PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala
penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi HIV.
(Kemenkes RI, 2016). Menurut Lindsay dan Yudin (2006), penularan virus HIV bisa
melalui darah, semen, transmisi vertikal dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin yang
dikandungnya, menggunakan jarum suntik atau alat lain selama melakukan narkoba,
hubungan seksual tanpa perlindungan dengan banyak pasangan, hubungan seksual tanpa
perlindungan dengan pasangan yang positif HIV, hubungan seksual tanpa perlindungan
dengan pasangan yang berasal dari daerah epidemi HIV, dan hubungan seksual tanpa
perlindungan dengan pasangan gaya hidup yang berisiko tinggi untuk terjangkit HIV.
Berdasarkan data statistik amFar (2018), di Asia Pasifik di tahun 2017, sekitar
280.000 orang di Asia Pasifik menjadi terinfeksi HIV, sehingga jumlah orang yang
hidup dengan HIV di menjadi 5,2 juta orang dan yang telah menjadi AIDS sebanyak.
170.000 jiwa. Selain itu, di Negara Filipina mengalami peningkatan 173% infeksi HIV,
antara tahun 2010 dan 2017. Dari 630.000 orang yang hidup dengan HIV di Indonesia,
hanya 14% orang dewasa dan 25% anak-anak yang mendapatkan pengobatan. Akses
yang kurang terhadap pengobatan telah memicu peningkatan 70% kematian terkait
1
2
Setiap 25 menit di Indonesia, terdapat satu orang baru terinfeksi HIV. Satu dari
setiap lima orang yang terinfeksi di bawah usia 25 tahun. Laporan Kementerian
HIV, lebih dari setengah juta orang di Indonesia akan positif HIV pada tahun 2014.
Epidemi tersebut terutama dipicu oleh penularan secara seksual dan penggunaan
narkoba suntik. Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat), Jakarta dan Bali menduduki
tempat teratas untuk tingkat kasus HIV baru per 100.000 orang. (UNICEF, 2012)
Menurut data Kemenkes RI (2016), pola penularan HIV menurut jenis kelamin
hampir sama selama beberapa tahun terakhir yaitu lebih banyak terjadi pada kelompok
HIV pada perempuan dan anak meningkat dan diperlukan berbagai upaya untuk
mencegah penularan HIV dari ibu hamil ke bayi, antara lain dengan program Provider
Initiated Test and Counselling (PITC) yang didirikan WHO sejak 2007. PITC adalah
program pencegahan penularan dari ibu pengidap HIV ke bayi yang dikandungnya
dengan cara mendeteksi dini melalui konseling dan tes HIV. PITC dan tes HIV sukarela
Keikutsertaan ibu hamil dalam melakukan tes HIV harus didukung oleh
berbagai sarana dan prasarana pelayanan kesehatan. Sama seperti yang disampaikan oleh
mendapat pelayanan Antenatal Care (ANC) sesuai standar dan memiliki pengetahuan
HIV yang cukup memengaruhi keikutsertaan dan penerimaan untuk tes dan konseling
secara sukarela. Keikutsertaan tes HIV dipengaruhi oleh akses informasi, manfaat yang
tes HIV yang dijalani responden adalah melalui program tes dan konseling inisiatif
petugas kesehatan (TKIP) yang diakukan pada kunjungan pertama ibu hamil ke
puskesmas. Meskipun hampir semua responden mengikuti tes HIV karena telah
dimasukkan kedalam program, jika dilihat dari pengetahuan dan persepsi responden
seperti persepsi kerentanan, keparahan, manfaat maupun hambatan masih cukup banyak
yang salah mengenai HIV dan tes HIV. Persepsi yang tidak terlalu tinggi ini dipengaruhi
oleh pengetahuan yang dimiliki responden, hal ini disebabkan karena peran tenaga
kesehatan yang masih minim dalam mengedukasi tentang tes HIV pada ibu hamil.
mengeluarkan Permenkes No. 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS,
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang tugas Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Hal
tersebut selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs), yang salah satu
targetnya adalah untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan di segala usia pada target
telah menerbitkan program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak tahun 2012
akibat AIDS. Program ini dapat dilaksanakan secara terintegrasi mulai dari rumah sakit,
puskesmas dan jajarannya, serta bidan praktik mandiri. Bidan mempunyai peran yang
penting dalam hal ini, bidan berada pada baris terdepan dalam pelayanan ibu dan anak.
