Perbedaan-perbedaan dalam Antropometri


Kuswan (2015) menjelaskan bahwa pengukuran antropometri dalam
praktiknya dapat dibagi menjadi lima yaitu:
a. Pengukuran tubuh statik,
b. Bagian-bagian tubuh terukur,
c. Penandaan tubuh terukur,
d. Pelaksanaan pengukuran statik
e. Pengukuran dinamik.

5. Perbedaan antar manusia dalam Antropometri


1. Usia
Perubahan usia sangat mempengaruhi ukuran perkembangan dimensi tubuh
manusia, usia nol tahun sampai dengan 17 tahun memiliki rata-rata laju
perumbuhan yang lebih cepat dibanding dengan usia di atas 17 tahun
2. Jenis kelamin
Dimensi ukuran tubuh wanita umumnya lebih kecil daripada laki-laki,
terkecuali untuk sebagian anggota tubuh seperti pinggul dan lingkar dada.
3. Suku/Etnis
Terdapat perbedaan karakteristik fisik antara satu suku dengan yang lainnya.
4. Posisi dan postur tubuh
Ukuran tubuh akan berbeda dipengaruhi oleh posisi tubuh pada saat akan
melakukan aktivitas tertentu yaitu sructural dan functionalbody dimensions.
5. Pakaian
Faktor yang dapat menambah dimensi tubuh pada mausi lainnya, adalah pakaia,
perbedaan model, jenis bahan, jumlah rangkapan dan lain sebagainnya
6. Jenis pekerjaan
Tinggi badan, berat badan, lingkar perut dan lain sebagainya merupakan
persyaratan yang diwajibkan utuk jenis pekerjaan dalam menyeleksi tubuh
manusia.
7. Faktor hamil pada wanita
Wanita yang sedang hamil secara alamiah akan mengalami perubahan ukuran
tubuhnya dari waktu ke waktu selama 9 bulan, dan setelahnya akan mengalami
pengurangan ukuran tubuh untuk mengarah pada ukuran semula. Perubahan
fisik pada ibu hamil tentunya juga berdampak pada nilai antropometri pada
hampir semua bagian tubuh.
8. Secara fisik memiliki cacat tubuh
Cacat fisik dapat mempengaruhi hasil dari pengukuran dimensi tubuh manusia.
Hasil pengukuran pada cacat fisik akan memiliki variasi yang besar dengan rata-
rata ukuran tubuh manusia normal.
KERJA DAN
4
KELETIHAN
1. Konsep yang berkaitan dengan efisiensi kerja
Menurut Nicholson (1995) konsep efisiensi dapat dilihat melalui dua hal, yaitu konsep
minimisasi biaya dan konsep maksimisasi output. Dalam konsep minimisasi biaya, yang
menjadi tujuan adalah anggaran atau belanja yang minimum, sedangkan fungsi
kendalanya adalah output atau utility. Sementara itu, dalam konsep maksimisasi output
yang menjadi tujuan adalah output/utility yang maksimum sedangkan fungsi kendalanya
adalah anggaran atau belanja.

2. Keletihan
Kelelahan (fatigue) adalah suatu fenomena fisiologis, suatu proses terjadinya keadaan
penurunan toleransi terhadap kerja fisik. Penyebabnya sangat spesifik bergantung pada
karakteristik kerja tersebut (Septiani, 2010).
Menurut Akoso (2009) kelelahan disebabkan oleh aktivitas berlebihan, kurang
istirahat, kondisi fisik lemah, olahraga dan tekanan sehari-hari dapat menyebabkan
kelelahan.
Menurut Giriwijoyo (2012) kelelahan dibagi dalam dua tipe, yaitu kelelahan mental
dan kelelahan fisik. Kelelahan mental adalah kelelahan yang merupakan akibat dari kerja
mental seperti kejemuan sebab kurangnya minat. Sedangkan kelelahan fisik disebabkan
karena kerja fisik atau kerja otot.
a. Efek keletihan dalam kerja
Menurut Giriwijoyo (2006) Kelelahan dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang
dapat menimbulkan terjadinya sumber daya habis, tertimbunnya asam laktat di dalam
tubuh, terganggunya keseimbangan elektrolit di dalam tubuh dan terganggunya
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran air didalam tubuh.
Tingkat kelelahan akibat kerja yang dialami pekerja dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, gangguan dan mengurangi kepuasan serta penurunan produktivitas
yang ditunjukkan dengan berkurangnya kecepatan performansi, menurunnya mutu
produk, hilangnya orisinalitas, meningkatnya kesalahan dan kerusakan, kecelakaan
yang sering terjadi, kendornya perhatian dan ketidaktepatan dalam melaksanakan
pekerjaan.
3. Kelelahan Mental
a. Pengertian kelelahan mental
Menurut Griwijoyo (2012) kelelahan mental adalah kelelahan yang merupakan
kelelahan akibat dari kerja mental, seperti kejemuan sebab kurangnya minat.
b. Efek kelelahan mental
Menurut Khalsa (2008) tanda-tanda kelelahan mental merupakan langkah
pertama untuk menghindari keadaan kecapaian fisik, mental dan emosi. Dengan
beberapa gejala seperti mudah tersinggung, tidak sabar, penyalahgunaan narkoba dan
alkohol, gangguan makan, gangguan tidur, gangguan seks, sikap mental negatif, harga
diri rendah dan tidak bertenaga, stress juga adalah akar dari kelelahan mental yang
terjadi secara perlahan-lahan dan karena tidak adanya kemampuan kita untuk
mengelola serta lingkungan yang kurang mendukung.
Meski terkesan hanya sekadar lelah dari waktu ke waktu, kelelahan mental yang
dibiarkan dalam waktu lama juga bisa memengaruhi kehidupan seseorang. Efek dari
kelelahan mental dapat memberikan dampak terhadap aspek kehidupan seseorang,
mulai dari kinerja kerja yang buruk, produktivitas yang berkurang, dan berujung pada
nilai pekerjaan yang buruk atau kehilangan pekerjaan. Sementara itu, efek lain adalah
suasana hati naik turun dan dapat menyebabkan konflik dengan orang lain dan
tentunya kondisi ini bisa memperburuk kualitas hidup.

4. Kebosanan dan Kejenuhan


a. Pengertian Kebosanan
Menurut Fisher (1998) menyatakan bahwa kebosanan di tempat kerja merupakan
suatu hal alami yang akan dirasakan oleh setiap orang, namun sebagian besar hal ini
telah diabaikan oleh organisasi.
Damrad-Frye dan Laird (1989) menjelaskan bahwa alasan utama terjadinya
kebosanan adalah karena individu tidak dapat berkonsentrasi.
Kebosanan dalam pekerjaan yang monoton secara luas diakui sebagai efek
samping yang tidak diinginkan dikarenakan kebosanan dalam mengerjakan pekerjaan
yang berulang-ulang (Thackray, 1981).
b. Efek kebosanan dalam kerja
Beberapa dampak terjadinya kebosanan dalam bekerja, menurut Gray (1952),
pegawai akan menjadi seringkali berbicara dengan rekan sekerjanya untuk
mengurangi kebosanan dalam bekerja.
Sedangkan bila ditinjau dari teori Anoraga (1998), seorang tenaga kerja yang
merasa sangat bosan atau jenuh dengan pekerjaannya akan dapat muncul suatu
ketegangan dan menjadi cepat marah.
Dahlen dan rekannya (2004) juga menemukan fakta bahwa saat terjadi kebosanan
maka rawan terjadi agresi yang tinggi, sifat kemarahan, ekspresi kemarahan,
disfungsional, dan kesulitan dalam mengendalikan amarah.
JADWAL
5
KERJA
1. Pengertian istirahat
Istirahat adalah proses pemulihan energi setelah melakukan aktivitas (pekerjaan) baik
pekerjaan ringan maupun pekerjaan berat. Pemulihan energi sangat penting diperhatikan
karena selama proses kerjaterjadi kelelahan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pemulihan energi adalah istirahat. Manfaat istirahat selain memberikan pemulihan bagi
tubuh kita yang letih, juga waktu yang cukup bagi tubuh kita untuk mengembalikan
tenaga yang telah dipakai. Ada dua macam istirahat yangdiperlukan tubuh kita, yaitu
istirahat harian dan istirahat mingguan.
a. Istirahat harian
Istirahat harian merupakan waktu istirahat setiap hari kerja yang diberikan kepada
karyawan diantara jam kerja. Waktu istirahat harian itu diberikan minimal
setengah jam setelah karyawan bekerja 4 jam terus menerum. Contohnya jika
perusahaan mempekerjakan karyawan dari pukul 8 pagi, maka pada pukul 12
siang karyawan harus diberi istirahat kerja, dan melanjutkan lagi pekerjaannya
mulai pukul 1 siang sampai 5 sore.
b. Istirahat mingguan
Lamanya istirahat migguan ditentukan oleh beberapa hari kerja dalam seminggu
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika karyawan melakukan pekerjaan
enam hari dalam seminggu, maka istirahat mingguannya satu hari. Contohnya
adalah jika karyawan pabrik yang bekerja dari hari senen sampai sabtu, maka
karyawan itu berhak atas istirahat satu hari pada hari minggu. 3
c. Tipe istirahat
Ada empat tipe istirahat:
1) Spontan
Istirahat spontan jelas merupakan istirahat yang diselipkan oleh pekerja sendiri
untuk mengaso. Meski tidak akan memakan waktu lamameskipun sering
dilakukan, terutama pada pekerjaan yang berat.
2) Tersembunyi
Ialah melakukan pekerjaan yang tidak perlu bagi tugas yang sedang ia tangani.
Banyak juga tempat-tempat yang memungkinkan waktu mengaso jenis itu,
misalnya membersihkan komponen mesin, membenahi bangku kerja, duduk
yang enak dan lain-lain.
3) Kondisi pekerja
Istirahat kondisi kerja terdiri atas segala tipe waktu tunggu, tergantung pada
pengaturan pekerja atau gerakan dari mesin. Seringkali waktu tunggu
semacam itu terjadi ketika operasi mesin telah selesai, perkakas harus
didinginkan, menanti datangnya komponen, atau operasi perawatan mesin.
4) Telah ditentukan
Istirahat telah ditentukan dibuat berdasarkan studi kerja. Kalau ditentukan
banyaknya waktu istirahat pendek yang diselipkan selama bekerja, maka
ternyata bahwa mengaso tersembunyi dan mengaso spontan akan berkurang
jumlahnya.

