PENDAHULUAN
1
Dalam percobaan kali ini pembuatan sediaan obat berupa suppositoria,
yaitu suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan cara memasukkan
kedalam lubang atau celah dalam tubuh dimana ia akan melebur, melunak atau
melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik (Ansel, 576).
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum kali ini ialah, agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami bagaimana cara pembuatan sediaan suppositoria yang
memenuhi standar dan disyaratkan untuk menghasilkan sediaan yang baik.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini ialah, untuk menghasilkan sediaan
suppositoria yang baik sesuai standar yang telah ditetapkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Suppositoria
Supositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya
berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh.
Supositoria umumnya dimasukan melalui rektum, vagina, kadang-kadang melalui
saluran urin dan jarang melalui telinga dan hidung (Ansel, 1989).
2.1.1 Keuntungan Dan Kerugian Suppositoria
a. Keuntungan suppositoria (Ansel, 578)
a) Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa
menimbulkan rangsangan
b) Obat yang dirusak atau dibuat tidak aktif oleh pH atau aktivitas
enzim dari lambung atau usus tidak perlu dibawa atau masuk ke
dalam lingkungan yang merusak.
c) Obat yang dirusak dalam sirkulasi portal, dapat tidak melewati hati
setelah diabsorpsi pada rectum.
d) Dapat digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak yang tidak
dapat atau tidak mau menelan obat.
e) Cara yang efektif dalam perawatan pasien yang juga muntah. b.
Kerugian suppositoria
b. Dosis obat yang melalui rectum mungkin lebih besar atau lebih kecil dari
pada yang dipakai secara oral tergantung dari faktor-faktor fisiologis untuk
diabsorpsi dan sifat basis supositoria yang dimaksudkan untuk obat-obat
sistemik. Efek lokal umumnya terjadi dengan bentuk/waktu setengah jam
sampai sedikit 4 jam.
2.1.2 Basis-Basis Suppositoria
1. Minyak Cokelat (Minyak Theobroma) Minyak cokelat merupakan basis
supositoria yang paling banyak digunakan, minyak cokelat seringkali
digunakan dalam resep-resep pencampuran bahan-bahan obat bila
basisnya tidak dinyatakan apa-apa. Sebagian besar sifat minyak cokelat
memenuhi persyaratan basis ideal, karena minyak ini tidak berbahaya,
3
lunak dan tidak reaktif, serta meleleh pada temperatur tubuh (Lachman,
1168)
2. Polietilenglikol PEG memiliki kelarutan dalam air, higroskopisitas dan
tekanan uapnya berkurang dengan meningkatnya bobot molekul rata-rata.
Beberapa kombinasi PEG telah disiapkan untuk basis supositoria dengan
karakteristik fisika yang berbeda-beda. PEG dapat dibuat dengan metode
pencetakan maupun metode kompresi dingin (Lachman, 1168).
3. Gliserin Gelatin Supositoria gelatin yang mengandung gliserin tidak
mencair pada temperatur tubuh, tetapi agak larut dalam sekresi lubang
tubuh dimana supositoria dimasukkan. Supositoria gelatin yang
mengandung gliserin membantu pertumbuhan bakteri atau jamur
(Lachman, 1168).
2.1.3 Syarat-syarat Basis Ideal
Adapun syarat-syarat basis supositoria yang ideal yaitu (Voight, 282-283):
a) Secara fisiologis netral (tidak menimbulkan rangsangan pada usus)
b) Secara kimia netral (tidak tersatukan dengan bahan obat)
c) Tanpa alotropisme (modifikasi yang tidak stabil)
d) Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku
e) Interval yang rendah antara titik lebur mengalir dan titik lebur jernih
2.1.4 Metode Pembuatan Suppositoria
1. Pembuatan dengan cara mencetak Pertama melebur basis, mencampurkan
bahan obat yang diinginkan, menuang hasil leburan ke dalam cetakan,
membiarkan leburan menjadi dingin dan mengental menjadi supositoria
dan melepaskan supositoria dengan oleum cacao, gelatin gliserin, PEG dan
banyak basis supositoria lainnya yang cocok dibuat dengan cara mencetak
(Ansel, 585).
2. Pembuatan dengan cara kompresi Supositoria dapat juga dibuat dengan
menekan massa yang terdiri dari campuran basis dengan bahan obatnya
dalam cetakan khusus memakai alat/mesin pembuat supositoria (Ansel,
585).
4
3. Pembuatan secara menggulung dan membentuk dengan tangan Dengan
terdapatnya cetakan supositoria dalam macam-macam ukuran dan bentuk,
pengolahan supositoria dengan tangan oleh ahli farmasi sekarang rasanya
hampir tidak pernah dilakukan. Namun demikian membuat supositoria
dengan tangan merupakan bagian dari sejarah seni para ahli farmasi
(Ansel, 585).
2.2 Uraian Bahan
1. Bisakodil supositoria (FI IV, 155; Anderson, 563)
Nama resmi : Bisakodil Suppositoria
Nama lain : Suppositoria bisakodil
RM/BM : C22H19NO4/361,4
Pemerian : serbuk hablur, putih sampai hampir putih, terutama terdiri
dari partikel dengan diameter terpanjang lebih kecil dari
50 qm
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam kloroform dan
dalam benzene, agak sukar larut dalam etanol dan dalam
methanol, sukar larut dalam eter
Stabilitas : suppositoria dan tablet salut enteric harus disimpan pada
suhu kurang dari 30°C Inkompatibilitas: antasida atau
susu dapat melarutkan lapisan enteric oral tablet
bisakodil, menyebabkan pelepasan obat dilambung dan
iritasi lambung
Kegunaan : Sebagai zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 30°
Dosis : 5 mg – 10 mg
2. Alfa tokoferol (FI IV, 798; Excipient, 31-32)
Nama resmi : Alpha Tocopherol
Nama lain : Alfa tokoferol, Vitamin E
RM/BM : C19H50O2/430,72
Pemerian : praktis tidak berbau dan tidak berasa. Bentuk alfa
tokoferol dan alfa tokoferol asetat berupa minyak nabati
5
kental jernih, warna kuning atau kuning kehijauan. D-alfa
tokoferol asetat dapat berbentuk padat pada suhu dingin.