4
Namun, belum adanya protap yang mengatur program ini di BPM menyebabkan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Vieira, et al., 2017) di Bissau Nugini,
mereka merasa bahwa tidak mengikut tes lebih aman daripada mengikuti. Meski
keputusan tersebut bisa saja membuat mereka kehilangan kesempatan untuk diobati dan
mencegah penularan. Mereka menolak dengan alasan tidak ingin di jauhi masyarakat
bahkan keluarga mereka dan dibatasi dalam segala kegiatan. Persepsi yang buruk dan
salah terhadap penyakit HIV masih tinggi dan menyebabkan kesalahpahaman. Seperti
penelitian yang dilakukan leh Arniti (2014), bahwa sikap ibu hamil terhadap
pemanfaatan tes HIV adalah bagaimana ibu hamil menilai atau berpendapat tentang
manfaat tes HIV. Penilaian tersebut kemudian akan mendorong individu untuk
melaksanakan apa yang diketahui, disikapi, atau dinilai baik sehingga dapat menentukan
hamil melakukan pemeriksaan test HIV yaitu pengetahuan, sikap, dukungan dari suami,
keluarga, dan tenaga kesehatan. Pengetahuan tentang HIV dapat membantu pencegahan
penularan virus sejak dini, serta pengetahuan merupakan hasil bentuk informasi penting
tentang HIV/AIDS seperti PITC, dapat meningkatkan akses pelayanan konseling dan tes
HIV di negara-negara yang epidemi HIV sudah meluas. Hal ini sejalan dengan
penelitian Sanusi (2017) bahwa orang yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang
14,7 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai pengetahuan
kurang.
5
Seksual yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI (2017), dari bulan Januari sampai dengan
Maret 2017, jumlah infeksi HIV yang dilaporkan sebanyak 10.376 orang. Menurut
(2016), Yogyakarta masuk ke kategori 10 provinsi dengan AIDS Case Rate tertinggi
sampai dengan tahun 2016, yaitu sebanyak 32,5 per 100.000 ribu penduduk. Pada Profil
Kesehatan DIY (2017), kejadian HIV pada tahun 2014 untuk laki-laki 1.118 dan
perempuan 377 kasus, sedangkan AIDS untuk laki laki 802 kasus dan perempuan 366
kasus. Pada tahun 2017 kasus meningkat menjadi 2676 pada laki-laki dan 1261 pada
perempuan. Untuk ibu hamil, berdasarkan data Kemenkes (2018) menunjukkan dari
21.103 ibu hamil yang menjalani tes HIV dan 534 (2,5%) di antaranya positif terinfeksi
HIV.
Kabupaten Sleman tahun 2016 sebesar 1220 kasus (868 kasus HIV dan 352 kasus
AIDS). Urutan kedua di Kabupaten Bantul dengan 1139 kasus (832 HIV dan 307
AIDS), Kota Yogyakarta dengan 1061 kasus (819 HIV dan 242 AIDS), Gunung Kidul
dengan 411 kasus (253 HIV dan 158 AIDS), dan Kulon Progo dengan 247 kasus (182
HIV dan 65 AIDS). Meskipun begitu, kasus masih ditemukan pada bayi usia kurang dari
1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penularan HIV-AIDS dari ibu ke bayi masih terjadi
di DIY.
baik sejak tahun 2013 bersamaan dengan ANC terpadu yang dilakukan pada setiap ibu
hamil yang datang periksa. Hasil studi penelitian dengan wawancara kepada 6 ibu hamil
6
menunjukkan bahwa ada 2 ibu hamil mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
HIV/AIDS, dan 4 diantaranya memiliki persepsi yang kurang terhadap PMTCT karena
kurang mengetahui tentang PMTCT. Kunjungan K1 dan K4 pada tahun 2017 sebanyak
407 dan 403 kunjungan, dan sebanyak 304 ibu hamil telah dilakukan pemeriksaan PITC
dan hasilnya tidak terdapat ibu hamil yang terinfeksi HIV. Pada tahun 2018 mulai dari
bulan Januari sampai November, kunjungan K1 dan K4 terdapat 337 dan 338, ibu hamil
penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan dan Akseptabilitas Ibu Hamil Terhadap
Yogyakarta”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
studi S1 Kebidanan.
sehingga para ibu hamil memahami dan memiliki perspektif yang positif
terhadap PITC dan tujuan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat
tercapai.