2. Pengaruh Istirahat Dalam Kerja


Istirahat sangat penting untuk setiap orang, begitu pun untuk orang-orang yang
melakukan aktivitas (bekerja). Karena dengan istirahat, kita bisa memulihkan energi yang
telah kita pakai. Dengan melakukan istirahat, kita tidak akan merasakan kelelahan yang
amat sangat. Dan dengan beristirahat setelah kita bekerja, itu akan 4 memulihkan pikiran
dan tenaga kita. Maka, kita pun akan dapat melakukan pekerjaan kita kembali dengan
lebih baik.

3. Kerja bergilir
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu 24 jam. Terdapat dua masalah utama
pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk
beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan
kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari. Shift kerja malam berpengaruh pada :
a. Negatif terhadap kesehatan fisik, mental, dan sosial;
b. Mengganggu waktu tidur dan makan;
c. Mengurangi kemampuan kerja, dan meningkatnya kesalahan dan kecelakaan;
d. Menghambat hubungan social dan keluarga; dan
e. Adanya faktor resiko pada saluran pencernaan, sistem syaraf,jantung dan pembuluh
darah

4. Sistem Shift kerja


a. Shift Permanen, yaitu tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya.
Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang-orang yang
bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari
b. Sistem Rotasi, yaitu tenaga kerja bekerja tidak terus-menerus ditempatkan pada shift
yang tetap. Shift rotasi adalah shift yang paling mengganggu terhadap irama
circardian dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu
panjang
c. Model Sistem Rotasi Model ILO (1983), yaitu pergantian shift yang normal 8 jam /
shift.
d. Model 2-2-2 (Inggris), Sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek masing-masing
shift lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2 hari.
e. Model 2-2-3 juga merupakan sistem rotasi pendek dimana salah satu shift
dilaksanakan 3 hari untuk 2 shift lainnya dilaksanakan 2 hari dan pada akhir periode
shift diberikan libur 2 hari.

Tanggapan Umum Pekerja Terhadap Shift Kerja


a. Shift pagi : memberikan waktu luang baik untuk kehidupan keluarga dan tidak
terbatas kehidupan sosialnya.
b. Shift siang : terbatas kehidupan sosial, waktu siang terbuang dan sedikit lelah.
c. Shift malam : lelah, kehidupan sosial terbatas, kurang baik untuk kehidupan
keluarga, gangguan tidur, memberikan banyak waktu luang terbuang.

5. Efek Shift Kerja


a. Efek Fisiologis
1) Kualitas tidur; tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan
biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja
malam.
2) Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.
3) Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
b. Efek Psikososial
Adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan
untuk berinteraksi dengan teman, dam mengganggu aktivitas kelompok dalam
masyarakat.
c. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis
dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental
menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas
kendali dan pemantauan.
d. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi
pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan
kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
e. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi
pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per
tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat
kecelakaan industri terjadi pada shift malam.
RANCANGAN
6 METODE KERJA
1. Studi waktu dan gerak
Studi gerak adalah analisis terhadap beberapa bagian badan pekerja dalam
menyelesaikan pekerjaannya agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi
bahkan dihilangkan sehingga akan diperoleh penghematan waktu kerja dan kelelahan dari
pekerja dapat diminimalisasi. Suatu pekerjaan dapat diuraikan menjadi beberapa elemen
gerakan untuk dilakukan studi guna mendapatkan rangkaian gerakan yang lebih efisien
dengan cara menghilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif dan tidak
diperlukan, menyederhanakan gerakan kerja, serta menetapkan gerakan dan urutan
langkah kerja yang paling efektif guna mencapai tingkat efisiensi kerja yang optimal.
Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian
pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Peranan
penentuan waktu bagi suatu pekerjaan sangat besar di dalam sistem produksi seperti
untuk sistem upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik,
penganggaran dan sebagainya (Sutalaksana dkk, 2004 dalam Rohman, 2008).

2. Desain metode kerja


Pengukuran kerja; memberikan pembelajaran praktis bagaimana menetapkan metode
kerja, menetapkan performans rating, membuat peta proses, membuat peta kerja,
melaksanakan pengukuran kerja dengan metode stop watch dan metode sampling kerja.
Perancangan sistem kerja memberikan pembelajaran praktis sebagaimana merancang
metode kerja, merancang stasiun kerja, merancang panel kontrol, merancang produk dan
lain-lain sesuaim prisnsip kerja dan kondisi faal manusia, merancang sistem kerja,
merancang komunikasi suara dll sesuai dengan prinsip kerja dan kondisi faal manusia.
Aplikasi ergonomi dalam desain sistem kerja memberikan peranan penting dalam
meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain sistem kerja
untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia. Desain
stasiun kerja untuk alat peraga visual display, untuk mengurangi ketidaknyamanan visual
dan postur kerja. Desain perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja. Desain
peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer
informasi sehingga dihasilkan suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko
kesalahan, dan meningkatkan efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat
metode kerja yang kurang tepat.
Peran ergonomi dalam kehidupan sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a. Perancangan produk.
b. Meningkatkan keselamatan dan higiene kerja.
c. Meningkatkan produktivitas kerja.

Sasaran dari Ergonomi yaitu meningkatkan para pengguna agar dapat mencapai
prestasi kerja yang tinggi dalam kondisi yang nyaman, aman dan tenteram. Adapun
lingkup kajian Ergonomi dapat dikelompokkan dalam 4 bidang lingkup kajian, yaitu
a. Display.
Display adalah alat yang menyajikan informasi tentang lingkungan yang
dikomunikasikan dalam bentuk tanda-tanda atau lambang-lambang.
b. Kekuatan fisik manusia (Fisiologi).
Penelitian ini mencakup mengukur kekuatan/daya fisik manusia ketika bekerja dan
mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan
kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktifitas tersebut.
c. Ukuran/dimensi dari tempat kerja (antropometri).
Penelitian ini diarahkan untuk mendapatkan ukuran tempat kerja yang sesuai dengan
ukuran tubuh manusia, dipelajari dalam antropometri.
d. Lingkungan fisik.
Penelitian ini berkenaan dengan perancangan kondisi lingkungan fisik dari ruangan
dan fasilitas-fasilitas dimana manusia bekerja.

