Anda di halaman 1dari 4

Review Bab IV :

Kebenaran Ilmiah

1. Macam – Macam Teori Kebenaran


a. Teori kebenaran sebagai persesuaian
Menurut Aritoteles, mengatakan hal yang ada sebagai titik ada atau yang tidak ada
sebagai ada adalah salah. Atas dasar ini Aristoteles meletakan dasar teori kebenaran
sebagai persesuaian antaraapa yang dikatakan dengan kenyataan. Jadi, suatu
pernyataan dianggap benar jika memiliki keterkaitan dengan kenyataan yang
diungkapkan. Sebagai contohnya yaitu pernyataan “ Bumi Ini Bulat”. Pernyataan
tersebut benar karena didukung dengan kenyataan yang memang seperti itu adanya.
Pengetahuan terbukti benar dan menjadi benar oleh kenyataan yang sesuai dengan
apa yang diungkapkan oleh pengetahuan itu. Oleh karena itu, dalam teori ini,
mengungkapkan realitas adalah hal yang pokok bagi kegiatan ilmiah.
Ada beberapa hal yang perlu dicatat dalam teori ini, yaitu :
 Teori ini ditekankan oleh kaum empirisisme yang mengutamakan pengalaman dan
pengamatan indrawi sebagai sumber utama pengetahuan manusia. Teori ini lebih
mengutamakan cara kerja dan pengetahuan aposteriori.
 Teori ini cenderung menekankan dualitas antara subjek dan objek, antara si pengenal
dan yang dikenal. Teori ini menegaskan bahwa yang berperan bagi kebenaran
pengetahuan manusia adalah objek, jadi subjek atau akal budi hanya mengolah lebih
jauh apa yang diberikan oleh objek.
 Teori ini sangat menekankan bukti bagi kebenaran pengetahuan. Kebenaran akan
terbukti dengan sendirinya jika yang dinyatakan dalam sebagai proposisi sesuai
dengan kenyataan.
b. Teori kebenaran sebagai keteguhan
Teori ini dianut oleh kaum rasionalisme. Teori ini menyatakan bahwa kebenaran
tidak ditemukan dalam kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan, melainkan
kebenaran itu ditemukan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi yang
sudah ada. kebenaran yang sesunggunya hanya berkaitan dengan implikasi logis dari
sistem pemikiran yang ada.
Beberapa hal penting dari teori ini yaitu :

 Teori kebenaran sebagai keteguhan lebih menekankan kebenaran rasional dan juga
cara deduktif.
 Teori ini lebih menekankan pada kebenaran dan pengetahuan apriori.

Perbedaan antara kebenaran empiris dan kebenaran logis.

Kebenaran Empiris Kebenaran Logis


Mementingkan objek Mementingkan subjek
Menghargai cara kerja induktif dan Menghargai cara kerja deduktif dan
aposteriori apriori
Lebih mengutamakan pengamatan Lebih mengutamakan penalaran dan akal
pancaindra budi