E. Ruang Lingkup
1. Materi
Materi yang ada pada penelitian ini meliputi pengetahuan dan akseptabilitas ibu
hamil terhadap program PITC (Provider Initiated Test and Counseling) karena
2. Responden
3. Waktu
selesainya penelitian.
4. Tempat
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
No. Peneliti Judul Instrumen Hasil Perbedaan Persamaan
Penelitian Penelitian Penelitian
1 Dwi Septiara Gambaran Tingkat Kuesioner Deskriptif kuantitatif, Judul dan variabel Rancangan
(2017) Pengetahuan dan pendekatan cross sectional penelitian, penelitian,
Sikap Ibu Hamil yang survey, teknik pengambilan populasi, sampel, pendekatan, teknik
Memanfaatkan PITC sampel dilakukan secara dan tempat pengambilan
Terhadap Penyakit accidental sampling penelitian. sampel, dan
HIV/AIDS instrument
di Puskesmas Kretek penelitian
Kabupaten Bantul
Yogyakarta
2 Ramadhana, Pengetahuan Ibu Kuesioner Pengetahuan ibu hamil Judul dan variabel Rancangan
Rochmawati, Hamil Tentang tentang penelitian, penelitian,
dan Lestari Pencegahan Penularan pengertian HIV/AIDS populasi, sampel, pendekatan, teknik
(2016) HIV dari Ibu ke Anak dalam kategori baik dan tempat pengambilan
(52,7%), penyebab penelitian. sampel, dan
HIV/AIDS kategori cukup instrument
(41,8%), tanda dan gejala penelitian
HIV/AIDS kategori kurang
(47,3%), pengertian PPIA
kategori cukup (56,4%),
penularan HIV/AIDS dari
ibu hamil ke anak kategori
kurang (45,5%) dan
pencegahan HIV/AIDS dari
10
A. Tinjauan Teori
1. HIV/AIDS
menurunnya kekebalan tubuh manusia. Virus adalah jasad renik hidup yang
amat kecil sehingga dapat lolos melalui jaringan yang teramat halus. HIV
adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS. Virus HIV menyerang salah satu jenis sel darah putih
yang berfungsi untuk kekebalan tubuh. Virus HIV ditemukan dalam darah,
cairan vagina, cairan sperma dan ASI. Penemu virus HIV ini adalah Profesor
Luc Montagnier dari Lembaga Pasteur di Paris Perancis pada bulan Mei tahun
1983.
Syndrome. Acquired berarti didapat bukan keturunan titik imun terkait dengan
tubuh manusia yang didapat (bukan karena keturunan), tetapi disebabkan oleh
dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan
kematian perempuan usia reproduksi. Virus HIV dapat ditularkan driibu yang
b. Etiologi HIV/AIDS
yang disebut HIV. Virus ini ditemukan oleh Montagnier, seorang ilmuwan
Perancis (Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang
Virus) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut
dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan
Virus HIV yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus
yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat 10 terhadap limfosit
T (Depkes, 2009). Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen
dalam RNA ke dalam bentuk Deoxy Nucleic Acid (DNA) yang kemudian
menduplikasi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri HIV. (Widoyono,
2011)
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula
merupakan bentuk virus yang paling virulen, prevalensinya lebih banyak dan
Kedua virus tersebut merupakan virus yang menginfeksi sel CD4+T yang
memiliki reseptor dengan afinitas tinggi untuk HIV. Setelah infeksi oleh HIV,
c. Gejala HIV/AIDS
mengalami berat badanya menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat,
(lebih dari satu bulan), batuk perkepanjangan (lebih dari satu bulan), kelainan
kulit dan iritasi (gatal), infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan, serta
14
telinga, leher, ketiak dan lipatan paha. Menurut WHO dan CDC (dalam
klinis, yaitu:
berat badan >10%, diare kronis dengan penyebab tidak jelas >1 bulan,
demam dengan penyebab yang tidak jelas (intermitent atau tetap) >1
piomiostitis).
lemah, selalu berada ditempat tidur > 50% setiap hari dalam bulan-bulan
15
AIDS dibagi menjadi gejala mayor dan minor. Gejala mayor terdiri dari
penurunan berat badan >10% dalam tiga bulan, demam yang panjang atau
lebih dari tiga bulan, diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus
menerus, dan TBC. Gejala minor terdiri dari: batuk kronis selama lebih dari
satu bulan, infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur Candida
d. Patogenesis
terutama melalui perantara darah, semen dan sekret vagina. Sebagian besar
penularan terjadi melalui hubungan seksual. Jika virus masuk ke dalam tubuh
penderita (sel hospes), maka RNA virus diubah menjadi DNA oleh enzim
tubuh. Selain limfosit T4, virus juga dapat menginfeksi sel monosit dan
makrofag, sel langerhas pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe,
makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia
itu sendiri.