3. Keselamatan kerja
Tindakan keselamatan kerja bertujuan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan,
baik jasmani maupun rohani manusia, serta hasil kerja dan budaya tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Keselamatan kerja manusia secara terperinci
antara meliputi : pencegahan terjadinya kecelakaan, mencegah dan atau mengurangi
terjadinya penyakit akibat pekerjaan, mencegah dan atau mengurangi cacat tetap,
mencegah dan atau mengurangi kematian, dan mengamankan material, konstruksi,
pemeliharaan, yang kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan umat manusia.
a. Menunjang terlaksananya tugas-tugas pemerintah, khususnya di bidang peningkatan
taraf hidup dan kesejahteraan tenaga kerja di perusahaan, industri, perkebunan,
pertanian yang meliputi di antaranya tentang penanganan keselamatan kerja.
b. Menuju tercapainya keragaman tindak di dalam menanggulangi masalah antara lain
keselamatan kerja.
c. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
1) Melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mencegah
terjadinya kecelakaan kerjadan penyakit.Berbagai arah keselamatan dan kesehatan
kerja
2) Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan melakukan pencegahan
sebelumnya.
3) Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja
4) Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja
5) Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi. Mengenai peraturan
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja Yang terutama adalah UU Keselamatan
dan Kesehatan Tenaga Kerja dan Detail Pelaksanaan UU Keselamatan dan
Kesehatan Tenaga Kerja.
d. Standar Keselamatan Kerja
Pengamanan sebagai tindakan keselamatan kerja ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan digolongkan sebagai berikut:
1) Pelindung badan, meliputi pelindung mata, tangan, hidung, kaki, kepala, dan
telinga.
2) Pelindung mesin, sebagai tindakan untuk melindungi mesin dari bahaya yang
mungkin timbul dari luar atau dari dalam atau dari pekerja itu sendiri
3) Alat pengaman listrik, yang setiap saat dapat membahayakan.
4) Pengaman ruang, meliputi pemadam kebakaran, sistem alarm, air hidrant,
penerangan yang cukup, ventilasi udara yang baik, dan sebagainya.
e. Pencegahan merupakan cara yang paling efektif
Dua hal terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu : perilaku yang tidak
aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman, berdasarkan data dari Biro Pelatihan
Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang pernah terjadi sampai saat ini adalah
diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman sebagai berikut:
1) Sembrono dan tidak hati-hati
2) Tidak mematuhi peraturan
3) Tidak mengikuti standar prosedur kerja.
4) Tidak memakai alat pelindung diri
5) Kondisi badan yang lemah
f. Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak bisa
dihindarkan (seperti bencana alam), selain itu 24% dikarenakan lingkungan atau
peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73% dikarenakan perilaku yang tidak
aman. Cara efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan
menghindari terjadinya lima perilaku tidak aman yang telah disebutkan di atas.
g. Mencegah Terjadinya Kecelakaan
Tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah hal yang
lebih penting dibandingkan dengan mengatasi terjadinya kecelakaan. Kecelakaan
dapat dicegah dengan menghindarkan sebab-sebab yang bisa mengakibatkan
terjadinya kecelakaan. Tindakan pencegahan bisa dilakukan dengan cara penuh
kehati-hatian dalam melakukan pekerjaan dan ditandai dengan rasa tanggung jawab.
Mencegah kondisi kerja yang tidak aman, mengetahui apa yang harus dikerjakan
dalam keadaan darurat, maka segera melaporkan segala kejadian, kejanggalan dan
kerusakan peralatan sekecil apapun kepada atasannya. Kerusakan yang kecil atau
ringan jika dibiarkan maka semakin lama akan semakin berkembang dan menjadi
kesalahan yang serius jika hal tersebut tidak segera diperbaiki. Tindakan pencegahan
terjadinya kecelakaan harus dilakukan dengan rasa bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap tindakan keselamatan kerja. Bertanggung jawab merupakan sikap yang perlu
dijujung tinggi baik selama bekerja maupun saat beristirahat. Hal ini akan sangat
bermanfaat bagi keselamatan dalam bekerja. Peralatan perlindungan anggota badan
dalam setiap bekerja harus selalu digunakan dengan menyesuaikan sifat pekerjaan
yang dilakukan.beberapa alat pelindung keamanan anggota badan, terdiri dari
pelindung mata, kepala, telinga, tangan, kaki dan hidung. Penggunaan alat pelindung
ini disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan. Sebagai contoh pelindung
mata, pakailah kaca mata atau gogles untuk melindungi dari sinar yang kuat, loncatan
bunga api, loncatan logam panas dan sebagainya.
h. Sebab-Sebab terjadinya Kecelakaan
Suatu kecelakaan sering terjadi yang diakibatkan oleh lebih dari satu sebab.
Kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan halhal yang menyebabkan
kecelakan tersebut. Ada dua sebab utama terjadinya suatu kecelakaan. Pertama,
tindakan yang tidak aman. Kedua, kondisi kerja yang tidak aman. Orang yang
mendapat kecelakaan luka-luka sering kali disebabkan oleh orang lain atau karena
tindakannya sendiri yang tidak menunjang keamanan. Berikut beberapa contoh
tindakan yang tidak aman, antara lain:
1) Memakai peralatan tanpa menerima pelatihan yang tepat
2) Memakai alat atau peralatan dengan cara yang salah
3) Tanpa memakai perlengkapan alat pelindung, seperti kacamata pengaman, sarung
tangan atau pelindung kepala jika pekerjaan tersebut memerlukannya
4) Bersendang gurau, tidak konsentrasi, bermain-main dengan teman sekerja atau
alat perlengkapan lainnya.
5) Sikap tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan dan membawa barang berbahaya
di tenpat kerja
6) Membuat gangguan atau mencegah orang lain dari pekerjaannya atau
mengizinkan orang lain mengambil alih pekerjaannya, padahal orang tersebut
belum mengetahui pekerjaan tersebut.
SISTEM MANUSIA
7 MESIN
1. Sistem Manusia Mesin
Fokus perhatian ergonomi adalah berkaitan erat dengan aspek-aspek manusia di
dalam perencanaan proses perancangan produk dan lingkungan kerja. Pendekatan agro
ergonomi akan ditekankan pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia, baik secara
fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia-mesin yang
integral. Maka, secara sistematis pendekatan ergonomi kemudian akan memanfaatkan
informasi tersebut untuk tujuan rancang bangun, sehingga akan tercipta produk, sistem
atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia. Pada gilirannya rancangan yang
ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta
dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Sistem manusia-mesin (man-machine system) ialah kombinasi antara satu atau
beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin.
Perbandingan manusia dengan mesin
Masalah Manusia Mesin
Kecepatan Lambat Cepat
Lambat, terbatas dan Cepat, dapat diatur dengan
Tenaga (power)
berubah-ubah baik
Tidak dapat diandalkan, Seragam/standard cocok
Keseragaman perlu dimonitor dengan untuk pekerjaan rutin &
mesin masal.
Lambat dan sangat Cepat dan tepat, tetapi
mungkin melakukan tidak memiliki
Kalkulasi
kesalahan, tetapi memiliki kemampuan koreksi.
kemampuan koreksi.

2. Macam Hubungan (Interaksi) Manusia – mesin :


a. Sistem manusia – Mesin Secara Manual :
1) Masukan ( Input) akan langsung ditransformasikan oleh manusia menjadi
keluaran (output)
2) Manusia memegang kendali secara penuh dalam menjalankan aktifitas
3) Mesin hanya sekedar menambah kemampuan dalam menyelesaikan aktifitas.
4) Manusia sebagai sumber tenaga (Power) dan sekaligus fungsi kendali (Control)
b. Sistem manusia – mesin secara Semi-otomatis :
1) Adanya mekanisme khusus yg akan mengolah masukan (input) atau informasi
dari luar sebelum masuk kedalam system manusia
2) Reaksi yg berasal dari Sistem Manusia akan diolah atau dikontrol terlebih dahulu
melalui suatu mekanisme tertentu, sebelum suatu output berhasil diproses oleh
mesin
3) Mesin yg memberikan sumber tenanga (Power)
4) Manusia yg melakukan proses kendali (Control)
c. Sistem manusia – mesin secara Otomatis :
1) Mesin memegang peranan penuh secara langsung
2) Mesin sebagai penerima rangsangan dari luar
3) Mesin juga sebagai pengendali aktifitas
4) Manusia hanya memonitor agar mesin dapat bekerja secara baik
5) Manusia dapat memasukan data atau mengganti program apabila diperlukan
6) Mesin berfungsi penuh sebagai sumber tenanga (Power) & Pengendali (Control)
aktifitas.

Berdasarkan Penyelidikan :
Kedua sub Manusia & Mesin mempunyai kelebihan dan kekurangan
a. Ada pekerjaan yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh Manusia
b. Ada pekerjaan yang lebih baik dikerjakan oleh Mesin

Kelebihan Kelebihan Kekurangan Kekurangan


Manusia Mesin Manusia Mesin
Mudah untuk Mempunyai sifat Mempunyai Tidak dapat
menyesuaikan relatif lebih sifat yg mudah melakukan
diri dengan stabil berubah- ubah koreksi
lingkungan
Dapat merubah Dapat diatur Mempunyai sifat Tidak dapat
peranan dengan dengan baik ketidakstabilan melakukan
cepat dan teratur berdasarkan (cara atau apa yg pengembangan
kebutuhan dihasilkan saat sendiri (terbatas
ini belum tentu pada data yg
sama dengan yg tersimpan)
dihasilkan akan
datang)
Memungkinkan Dapat Tidak dapat
dapat bekerja melakaukan menerima beban
dalam kondisi pekerjaan rutin / lebih(Overload)
apapun massal dengan maka akan rusak
standar tiba-tiba.