c. Teori pragmatis tentang kebenaran


Teori ini dianut oleh filsuf pragmatis dari Amerika seperti Charles S. Peirce dan
William James. Bagi kaum pragmatis, kebenaran sama artinya dengan kegunaan. Ide,
konsep, pernyataan, dan hipotesis yang benar adalah yang berguna. Peirce
mengatakan bahwa ide yang jelas dan benar mau tidak mau mempunyai konsekuensi
praktis dan tindakan tertentu. Hampir sama dengan Pierce, William James
mengungkapkan bahwa ide yang benar adalah ide yang dalam penerapannya paling
berguna dan berhasil memungkinkan manusia bertindak atau melakukan sesuatu.
Kebenaran yang ditekankan oleh kaum pragmatis adalah kebenaran yang
menyangkut “pengetahuan bagaimana”. Kaum pragmatis sesungguhnya tidak
menolak pemahaman kaum rasionalis dan empirisis. Hanya saja mereka menekankan
bahwa ide yang benar adalah yang memiliki nilai praktis. John Dewey dan kaum
pragmatis lainnya menekankan pentingnya kebenaran dalam kegiatan ilmiah.
Menurutnya, penelitian ilmiah selalu diliputi oleh keraguan awal, ketidakpastian,
serta suatu kesangsian. Hal tersebut menimbulkan ide tertentu. Ide itu benar jika
dapat membantu ilmuwan menemukan suatu jawaban tertentu yang memuaskannya
dan dapat diterima. Bagi kaum pragmatis, kebenaran juga merupakan sesuatu yang
bersifat baik. Jadi, suatu ide tidak benar kalau tidak baik untuk sesuatu.
d. Teori kebenaran performatif
Teori ini dianut oleh filsuf Frank Ramsey, John Austin, dan Peter Strawston. Filsuf
ini menerangkan bahwa benar ataupun salah adalah ungkapan yang menyatakan
sesuatu (deskriptif). Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar jika
pernyataan itu menciptakan realitas. Jadi, pernyataan yang benar bukanlah
pernyataan yang mengungkapkan realitas melainkan pernyataan itu bisa menciptakan
suatu realitas. Teori ini dapat dipakai secara positif dan juga negatif. secara positif
seseorang akan berusaha mewujudkan pernyataannya. Tetapi secara negatif teori ini
dapat membuat seseorang terlena dengan ungkapan yang sebenarnya sama dengan
realitas. Misalnya “saya berdoa agar kamu berhasil”. Kita bisa terjebak dengan
pernyataan itu. Seolah-olah dengan pernyataan itu dapat tercipta realitas seperti yang
dinyatakan.

2. Sifat Dasar Kebenaran Ilmiah


Kebenaran ilmiah mempunyai paling tidak tiga sifat dasar, yaitu :
 Struktur yang rasional dan logis
Kebenaran ilmiah selalu dicapai berdasarkan kesimpulan yang rasional dan logis dari
premis tertentu. Karena kebenaran ini bersifat rasional, maka semua orang yang
rasional akan memahami kebenaran ilmiah tersebut. Atas dasar itu, kebenaran ilmiah
dianggap sebagai kebenaran yang bersifat universal.
 Sifat empiris
Kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada.
 Sifat pragmatis
Sifat ini menggabungkan dua sifat sebelumnya. Pernyataan dianggap benar secara
logis dan empiris serta memiliki nilai guna dalam memecahkan permasalahan yang
ada dalam kehidupan ini.

3. Komentar
Saya setuju dengan pemikiran kaum pragmatis yang menyatakan bahwa suatu ide
maupun pernyataan dianggap benar jika memiliki kegunaan. Pernyataan kaum empiris
dan rasionalis juga benar, tergantung dari sudut pandang mana kita melihat teori
tersebut. Akan tetapi teori tersebut. Nilai konsep atau pertimbangan kita, bergantung
kepada akibatnya, kepada kerjanya. Artinya, bergantung pada keberhasilan perbuatan
yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Akan tetapi andangan kaum pragmatis lebih
dapat saya terima. Pertimbangan itu benar bila bermanfaat pada pelakunya,
memperkaya hidup dan kemungkinan-kemungkinan. Menurut kaum pragmatis tidak
ada sesuatu yang tetap. Manusia senantiasa bergerak dan berubah. Jika mengalami
kesulitan, segera berfikir untuk mengatasi kesulitan itu. Maka dari itu berfikir tidak
lain dari pada alat (instrumen) untuk bertindak. Kebenaran dari pengertian dapat
ditinjau dari keberhasilan tidaknya mempengaruhi kenyataan. Satu-satunya cara yang
dapat dipercaya untuk mengatur pangalaman dan untuk mengetahui artinya yang
sebenarnya adalah metoda induktif. Metode ini tidak hanya berlaku bagi ilmu
pengatahuan fisika, melainkan juga bagi persoalan-soalan sosial dan moral.

Anda mungkin juga menyukai