Anda di halaman 1dari 8

FLUOROSENSI RESONANSI

NUKLIR DAN EFEK


MOSSBAUER
Tugas Akhir Fisika Inti

NURUL HUSNA MUSLIMIN


1612440006
PENDIDIKAN FISIKA ICP 2016
10.9 Fluorosensi Resonansi Nuklir dan Effect Mossbauer

Proses terbali dari emisi sinar- adalah abosrbsi sinar- - sebuah inti pada keadaan dasarnya
menyerap sebuah foton Energi E dan melompat kesebuah keadaan tereksitasi pada sebuah energi ∆E
diatas keadaan dasar. Hubungan antara E dan ∆E berdasarkan dari sebuah prosedur yang sama
digunakan pada persamaan 10.4:

𝐸2
∆E = E - 2𝑀𝑐 2 (10.28)

Jika kita mengasumsikan penyerapan inti pada awalnya saat diam. Perbedaan antara E dan ∆E muncul
karena rekoil inti setelah menyerap foton.
Mari asumsikan kita punya sumber radiasi  dari variable energi yang kontinu. Bagian
melintang dari penyerapan resonansi sebuah foton adalah:

ℎ𝑐 2𝐼 +1 1
𝜎𝑜 = 2𝜋 ( 𝐸 )2 2𝐼𝑒 +1 1+ 𝛼 (10.29)
 𝑔

Dimana α adalah total koefisien konversi dan Ig dan Ie adalah bilangan kuantum spin dari keadaan
dasar dan keadaan tereksitasi.

Gambar 10.23. Penyerapan resonansi bagian yang melintang persamaan 10.30. Energi rekoil ER
mengubah sedikit resonansi dari nilai E = ∆E tanpa adanya rekoil.

Karena energy keadaan tereksitasinya tidak jelas, penyerapan akan mengambil tempat bahkan ketika
energy  sedikit berbeda dari nilai resonansi. Seperti yang kita bahas pada bab 6, setiap keadaan yang
memiliki waktu rata-rata memiliki lebar  = h/τ dan pengukuran keadaan energy keadaan
memberikan distribusi untuk persamaan 6.20 dan gambar 6.3.jika melepaskan seberkas foton
melewati kumpulan inti (untuk menghilangkan penghamburan dan proses penyerapan
berdasarkan elektron atomik), kemudian penyerapan resonansi bagian melintang adalah :
(10.3)
Dimana ER adalah perbaikan dari 𝐸2 /2𝑀𝑐 2. Distribusi ini diplotkan pada gambar 10.23. untuk
keadaan inti yang khusus dengan waktu rata-rata ns ke ps lebarnya akan berada pada rentang 10-
6
hingga 10-3 eV.
Gambar 10.24 menunjukkan sebuah tampilan sistematik dari eksperimen penyerapan
resonansi.karena E bervariasi. Kurva resonansi gambar 10.23 terlacak. Saat energi E jauh dari
resonansi , inti transparant terhadap resonansi, dan tidak ada penyerapan yang terjadi . saat
resonansi, intensitas yang dikirimkan mencapai nilai maksimum.

detektor

inti

intensitas

Gambar 10.24 Skema eksperimen untuk mengamati penyerapan resonansi oleh inti.

Dalam praktek, kita tidak mungkin mengamati garis spektral . Kontribusi tambahan
utama untuk mengamati garis spektral tersebut adalah perluasan Dopler ∆, yang timbul karena
inti tidak dalam keadaan diam (seperti yang kita asumsikan) tapi sebenarnya berada dalam gerakan
termal pada suhu berapapun T. Foton yang terserap atau terpancarkan dilaboratorium didapatkan
dopler yang bergeser dengan energi 𝐸′ = E( 1 ± 𝑣𝑥 /𝑐), dimana vx adalah kecepatan komponen
sepanjang arah foton. Jika gerak inti direpresentasikan dengan menggunakan kecepatan maxwell
1 𝑚𝑐2 𝐸′
−[( )𝑚𝑣𝑥2 ]/𝑘𝑇 −( )(1− ′ )2
𝑒 2 akan ada sebuah energi dalam bentuk 𝑒 2𝑘𝑇 𝐸 ini memberikan lebar distribusi
gaussian :
(10.31)