3. Konsep Biomekanika
Menurut frankel dan nordin (1980), biomekanika merupakan ilmu mekanika teknik
untuk analisa system kerangka otot manusia.
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
a. General Biomechanic, adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara
mengenai hukum-hukum dan konsep – konsep dasar yang mempengaruhi
tubuh organik manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi
menjadi 2, yaitu:
1) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya
menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus
dengan kecepatan seragam (uniform).
2) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertim- bangkan gaya
yang terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja
dalam tubuh (kinetik).
b. Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari
interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan
tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar
produktifitas kerja dapat meningkat.
FAKTOR - FAKTOR
MANUSIAWI DALAM
8 DESAIN LINGKUNGAN
KERJA
1. Kaitan antara Psi. Rekayasa/Ergonomi dengan Psi. Lingkungan
Heimstra dan Mc Farling (dalam Prawitasari, 1989) menyatakan bahwa psikologi
lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara
manusia dengan lingkungan fisiknya. Menurut Gifford, manusia mempengaruhi
lingkungan dan untuk selanjutnya lingkungan mempengaruhi manusia.
Antara psikologi lingkungan yang membahas tentang penataan setting fisik dengan
ergonomic yang membahas tentang kenyamanan individu dalam mengerjakan sesuatu,
adalah saling mempengaruhi dan bergantungan satu sama lain terutama dalam mencapai
suatu hasil. Jika lingkungan positif maka dapat menciptakan suasana yang ergonomic
baik secara fisik dan psikologis, sehingga kinerja kita positif, dan sebaliknya.
2. Iluminasi
Tingkat pencahayaan biasanya diukur dengan istilah Illuminance, yaitu fluks-fluks
yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang dipancarkan pada suatu permukaan per
luas permukaan. Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan sebuah light meter di atas
permukaan benda kerja. Menurut Grandjean (1988), Wiesberg (1993) dan Wardana dkk
(1997) ketidaknyamanan cahaya di tempat kerja dapat menimbulkan beban visual berupa
ketidaknyamanan mata secara umum, mata merah, iritasi mata, pandangan yang
mengabur dan kesulitan membaca obyek gambar.
Iluminasi suatu permukaan ditentukan oleh kuat penerangan dan kemampuan
memantulkan cahaya oleh permukaan. Kemampuan memantulkan cahaya oleh
permukaan disebut faktor refleksi atau reflektasi. Pengertian iluminasi dapat dijelaskan
sebagai berikut jika terdapat monitor komputer di atas meja arus cahaya yang sampai
pada monitor maupun meja adalah sama demikian pula kuat penerangannya. Namun,
luminansi untuk monitor lebih besar karena faktor reflekstasi monitor lebih besar
dibanding reflekstasi meja. Cahaya ini dapat diukur dengan suatu light meter yang
ditunjukkan atau diarahkan pada permukaan. Cahaya tersebut bergantung pada intensitas
dari sumber dan refleksi dari permukaan. Maka, berdasarkan kondisi-kondisi inilah, mata
tidak mungkin dapat membedakan warna-warna. Selain itu juga dapat mendeteksi
pergerakan pada permukaan, suatu penggunaan yang bermanfaat dari karakteristik yang
ada dalam hal peringatan bahaya yang mungkin terjadi. Penglihatan dimulai ketika
“paket” energi elektromagnetik yang disebut foton diubah menjadi sinyal saraf bahwa
otak dapat menguraikan pesan/sandi dan menganalisanya. Translasi ini dilakukan baik
oleh Batang maupun Kerucut. Setiap Batang mengandung 100 juta molekul pigmen peka
cahaya yang disebut rhodopsin. Rhodopsin tersusun dari sebuah molekul organik
penyerap cahaya turunan vitamin A yang disebut 11-cis retinal.
Penglihatan yang baik didefinisikan dengan kuantitas pencahayaan yang memenuhi
untuk visual task yang diharapkan, membutuhkan distribusi yang seragam dari
illuminance dan luminance, pencahayaan yang cukup pada model obyek tiga-dimensional
dan permukaan (arah jatuhnya cahaya dari sisi atau dari atas), ketiadaan glare, dan
rendering warna yang baik. Kondisi pencahayaan ruang kantor dapat mempengaruhi
perubahan mood pengguna ruang. Perubahan mood yang diasosiasikan dengan
lingkungan fisik dapat dibedakan menjadi respon tahap jangka pendek dan tahap jangka
panjang yang melibatkan kebiasaan. Jika kebiasaan pengguna ruang menerima
lingkungan penerangan yang sama terus-menerus, maka perubahan mood ketika
memasuki ruangan tersebut akan berkurang sedikit demi sedikit dan kemudian cenderung
normal kembali. Perubahan mood dapat terjadi karena kebutuhan dan karakter tiap orang
berbeda, sehingga ketika digeneralisasikan, tidak semua pengguna ruang dapat
menerimanya.
Dari rekomendasi IESNA, desain pencahayaan ruang kantor untuk jenis pekerjaan
dengan menggunakan komputer dapat dikategorikan pada kelompok C, yang
membutuhkan tingkat iluminasi sebesar 100-150-200 Lux. Sedangkan untuk membaca,
dapat dikategorikan dalam kelompok D dengan tingkat iluminasi sebesar 200-300- 500
Lux.

3. Efek Iluminasi dalam lingkungan kerja terhadap kerja


Secara umum desain pencahayaan yang tidak baik ditempat kerja dapat
mempengaruhi kinerja kesehatan dan keselamatan kerja bagi para pekerja, diantaranya:
a. Pengaruh pencahayaan terhadap sumber bahaya
Desain terhadap intensitas pencahayaan yang tidak baik dan tidak sesuai dengan jenis
pekerjaan, akan menyebabkan seseorang tidak dapat melihat objek dengan dengan
baik dan mengenali sumber bahaya secara jelas. Pada beberapa keadaan, dimana
warna suatu benda merupakan faktor keselamatan yang sangat penting, misalnya
warna kabel listrik, warna pipa, tanda peringatan, dan sebagainya. Warna tersebut
akan berubah jika desain penerangan tidak baik. Contohnya hijau bisa berubah
menjadi hitam jika terkena cahaya merah. Dengan demikian diperlukan intensitas
pencahayaan yang sesuai sehingga setiap informasi dapat dibaca, dikenali dan
diterima dengan baik.
b. Pengaruh pencahayaan terhadap kelelahan
Menurut Grandjean (dalam Tarwaka, Bakri dan Sudiajeng, 2004), penerangan yang
tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan
selama kerja. Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi syarat akan
mengakibatkan dampak, yaitu:
1) Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
2) Kelelahan mental, fisik dan psikologis.
3) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4) Kerusakan indra mata dan lain-lain.

Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada


penurunan performa kerja, antara lain: Kehilangan produktivitas, kualitas kerja
rendah, banyak terjadi kesalahan dalam bekerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja meningkat.
c. Pengaruh pencahayaan terhadap postur tubuh
Postur tubuh akan menyesuaikan dengan objek kerja untuk mengatasi masalah –
masalah pencahayaan. Pada banyak kasus, postur tubuh akan menyesuaikan dengan
pekerjaan yang dilakukan untuk dapat melihat objek dengan jelas. Namun demikian,
akibatnya tubuh itu sendiri akan menjadi stres sehingga terjadi kepenatan dan
kelelahan.

4. Faktor-faktor yang berkaitan dengan Iluminasi


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencahayaan di ruangan termasuk dalam
lingkungan kerja adalah sebagai berikut:
a. Luminensi
Luminensi adalah tingkat keterangan yang dipancarkan suatu permukaan. Satuan
luminansi adalah Apostilb (ASB) atau Stilb(SB). Apostilb (ASB) biasanya digunakan
untuk menunjukkan luminansi dari dinding, meja, kursi, atau luminance permukaan
benda. Sedangkan stilb (SB) digunakan untuk menunjukkan power dari sumber
cahaya. Jumlah cahaya yang dipantulkan atau dipancarkan objek kerja sangat
mempengaruhi tingkat kejelasan mata dalam melihat objek kerja tersebut.
b. Distribusi Cahaya
Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya ke seluruh ruangan. Jika
distribusi sumber cahaya tidak merata maka akan membuat sudut atau bagian ruangan
menjadi gelap.
c. Pemantulan Cahaya
Ketika cahaya menerpa sebuah bidang, maka secara langsung bidang tersebut akan
memantulkan cahaya sebesar daya pantulnya dikalikan kadar cahaya yang
dipantulkan Pemantulan cahaya dari langit-langit tergantung warna dan finishing. Ini
berlaku pada sistem pencahayaan tidak langsung yang mana cahaya diarahkan ke
langit-langit dan dinding bagian atas ruangan kemudian dipantulkan untuk menerangi
seluruh ruangan.
d. Kesilauan
Selain sumber cahaya maka pemantulan sinar oleh permukaan juga dapat menjadi
penyebab kesilauan. Silau disebabkan cahaya yang berlebihan, baik yang langsung
dari sumber cahaya atau hasil pantulan ke arah mata pengamat. Silau berpengaruh
terhadap mata, yaitu ketidakmampuan mata merespon cahaya dengan baik (disability
glare), atau menyebabkan perasaan tidak nyaman (discomfort glare) karena manik
mata harus memicing disebabkan oleh kontras yang berlebihan. Pencegahan kesilauan
dilakukan dengan:
1) Pemilihan lampu secara tepat, dimaksudkan untuk pencahayaan yang baik.
2) Penempatan sumber – sumber cahaya secara tepat misalnya terhadap meja atau
mesin, diperhitungkan juga letak jendela.
3) Penggunaan alat – alat pelapis yang tidak mengkilap (untuk dinding, lantai, meja,
dan lain – lain)
4) Penyaringan sinar matahari langsung. Misalnya dengan pemberian gordyn atau
bilik penutup jendela.
e. Ukuran Objek
Ukuran objek sangat menentukan visibilitas seorang pekerja, karena ukuran objek
yang kecil memerlukan banyak cahaya dibandingkan melihat objek yang lebih besar.
Dengan demikian apabila ada perbedaan kontras yang kecil atau rendah dan dengan
ukuran objek yang kecil, maka diperlukan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi.
d. Arah Pencahayaan
Arah pencahayaan sangat penting di mana sumber-sumber cahaya yang cukup
jumlahnya sangat berguna dalam mengatur pencahayaan secara baik. Sinar-sinar dari
berbagai arah meniadakan gangguan oleh bayangan.
e. Utilitas Cahaya
Utilitas cahaya adalah presentase cahaya dari sumber cahaya yang secara nyata
mencapai dan menerangi benda-benda yang diterangi.
f. Warna
Warna pencahayaan dan komposisi spektrumnya sangat penting dalam
membandingkan dan mengkombinasikan warna-warna. Wajah lingkungan di tempat
kerja tergantung dari dekorasi dan pencahayaan. Warna-warna dalam lingkungan kerja
sebagai akibat dari pencahayaan menentukan rupa lingkungan tersebut. Penggunaan
warna-warna cerah dalam lingkungan kerja dapat membantu untuk membuat obyek
terlihat lebih jelas dan dapat menimbulkan kesan ruangan menjadi lebih luas, selain
itu secara psikologis juga dapat meningkatkan gairah kerja.
g. Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran dari sebuah permukaan yang memancarkan sinar
atau memantulkan sinar dari sumber cahaya.
h. Pemeliharaan desain dan sumber cahaya
Apabila pemeliharaan desain dan sumber cahaya tidak diperhatikan dengan baik,
misalnya penuh debu, maka akan mempengaruhi pencahayaan yang dihasilkan.

