Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN PRE EKLAMPSIA

Dosen Pembimbing :
Dr. Dhiana Setyorini, M.Kep, Sp.Mat

Disusun Oleh :
Moh. Dadang Istianto (P27820117046)
Syaiful Hidayat (P27820117047)
Sindya Lestari Alimah (P27820117057)
Firdayanti Nur Aini (P27820117068)
Chelsia Desca Miranda (P27820117069)
II REGULER B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2018 – 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya,
sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “LAPORAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PRE EKLAMPSIA” yang telah
kami selesaikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas harian
Study Diagnostik yang diberikan kepada kami. Makalah ini merupakan
perwujudan penyelesaian tugas secara kelompok, informasi dari makalah ini
diperoleh langsung dari buku-buku bacaan, dan informasi dari situs web serta
guru pembimbing.

Harapan kami terhadap makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan


tentang konsep asuhan keperawatan pada klien pre eklampsia. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan pada pembuatan makalahini.
Untuk itu kami memerlukan kritik dan saran dari semua pihak demi sempurnanya
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala urusan kita.

Surabaya, 30 Januari 2019

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN PRE


EKLAMPSIA

1.1 Definisi ...............................................................................................1

1.2 Etiologi ................................................................................................1

1.3 Manifestasi Klinis ...............................................................................2

1.4 Patofisiologi ........................................................................................3

1.5 Penatalaksanaan ..................................................................................4

1.6 Pencegahan .........................................................................................6

1.7 Komplikasi ..........................................................................................7

BAB 2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN PRE EKLAMPSIA

2.1 Pengkajian ..........................................................................................9

2.2 Pemeriksaan Fisik ...............................................................................9

2.3 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................12

2.4 Diagnosa Keperawatan .....................................................................13

2.5 Rencana Keperawatan ........................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN PRE EKLAMPSIA

1.1 Definisi
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul
pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi,
proteinuri, dan edema.
Pengertian preelamsia menurut beberapa referensi :
a. Preeklampsia adalah perkembangan hipertensi, protein pada urin dan
pembengkakan, dibarengi dengan perubahan pada refleks (Curtis, 1999).
b. Preeklampsia adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem
dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria (Bobak, dkk.,
2005).
c. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
d. Preeklampsia adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk,
2000).

1.2 Etiologi
Etiologi penyakit preeklamsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori – teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan
jawaban yang memuaskan.
Preeklampsia ialah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan manusia.
Tanda dan gejala timbul hanya selama hamil dan menghilang dengan cepat setelah
janin dan plasenta lahir. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang
akan menderita preeklampsia.
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di
usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah :
a) Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis
b) Riwayat tekanan darah tinggi yang khronis sebelum kehamilan.
c) Kegemukan.
d) Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya.
e) Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
f) Mengandung lean alirbih dari satu orang bayi.
g) Gizi buruk
h) Gangguan aliran darah ke rahim.
Akan tetapi, ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan
perkembangan penyakit: primigravida, grand multigravida, janin besar, kehamilan
dengan janin lebih dari satu, morbid obesitas.
Kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Preeklampsia
terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien
mengalami anomali rahim yang berat. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis
atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 25%. Preeklampsia ialah suatu penyakit
yang tidak terpisahkan dari preeklampsia ringan sampai berat, sindrom HELLP, atau
eklampsia (Bobak, dkk., 2005).

1.3 Manifestasi Klinis


Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala, yaitu :
1. Edema
2. Hipertensi
3. Proteinuria
Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka. Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30
menit. Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai
sebagai bakat preeklamsia. Proteiuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air
kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein
≥ 1 g/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala :
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.
2. Proteinuria + ≥5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
3. Oliguria (<400 ml dalam 24 jam).
4. Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
5. Nyeri epigastrum dan ikterus.
6. Trombositopenia.
7. Pertumbuhan janin terhambat.
8. Mual muntah
9. Nyeri epigastrium
10. Pusing
11. Penurunan visus (Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-3)

