Anda di halaman 1dari 7

INTUISI 8 (2) (2016)

INTUISI
JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI

HUBUNGAN SIBLING RIVALRY DENGAN REGULASI EMOSI


PADA MASA KANAK AKHIR

Indah Kurnia Eka Saputri1, Sugiariyanti2


12
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel: Regulasi emosi adalah proses pengendalian emosi yang dilakukan secra sadar atau tidak sadar yang
bertujuan agar ekspresi emosi yang ditunjukan sesuai dengan lingkungan disekitar. Regulasi emosi
Diterima 15 Mei 2016 pada masa kanak akhir memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial dan emosional anak.
Disetujui 30 Juni 2016 Maraknya kekerasan yang dilakukan anak tidak lain karena kemampuan regulasi emosi anak yang
Dipublikasikan 1 Juli 2016 rendah. Rendahnya kemampuan regulasi pada masa kanak akhir diduga disebabkan oleh sibling
Keywords: rivalry yang dialami oleh anak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubugan
antara sibling rivalry dengan regulasi emosi pada masa kanak akhir. Penelitian ini merupakan
sibling rivalry and emotion penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini dilaksanakan di SD N 1 Langgar, SD N 2 Langgar,
regulation dan SD N 2 Kedarpan. Sampel penelitian berjumlah 150 orang. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling. Data penelitian diambil menggunakan skala sibling rivalry yang disusun
berdasarkan teori dari Shaffer terdiri dari 29 aitem dan skala regulasi emosi yang disusun berdasarkan
teori Gross terdiri dari 43 aitem. Skala sibling rivalry memiliki koefisian validitas antara 0,250 hingga
0,532 dan koefisien reliabilitas sebesar 0, 682. Skala regulasi emosi mempunyai koefisien validitas
antara 0,206 hingga 0,478 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,728. Metode analisis data yang
digunakan adalah korelasi Pearson yang dikerjakan dengan bantuan software statistik. Penelitian ini
menghasilkan koefisien r = -0,169 dengan p = 0,038 sehingga hipotesis yang menyatakan ada
hubungan yang signifikan antara sibling rivalry dengan regulasi emosi diterima. Koefisien korelasi
menunjukan tanda negatif sehingga arah korelasi keduanya negaitif. Artinya semakinn tinggi sibling
rivalry maka semakin rendah regulasi emosi. Hasil analisis dan pengolahan data menunjukan bahwa
sibling rivalry pada responden penelitian tergolong pada kategori tinggi dengan persentase sebesar
59,34% berada pada kategori tinggi, 27,33% pada kategori sedang, 8% berada pada kategori sangat
tinggi, dan 5,33% berada pada kategori rendah. Sedangkan tidak ada responden yang berada pada
kategori sangat rendah. Pada gambaran umum regulasi emosi responden berada pada kategori sedang
dengan persentase sebesar 51,33%, 38%pada kategori tinggi,dan 10,67% berada pada kategori sangat
tinggi, sedangkan tidak ada responden yang berada pada kategori rendah ataupun sangat rendah.