5. Regulasi Panas Tubuh terhadap


Kerja Keteraturan panas dalam tubuh manusia meliputi: temperatur badan, pengendalian
proses panas, transportasi panas oleh aliran darah, gerakan otot yang cepat, pertukaran
panas.
1) Temperatur panas
Temperatur tubuh manusia selalu konstan. Hal tersebut merupakan prasyarat untuk
fungsi normal dari fungsi vital yang paling penting, seperti pada bagian dalam otak,
jantung dan di dalam perut yang berfluktuasi sekitar 37 derajat celcius atau disebut
core temperature. Sebaliknya didalam otot, tangan, kaki, di seluruh bagian kulit
disebut shell temperatur.
2) Pengendalian proses panas
Pusat panas terletak pada bagian otak yang mengatur aliran darah melalui pembuluh
kulit seperti keluarnya keringat. Jika suhu dalam tubuh meningkat menjadi lebih
panas, maka pusat pengendali panas akan mengirim impulse untuk menjaga agar
temperatur inti tetap konstan dengan mengatur sirkulasi panas dan panas kemudian
akan hilang melalui keringat yang keluar
3) Transportasi panas oleh aliran darah
Dalam hal ini darah memindahkan panas dari bagian dalam tubuh ke daerah
permukaan kulit yang lebih dulu didinginkan oleh temperatur di luar tubuh.
4) Gerakan otot
Peningkatan ini ditandai oleh meningkatnya metabolisme panas pada otot dan organ
lain. Perwujudannya ditandai dengan gerakan otot yang cepat seperti ketika kita
sedang berlari, berolahraga, atau beraktivitas dari pagi hingga sore tanpa henti.
5) Pertukaran panas
Tubuh manusia senantiasa merubah energi kimia menjadi energy mekanis dan panas.
Tubuh menggunakan panas ini untuk menjaga suhu tetap pada temperature yang
konstan.

6. Efek Pengaruh Suhu terhadap Kerja


a. Dasar fisiologis suatu kenyaman
Internal climate suatu ruangan selama masih dalam batas kenyaman maka tidak aka
nada masalah, namun jika sudah di luar batas kenyamanan maka menjadi suatu
gangguan bahkan menimbulkan efek psikologis ataupun salah satu nyeri fisiologis
tergantung pada level pertukaran panasnya. Sebagai contoh manusia akan
menggunakan pakaian sebagaimana dia dapat memodifikasi lingkungannya dengan
menggunakan bantuan teknologi untuk mendapatkan kenyaman
(merestorasi/membangun kembali suatu proses pertukaran panas yang benar)
tersebut.
b. Efek samping dari suatu ketidaknyamanan
Ketidaknyamanan akan mengakibatkan perubahan fungsional pada organ yang
bersesuaian pada tubuh manusia. Menurut Grandjean (1986), kondisi panas yang
berlebih di sekeliling mengakibatkan rasa letih, kantuk, mengurangi kestabilan dan
meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Hal ini akan menurunkan daya kerasi
tubuh manusia untukmenghasilkan panas dengan jumlah yang lebih sedikit.
c. Daerah temperatur secara fisiologi
Jika seseorang ditempatkan pada suatu ruangan tes klimatik (climatic chamber) dan
diberikan temperatur yang berbeda-beda, maka akan dapat ditemukan rentang
pertukaran panas yang menyatakan kondisi tubuh dalam keadaan kesetimbangan.
Keadaan ini menurut Grandjean (1986) disebut sebagai daerah aturan vasomotor
(zone of vasomotor regulation), karena dalam rentang ini pertukaran panas akan dapat
dijaga denga mengalirnya darah ke seluruh organ tubuh.
d. Rentang temperatur yang nyaman
Menurut Grandjean (1986), manusia akan merasakan kenyamanan hanya ketika
system keteraturan vasomotor (rentang pertukaran panas yang menyatakan kondisi
tubuh dalam kesetimbangan) tidak terlalu banyak terbebani, yaitu ketika fluktuasi
sirkulasi darah kea rah kulit tidak lebih dari fluktuasi yang normal. Rentang
temperatur yang membuat manusia nyaman sangat bervariasi tergantung dari jenis
pakaian yang dipakainya dan dari aktivitas yang telah dilakukan.
e. Empat faktor klimatik dan kenyamanan
Kesan manusia tentang kenyamanan menurut Grandjean dipengaruhi empat faktor
yang menentukan pertukaran panas, yaitu:
1) Temperatur udara
2) Temperatur permukaan dinding yang berdekatan
3) Kelembaban udara
4) Aliran udara

7. Efek Cuaca dan Kondisi yang Berhubungan terhadap Kerja


Dalam cuaca cerah dengan sinar matahari yang berlimpah, karyawan bisa bertugas
dengan tingkat efisiensi lebih tinggi. Cahaya terang membantu otak karyawan tetap
terjaga, waspada, dan penuh perhatian. Sedangkan, cuaca berawan membuat karyawan
lebih fokus dengan pekerjaannya. Mereka tidak lagi tertarik dengan suasana
menyenangkan di luar jendela. Namun, cuaca berawan dan gelap membuat karyawan
merasa lelah. Kekurangan sinar matahari dan ruangan yang gelap membuat otak lebih
ingin bersantai dan beristirahat. Di sisi lain, bila udara luar terasa dingin, seseorang
cenderung ingin bergerak lebih cepat. Jika lebih banyak diam dan bekerja dengan lambat,
maka rasa dingin akan semakin menusuk.

8. Efek Pencemaran Udara terhadap Kerja


Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

9. Efek Tekanan Udara dan O2 terhadap Kerja


Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan
hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah
maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih
banyak membutuhkan oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang
memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih
banyak.

10. Pengertian Kondisi Tanpa Bobot dan Gejala Gravitasional


Bobot merupakan suatu berat atau mutu dimana hal ini dapat menghambat sesuatu,
diperlukan terhadap sesuatu, dan memberikan nilai tambah pada sesuatu. Tanpa bobot
atau beban merupakan hal yang mempengaruhi kinerja seseoarang dalam bekerja.
Karyawan yang bekerja dengan tanpa beban atau bobot dapat memaksimalkan dan
mengoptimalkan kinerjanya. Hal ini dikarenakan karyawan tersebut tidak mengalami
hambatan dan tekanan yang berasal dari beban atau bobot tersebut. Kondisi ruangan kerja
dan alat penunjang kerja yang tidak memiliki nilai ergonomi (kenyamanan) akan
menimbulkan bobot atau beban pikiran yang mengganggu kinerjanya. Lalu gravitasi nol
atau gravitasi rendah mempengaruhi performance seseorang karena menghambat
kemampuan tertentu misalnya melaksanakan tugas-tugas yang sederhana, menarik beban.
Dari gravitasional tersebut, sesuatu yang ringan dapat menimbulkan suatu efek tanpa
bobot karena tidak ada hambatan dan tekanan, contohnya seorang astronot yang berada di
luar angkasa.
Menurut Stewart dan Stewart (1983) kondisi kerja sebagai serangkaian kondisi atau
keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para
karyawan yang bekerja di dalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud disini adalah
kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan
aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang
dapat mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja, temperatur,
kelembapan, ventilasi, penerangan, kebersihan, dan lain-lain.

11. Efek Tanpa Bobot terhadap Kerja


Efek psikologis yang paling sederhana dan jelas dari kerja adalah menurunnya
motivasi kerja dan kinerja karyawan. Motivasi kerja sangat dibutuhkan oleh individu
karyawan sebagai dorongan untuk menciptakan gairah kerja. Kinerja karyawan timbul
sebagai respon efektif atau emosional terhadap tugas pekerjaan yang dilakukan oleh
karyawan. Beban kerja yang tinggi akan menyebabkan munculnya stres pada karyawan.
Stres kerja disebabkan oleh konflik kerja, beban kerja, waktu kerja, karakteristik tugas,
dukungan kelompok dan pengaruh kepemimpinan.

12. Pengertian Akselerasi


Akselerasi identik dengan program pada pendidikan. Akselerasi adalah suatu proses
percepatan (acceleration) pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik yang
memilikikemampuan luar biasa (unggul) dalam rangka mencapai target kurikulum
nasional dengan mempertahankan mutu pendidikan sehingga mencapai hasil yang
optimal. Akselerasi, menunjuk pada peringkasan program sehingga dapat dijalankan
dalam waktu yang lebih cepat.
Menurut Pressy (dalam Gunarsa, 2003), mengemukakan bahwa program akselerasi
sebagai kemajuan dalam program pendidikan dengan laju yang lebih cepat dari pada yang
berlaku pada umumnya atau memulai suatu tingkat pendidikan pada usia yang lebih muda
dari pada yang berlaku pada umumnya.
Menurut Davis dan Rimm (dalam Gunarsa, 2003) menyatakan bahwa akselerasi
adalah melaju lebih cepat dalam isi akademis, yang umumnya mencakup penawaran
standar kepada siswa yang berusia lebih muda dan berbakat sehingga proses
pembelajaran lebih sesuai dengan bakat dan potensi siswa.

13. Efek Akselerasi terhadap Kerja


Proses akselerasi dalam kerja akan meringankan beban kerja akibat adanya percepatan
kerja.Kemampuan karyawan dalam bekerja sangat bervariasi atau berbeda-beda apalagi
didalam menyangkut akselerasi kemampuan akan pencapaian prestasi kerja. Akselerasi
atau percepatan perkembangan kemampuan karyawan yang tidak lain diakibatkan oleh
kualitas baik alat penunjang kerja atau ruangan kerja yang memiliki nilai ergonomi
(kenyamanan dan ketepatan) yang baik dan akhirnya akan menimbulkan kenaikan jabatan
atau prestasi kerja. Misalnya saja seorang operator atau buruh biasa apabila memiliki
akselerasi atau percepatan perkembangan kemampuannya dalam bekerja akan
mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan berupa pengangkatan menjadi leader bahkan
menjadi bagian dari karyawan administrasi pabrik atau perusahaan. Setiap manusia
memiliki akselerasi atau kecepatan kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usaha
dan kemauan manusia itu sendiri untuk mengembangkan kemampuan dan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya.