Saat suhu ruangan kT ≅ 0,025 𝑒𝑉, dan untuk transisi 100 kV pada berat medium inti ∆ ≅ 0,1 𝑒𝑉,
yang didominasi garis spektral untuk kebanyakan transisi inti. Bahkan pendinginan kesuhu
rendah (contohnya untuk 4 K dalam kontak termal dengan sejumlah helium cair) mengurangi
lebar hanya dengan sebuah besaran hingga 0,01 eV, garis yang diamati saat ekperiment seperti
gambar 10.24 akan berkombinasi ditambah kontribusi dari pelebaran doppler.
Sumber foton semacam tiu yang dibutuhkan untuk ekperimen resonansi tidak ada. ( salah
satu cara terbaik yang dapat dilakukan adalah spektrum electromagnetik dari radiasi
bremsstrahlung dan synchrotron yang diproduksi oleh akselerator partikel bermuatan mampu
mencapai energi relativistik). Di dalam lab, kita harus puas dengan sumber radiasi  yang hanya
memancarkan energi diskrit. Namun untuk melakukan penyerapan resonansi, kita harus
menemukan sumber radiasi yang memancarkan sinar  dengan energi 0,1 eV hanya pada energi
∆E + ER. Hal ini pastinya sangat berbeda untuk menemukan sejumlah radiasi, dengan karakter
multipol yang tepat. Hal itu masuk akal untuk mencoba dengan menggunakan sumber dengan
radiasi gamma yang memancarkan transisi kebawah yang kita coba untuk mengeksitasi keatas oleh
penyerapan resonansi. Memandang, misalnya peluruhan 198Au; diikuti peluruhan  198Hg. Sebuah
sinar gamma yang kuat dengan energi 412 keV terpancarkan. Jika kita membiarkan sinar  jatuh
mengenai target inti 198Hg yang stabil, ada kemungkinan penyerapan dan eksitasi dari keadaan
dasar ke keadaan tereksitasi 412 keV. Waktu rata-rata keadaan 412 keV adalah 32 ps, sesuai dengan
𝐸2
lebar 2 x 10-5 eV. Energi rekoil ER adalah = 0,46 𝑒𝑉, dan itu sangat penting untuk kita tandai
2𝑀𝑐 2
bahwa rekoil berefek pada keduanya transisi emisi dan absorbsi. Radiasi memiliki energi ∆E – ER,
sementara absorbsi kita harus menyiapkan energi ∆E + ER. situasi ini dapat dilihat pada gambar
10.25, dimana kita harus mengasumsikan garis harus memiliki suhu ruangan dopler dengan besar
0,36 eV. Seperti yang dapat dilihat ada sedikit tumpang tindih antara garis emisi dan absorbsi, dan
juga kemungkinan eksitasi resonansi.
(hal ini berbeda dengan kasus radiasi atomik. Transisi optik memiliki beberapa energi eV:
koreksi rekoil pada Hg harus 2,7 x 10-12 eV dan akan ada tumpang tindih yang hampir lengkap
antara profil sumber dan transisi penyerap. Eksperimen penyerapan resonansi atomik adalah
relatif mudah dilakukan).

Energi rekoil

Lebar
Alami Lebar Doppler

Emisi Profil yang dibutuhkan oleh


profil oleh penyerap
sumber
Gambar 10.25 Radiasi yang dipancarkan bergeser kebawah dalam energi oleh ER. ketika
penyerapan terjadi sebuah energi bergeser ke atas oleh ER. Karena pelebaran Doppler, terdapat
tumpang tindih yang kecil (bagian yang diarsir) antara garis emisi dan absorbsi. Garis spektral
sangat berlebihan pada skala energi di diagram.

Terdapat beberapa teknik untuk mengatasi perbedaan energi 2ER antara sumber dan
transisi energi. Yang pertama menaikkan suhu, dengan demikian pelebaran doppler dan profil
yang tumpah tindih. Metode kedua adalah menggerakkan sumber menuju penyerap dengan
kecepatan tinggi ke pergeseran doppler, energi yang terpancarkan sekitar 2ER. Pergeseran energi
Doppler adalah 𝐸′ = 𝐸 1 + 𝑣/𝑐), kecepatannya adalah :
(10.32)
Dimana memberikan 2,2 x 10-6 c, atau 670 m/s. eksperimen tipe ini biasanya selesai dengan
melekatkan sumber ke ujung rotor di sebuah pemintalan dengan revolusi 104 – 105 per menit.
Gambar 10.26 menunjukkan contoh hasil dari panas – pelebaran dan teknik sentrifuge.
Teknik yang paling sukses dan berguna untuk menggagalkan masalah rekoil adalh disebut
efek Mossbauer. Pada tahun 1958, Rudolf Mossbauer memperkenalkan ekperimen penyerapan
resonansi menggunakan sumber 191Ir (E = 129 keV; ER = 0,047 eV). Pemancaran dan penyerapan
inti terikat di kisi kristal. Energi ikat yang khas sebuah atom pada sebuah kisi adalah 1-10 eV, dan
demikian tidak ada energi rekoi yang cukup yang tersedia untuk atom untuk meninggalkan sisi
kisi. Efek ini biasanya berbeda antara memukul suatu bata dengan menggunakan tongkat baseball
dan memukul suatu bata dengan menggunakan dinding bata yang padat – seluruh kisi yang padat
menyerap momentum rekoil. Massa yang timbul akibat perlakuan itu untuk energi rekoil yang
menjadi massa seluruh padatan, dari pada massa suatu atom. Sebagai tambahan, fraksi tertentu
atom pada kisi (ditentukan dari konsiderasi statistik) ada digetaran keadaan dasar dari getaran
termal dan kemudian menunjukkan termal yang sangat kecil pelebaran doppler.
Fluorosensi resonansi (hitungan/menit)