Alfa tokoferol asam suksinat berupa serbuk warna putih
Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dapat bercampur
dengan eter, dengan aseton, dengan minyak nabati dan
dengan kloroform
Stabilitas : tokoferol teroksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer,
produk oksidasi meliputi tokoferil, tokoferil kuinon dan
tokoferol hydroquinone serta dimer dan trimer. Tokoferol
ester yang lebih stabil untuk oksidasi dari tokoferol bebas
tetapi kurang efektif sebagai anti oksidan. Tokoferol
harus disimpan dalam gas inert, dalam wadah kedap
udara, ditempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya
Inkom : tokoferol tidak kompatibel dengan peroksida dan ion
logam, terutama zat besi, tembaga dan perak. Tokoferol
dapat diserap ke dalam plastik
Kegunaan : Sebagai antioksidan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Konsentrasi : 0,001-0,05%
3. Oleum cacao (FI III, 453; Excipient, 725)
Nama resmi : Oleum cacao
Nama lain : Lemak cokelat
Pemerian : lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic, rasa
khas lemak, agak rapuh
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P
Stabilitas : pemanasan oleum cacao lebih dari 36°C selama persiapan
supositoria dapat mengakibatkan penurunan titik
pemadatan karena pembentukan kristal meta stabil, hal ini
dapat menyebabkan kesulitan dalam pengaturan
supositoria. Oleum cacao harus disimpan pada temperatur
tidak lebih dari 25°C
6
Kegunaan : Sebagai basis
Penyimpanan : harus disimpan pda temperatur tidak lebih dari 25°C
7
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah, alat pencetak
suppositoria, cawan porselin, alat penangas, gelas kimia, batang pengaduk,
timbangan
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah, Bisacodyl,
oleum cacao dan alfa tokoferol.
3.2 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2.
2. Ditimbang bisakodil 10 mg
3. Dilebur Oleum cacao pada suhu 55°C menggunakan penangas air
4. Diaduk menggunakan batang pengaduk
5. Ditambahkan bisakodil, diaduk sampai homogeny
6. Dicampurkan alfa tokoferol hingga homogeny
7. Dituangkan ke dalam cetakan
8. Dimasukkan ke dalam lemari pendingin
9. Dikeluarkan dan dikemas dalam aluminium foil
10. Dimasukkan ke dalam kemasan
11. Diberi etiket dan brosur
3.3 Perhitungan Bahan
1. Bisacodyl
Bisacodyl 10 mg = 0,01 gram
0,01 gram x 6 = 0,06 gram
Nilai tukar
0,7 x 0,06 gram = 0,042 gram
Bobot suppo
2 gram x 6 = 12 gram
8
10
Ditambahkan 10% 10 x 12 gram = 1,2 gram
2. Alfa Tokoferol
0,05
Alfa Tokoferol = x 13,2 gram = 1,2 gram
100
(0,05%)
1 kapsul = 100 IU
1 mg = 1,49 IU
100
1 kapul = 1,49 x 1 mg = 67,11 x 4 ml caster oil
= 0,3298
3. Oleum Cacao
13,2 – (0,042+0,0066 gram)
13,2 gram – 0,0486 gr = 13,1514 gram
Perhitungan Per’batch
Bisacodyl = 10 mg x 6 = 60 gram
Alfa tokoferol = 6,6 mg x 6 = 39,6 gram
Oleum Cacao = 13,154 x 6 = 78,9084 gram
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
10
untuk obat-obat sistemik. Efek lokal umumnya terjadi dalam waktu setengah jam
sampai paling sedikit 4 jam (Lachman, 1186).
Basis yang digunakan dalam praktikum ini ialah, Oleum cacao yang
dengan cepat mencair pada suhu tubuh karena tidak bercampur dengan cairan
tubuh sehingga dengan cepat memberikan efek terapi pada saat pengaplikasian
suppositoria. α tokoferol atau vitamin E digunakan sebagai antioksidan yang
melindungi asam lemak tak jenuh terhadap oksidasi sehingga pada sediaan
suppositoria tersebut tidak mudah ditumbuhi oleh jamur.
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah metode cetak tuang
karena, merupakan metode yang paling umum digunakan untuk membuat
supositoria skala kecil dan skala besar. Adapun sediaan ini diindikasikan untuk
mengatasi konstipasi.
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa sediaan suppositoria,
dapat digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut,
melunak atau meleleh pada suhu tubuh. Supositoria umumnya dimasukan melalui
rektum dan vagina. Pemilihan basis yang digunakan harus disesuaikan dengan
kelarutan dari zat aktif yang akan digunakan.
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan lebih memperhatikan tata tertib
serta prosedur kerja dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan
pada saat praktikum sedang berlangsung.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Ke-IV. Jakarta: Depkes RI.
Lachman, L., et al. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.
13
LAMPIRAN
1. Alat yang digunakan
Cawan Porselen
14
Oleum Cacao
3. Prosedur Kerja
15