1.4 Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan
darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi
jaringan dapat dicukupi.
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena
retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga
terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Patofisiologi pre eklamsi-eklamsi setidaknya berkaitan dengan perubahan
fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan
volume plasma darah, vasodilatasi penurunan resistensi vaskular sistemik (systemic
vascular resistance[SVRI]), peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan
osmotik koloid.
Pada preeklamsia volume plasma yang beredar menurun sehingga terjadi
hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat organ
maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik
lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah,
sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.
Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensifitas terhadap tekanan peredaran
darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbagan antara
prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2.
Selain kerusakan endotelial vasospasme arterial menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan
volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami pre eklamsi mudah
mengalami edema paru.
Hubungan sistem imun dengan pre eklamsi menunjukkan bahwa faktor-faktor
imunologi memainkan peran penting dalam pre eklamsi. Keberadaan protein asing,
plasenta, atau janin bisa membangkitkan respon imunologis lanjut. Teori ini didukung
oleh peningkatan insiden pre eklamsi pada ibu baru dan ibu hamil dari pasangan baru
(materi genetik yang berbeda).
Predisposisi genetik dapat merupakan faktor imunologi lain. Frekuensi pre eklamsi
dan eklamsi pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklamsi, yang
menunjukkan suatu gen resesif autoso yang mengatur respon imun maternal.
Patofisiologi preeklampsia mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) dengan
menginduksi edema otak dan meningkatkan resistensi otak. Komplikasi meliputi nyeri
kepala, kejang, dan gangguan penglihatan (skotoma) atau perubahan keadaan mental
dan tingkat kesadaran. Komplikasi yang mengancam jiwa ialah eklampsia atau timbul
kejang (Bobak, dkk., 2005).

1.5 Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat
selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
1. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :
a. Ibu
 Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
 Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan
desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala
status quo (tidak ada perbaikan)
b. Janin
 Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
 Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
c. Laboratorium
 Adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia)
2. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a. Segera masuk rumah sakit.
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit, refleks
patella setiap jam.
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam)
500 cc.
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
f. Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg IM.
g. Anti hipertensi diberikan bila :
1. Desakan darah sistolik > 180 mmHg, diastolik > 110 mmHg atau MAP lebih 125
mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolik <105 mmHg (bukan < 90
mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
2. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
3. Bila diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang dapat
dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan
darah.
4. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi
secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal
pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (syakib
bakri,1997)
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan
medisinal.
1. Indikasi : bila kehamilan paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif.
Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuskular saja dimana
gram pada pantat kiri dan 4 gram pada pantat kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif
hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia ringan,
selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal
dan harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4 20%
2 gr IV.
4. Penderita dipulangkan bila :
a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan telah
dirawat selama 3 hari.
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia ringan : penderita dapat
dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan
1-2 minggu).

1.6 Pencegahan
Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan
dengan penyebab yang sama. Pencegahan yang dimaksud ialah upaya untuk mencegah
terjadinya preeklampsia pada perempuan hamil yang berisiko terjadinya preeklampsia
(Prawirohardjo, 2008). Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat
mengurangi angka kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur
dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan
pemeriksaan urin untuk menetukan proteinuria. Untuk mencegah kejadian
preeklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan
preeklampsia :
a. Diet makanan. Makanan tinggi protein, rendah karbohidrat, cukup vitamin, rendah
lemak. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna.
b. Cukup istirahat. Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja
seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau
berbaring kea rah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak
mengalami gangguan.
c. Pengawasan antenatal. Bila terjadi perubahan peraan dan gerak janin dalam rahim
segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian :
1. Uji kemungkinan preeklampsia :
a). Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
b). Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c). Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d). Pemeriksaan protein dalam urine
e). Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran
darah umum, dan pemeriksaa retina mata.
2. Penilaian kondisi janin dalam rahim
a). Pemeriksaan tinggi fundus uteri
b). Pemeriksaan janin : gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,
pemantauan air ketuban
c). Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi (Curtis, 2001).

1.7 Komplikasi
Tergantung pada derajat preeclampsia yang dialami. Namun termasuk komplikasi
antara lain :
Pada ibu :
- Eklampsia
- Solusio plasenta
- Pendarahan subkapsula hepar
- Kelainan pembekuan darah (DIC)
- Sindrom HELPP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count)
- Ablasio retina
- Gagal jantung hhingga syok dan kematian
Pada janin :
- Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
- Premature
- Asfiksia neonatorium
- Kematian dalam uterus
- Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
BAB 2

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN PRE EKLAMPSIA

2.1 Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan preeclampsia adalah :
1. Data subyektif
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravid, < 20 tahun atau > 35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, edema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan preeclampsia atau eklampsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
- Psiko social spiritual : emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
2. Data obyektif
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (jika
refleks +)