14. Pengertian Ilusi


Ilusi adalah sebuah kondisi mempersepsikan berbeda terhadap sebuah obyek, sebagai
contoh mengapa ketika anda melihat sebuah permainan sulap sebenarnya anda sedang
mengalami ilusi, pesulap melakukan teknik membuat sebuah obyek dipersepsi berbeda
oleh seseorang. Ada yang beranggapan bahwa ilusi terjadi karena ada rangsang sedangkan
halusinasi terjadi tanpa ada rangsang, dengan pendapat ini tentu untuk orang awam
pengertiannya benar, untuk menyederhanakan arti maka halusinasi adalah merasa melihat
obyek tanpa benar-benar ada obyek.
Ilusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca
indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah
dari suatu rangsangan pada panca indera. Ilusi terjadi dalam bermacam-macam bentuk,
yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik
(pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan).
a. Faktor-faktor penyebab terjadinya ilusi antara lain:
1) Faktor ke-alaman
Ilusi terjadi karena faktor alam, misalnya ekho (gema), ilusi kaca.
2) Faktor stimulus
a. Stimulus yang mempunyai arti lebih dari satu dapat menimbulkan ilusi.
Misalnya: gambar yang ambiguous
b. Stimulus yang tidak dianalisis lebih lanjut, yang memberikan kesan secara
total.
Misalnya: ilusi MullerLyer
3) Faktor individu
Disebabkan karena adanya kebiasaan dan adanya kesiapan psikologis (mental set).

15. Efek Ilusi terhadap Kerja


Memiliki ruangan kerja yang buruk dan tidak memiliki nilai ergonomi yang
baik akan menimbulkan kejenuhan dan ketidaknyamanan yang akan dialami oleh
karyawannya. Akibat dari hal ini akan menimbulkan ilusi. Contohnya: seorang
karyawan yang perusahannya tidak memiliki nilai ergonomi yang baik dalam
penataan ruangannya sehingga ruangannya terkesan kotor dan tidak terawat maka
akan mengintepretasikan suara berisik dari sampah (barang-barang yang berserakan)
diruangannya sebagai suara dari karyawan lain yang mengganggunya.

I. SUARA / BUNYI
A. Pengertian Suara
Suara adalah pemampatan mekanis atau gelombang longitudinal yang merambat
melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi,
gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara. Suara
dihasilkan oleh getaran suatu benda. Selama bergetar, perbedaan tekanan terjadi di
udara sekitarnya.
Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda atau getaran
suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara
kontinyu terhadap waktu, suara berhubungan erat dengan rasa ‘mendengar’. Suara
atau bunyi biasanya merambat melalui udara. Suara atau bunyi tidak bisa merambat
melalui ruang hampa.
Manusia mendengar bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau
medium lain, sampai ke gendang telinga manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat
didengar oleh telinga manusiakira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada amplitudo
umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya. Suara di atas 20 kHz disebut
ultrasonik dan di bawah 20 Hz disebut infrasonik.

B. Jenis – Jenis Suara


1. Suara Periodik
Suara Periodik suara yang terjadi secara kontinyu/berlanjut/berulang-ulang
dan getaran yang dihasilkan sama. Contoh: suara periodik yaitu instrument musik,
nyanyian burung, dan lain-lain.
2. Suara Non periodik
Suara Non periodik = Suara yang tidak terjadi secara berlanjut. / suara yang
bentuk gelombangnya kotak-kotak. Contoh: suara non-periodik: batuk, percikan
ombak, dan lain-lain.

Suara berkaitan erat dengan:


a. Frekuensi
- Banyaknya getaran dalam satu detik.
- Satuan :Hertz (Hz) atau Cycles per second (cps).
- Panjang gelombang suara (wavelenght) dirumuskan = c/f.
b. Amplitudo
- Keras lemahnya bunyi atau tinggi rendahnya gelombang.
- Satuan amplitudo adalah decibel (db).
- Bunyi mulai merusak telinga jika volumenya lebih.
- Besar dari 85 dB dan pada ukuran 130 dB akan mampu membuat hancur
gendang telinga.
c. Velocity
- Kecepatan perambatan gelombang bunyi sampai ke telinga pendengar.
- Satuan yang digunakan : m/s.
- Pada udara kering dengan suhu 200C (680F), maka kecepatan rambat suara
sekitar 343 m/s.

C. Kehilangan Pendengaran / Tuli


Tuli, tunarungu, atau gangguan dengar dalam kedokteran adalah kondisi fisik
yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan seseorang untuk
mendengarkan suara. Gangguan pendengaran juga bisa disebut sebagai
ketidakmampuan otak untuk memaknai rangsangan listrik yang diterima dari
pendengaran perifer (koklea).

D. Jenis – Jenis Gangguan Pendengaran / Tuli


Tuli dalam kedokteran dibagi atas 3 jenis:
1. Tuli atau gangguan dengar konduktif adalah gangguan dengar yang disebabkan
kelainan di telinga bagian luar dan/atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf
pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga
tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.
2. Tuli atau gangguan dengar saraf atau sensorineural yaitu gangguan dengar akibat
kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar
atau tengah.
3. Tuli atau gangguan dengar campuran yaitu gangguan yang merupakan campuran
kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga bagian
luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran.
Untuk menentukan jenis dan derajat ketulian dapat diperiksa dengan audiometri.
Disamping dengan pemeriksaan audiometri, ambang respon seseorang terhadap bunyi
dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke Response
Audiometry, dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat diajak komunikasi atau
anak kecil.

E. Efek Suara Terhadap Kerja


Suara bising di tempat kerja bisa mendatangkan berbagai efek buruk, mulai dari
gangguan konsentrasi kerja, masalah pendengaran, stres, hingga risiko penyakit
jantung.
Sebuah penelitian yang dimuat di Journal of Facilities Management (2002)
menyebutkan, 29% karyawan yang bekerja di sebuah ruang privat terbatas
menyatakan sering merasa terganggu oleh percakapan suara di kantor. Hal serupa juga
dialami oleh 52% karyawan yang bekerja di sebuah ruangan privat bersama karyawan
lain, dan 65% karyawan yang bekerja di ruang kantor terbuka. Penelitian ini
mencakup 45.000 pekerja AS di beberapa level jabatan yang terepresentasikan dalam
13.000 survei di berbagai industri. Dalam konteks ruang kantor terbuka, studi lain
yang dilakukan Evans & Johnson (2000) menemukan adanya peningkatan stres dalam
diri karyawan. Suara berisik yang tidak sampai memekakkan telinga pun juga bisa
menyebabkan berkurangnya motivasi kerja para responden. Gangguan semacam ini di
lingkungan kantor terbuka semakin mungkin mereduksi performa kerja bila tugas
yang dilakukan merupakan tugas yang kompleks dan menuntut konsentrasi tinggi.
Gangguan suara yang ada di kantor tidak hanya menimbulkan masalah dalam diri
seseorang saja, tetapi juga dapat memicu konflik antar kolega. Menurut pengamatan
konsultan sumber daya manusia, Dr. Steve Albrecht ketika memberi pelatihan di
kantor-kantor, banyak contoh kasus ketika gangguan suara menyebabkan seorang
karyawan mendiamkan rekan kerjanya, malas berinteraksi dengan satu sama lain
ketika terlibat dalam proyek bersama, dan kerap bersikap tak santun kepada si Tukang
Berisik.

II. Kebisingan
A. Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah gangguan secara langsung maupun tidak langsung yang dapat
berdampak negatif terutama pada indera pendengaran dan gangguan kesehatan
lainnya yang dapat berupa gangguan komunikasi, timbulnya kelelahan kerja,
gangguan mengingat dan sebagainya yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas
kerja. Tempat kerja yang bising dan penuh getaran bisa mengganggu pendengaran dan
keseimbangan para pekerja. Kebisingan bersifat psikologikal dan subyektif. Sebuah
nada pendek dengan intensitas rendah (dihasilkan dengan sendirinya, seperti tetesan
air) mungkin dianggap sebagai kebisingan dalam kondisi tertentu. Kebisingan
didefinisikan sebagai suatu bunyi/suara yang tidak diinginkan, tidak disukai, atau
tidak diterima.

B. Jenis Kebisingan
Menurut Suma’mur (2009), terdapat lima jenis kebisingan yang sering ditemukan,
yaitu:
1. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang lebar (steady state, wide
band noise)
Bising jenis ini merupakan bising yang relatif tetap dalam batas amplitudo
kurang lebih 5dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut. Contoh:bising mesin,
suara katup mesin gas, kipas angin, suara dapur pijar, dan sebagainya.
2. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band
noise)
Bising ini relatif tetap dan hanya pada frekuensi tertentu saja (misal 5000,
1000 atau 4000 Hz), misalnya suara gergaji sirkuler dan suara katup gas.
3. Kebisingan terputus-putus (intermittent noise)
Kebisingan tidak berlangsung terus menerus, melainkan ada periode relatif
tenang. Contoh kebisingan ini adalah suara lalu lintas, kebisingan di lapangan
terbang.
4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise)
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam
waktu yang sangat cepat dan mengejutkan. Contoh bising impulsif misalnya
suara ledakan, tembakan, pukulan palu, dan lain-lain.
5. Kebisingan impulsif berulang
Sama seperti bising impulsif, tetapi terjadi berulang-ulang. Contohnya ialah
bising mesin tempa.

