Anda di halaman 1dari 6

Balqis Dwiyanti Haedar

70600116019

1. Mekanisme defisiensi vitamin D pada geriatric!


Jawab :
Vitamin D terutama diperoleh dari hasil sintesis di kulit yang dipicu
oleh paparan UVB dari sinar matahari, dan sebagian kecil dari
penyerapan makanan. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap
defisiensi vitamin D pada geriatri antara lain usia > 50 tahun, jenis
kelamin perempuan, pigmentasi kulit gelap, integritas kulit yang buruk,
kurangnya waktu berada diluar rumah, rendahnya asupan vitamin D dari
makanan, obesitas (IMT > 30), malabsorpsi, penurunan fungsi ginjal,
dan penggunaan obat-obatan (misalnya antikonvulsan).
Penyebab utama def vit D pada geriatri adalah karena kurangnya
paparan UVB. Mobilitas yang rendah pada orang tua misalnya karena
fungsi fisiologis yang menurun dan kondisi dalam perawatan membatasi
paparan sinar matahari. Sehingga sintesis vitamin D yang diinduksi
UVB tidak berlangsung. Nafsu makan yang kurang pada orang tua
menyebabkan kurangnya vitamin D yang dapat diperoleh dari makanan.
Pada orang tua, jumlah jaringan adiposa lebih banyak di banding usia
muda. Keadaan ini diperburuk dengan kondisi obesitas pada lansia,
karena peningkatan adipose akan menurunkan sintesis vitamin D di
jaringan kulit. Gangguan absorpsi saluran cerna akan menurunkan
jumlah vitamin D yang dapat diserap dari makanan sehingga walaupun
intake vitamin D adekuat, tetapi tetap terjadi def vit D.
Sumber :
Meehan M, Penckofer S. “The Role of Vitamin D in the Aging Adult” J
Aging Gerontol ;2014 Dec; 2(2): 60–71.
Boucher, BJ. “The Problems of Vitamin D Insufficiency in Older
People”. Aging Dis ; 2012 Aug; 3(4): 313–329.
2. Mekanisme defisiensi vitamin B12 pada geriatric!
Jawab :
a. Faktor intake makanan
Penyebab defisiensi vitamin B12 antara lain ialah intake
inadekuat dan malabsorpsi. Kurangnya diet dari sumber makanan
hewani juga memicu defisiensi vitamin B12. Penyebab paling
umum dari deifsiensi vitamin B12 pada orang tua ialah malabsorpsi
cobalamin dari makanan.
b. Faktor atrofi gaster
Penyebab malabsorpsi ini adalah Gastritis atrofi yang terkait
infeksi H. pylori, konsumsi jangka panjang PPI, histamin H2
blocker, alkohol kronis, operasi bypass lambung, dan insufisiensi
pankreas pada pasien dengan penyalahgunaan alkohol dan fibrosis
kistik. Setiap proses yang mengganggu pelepasan vitamin B12
bebas, seperti penurunan produksi asam lambung dan pepsin untuk
melepaskan vitamin B12 dari makanan, dan gangguan sekresi enzim
pankreas untuk melepaskan vitamin B12 dari vitamin B12-R -
protein kompleks menimbulkan gangguan penyerapan vitamin B12.
Malabsorpsi ditandai dengan ketidakmampuan untuk melepaskan
vitamin B12 dari makanan atau dari protein pengikatnya dan dengan
demikian, mencegah vitamin B12 diambil oleh faktor intrinsik untuk
penyerapan.
c. Anemia pernisiosa
Penyebab klasik dari malabsorpsi vitamin B12. Ini ditandai
dengan perusakan mukosa lambung, terutama mukosa fundus, oleh
mekanisme yang dimediasi sel. Ada kehancuran progresif dan
akhirnya kehilangan faktor intrinsik yang dihasilkan sel parietal
lambung. Auto-antibodi dalam jus lambung mengikat dan
memblokir situs pengikat vitamin B12 dari faktor intrinsik dan
mencegah penyerapan vitamin B12.
d. Faktor obat-obatan
Pada orang tua, penggunaan obat jangka panjang untuk
mengurangi komorbiditas dapat mengganggu atau mengurangi
penyerapan vitamin B12. Obat-obatan ini mencakup PPI dan
penghambat histamin H2, yang menekan sekresi asam lambung dan
mencegah pelepasan vitamin B12 dari makanan. Obat-obatan lain
seperti metformin mengurangi ketersediaan ion kalsium bebas
dalam usus untuk pengambilan vitamin B12 - faktor intrinsik
kompleks pengambilan oleh reseptor membran sel ileum, dan
cholestyramine mengganggu penyerapan vitamin B12 dari usus.
Sumber :
Wong CW. “Vitamin B12 deficiency in the elderly: is it worth
screening?” Hong Kong Med J ; 2015; 21: 155–64.
3. Mekanisme difisiensi Asam Folat Pada Geriatri!
Jawab :
Difisiensi asam folat bisa terjadi apaabila juga terjadi difisiensi
Vitamin B12 , Karena Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat
menjadi bentuk atif, dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel,
terutamaa sel-sel saluran cerrna, sumsum tulang, dan jaringan saraf,
cukup asupan vitamin B12 dapat dikaitkan penurunan kognitif lebih
lambat pada lanjut usia.
Sumber :
Morris, M. C., et al. “Dietaryfolate and vitamin B12 intake and
cognitive decline among communitydwelling older persons”.
Archives of Neurology; 62(4), 641–645