2.2 Pemeriksaan Fisik


a. Kepala dan Rambut
Inspeksi : Bentuk kepala simetris warna rambut putih beruban, rambut pendek,
distribusi rambut merata, tidak ada ketombe, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
b. Muka
Inspeksi : Bentuk muka simetris, tidak tampak odema, otot muka dan rahang
kekuatan normal, sianosistidak ada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
c. Mata
Inspeksi : Bentuk mata kanan dan kiri simetris, alis mata, kelopak mata
normal, konjuktiva anemis (-/-), pupil isokor, sklera putih, reflek
cahaya positif. Pergerakan bola mata baik dapat digerakkan keatas,
bawah, samping kanan dan kiri. Tajam penglihatan menurun (Klien
tidak dapat membaca nama perawat dengan jarak ± 50 cm).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
d. Hidung
Inspeksi : Posisi septum di tengah, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada
pernapasan cuping hidung, penciuman klien baik terbukti dapat
mencium bau minyak kayu putih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
e. Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, kelainan daun telinga tidak
ada kelainan, letak sejajar pinna, tampak serumen pada kedua
telinga.
Palpasi : Tidak nyeri tekan pada tulang mastoid, fungsi pendengaran
menurun (klien mampu mendengar ketika perawat menyapa nama
klien dgn jarak ± 1 m setelah diulang 2 kali).
f. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir klien lembab, jumlah gigi 0. Tidak ada stomatitis,
tidak ada lesi, fungsi pengecapan baik, Tidak terdapat peradangan
dan pembesaran pada tonsil, lidahnya tampak kotor.
g. Integumen
Inspeksi : Tidak ada lesi. Tampak keriput. Ada hiperpigmentasi pada kulit
tangan.
Palpasi : Terasa kasar dan kering.
h. Leher
Inspeksi :Klien dapat mengerakkan leher ke kanan dan kiri belakang dan
depan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada pembesaran kelenjartiroid, tidak
ada peningkatan vena jugularis, tidak adalesi, dan trachea letak
sentral.
i. Dada dan Punggung
Inspeksi :Bentuk dada simetris, pengembangan dada kanan dan kiri sama,
punggung sedikit membungkuk.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas. Jantung tidak teraba.
Perkusi :Terdengar suara paru sonor. Vocal premitus dalam batas normal.
Auskultasi:Suara pernapasan bersih dan teratur. Bunyi jantung normal dan
tidak terdapat bunyi nafas tambahan seperti wheezing, ronchi.
j. Abdomen
Inspeksi :Bentuk datar, tidak ada benjolan, ada luka post SC
Palpasi : Ada nyeri tekan pada semua kuadran abdomen, hepar teraba, tidak
terdapat pembesaran hepar.
Perkusi :Terdengar suara timpani pada daerah gasterdan suara dullness pada
daerah hepar.
Auskultasi: Bising usus 11 x / menit.
k. Genitalia
Pada saat dikaji klien mengatakan tidak ada gangguan BAK. Tidak merasa
gatal pada alat kelamin, perineal dan sekitarnya.
l. Anus
Pada saat dikaji klien mengatakan tidak sakit pada bagian anus dan tidak
merasa nyeri saat BAB.
m. Ekstermitas
Atas
Inpeksi :Bentuk kedua tangan sama panjang, pada tangan kanan dan tangan
kiri terdapat hiperpigmentasi. Kuku tangan bersih.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan dan kekuatan otot 4/4, akral hangat.
Perkusi :Refleks bisep dan trisep (+)
Bawah
Inspeksi :Bentuk kedua kaki sama panjang, pergerakan kaki bebas dan
terdapat udem.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan. Akral hangat, kekuatan otot 4/4.
Perkusi :Refleks patella (+), refleks babinski (+).
n. Sistem cardiovaskuler
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Tidak teraba ictus cordis,tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Redup
Auskultasi : Terdengar bunyi S1 dan S2 dan bunyi jantung murni tan
terdengar suara tambahan seperti gallop.
o. Sistem pernafasan
Inspeksi : Tidak ada retraksi intercosta,pergerakan dada simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus(+)
Perkusi : Resonance
Auskultasi : Bronkovesikuler
p. Sistem gastrointestinal
Inspeksi : Tampak tonus otot berlipat dan tidak ada perubahan warna
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di keempat kuadaran.
Perkusi : lambung : tympani hati : dulness (8 cm)
Auskultasi : 8x/menit
q. Sistem perkemihan
Tidak ada nyeri saat berkamih,sering berkemih tapi sedikit.