Abstract
Emotion regulation is the process of emotional control is done consciously or unconsciously aimed at
keeping the expression of emotion is shown in accordance with the surrounding environment. Emotion
regulation in childhood contribute to the social and emotional development of children. The rise of
violence committed no other children because of the ability of emotion regulation of children is low.
Low ability of regulation at the end of childhood thought to be caused by sibling rivalry experienced
by children. Therefore, this study aims to determine the ties between sibling rivalry with emotion
regulation in childhood. This research is a quantitative correlation. This study was conducted in SD N
1 Langgar, SD N 2 Langgar, and SD N 2 Kedarpan. These samples included 150 people. The
sampling technique used was purposive sampling. The research data were taken using a scale sibling
rivalry that is based on the theory of Shaffer consisted of 29 item and emotion regulation scale that is
based on the theory of Gross consisted of 43 item. Scale sibling rivalry has validity coefficients
between 0.250 to 0.532 and the reliability coefficient of 0, 682. emotion regulation scale has a validity
coefficient between 0.206 to 0.478 and the reliability coefficient of 0.728. Data analysis method used
is the Pearson correlation is done with the help of statistical software. This research resulted in the
coefficient r = -0.169, p = 0.038 so the hypothesis that there is a significant relationship between
sibling rivalry with emotion regulation is accepted. The correlation coefficient shows a negative sign
so that the direction of the correlation of both negaitif. That is high sibling rivalry, the lower the
regulation of emotion. Results of the analysis and processing of the data showed that sibling rivalry on
survey respondents classified in the high category with a percentage of 59.34% in the high category,
27.33% in the moderate category, 8% are at very high category, and 5.33% were the low category.
While no respondents who are at very low category. At a general overview of the respondents emotion
regulation in middle category with a percentage of 51.33%, 38% in the high category, and 10.67%
are at very high category, while no respondents who are at low or very low category.
© 2016 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: p-ISSN 2086-0803
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan e-ISSN 2541-2965
Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Email: Indahkurnia_es5@yahoo.co.id
Indah Kurnia Eka Saputri & Sugiariyanti/ Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 8 (2) (2016)

PENDAHULUAN (2007) Mengemukakan bahwa regulasi emosi


Kehadiran anak-anak dalam sebuah adalah suatu proses pengenalan, pemeliharaan
keluarga merupakan sebuah kebahagiaan dan pengaturan emosi positif maupun negatif,
tersendiri bagi orangtua. Tumbuh kembang baik secara otomatis maupun dikontrol, yang
seorang anak merupakan hal yang sangat tampak maupun yang tersembunyi, yang
penting bagi setiap orangtua dan tidak terlepas disadari maupun tidak disadari.
dari pengamatan orangtua. Periode masa Regulasi emosi melibatkan perubahan dalam