Suhu Sumber (oC)


Revolusi (s-1)
Penyerapan rellatif

kecepatan Sumber (m/s)


Gambar 10.26 Pelebaran termal (atas) dan teknik sentrifuuge (bawah) untuk mengamati resonansi
nuklir pada 198Hg. Titik data pada bagian atas menunjukkan peningkatan penyerapan resonansi
karena suhu meningkat (pelebaran gasris pada gambar 10.25 dari perluasa tumpang tindih). Garis
putus-putus menunjukkan perilaku yang diharapkan untuk perbedaan keadaan eksitasi seumur
hidup (yaitu untuk garis spektral yang berbeda). Untuk data sumur hidup ini ditentukan sekitar
30 ps. Grafik yang dibawah menunjukkan hasil pergeseran doppler radiasi yang dipancarkan oleh
sumber, dengan meletakkan pada ujung rotor. Pada kasus ini, garis emisi pada gambar 10.25
bergerak ke energi tinggi sampai saling tumpang tindih dengan garis absorbsi. Seperti yang
diperkirakan, initerjadi pada sekitar 670 m/s. data termal dari F. R. Metzger dan W. B. Tood, Phys.
Rev 95. 853 (1954). Data rotor dari W. G Davey dan P. B. Moon, Proc. Phys. Soc. London A 999,
956 (1953).
Kecepatan sumber (cm/s)
Persentasi penyerapan

Perubahan energi (10-5 eV)

Gambar 10.27 Efek Mossbauer menggunakan sinar  129 keV dari 191Ir. Karena (1) garis spektral
diperoleh, dan (2) rekoil tereliminasi, pada dasarnya ada tumpang tindih yang lengkap antara
sumber dan penyerap. Doppler – pergeseran sumber energi oleh sebuah garis spektral yang sedikit
lebih besar (10-5) cukup untuk menghancurkan reonansi. Data asli oleh R. Mossbauer, Z.
Naturforsch. A 14, 211 (1959).