C. Ambang Batas Kebisingan


Penyampaian suatu informasi atas berita sederhana akan dapat dimengerti selama
tingkat pemberitaannya setinggi 10 dB atau lebih tinggi dari ambang batas
kebisingan. Akan tetapi, untuk berita yang lebih kompleks yang terdiri dari kata-kata
yang kurang dikenal, tingkat pembicaraannya harus 20 dB atau lebih tinggi dari
ambang batas kebisingan. Adapun tingkat pembicaraan dikategorikan sebagai berikut:
- Percakapan biasa : 60 – 65 dB
- Pembicara disuatu seminar : 65 – 75 dB
- Berteriak : 80 – 85 dB
Nilai-nilai tersebut di aplikasikan nada jarak satu meter dari pembicara. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa komunikasi akan sangat sulit pada ambang kebisingan
diatas 80 dB. Jarak tersebut dapat di kurangi sampai pembicara harus berteriak pada
telinga pendengar.

D. Efek Kebisingan
Efek kebisingan menurut Suma’mur (2009) berpengaruh negatif, antara lain
sebagai berikut:
1. Gangguan secara umum
Didalam kehidupan sehari-hari kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan
menyebabkan pengalihan perhatian sehingga tidak fokus pada masalah yang
sedang dihadapi.
2. Gangguan komunikasi
Sebagai pegangan, gangguan komunikasi oleh kebisingan telah terjadi, apabila
komunikasi pembicaraan dalam pekerjaan harus dijalankan dengan suara yang
kekuatannya tinggi dan lebih nyata lagi apabila dilakukan dengan cara berteriak.
Gangguan komunikasi seperti itu menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan
mengakibatkan kesalahan atau kecelakaan, terutama pada penggunaan tenaga
kerja baru oleh karena timbulnya salah paham atau pengertian.
3. Kriteria kantor
Kebutuhan pembicaraan, baik langsung ataupun lewat handphone, harus
dipenuhi dan sangat penting, artinya bagi berlangsungnya aktivitas di kantor dan
ruang sidang.
4. Efek pada pekerjaan
Kebisingan mengganggu perhatian yang perlu terus menerus dicurahkan
kepada pelaksanaan pekerjaan dan juga pencapaian hasil kerja yang sebaik-
baiknya.
5. Reaksi masyarakat
Pengaruhnya akan sangat besar, apabila kebisingan akibat suatu proses
produksi demikian luar biasanya, sehingga masyarakat sekitar perusahaan yang
bersangkutan protes, agar kegiatan tersebut dihentikan.
6. Efek pada pendengaran
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat
menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat
sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising,
namun bila terus menerus bekerja ditempat bising, daya dengar akan hilang secara
menetap dan tidak akan pulih kembali.

E. Pengendalian Kebisingan
1. Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan, misalnya dengan
menempatkan peredam pada sumber getaran, tetapi umumnya hal itu dilakukan
dengan melakukan riset dan membuat perencanaan mesin atau peralatan kerja
yang baru.
2. Penempatan penghalang pada jalan transmisi. Isolasi tenaga kerja atau mesin atau
unit operasi adalah upaya egera dan baik dalam upaya mengurangi kebisingan.
Untuk itu perencanaan harus matang dan material yang dipakai untuk isolasi harus
mampu menyerap suara.
3. Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga. Tutup telinga (ear muff) biasanya lebih
efektif daripada sumber telinga (ear plug) dan dapat lebih besar menurunkan
intensitas kebisingan yang sampai ke saraf pendengar.
4. Pelaksanaan waktu paparan bagi intensitas di atas NAB. Untuk intensitas
kebisingan yang melebihi NABnya telah ada standarnya waktu paparan yang
diperkenankan sehingga masalahnya adalah pelaksanaan dari pengaturan waktu
kerja sehingga memenuhi ketentuan tersebut.

F. Dampak Kebisingan
Beberapa dampak kebisingan terhadap kinerja terjadi dalam beberapa bentuk:
a. Terganggu
Kebisingan yang terputus-putus pada tingkat kurang lebih 50 dB memiliki
pengaruh mengganggu yang lebih besar daripada suara yang lebih kontinu
walaupun intensitasnya lebih besar. Kebisingan dalam ruangan juga lebih
mengganggu bila dibandingkan dengan kebisingan diruang terbuka. Demikian
juga tingkat frekuensi, semakin tinggi frekuensi semakin besar gangguan yang
dirasakan.
b. Kebingungan
Timbul perasaan bingung tanpa disadari adanya kebisingan.
c. Gangguan komunikasi
Untuk informasi yang sudah biasa diterima pemahaman pembicaraan tidak
terganggu bila tingkat suara pembicaraan 10 dB diatas tingkat kebisingan,
informasi yang tidak biasa dibutuhkan perbedaan sedikitnya 20 dB.
d. Perhatian
Kebisingan mempengaruhi tingkat perhatian seseorang.

III.MUSIK
A. Pengertian Musik
Menurut Astuti, Suhardi, dan Jwalitasari (2006), musik adalah bunyi yang
diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan
selera seseorang.

B. Musik dan Pekerjaan


Dalam bidang industri musik digunakan mula-mula dari lagu-lagu yang
dinyanyikan orang sembari bekerja yang seirama dengan aktivitas motorik. Beberapa
penelitian, pekerjaan yang repetitif dan pemasangan alat-alat lainnya menunjukkan
adanya kenaikan sedikit dalam output, pengurangan dalam besarnya frekuensi
kecelakaan setelah diperkenalkannya musik (Anastasi, 1993).
Menurut Munandar (2001) musik memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan-
pekerjaan yang sederhana, rutin dan monoton, sedangkan pada pekerjaan yang lebih
majemuk dan memerlukan konsentrasi yang tinggi pada pekerjaan, pengaruhnya dapat
menjadi sangat negatif. Musik menjadi suara yang bising dan mengganggu.
Namun, menurut Uhrbrock (dalam Anastasi, 1993) untuk tugas-tugas jenis
tertentu adanya musik malahan terbukti mengganggu perhatian dan mempengaruhi
kualitas kerja.
Salah satu cabang ilmu psikologi bernama psikologi musik, yang menjelaskan
musik bisa memberikan pengaruh pada emosi dan kognitif. Karena pengaruh musik
itu sendiri lebih pada emosi dan kognitif seseorang, maka pilihan musik sebagai
penunjang/peningkat produktivitas menjadi sangat subjektif. Sehingga belum tentu
satu lagu akan memberikan efek yang sama kepada orang yang berbeda dan
disesuaikan dengan tujuan perusahaan dan target perusahaan kepada siapa.

C. Efek Fisiologis
1. Menstimulasi syaraf
Musik dapat membantu menstimulasi syaraf-syaraf untuk bergerak terutama di
saat-saat situasi yang membosankan.
2. Melepaskan hormon dopamine
Musik dapat membantu mendorong pelepasan zat kimia dopamine di area otak.
Pelepasan dopamine seperti yang terjadi ketika seseorang makan makanan lezat,
atau mencium aroma yang harum, sehingga membuat seseorang merasa tenang.

D. Efek Musik dalam Kerja


1. Mengatasi kejenuhan
2. Meningkatkan segi produktivitas
Terdapat survei, dari segi produktivitas, sikap karyawan secara konsisten
memperlihatkan reaksi yang positif terhadap adanya musik selama bekerja. Bila
karyawan ditanya apakah mereka ingin musik diteruskan, maka sebagian besar dari
mereka setuju dan kebanyakan karyawan menyatakan bahwa banyak pekerjaan
dapat dibereskan bila musik diperdengarkan.
3. Membuat waktu berlalu dengan lebih cepat, pekerjaan terasa lebih mudah
4. Mengurangi rasa cemas
Musik selain dapat meningkatkan kesehatan seseorang juga dapat meringankan
dari rasa sakit, perasaan‐perasaan dan pikiran yang kurang menyenangkan serta
membantu untuk mengurangi rasa cemas (Kemper dan Danhauer, 2005).
5. Memberikan semangat
6. Mendistract konsentrasi
Namun musik juga memiliki efek mendistract konsentrasi sehingga aktivitas yang
membutuhkan pemikiran dan kewaspadaan akan terganggu maka dari itu penting
untuk memilih musik yang sesuai dengan kebutuhan. Tetapi bila musik diadakan
dengan maksud meningkatkan kepuasan karyawan, perlu ditentukan terlebh dahulu
pilihan jenis-jenis musik dalam suatu kelompok.

E. Penggunaan Musik dalam Berbagai Pekerjaan


a. Pekerja pada shift malam
Menurut Sugiono, Putro, dan Sari (2018), alternatif solusi untuk menjamin
kesehatan karyawan diantaranya menyediakan fasilitas berupa musik yang tidak
monoton selama bekerja pada shift malam. Musik klasik juga bisa membuat tidur
lebih baik di malam hari. Maka dari itu, untuk pekerja di shift malam disarankan
untuk tidak mendengarkan musik klasik.
b. Pekerjaan yang berfokus pada detail
Pekerjaan yang membutuhkan fokus yang sangat detail terbukti untuk
disarankan untuk mendengarkan musik klasik. Genre musik ini bisa meningkatkan
mood seseorang sekaligus menenangkan. Musik jenis ini juga disebut bisa
mempengaruhi tingkat kemampuan otak, oleh karena itulah musik klasik sering
digunakan di sekolah dan juga di rumah sakit.
c. Pekerjaan yang dikejar tenggat waktu
Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan dimana para pekerja diharuskan
mencapai target-target tertentu dalam batas waktu yang telah ditentukan. Biasanya
waktunya cepat. Musik pop terbukti baik untuk pekerja yang dikejar tenggat
waktu yang cepat.
d. Pekerjaan yang monoton
Terdapat penelitian mengenai pengaruh musik terhadap produktivitas
perusahaan furniture di UD. Wanamulya. Pekerjaan di sana merupakan pekerjaan
yang monoton. Penelitian ini memperoleh data bahwa tingkat produktivitas awal
kursi kobra tanpa musik membutuhkan waktu selama 13 jam 41 menit untuk
memproduksi satu buah kursi. Setelah mendengarkan musik pop, tingkat
produktivitas akhir menjadi sangat lama karena membutuhkan waktu 14 jam 30
menit untuk menyelesaikan satu buah kursi. Setelah mendengarkan musik
dangdut, produktivitas akhir mengalami penaikan sehingga dapat memproduksi
satu buah kursi hanya membutuhkan waktu selama 12 jam 04 menit.