kakan-kanak tengah dan akhir dimulai dari dinamika emosi dari waktu munculnya,
usia 6 sampai dengan 11 tahun atau biasa besarnya, lamanya dan mengimbangi respon
disebut dengan usia sekolah dasar, mencakup perilaku, pengalaman atau fisiologis. Regulasi
pertumbuhan yang lambat dan konsisten. Ini emosi dapat mempengaruhi memperkuat atau
merupakan periode tenang sebelum ledakan memelihara emosi, tergantung pada tujuan
pertumbuhan yang cepat dimasa remaja individu.
(Santrock,, 2007). Menurut Gross (2007) ada tiga aspek
Perkembangan seorang anak berawal regulasi emosi diantaranya adalah sebagai
dari keluarga. Anak mempelajari berbagai berikut: (1)Mampu mengatur emosi positif
macam hal seperti cara anak berinteraksi maupun emosi negatif dengan baik.Regulasi
dengan orang lain, cara anak mengekspresikan emosi berfokus pada pengalaman emosi dan
emosi dan cara anak melakukan regulasi perilaku emosi. Regulasi emosi tidak hanya
emosi adalah dari keluarga. Anak yang dilakukan ketika individu mengalami emosi
berasal dari keluarga harmonis serta penuh negatif akan tetapi digunakan pula untuk
kasih sayang antar anggota keluarga akan meregulasi emosi positif agar ditunjukan
tumbuh dengan kontrol emosi yang bagus dan dengan tidak berlebihan misalnya penurunan
memiliki penyesuaian diri yang baik terhadap kebahagiaan untuk menyesuaikan diri secara
lingkungannya. keluarga merupakan pusat sosial. (2) Mampu menyadari emosi,
yang paling penting bagi perkembangan mengendalikan emosi secara sadar dan
kemampuan sosial seseorang. keluarga otomatis. Regulasi emosi yang baik dimulai
berfungsi sebagai model dan pembimbing dari adanya kesadaran terhadap emosi yang
dalam mengajarkan pola-pola perilaku yang dirasakan kemudian adanya kontrol emosi.
dapat diterima dilingkungan sosial. Ketika Kesadaran emosi membantu individu dalam
hubungan keluarga dicirikan dengan mengontrol emosi yang dirasakan dengan
kemarahan baik antar orangtua, orangtua- demikian individu mampu menunjukan respon
anak, atau antar saudara maka semua anggota yang adaptif dari emosi yang dirasakan. (3)
keluarga akan menyerupai satu sama lain Mampu menguasai tekanan akibat dari
dalam hal negatif ( Brook, 2011). masalah yang dihadapi.Regulasi emosi
Pelatihan regulasi emosi yang mampu menjadi strategi koping bagi individu
dilakukan sejak dini pada anak akan membuat ketika dihadapkan pada situasi yang menekan.
anak lebih mudah untuk mengelola dan Regulasi emosi dalam hal ini dapat membuat
mengontrol emosinya. Pengendalian emosi hal-hal menjadi lebih baik atau bahkan lebih
atau kontrol emosi merupakan bentuk dari buruk tergantung situasinya. Dari para tokoh
regulasi emosi. Anak dengan regulasi emosi diatas dapat disimpulkan bahwa regulasi
yang baik menunjukan ekspresi emosi yang emosi adalah proses intrinsik dan ekstrinsik,
positif. Anak mampu mengontrol emosi yang sadar atau tidak sadar yang mempengaruhi
dirasakannya dan melampiaskan emosinya komponen emosi dengan cara dikontrol atau
dengan tindakan dan perilaku yang bisa secara otomatis ketika individu dihadapkan
diterima oleh lingkungannyaGross dan John pada situasi yang menekan.
Indah Kurnia Eka Saputri & Sugiariyanti/ Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 8 (2) (2016)