Penularan HIV yang diketahui dan diakui saat ini adalah melalui
akan lahir). Ada 5 unsur yang perlu diperhatikan pada penularan suatu
rentan, tempat keluar dan tempat masuk hospes baru (Irianto, 2013)
17
1) Transmisi Seksual
maupun oral merupakan cara transmisi yang paling sering terutama pada
dengan cara ini. HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dari pria-
air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina,
penis, dubur atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut
masuk ke aliran darah. Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro
pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk
dan menjaga akhalak serta perilaku, sebagaimana firman Allah dalam Q.S
Artinya:
2) Transmisi Nonseksual
darah atau produk darah (transfusi darah, alat suntik, alat tusuk tato, tindik,
alat bedah, dan melalui luka kecil di kulit), jalur transplantasi alat tubuh,
jalur transplasental yaitu penularan dari ibu hamil dengan infeksi HIV
berasal dari penderita. Penularan terjadi karena tertusuk jarum suntik yang
1) Faktor ibu
dari ibu ke anak adalah kadar HIV (viral load) dalam darah ibu pada saat
menjelang ataupun saat persalinan dan kadar HIV dalam air susu ibu
ketika ibu menyusui bayinya. Umumnya, satu atau dua minggu setelah
tertular HIV dari ibu yang memiliki resiko tinggi HIV positif, belum ada
deteksi HIV. Selain itu ibu juga memiliki masa jendela atau window
period selama 6 bulan setelah ibu terinfeksi HIV. Pada masa ini HIV
terjadi 3–6 minggu setelah terinfeksi atau disebut sebagai infeksi primer.
relatif rendah selama beberapa tahun pada periode tanpa gejala, periode
ini kita sebut sebagai fase asimptomatik. Ketika memasuki masa stadium
20
kembali meningkat.
dari 50 kopi/ml). Kondisi ini biasanya terjadi pada ODHA yang telah
HIV menjadi sangat kecil jika kadar HIV rendah (kurang dari 1.000
saat kehamilan, risiko penularan HIV dari ibu ke bayinya lebih rendah,
yaitu sebesar 5%-10%. Ibu dengan sel CD4 yang rendah mempunyai
risiko penularan yang lebih besar, terlebih jika jumlah sel CD4 <350
ibu dengan CD4 < 350 sel/mm3 memiliki risiko untuk menularkan HIV
Pada bayi yang di yang baru dilahirkan oleh ibu HIV positif
tidak selalu langsung dinyatakan sudah tertular HIV karena ada plasenta
yang melindungi janin dari infeksi HIV. Hal ini disebabkan karena
mengalami gangguan bila ada infeksi virus bakteri ataupun parasit serta
daya tahan tubuh ibu yang sangat rendah. Hal ini bisa menyebabkan virus
dari ibu ke bayi karena parasit malaria dapat merusak plasenta sehingga
jika ibu menderita Infeksi Menular Seksual (IMS) atau infeksi reproduksi
risiko penularan HIV ke anak. Sifilis ditularkan dari ibu ke bayi yang
penularan HIV.
plasenta. Selain itu, malaria juga meningkatkan risiko bayi lahir prematur
yang dapat memperbesar risiko penularan HIV dari ibu ke anak. Risiko
gangguan pada payudara ibu dan penyakit lain yang diderita oleh ibu,
penularan HIV.
2) Selama Persalinan
persalinan. Hal ini disebabkan karena jumlah virus dalam tubuh ibu
sangat tinggi bila dibandingkan jumlah virus pada ibu yang tertular HIV
sebelum atau selama kehamilan. Risiko terbesar penularan HIV dari ibu
ke anak terjadi pada saat persalinan, karena saat persalinan tekanan pada
darah ibu dan darah bayi. Selain itu, saat persalinan bayi terpapar darah
dan lendir ibu di jalan lahir. Kulit bayi yang baru lahir masih sangat
lemah dan lebih mudah terinfeksi jika kontak dengan HIV. Bayi mungkin
juga terinfeksi karena menelan darah ataupun lendir ibu. Faktor – faktor
yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke bayi selama
(1) Jenis persalinan (resiko penularan pada persalinan per vaginam lebih
dari ibu ke anak juga semakin meningkat karena akan semakin lama
terjadinya kontak antara bayi dengan darah dan lendir ibu. Faktor
dengan ketuban pecah kurang dari 4 jam sebelum persalinan. Hal ini
meningkatkan lamanya kontrak antara bayi dengan darah dan lendir ibu.