F. Penggunaan Berbagai Jenis Musik Untuk Target Konsumen


1. Musik Klasik
Jika memutar musik klasik di restoran, pengunjung terpancing menghabiskan
uang lebih banyak. Dalam nuansa seperti itu, orang secara tidak sadar akan
bertahan atau ditahan lebih lama sehingga memesan makanan lebih banyak lagi.
Sementara jika musiknya up tempo, pengunjung akan lebih cepat keluar restoran,
atau makan dan minum lebih cepat.
2. Musik dengan Tempo Cepat
Sementara musik dengan tempo cepat membuat orang akan belanja lebih
cepat. Dengan mendengarkan musik yang keras mereka tidak berpikir kritis dan
tidak mengkhawatirkan harga barang.Menurut Wong dan Rusdiansari (2011), hal
ini juga berlaku untuk restoran bertipe makan sepuasnya dengan membayar satu
harga (all you can eat), musik yang diperdengarkan biasanya lebih keras dan
iramanya lebih dinamis. Dengan irama musik yang cepat kita menjadi cepat
kenyang scara psikologis (sebelum kenyang secara fisik). Dengan demikian,
secara tidak sadar kita dipaksa untuk bergegas, lebih cepat makan, selesai, dan
keluar.
3. Musik yang menciptakan rasa bahagia
Banyak restoran yang menyadari kalau pelanggan bisa rela menghabiskan
lebih banyak uang bila mood-nya sedang bahagia atau membaik. Oleh karena itu,
banyak restoran yang memilih untuk memutar musik dengan tema bahagia untuk
memberi pengaruh positif pada mood atau suasana hati.

IV. WARNA
A. Pengertian Warna
Warna adalah gelombang elektromagnetik yang berasal dari cahaya. Percobaan
Newton (1660) dengan prisma kacanya yang dilewati cahaya putih membuktikan
bahwa cahaya matahari terdiri dari spektrum mejikuhibiniu (merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila dan ungu). Jadi tanpa cahaya, manusia tidak dapat melihat warna.

B. Kategori Warna
Menurut Kaina (2004), secara umum, pengaruh dari warna dapat dikategorikan
menjadi dua kategori utama, yaitu:
1. Warna Hangat
Warna yang termasuk kedalam akhir spectrum warna merah seperti kuning dan
oranye dikategorikan sebagai warna hangat. Warna hangat diyakini dapat
memberikan rentang reaksi emosi, mulai dari rasa nyaman, kehangatan, hingga
kemarahan atau kekerasan.
2. Warna Dingin
Warna hijau, biru dan ungu dikategorikan masuk kedalam warna dingin.
Pengaruh warna dingin ini dapat memberikan perasaan tenang hingga perasaan
sedih.

C. Warna Keselamatan
Jika warna yang sama selalu digunakan untuk menunjukkan bahaya tertentu, atau
tempat bantuan dalam keadaan darurat, asosiasi yang benar dan reaksi mereka
menjadi otomatis. Praktek ini sekarang diikuti di sebagian besar negara dengan cara
yang seragam sesuai dengan standar ISO internasional.

D. Arti Warna
1. Merah
a. Meningkatkan antusiasme
b. Merangsang energi dan dapat meningkatkan tekanan darah, pernapasan, detak
jantung, dan denyut nadi
c. Mendorong tindakan dan kepercayaan diri
d. Memberikan rasa perlindungan dari ketakutan dan kecemasan
Contoh: Di Inggris, bilik telepon merah dan bus bertingkat merah merupakan ikon
nasional. Kotak pilar Inggris standar (kotak surat) telah dicat merah sejak 1874.
2. Orange
a. Merangsang aktivitas
b. Merangsang nafsu makan
c. Mendorong sosialisasi
Contoh: Safety orange adalah warna yang digunakan untuk membedakan benda-
benda dari lingkungannya. Safety orange adalah warna yang biasanya digunakan di
Amerika Serikat untuk kerucut lalu lintas, tiang penopang, tong, dan perangkat
penanda zona konstruksi lainnya. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
atau The Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mensyaratkan
bahwa peralatan konstruksi tertentu harus dicat oranye keselamatan
3. Kuning
a. Merangsang proses mental
b. Merangsang sistem saraf
c. Mengaktifkan memori
d. Mendorong komunikasi
Contoh: Di Amerika Serikat, taksi dan bus sekolah dikaitkan dengan warna kuning.
4. Hijau
a. Kelenjar hipofisis distimulasi.
b. Otot lebih rileks,
c. Tingkat histamin darah anda meningkat, yang mengarah pada penurunan gejala
alergi dan pembuluh darah melebar,
d. Membantu dalam kontraksi otot yang lebih halus.
e. Menghilangkan stres
f. Meningkatkan kemampuan membaca dan kreativitas.
Contoh: Ruang hijau (di teater atau studio) di mana pemain dapat bersantai
sebelum atau setelah penampilan.
5. Biru
a. Menenangkan
b. Sejuk
c. Alat bantu intuisi
Contoh: Selama dekade terakhir, para ilmuwan telah melaporkan keberhasilan
penggunaan cahaya biru dalam pengobatan berbagai masalah psikologis, termasuk
kecanduan, gangguan makan, impotensi, dan depresi.
6. Ungu
a. Meningkatkan kerja otak
b. Menenangkan pikiran dan saraf
c. Menawarkan rasa spiritualitas
Contoh: Dalam kaca patri, warna ungu atau ungu dipandang sebagai menyatukan
"kebijaksanaan" biru dan "cinta" merah dan melambangkan keadilan dan royalti.
7. Merah muda
a. Merangsang energi dan dapat meningkatkan tekanan darah, pernapasan, detak
jantung, dan denyut nadi.
b. Mereka juga mendorong tindakan dan kepercayaan diri.
c. Digunakan di sel-sel penjara untuk secara efektif mengurangi perilaku tak
menentu.
Contoh: Kue-kue terasa lebih enak ketika mereka keluar dari kotak merah muda
atau disajikan di piring merah muda (hanya berhasil dengan sesuatu yang manis).
8. Coklat
a. Menumbuhkan perasaan baik
b. Menstabilkan
c. Warna yang berhubungan dengan bumi atau alam
d. Memberi rasa ketertiban
Contoh: Banyak perusahaan menggunakan kertas cokelat untuk menunjukkan
produk alami.
9. Abu-abu
a. Meresahkan
b. Menciptakan harapan
Contoh: Tentara Konfederasi mengenakan seragam abu-abu selama Perang Saudara
disesuaikan dengan lingkungan yang berkabut.
10. Hitam
a. Membuat orang merasa tidak mencolok
b. Memberikan ketenangan
c. Membangkitkan potensi
Contoh: Musisi di lubang orkestra sering memakai semua hitam selama konser
langsung, agar tidak menarik perhatian para pemain panggung.
11. Putih
a. Membantu kejernihan mental
b. Mendorong untuk membersihkan kekacauan atau rintangan
c. Membangkitkan pemurnian pikiran atau tindakan
d. Mengaktifkan awal yang baru
Contoh: Awalnya, para ilmuwan mengenakan mantel krem. Pada akhir abad ke-19,
para profesional medis memilih yang putih. Warna putih dipilih karena ide harapan
dan harapan untuk penyembuhan dan pemulihan yang akan dibawa oleh dokter.

E. Faktor Pemilihan Warna


Menurut Quible, terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih
warna untuk ruangan kantor, antara lain:
1. Kombinasi Warna
Untuk memberikan kesan menarik namun nyaman dilihat, warna ruangan kantor
bisa menggunakan kombinasi warna. Kombinasi warna primer seperti merah,
kuning, dan biru bisa menghasilkan warna sekunder, seperti warna oranye, hijau,
dan violet. Kombinasi warna sekunder bisa menghasilkan warna tersier.
2. Efek Cahaya
Cahaya buatan seperti lampu memiliki spectrum yang berbeda yang berdampak
pada pemilihan warna. Sebagai contoh, cahaya lampu fluorescent atau lampu TL
tidak akan menimbulkan efek warna cahaya yang semestinya di dalam ruangan
merah atau oranye.
3. Nilai Pemantulan
Cahaya Beberapa cahaya memiliki nilai pemantulan yang berbeda, misalnya warna
terang akan memantulkan presentase cahaya yang lebih besar daripada warna
gelap. Makadari itu, pemilihan warna untuk atap dibutuhkan warna terang untuk
memantulkan cahaya kebawah, yang mengurangi silau juga bayangan pada area
kerja. Pada ruangan dengan cahaya alami yang kurang, atap dengan warna terang
akan mengurangi lampu yang harus digunakan sehingga membantu penghematan
energi.
4. Dampak dari Warna
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, warna juga bisa memberikan efek
psikologis bagi manusia. Maka dari itu, pilihlah warna yang sesuai dengan
kebutuhan ruangan kantor. Warna biru, hijau dan violet bisa menimbulkan mood
atau efek menenangkan. Warna hangat seperti merah, kuning dan oranye bisa
menimbulkan efek keceriaan dan kehangatan. Warna-warna natural seperti putih
memberikan pengaruh ringan sedangkan warna abu-abu memberikan efek rasa
kantuk.

Anda mungkin juga menyukai