Ada beberapa faktor yang dapat tertentu dimanaorang lain juga berjuang
mempengaruhi kemampuan regulasi emosi memperoleh halyang sama; ada persaingan
pada anak menurut Brody, Stoneman, & untuk mencapaisuperioritas (Ross dalam
Burke, 1987; Teti & Ablard, 1989; Santoso, 2011).
Volling,2001; Volling, McElwain, & Miller, 2. Kecemburuan
2002 dalam Kim (2012) hubungan saudara White (dalam Fleischmann,
pasti akan mempengaruhi perkembangan Spitzberg,Andersen,dan Roesch, 2005)
anak. Hubungan yang terjalin antar saudara mendefinisikan kecemburuan sebagai pikiran,
akan berpengaruh pada perkembangan emosi emosi, dan tindakan kompleks yang berasal
anak. Hubungan antar saudara dapat dari ancaman akan kehilangan hargadiri dan
berpengaruh pada attachment, regulasi emosi, keberlangsungan ataupun kualitas dari suatu
dan temprament anak. hubungan dekat.
Hubungan persaudaraan tidak hanya 3. Kebencian
berbentuk cinta kasih terhadap saudara tetapi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
pasti terdapat konflik dan persaingan dalam (1989) bencimengandungi arti merasa sangat
suatu hubungan persaudaraan. Konflik yang tidak suka, atau perasaan sangat tidak suka
terjadi dalam hubungan persaudaraan sering (tidak menyenangi).
disebut dengan sibling rivalry. Marmi (2012) Pada masa kanak akhir seharusnya
menyebutkan bahwa sibling rivalry adalah semua emosi diekspresikan secara lebih lunak
kecemburuan, persaingan dan pertengkaran karena mereka harus mempelajari reaksi
antara saudara laki-laki dan saudara orang lain terhadap luapan emosi yang
perempuan, hal ini terjadi pada semua berlebihan. Pada masa kanak akhir seorang
orangtua yang mempunyai dua anak atau anak sudah mampu mengelola emosinya, dan
lebih. menunjukan emosi dengan cara-cara yang
Jarak usia antar saudara kandung dapat diterima oleh lingkungannya. Variasi
yang lazim memicu timbulnya sibling rivalry emosi yang terjadi dipengaruhi oleh reaksi
adalah jarak usia antara 1- 3 tahun dan muncul sosial terhadap perilaku emosional. Apabila
pada usia 3-5 tahun kemudian muncul reaksi sosial ini tidak menyenangkan,
kembali pada usia 8-12 tahun (Milman & misalnya menimbulkan rasa takut atau
Schaefer dalam Setiawati & Zulkaida 2007). cemburu, emosi tersebut akan jarang tampak
Dalam hubungan saudara kandung sering kali dan terwujud dalam bentuk yang lebih
terjadi konflik, memiliki agresifitas yang terkendali dibanding dengan reaksi emosional
tinggi, kekerasan, menyakiti dan konflik yang menyenagkan (Hurlock, 1978).
sering berakhir dengan buruk. Anak yang Anak dikatakan mampu melakukan
mengalami konflik dengan saudara regulasi emosi jika anak tersebut memiliki
kandungnya akan memiliki kecenderungan kendali yang cukup baik terhadap emosi yang
untuk melakukan kekerasan ketika dewasa muncul, seperti memiliki toleransi yang tinggi
(Howe& Recchla, 2006). terhadap frustasi dan pengelolaan amarah,
Aspek sibling rivalry menurut berkurangnya perilaku agresif, lebih baik
Shaffer(dalam Yati, 2008): dalam menanganai ketegangan jiwa, mampu
1. Kompetisi atau persaingan mengunggkapkan kemarahan dengan tepat,
keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan berkurangnya kecemasan (Goleman,
dan memperoleh apa yang diinginkan. Secara 1996).
harfiah dalam Webster Dictionary of English Terdapat beberapa faktor yang
Language kompetisidiartikan sebagai perilaku berperan dalam mempengaruhi regulasi emosi
untuk memperolehatau mencapai tujuan dalam diri seseorang salah satunya yaitu
Indah Kurnia Eka Saputri & Sugiariyanti/ Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 8 (2) (2016)