4. Mekanisme defisiensi kalsium Pada Geriatri!


Jawab :
Dari hasil penelitian Bullamore JR et al mengatakan bahwa pada
usia 60 tahun akan terjadi penurunan penyerapan kalsium dan setelah
usia 80 tahun akan terjadi malabsorbsi yang signifikan sehingga terjadi
defisiensi kalsium pada geriatri
Penurunan regulasi hormon dari kalsium yang terionisasi oleh
paratitoid, vitamen D, dan serum kalsium yang terionisasi sendiri
Pada wanita menopause terjadi penurunan hormon estrogen
signifikan. Akibat kekurangan esrogen ini menyebabkan peningkatan
sensitivitas sekresi paratiroidhormon (PTH). PTH ini kemudian akan
meningkatkan absorbsi tulang. Selain itu penurunan hormon estrogen
menyebabkan peningkatkan sekresi Ca+ oleh ginjal.
Sumber :
Bullamore JR., et al. “Effect of age on calcium absorption. The Lancet
Peacock M. Calcium metabolism in health and disease”. Clinical
Journal of the American Society of Nephrology (CJN); 2010;5:23
Riggs BL, Khosla S, Melton LJ. “A unitary model for involutional
osteoporosis: estrogendeficiency causes both type I and type II
osteoporosis in postmenopausal women and contributes to bone loss
in aging men”. Journal of Bone and Mineral Research (JBMR) ;
1998;13(5):763