d) Khorioamnionitis
penyakit infeksi menular seksual yang tidak diobati atau infeksi lainnya
bayinya
Ibu yang memberikan ASI dalam periode waktu yang lama dapat
menyebabkan bayi tertular HIV dari ibu. Hal ini disebabkan karena ASI
yang diberikan bersamaan susu formula dan makanan padat lainnya yang
lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan susu formula
saja atau ASI eksklusif. Hal ini diperkirakan karena air dan makanan
padat yang kurang bersih atau terkontaminasi dapat merusak usus bayi
yang mendapatkan makanan campuran pada tahap awal ini sehingga HIV
tertular HIV lebih besar pada saat diberikan ASI terutama pada bayi yang
g. Tindakan Pencegahan
HIV dan AIDS adalah penyakit menular yang bisa dicegah. HIV tidak
sama, berbagi ruangan, gigitan nyamuk, dan kontak sosial biasa (KPAN, 2011).
h. Penatalaksanaan
umum dan terapi khusus serta pencegahan penularan yang meliputi penderita
hidup sehat antara lain dengan berolahraga yang ringan dan teratur, mencegah
i. Pemeriksaan diagnostik
26
HIV enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) dari metode yang berbeda
bolt serta didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor (Nasronudin,
1) ELISA
2) Western Bolt
Tes ini banyak digunakan pada bayi, karena ini dapat meminimalkan kerja
olah sudah ada infeksi pada bayi tersebut (Mandal at. al, 2008).
27
a. Pengertian PITC
salah satu strategi penting dalam meningkatkan cakupan layanan tes HIV
fasilitas layanan kesehatan secara rutin. Dengan pendekatan ini klien bisa
tes HIV bisa dilaksanakan tanpa harus bergantung pada keinginan atau
motivasi klien untuk mencari atau melakukan tes HIV. Tes HIV bisa
bagian dari pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dimana tes HIV
bahwa PITC bukan merupakan tes wajib dan ibu hamil berhak untuk
menolak tawaran untuk tes HIV. Azas yang dikedepankan dalam PITC
diperluas menjadi 5 C dengan tambahan bahwa hasil tes itu harus tepat
tes HIV sendiri bukan merupakan sebuah tujuan melainkan cara untuk
berikut:
c) Pelayanan yang tesedia dengan asil tes negatif dan positif HIV
d) Fakta tentang asil tes HIV yang tidak akan diberitahukan kepada
orang lain
IV
pelayanan
2) Post-tes Konseling
HIV. Semua induvidu yang telah melakukan tes HIV harus di beri
konseling ketika hasil tes telah keluar dan diberikan kepada klien
secara personal oleh para pemberi layanan. Akan lebih bagus apabila
konselor adalah koselor yang sama saat pre-test dan post-test. Post-
3) Petunjuk Pelayanan
Tes ulang setiap 6-12 bulan atau lebih diperlukan untuk individu
HIV. Hal yang perlu diingat adalah, tes HIV rutin tidak menjadi
c. Langkah-langkah PITC
Hasil tes harus diberikan kepada ibu hamil secara pribadi oleh
4) Konseling
ibu positif maka dapat segera dilakukan perawatan HIV lebih lanjut
e. Wewenang Bidan
3. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
(Notoatmodjo, 2012).
b. Tahapan Pengetahuan
1) Tahu (know)
2) Memahami (comprehension)
3) Aplikasi (application)
dengan benar.
34
4) Analisis (analysis)
masih berkaitan.
1) Pendidikan
merupakan sebuah proses peruahan silap dan tata laku seseorang serta
tersebut.
2) Informasi/media messa
Menurut kamus, sesuatu yang dapat diketahui, namun ada juga yang
4) Lingkungan
5) Pengalaman
6) Usia
d. Pengukuran Pengetahuan
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
2010)
dari setiap item pertanyaan yang akan dinerikan peneliti kepada responden.