hubungan interpersonal yaitu saudara atau pengukuran didapat reliabilitas skala sibling
teman bermain. Menurut Salovey & Sluyer rivalry sebesar0, 682 dan reliabilitas skala
(dalam Nisfiannor & Kartika, 2004) regulasi emosi sebesar 0,728. Metode analisis
menyatakan hubungan orangtua dengan anak data yang digunakan yaitu analisis data
dan teman bermain atau saudara dapat deskriptif dan inferensial, yaitu menggunakan
mempengaruhi regulasi emosi anak. analisis Product Moment.
Hubungan antar saudara merupakan
media bagi anak untuk belajar mengenai HASIL DAN PEMBAHASAN
ketrampilan emosi dan cara menjalin Berdasarkan hasil peneilitan
hubungan dengan orang lain. Anak yang menunjukan bahwa sibling rivalry responden
memiliki konflik dalam hubungan antar berada pada kategori tinggi. Sementara itu,
saudara cenderung kurang mampu melakukan regulasi emosi responden berada pada
regulasi emosi. Hubungan antar saudara kategori sedang. Berdasarkan hasil uji
sering kali terjadi konflik, memiliki hipotesis ditemukan bahwa r = -0,169 dengan
agresifitas yang tinggi, kekerasan, menyakiti p = 0,038 pada taraf signifikansi 1%. Hasil
dan konflik sering berakhir dengan buruk. tersebut menunjukan bahwa sibling rivalry
Anak yang mengalami konflik dengan saudara memiliki hubungan negatif yang signifikan
kandungnya akan memiliki kecenderungan dengan regulasi emosi. Artinya semakin tinggi
untuk melakukan kekerasan ketika dewasa sibling rivalry maka semakin rendah regulasi
(Howe & Recchla, 2006). emosi dan sebaliknya.
Berdasarkan hal tersebut, maka Semakin matang usia seseorang maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: akan semakin bagus kemampuan regulasi
1. Apakah ada hubungan antara sibling rivalry emosinya. Usia 6 dan 10 tahun pemahaman
dengan regulasi emosi yang terjadi pada anak mengenai emosi meningkat secara
masakanak akhir, 2. Bagaimana Gambaran signifikan. Periode ini anak memahami norma
sibling rivalry pada masa kanak akhir, 3. yang berlaku dalam lingkungan sosial, serta
Bagaimana gambaran regulasi emosi pada memiliki motivasi untuk tidak menunjukan
masa kanak akhir. emosi yang dirasakan. Anak mengetahui
alasan mereka untuk menyembunyikan emosi
METODE mereka yaitu untuk melindung diri sendiri dari
Jenis penelitian ini adalah penelitian ejekan orang lain, serta alasan prososial yang
kuantitatif dengan desain kuantitatif memungkinkan orang lain akan terluka oleh
korelasional. Penelitian mengukur dua reaksi emosi yang ditunjukan oleh seseorang,
variabel, yaitu sibling rivalry yang disusun jadi lebih baik untuk tidak menunjukan emosi
dari aspek kompetisi atau persaingan, yang dirasakan. (Gnepp & Hess, Sarani,
kecemburuan, kebencian, serta variabel dalam Gross, 2007).
regulasi emosi, yang disusun dari aspek Anak dikatakan mampu melakukan
mampu mengatur emosipositif maupun emosi regulasi emosi jika anak tersebut memiliki
negatif dengan baik, mampu menyadari kendali yang cukup baik terhadap emosi yang
emosi, mengendalikan emosi secara sadar dan muncul, seperti memiliki toleransi yang tinggi
otomatis, mampu menguasai tekanan akibat terhadap frustasi dan pengelolaan amarah,
dari masalah yang dihadapi. Kedua variabel berkurangnya perilaku agresif, lebih baik
diukur dengan menggunakan skala Likert dalam menanganai ketegangan jiwa, mampu
yang melibatkan subjek pnelitian sebanyak mengungkapkan kemarahan dengan tepat, dan
150 anak yang dipilih dengan teknik sampling berkurangnya kecemasan (Goleman, 1996).
yaitu purposive sampling. Dari hasil
Indah Kurnia Eka Saputri & Sugiariyanti/ Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 8 (2) (2016)