2.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan intervensi 6 jam
b. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatinin meningkat, uric
acid biasanya > 7mg/100 ml
c. Berat badan : peningkatan lebih dari 1kg/minggu
d. Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada
otak
e. USG : untuk mengetahui keadaan janin
f. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2.4 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan
fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
4. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak
efektif terhadap proses persalinan

2.5 Rencana Keperawatan


Diagnosa Keperawatan 1
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria hasil :
a. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
b. Tanda-tanda vital :
c. Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
d. Nadi : 60-80 x/mnt RR : 16-20 x/mnt
No. Intervensi Rasional
1. Monitor tekanan darah tiap 4 Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole
jam 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH
2. Catat tingkat kesadaran pasien Penurunan kesadaran sebagai indikasi
penurunan aliran darah otak
3. Kaji adanya tanda-tanda Gejala tersebut merupakan manifestasi dari
eklampsia ( hiperaktif, reflek perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru
patella dalam, penurunan yang mendahului status kejang
nadi,dan respirasi, nyeri
epigastrium dan oliguria)
4. Monitor adanya tanda-tanda dan Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus
gejala persalinan atau adanya yang akan memungkinkan terjadinya
kontraksi uterus persalinan
5. Kolaborasi dengan tim medis Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan
dalam pemberian anti hipertensi darah dan SM untuk mencegah terjadinya
dan SM kejang

Diagnosa Keperawatan 2
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria hasil :
a. DJJ ( + ) : 12-12-12
b. Hasil NST
c. Hasil USG
No. Intervensi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya
hipoxia, prematur dan solusio plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan janin Penurunan fungsi plasenta mungkin
diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul
IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio
solutio plasenta ( nyeri perut, plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
perdarahan, rahim tegang,
aktifitas janin turun )
4. Kaji respon janin pada ibu yang Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan
diberi SM janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis USG dan NST untuk mengetahui
dalam pemeriksaan USG dan keadaan/kesejahteraan janin
NST

Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan
dapat mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria hasil :
a. Ibu mengerti penyebab nyerinya
b. Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
No. Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien Ambang nyeri setiap orang
berbeda ,dengan demikian akan dapat
menentukan tindakan perawatan yang
sesuai dengan respon pasien terhadap
nyerinya
2. Jelaskan penyebab nyerinya Ibu dapat memahami penyebab nyerinya
sehingga bisa kooperatif
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri Dengan nafas dalam otot-otot dapat
dengan nafas dalam bila HIS berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh
timbul darah, expansi paru optimal sehingga
kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4. Bantu ibu dengan untuk mengalihkan perhatian pasien
mengusap/massage pada bagian
yang nyeri
Diagnosa Keperawatan 4
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
a. Ibu tampak tenang
b. Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
c. Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang
No. Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan ibu Tingkat kecemasan ringan dan sedang
bisa ditoleransi dengan pemberian
pengertian sedangkan yang berat
diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses Pengetahuan terhadap proses persalinan
persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional
ibu yang maladaptif
3. Gali dan tingkatkan mekanisme Kecemasan akan dapat teratasi jika
koping ibu yang efektif mekanisme koping yang dimiliki ibu
efektif
4. Beri support system pada ibu ibu dapat mempunyai motivasi untuk
menghadapi keadaan yang sekarang
secara lapang dada asehingga dapat
membawa ketenangan hati
DAFTAR PUSTAKA

(1995). Ilmu Penyakit Kandungan UPF Kandungan Dr.Soetomo.


SurabayaBobaik. 2005. Buku Ajar Keperawatn Maternitas (edisi 4). Jakarta: EGC

Cunningham, F.G, dkk. 2006. Obstetri William Volume1-2 edisi 21. Jakarta:
EGC

Depkes RI. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta: YBP
Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.Persis Mary Hamilton, (1995). Dasar-dasar Keperawatan
Maternitas. Jakarta: EGC

R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset. Bandung

Rochjati, P. 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Pusat


safemotherhood.

Rozikhan. 2007. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklamsia Berat di Rumah


Sakit DR. H. Soewondo Kendal. Semarang: Universitas Diponegoro

Siswosudarmo, R. 2008. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia

Anda mungkin juga menyukai