Baik = ≥ 75 %
Cukup = 56 – 74 %
4. Akseptabilitas
diberikan (objek), mengakui (apa yang diterima) dalam hal ini berupa
jawab. Sedangkan sikap itu sendiri adalah reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap bukan
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau
38
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap terdiri dari berbagai
tingkatan yakni:
a. Menerima (receiving)
stimulus yang diberikan (objek), mengakui (apa yang diterima) dalam hal
b. Merespon (responding)
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu
Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide
tersebut.
c. Menghargai (valuing)
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu
39
sendiri.
pelayanan kesehatan jika dapat diterima dalam konteks sosial dan budaya yang
mana klien atau pasien dari konstruksi kesehatan dan pengertian dar
kebutuhan pasien.
dan melebihi harapan klien yang menjadi sasaran. Akseptabilitas memiliki dua
dimensi, yaitu :
kehandalan.
adalah faktor-faktor yang penting dalam strategi maternal dan kesehatan anak,
yang sama pada setiap klien dan staff oleh penyedia layanan.
pelayanan kesehatan yang gratis daterjangkau, jam kerja klinik, jarak lokasi
dipengaruhi oleh sosial budaya masyaraat yang ada di sekitar. Menurut WHO
kesehatan.
terlayani;
dan kemampuan (jenis kelamin, bahasa, budaya, usia, dan lain sebagainya)
tidak dapat dijamin; jika tersedia dan dapat diakses, tanpa dapat diterima,
42
persetujuan untuk mendapatkan tes HIV, dan 84% dari mereka menolak hal
tersebut. Di Urganda, banyak perempuan yang merasa bahwa tes HIV adalah
terhadap PMTCT. Seperti studi yang dilakukan oleh Avert, di Nigeria selatan
dan utara terdapat 99.8% ibu hamil yang mewaspadai HIV, mempunyai
pengetahuan yang tinggi mengenai MTCT (92%) dan PMTCT (91%), dan71 %
oleh stigma yang buruh terhadap ibu hamil HIV positif. Sedangkan di Ethiopia,
90% ibu hamil mempunyai pengetahuan yang bagus mengenai PMTCT tapi
B. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Prevention of Mother to
Child Transmission
(PMTCT)
Akseptabilitas
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu.
kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi
B. Variable Penelitian
terhadap PITC.
44
45
3. Populasi
dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC pertama
46
kali (K1) di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta selama bulan Januari sampai
4. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili, sampel
n = 15% x N
Menurut Arikunto (2013), jika populasi lebih dari 100, maka sampel yang
n = 15% x N
n = 15% x 337
1. Alat Ukur
PMTCT.
2. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut
bisa mengukur apa yang kita ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat
Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu dilakukan uji validitas. Peneliti
3. Reliabilitas
Kuesioner terdiri dari 42 item. Pernyataan dikatakan valid bila r hitung > r tabel
(0,444) dan dikatakan reliabel bila nilai alpa cronbach >0,6. Bila terdapat
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu
pengisian kuesioner diawasi oleh peneliti dan hasil pengisian langsung diterima
1. Pengolahan data
yang sebenarnya.
c. Pengkodean (coding)
sangat menerima, menerima, tidak menerima dan sangat tidak menerima ntuk
variabel akseptabilitas.
Semua data dari setiap responden selesai dimasukan (di cek kembali)
f. Tabulating
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
tiap variabel dari hasi penelitian. Analisa ini akan menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel yang nantinya akan dipergunakan sebagai tolak
jawaban yang dijawab dengan benar akan mendapatkan skor 1 dan 0 jika
(STS). Skala ukur yang digunakan untuk kedua variabel adalah ordinal. Pada
𝐹
𝑃= 𝑥100
𝑁
Keterangan:
P : Persentase
F : Frekuensi jawaban yang benar
N : Jumlah pertanyaan
dengan kriteria:
a. Baik: > 75 %, apabila responden dapat menjawab dengan benar > 75%
c. Kurang: < 55 %, apabila responden dapat menjawab dengan benar < 55%
1. Tahap Persiapan
2. Tahapa Pelaksanaan
Yogyakarta.
responden dan diberi surat persetujuan sebagai bukti bahwa ibu hamil
responden
3. Tahap Pelaporan
e. Ethical clearance
H. Etika Penelitian
1. Lembar persetujuan
permohonan izin kepada pihak Puskesmas Tegalrejo untuk data ibu hamil
2. Kerahasiaan data
penelitian.
54
3. Keamanan data
hanya data yang diperlukan saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian
4. Bertindak adil
yang diambil.
5. Ethical clearance