Hasil gambaran regulasi emosi yang mengaku mereka menaruh perhatian lebih
berada dalam kategori sedang menunjukan kepada salah satu anaknya. Begitu juga 80%
bahwa responden memiliki kemampuan yang anak-anak dalam penelitian tersebut
kurang baik dalam setiap aspek regulasi mengetahui bahwa ibu mereka mempunyai
emosi. Hal ini mengindikasikan bahwa anak kesayangan (Haritz, 2008). Anak yang
responden memiliki gambaran kemampuan mengalami sibling rivalry akan merasakan
meregulasi emosi yang kurang baik. Anak seperti marah, cemburu, serta adanya
yang memiliki regulasi emosi baik mampu persaingan untuk memperebutkan kasih
mengendalikan emosi yang dirasakannya baik sayang orangtua yang dirasa hilang. Rasa
emosi positif atau negatif. cemburu seringkali berasal dari rasa takut
Salah satu faktor yang mempengaruhi yang dikombinasikan dengan rasa marah
regulasi emosi adalah sibling rivalry. karena adanya ancaman terhadap harga diri
Hubungan persaudaraan merupakan salah satu dan ancaman terhadap hubungan yang
media bagi anak untuk belajar berinteraksi dianggap intim (Berscheid dalam Haritzs,
dan menjalin hubungan dengan orang lain. 2008).
Hubungan antar saudara memberikan
pengaruh besar dalam perkembangan dan SIMPULAN
pemahaman anak terhadap dunia sosial, Berdasarkan hasil analisis data
emosional, moral dan kognitif mereka. penelitian dan pembahasan yang telah
Seorang anak yang sering bermain bersama dilakukan dapat ditarik kesimpulan antara
saudaranya akan menunjukan emosi yang lain: 1. Berdasarkan penelitian yang telah
lebih baik terhadap orang lain dan lebih suka dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
membangun kebersamaan dengan orang lain hubungan yang signifikan antara sibling
(Howe& Recchla, 2006). rivalry dengan regulasi emosi pada masa
Saudara merupakan sumber kanak akhir. Koefisien korelasi menunjukan
terpenting dari pembelajaran sosial dan tanda negatif sehingga arah korelasi keduanya
interaksi seorang anak. Kepribadian dan negaitif. Artinya semakin tinggi sibling
perilaku seorang anak lebih besar ditentukan rivalry yang terjadi dalam hubungan antar
oleh hubungan antar saudara. Hubungan antar saudara maka semakin rendah kemampuan
saudara yang penuh dengan konflik atau regulasi emosi pada anak, 2. Gambaran umum
sibling rivalry akan memberikan dampak sibling rivalry pada masa kanak akhir
buruk bagi perkembangan kepribadain dan tergolong pada kategori tinggi, dengan begitu
perilaku anak. Saudara sebagai model bagi dapat diartikan bahwa pada masa kanak akhir
anak untuk belajar berinteraksi, anak mengalami setiap aspek dalam sibling
mengembangkan regulasi emosi dan rivalry, 3. Gambaran umum regulasi emosi
ketrampilan sosial (Blake, 1989,Downey et pada masa kanak akhir tergolong pada
al,2004, Falbo et al, 1986 dalam Kim, 2012). kategori sedang. Berdasarkan hasil tersebut
Secara umum gambaran sibling dapat diartikan bahwa pada masa kanak akhir
rivalry yang terjadi pada responden tergolong tidak semua anak memiliki kemampuan
dalam kategori tinggi. Hal ini regulasi emosi yang baik khususnya anak
mengindikasikan bahwa responden merasakan yang mengalami sibling rivalry.
kurangnya perhatian orangtua atau
ketidakadilan perlakuan orangtua terhadap DAFTAR PUSTAKA
mereka. Dalam sebuah studi yang dilakukan Ambarwati, E.R & Wulandari,D.2008.
oleh peneliti dari Universitas Cornel negara Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
bagian Luizona menyatakan 80% dari para ibu Mitra Cendekia Press.
Indah Kurnia Eka Saputri & Sugiariyanti/ Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 8 (2) (2016)