5. Mekanisme defisiensi Zat besi Pada Geriatri!


Jawab :
Zat besi merupakan salah satu mineral utama yang diperlukan tubuh
dan memegang peranan penting dalam beragam reaksi biokimia.
Kelompok lansia pada umumnya memiliki gigi yang tidak sempurna
lagi, sehingga mempunyai keterbatasan dalam mengonsumsi zat besi
yang bersumber dari hewani (heme iron), akibatnya lansia sangat rentan
terhadap kejadian anemia. Walaupun lansia dapat mengonsumsi zat besi
sumber nabati, namun apabila dikonsumsi bersama-sama dengan
inhibitor absorpsi zat besi maka penyerapan zat besinya akan terhambat,
sehingga lansia tersebut tetap rentan terhadap kejadian anemia. Anemia
defisiensi besi merupakan penyakit nomor satu terbanyak yang diderita
oleh lansia di Indonesia dengan angka kejadian sebesar 50%.
Rendahnya asupan protein akan mengganggu proses pengangkutan,
pembentukan dan penyimpanan zat besi. Ada tiga jenis protein yang
saling terkait dalam pengangkutan dan penyimpanan zat besi dalam
tubuh yaitu transferin, reseptor trasferin 1 (TfR1) dan feritin. Transferin
mengangkut besi ke jaringan yang mempunyai reseptor trasferin,
khususnya eritroblas yang ada di dalam sumsum tulang untuk proses
pembentukan hemoglobin. Apabila proses ini terganggu akan
menyebabkan anemia. Penyebab lain terjadinya anemia dapat
dipengaruhi oleh kualitas makanan sumber zat besi yang di konsumsi
oleh seseorang. Sumber makanan besi non-heme lebih sulit absorbsi
dibandingkan besi heme. Besi heme akan diabsobsi ke dalam sel mukosa
sebagai kompleks porfi rin utuh. Kemudian, cincin forfi rin akan
dipecahkan dengan enzim khusus (hemoksigenase) di sel mukosa, dan
besi dapat dibebaskan. Besi non hame di dalam lambung diubah menjadi
fero dan dibutuhkan vitamin C agar lebih mudah diabsorbsi.
Pada duodemun akan terjadi proses penyerapan zat besi, kemudian
akan dibawa melalui membran mukosa dan serosa ke dalam darah.
Sebagian besar transferin akan membawa besi ke sumsum tulang yang
akan digunakan untuk membuat hemoglobin. Apabila tubuh kekurangan
zat besi maka proses pembentukan sel darah merah akan terganggu yang
akan menyebabkan anemia. Jarang mengonsumsi sayur dan buah serta
mengonsumsi makanan sumber vitamin C dengan jumlah sedikit pada
lansia akan membuat berkurangnya absorbsi fe. Apabila melihat pola
makan lansia, masih banyak di antara mereka yang mengonsumsi
sumber protein non heme. Oleh sebab itu, konsumsi vitamin C sangat
penting untuk meningkatkan penyerapan besi non heme. Vitamin C
dapat menghambat ekspresi hepcidin dengan mempengaruhi reseptor
eryhropoietin sehingga terjadi peningkatan absorbsi zat besi.
Sumber :
Jansari, Joosje.,dkk. “Faktor- fktor yang mempengaruhi terjadinya
Anemia Defisiensi Besi Pada Golongan Usia Lanjut Di
Kelurahan Pela Mampang Jakarta Selatan.Jakarta”. Universitas
Pembangunan Nasional Veteran
Putri Rahmah Alamsyah, Dini Ririn Andrias. “Hubungan Kecukupan
Zat Gizi Dan Konsumsi Makanan Penghambat Zat Besi Dengan
Kejadian Anemia Pada Lansia”. Surabaya:Media Gizi Indonesia
:2016 Vol. 11, No. 1
6. Mekanisme defisiensi Zink Pada Geriatri!
Jawab :
Usia lansia membutuhkan asupan gizi mikronutrien yang lebih dibanding
dewasa muda makanya dibutuhkan asupan yang cukup khususnya zinc.
Pada lansia terdapat degeneratif atau penurunan fungsi organ pada tractus
gastrointestinal sehingga reabsorpsi zinc terganggu. Pada penelitian
sebelumnya menurut Gunshin 1997 bahwa kerja dari Fe dan Zn antagonis
dimana ketika terjadi peningkatan kadar Fe maka reabsorpsi dari Zn akan
menurun begitupun sebaliknya, namun dalam penelitian terbaru oleh
Gaither & Eider,2001 mengemukakan bahwa kerja Fe dan Zn memiliki
mekanisme masing-masing tanpa mempengaruhi satu sama lainnya.
Dalam kondisi tubuh defesiensi Zn akan meningkatkan kebutuhan nutrisi
berupa vitamin E sebagai antioksidan yang bagi tubuh.
Sumber :
N Meunier. “Importance of zinc in the elderly : the ZENITH study”
European Journal Of Clinical Nutrition (EJCN): 2005

Anda mungkin juga menyukai