Hasil ini sangat sempit dan garis tumpang tindih antara emisi dan absorbsi, masing-masing
dikarakterisasikan oleh garis spektral (3x 10-11 eV in 191Ir). Untuk mendemonstrasikan fenomena
ini, kita harus menggerakkan sumber dan penyerap relatif terhadap lainnya dengan kecepatan
lambat.jika kecepatan pergeseran doppler lebih besar dari pada garis spektral alami, resonansi akan
dimusnahkan. Untuk total garis spektral 6 x 10-6 eV (karena keduanya sumber dan penyerap
memiliki garis alami),kecepatan yang dibutuhkan adalah 5 x 10-11 c, atau sekitar 15 mm/s,
perbaikan cukup besar lebih dari 700 m/s dibutuhkan untuk ekperiment sentrifuge! Gambar 10.27
menunjukkan hasil resonansi, pertama ditemukan oleh Mossbauer pada tahun 1958.
Apa yang luar biasa tentang efek mossbauer adalah ketepatan ekstrimnya untuk
pengukuran energi relatif. Untuk contohnya, seharusnya kita mengubah lingkungan sumber atau
inti penyerap sedemikian jauh sehingga energi antara keadaan nuklir awal dan akhir bergeser
dengan jumlah yang sangat kecil E. Dengan menggunakan efek mossbauer, kita harus bisa
mengukur pergeseran ini, asalkan pergeseran itu memiliki order yang sama dengan garis resonansi.
(jika pergeseran terlalu kecil dibandingkan dengan garis resonansi, itu akan sangat sulit untuk
diukur). Dalam kasus 191Ir, dimana ini lebar yang teramati sekitar 10-5 eV, ini sama dengan
mengukur perubahan energi 10-5 eV diluar dari energi sinar gamma 105 eV, atau sebuah efek suatu
bagian dalam 1010. Dalam 57Fe, dimana ini sangat sering diguanakan untuk efek mossbauer, garis
spektral yang teramati adalah 10-8 Ev, dan dalam kasus efek ekperimental ini dalam order suatu
bagian dalam 1012 dapat diukur.
Walaupun kita tidak akan membahas teori yang lebih detail dari efek mossbauer, ini
bermanfaat untuk mempertimbangkan secara singkat salah satu aspek resonansi, yaitu
kedalamannya, dimana ditentukan oleh fraksi inti di kisi yang beremisi (atau absorbsi) tanpa
adanya rekoil. Kalkulasi dari rekoil – fraksi bebas f tergantung pada sifat padatan yang lebih detail
dari pada pertanyaan sederhana apakah atau tidak, energi rekoil melebihi energi ikat kisi. Padatan
dapat menyerap energi dengan berbagai cara dibandingkan oleh melepas atom dari sisi kisinya.
Pada energi dan suhu rendah, cara utama yaitu melalui getaran kisi, disebut phonons. (perambatan
phonon ini melalui sebuah kisi yang ada untuk sifat yang telah dikenal seperti mekanika dan
gelombang akustik). Getaran ini timbul pada sebuah spektrum frekuensi, dari nol hingga
maksimum, max. Energi yang sesuai dengan frekuensi getaran tinggi biasanya dinyatakan dalam
istilah suhu yang sesuai, disebut suhu Debye, ƟD, didefinisikan sehingga hmax = kɵD , dimana k
adalah konstanta boltzman. Untuk material khusus, hmax = 0,01 eV dan ƟD = 1000 K. Fraksi rekoil
sebagai berikut :

(10.33)

Dimana 〈𝑥 2 〉 kuadrat rata-rata amplitudo getaran emisi inti dan λ adalah panjang gelombang sinar
. Dengan menggunakan fungsi distribusi Bose-Einstein untuk spektrum getaran phonon
memberikan perhitungan kuadrat rata-rata amplitudo, dan memberikan fraksi rekoil:

(10.34)

Saat suhu rendah T<<ƟD, istilah terkahir dalam eksponen diabaikan. Nilai ƟD tidak beitu besar
diantara logam (ƟD = 400 K untuk Fe dan 300 K untuk Ir), jadi energi ER penting dalam
menentukan fraksi rekoil. Untuk transisi 14,4 keV dari 57Fe, ER = 0,0002 Ev dan f = 0,92, sementara
untuk Ir, f = 0,1. ( istilah kedua dalam eksponen persamaan 10.34 selalu negatif, dan juga istilah
ini akan bekerja untuk membuat f semakin kecil daripada suhu rendah yang diestimasikan).
Karena prosess pengurangan rekoil dibutuhkan oleh keduanya, sumber dan penyerap, seluruh
fraksi pengurangan rekoil ditentukan oleh produk faktor pada sumber dan penyerap. Oleh karena
itu tidak mengherangkan eksperimen asli Mossbauer dengan Ir menunjukkan efek hanya 1%,
sementara Fe menunjukkan efek yang lebih besar.
Efek Mossbauer telah menemukan aplikasi di berbagai bidang. Keguanaan utama aplikasi
ini yaitu kita harus menentukan sifat-sifat fisika atau kimia lingkungan dari inti, tetapi eksploitasi
penting dari presisi ekstrim metode adalah menentukan perubahan energi foton yang jatuh dalam
medan gravitasi bumi, disebut pergeseran merah gravitasi. Salah satu landasan teori relatifitas
umum Einstein adalah prinsip kesetaraan , yang menyatakan bahwa efek medan gravitasi seragam
lokal tidak dapat dibedakan dari efek kerangka referensi yang dipercepat seragam. Jika kita
mengamati emisi dan penyerapan radiasi dalam kerangka acuan yang dipercepat, dimana H adalah
jarak antara sumber dan penyerap, maka pada waktu H/c diperlukan radiasi untuk melakukan
perjalanan dari sumber ke penyerap, penyerap akan memperoleh kecepatan gH/c, dimana g adlah
percepatan, yang dipilih untuk menjadi sama secara numerik (dan dalam arah yang berlawanan)
dengan percepatan gravitasi bidang seragam. Radiasi foton karenanya Doppler bergeser
berdasarkan

(10.35)
Ini sekitar 1 x 10 -16 per meter dalam medan gravitasi bumi.

Anda mungkin juga menyukai