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-


Pendekatan Praktik. Jakarta: PT kekerasan-siswa-sd-di-bukittinggi-
Rineka cipta. diduga-efek-game-dan-film-
Azwar, S. 2012a. Penyusunan Skala kekerasan/. Diunduh pada 19-4-2015
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Http://www.indosiar.com/fokus/amn-dituntut-
Pelajar. 1-tahun-hukuman-
-----------. 2012b. Validitas & penjara_94815.html. Diunduh pada
Reliabilitas.Yogyakarta: Pustaka 11-11-2015
Pelajar. Hurlock, E. B. 1978. Perkembangan Anak
Brooks, J. 2011. The Process Of Parenting jilid I.Jakarta: Erlangga
(Revised Ed 8).Transleted by Rahmat Hurlock,E.B.1978. Perkembangan Anak jilid
Fajar. 2011.Yogyakarta: Pustaka II.Jakarta: Eralngga
Pelajar. Hurlock, E. B. 1989. Perkembangan Anak
Brody, G.H.,Flor.D.L., & Gibson,N.M 1999. Edisi 5. Jakarta: Erlangga
Linking Maternal Http://kbbi.web.id/benci. Diunduh pada 16-6-
AfficacyBeliefs,Developmental 2015
Goalss, Parenting Practices,and Child Kim, I. S. 2012. Sibling Relationship, Birth
Competence In Ural Single-Parent Status, And Personality. Micigan Of
African American Families,Child University
Development, 70 (5), 1197-1208. Leung,A.&Robson.L.1991.SiblingRivalry.Jou
Fleischmann, A.A., Spitzberg, H.B. rnal.ClinicalPediatrics.Vol.30.No.5
, Andersen, A.P. dan Roesch,C.S. 2005. Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Ticking the Monster: Jealousy Nifas “Peuperium Care”.
Induction in Relationship. Journal Of Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Social And Personal Relationship Nafsiannor,M.&Krtika,Y.2004. Hubungan
Vol.22 (1): 49-73. San Diego State Antara Regulasi Emosi Dan
University. Penerimaan Kelompok Teman Sebaya
Gross,J.J.2007. Handbook of Emotion Pada Remaja.Journal Psikologi Vol 2
Regulation. New York: The Guilford No2Desember 2004.Universitas
Press. Tarumanegara.Jakarta
Goleman,D.1996.EmotionalIntelligence Oliva,A.&Arranz,E.2005. Sibling
Kecerdasan Emosional Mengapa EI Relationships During Adolescence.
lebih Penting daripada IQ. Journal. Developmental
Penerjemah Oleh: T Hermaya. Psychology.Vol, 2(3),253-270.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Piaget,J. 2010. Psikologi Anak “The
Harits,U.2008. Mengelola Persaingan Kakak Psychology Of The Child.
Adik. Surakarta: Alfa Publishing Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kelompok Penerbit Individia Media Pratisti, D.W. 2013. Peran Orangtua
Kreasi. DalamPerkembangan Regulasi Emosi
Howe,N & Recchla, H. 2006. Sibling Anak: Model Teoritis.
Relations and Their Impact on Jurnalpsikologi. Universitas
Children’sDevelopment.Journal Muhamadiyah Surakarta.
Center of Excellence of Early Vhildhood Purwanto, E. 2013. Metode Penelitian
Development. Concordia University. Kuantitatif. Semarang: Fakultas Ilmu
Canada. Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang.Putri, T.A.C. 2013.
Indah Kurnia Eka Saputri & Sugiariyanti/ Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi 8 (2) (2016)

Dampak Sibling rivalry (Persaingan pada ibu hail. Jurnal Sains dan
Saudara Kandung) Pada Anak Usia Praktik Psikologi Forum UMM, ISSN:
Dini. Skripsi. Universitas Neggeri 2303-2936 Vol 3(1) 1-13. Universitas
Semarang. Muhammadiyah Malang.
Salamah, A. 2012. Gambaran Emosi Dan Syahadat,M.Y.2013. Pelatihan Regulasi
Regulasi Emosi Pada remaja yang Emosi Untuk Menuurunkan Perilaku
memiliki Saudara Kandung Agresif Pada Anak. Journal
Penyandang Autis. Journalpsikologi Humanitas,Vol.X No.1 januari 2013.
Universitas Gunadarma. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Santoso, W.S. 2011. Keterlibatan, Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Keberhargaan,dan Kompetensi sosial Bandung:Alfabeta.
sebagai prediktor kompetisi pada Volling,B.L&Blandon,A.Y.2003.PositiveIndi
Remaja. Jurnal Psikologi Vol cators Of Sibling Relationship
38,No.1,Juni 2011:52-60. Universitas Quality: Psychometric Analyses Of
Gadjah mada. The Sibling Of Behavior (SIB). Paper
Santrock, J. W.2007.Perkembangan prepared for Child Trends” Positive
Anak.Edisi kesebelas.Jilid I. Penerjemah oleh: Outcames Conference. University Of
Mila Rahmawati S,Psi dan Anna Michigan. March 12-13,2003.
Kuswanti. Jakarta: Erlangga Yati,J.W.2008. Hubungan Antara Sibling
Setiawati,I.&Zulkaida,A.2007.Sibling rivalry Dan Motivasi Berprestasi Pada
rivalry Pada Anak Sulung Yang Diasuh Oleh Anak Kembar.Skripsi.Universitas
Single Father.JurnalFakultas Indonesia.
Psikologi Vol 2.Universitas
Gunadarma
Scholichah,A.M.2015.Regulasi emosi,
kecenderungan neurotik dan
dukungan sosial terhadap kecemasan

Anda mungkin juga menyukai