Jawab : Vitamin D terutama diperoleh dari hasil sintesis di kulit yang dipicu oleh paparan UVB dari sinar matahari, dan sebagian kecil dari penyerapan makanan. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap defisiensi vitamin D pada geriatri antara lain usia > 50 tahun, jenis kelamin perempuan, pigmentasi kulit gelap, integritas kulit yang buruk, kurangnya waktu berada diluar rumah, rendahnya asupan vitamin D dari makanan, obesitas (IMT > 30), malabsorpsi, penurunan fungsi ginjal, dan penggunaan obat-obatan (misalnya antikonvulsan). Penyebab utama def vit D pada geriatri adalah karena kurangnya paparan UVB. Mobilitas yang rendah pada orang tua misalnya karena fungsi fisiologis yang menurun dan kondisi dalam perawatan membatasi paparan sinar matahari. Sehingga sintesis vitamin D yang diinduksi UVB tidak berlangsung. Nafsu makan yang kurang pada orang tua menyebabkan kurangnya vitamin D yang dapat diperoleh dari makanan. Pada orang tua, jumlah jaringan adiposa lebih banyak di banding usia muda. Keadaan ini diperburuk dengan kondisi obesitas pada lansia, karena peningkatan adipose akan menurunkan sintesis vitamin D di jaringan kulit. Gangguan absorpsi saluran cerna akan menurunkan jumlah vitamin D yang dapat diserap dari makanan sehingga walaupun intake vitamin D adekuat, tetapi tetap terjadi def vit D. Sumber : Meehan M, Penckofer S. “The Role of Vitamin D in the Aging Adult” J Aging Gerontol ;2014 Dec; 2(2): 60–71. Boucher, BJ. “The Problems of Vitamin D Insufficiency in Older People”. Aging Dis ; 2012 Aug; 3(4): 313–329. 2. Mekanisme defisiensi vitamin B12 pada geriatric! Jawab : a. Faktor intake makanan Penyebab defisiensi vitamin B12 antara lain ialah intake inadekuat dan malabsorpsi. Kurangnya diet dari sumber makanan hewani juga memicu defisiensi vitamin B12. Penyebab paling umum dari deifsiensi vitamin B12 pada orang tua ialah malabsorpsi cobalamin dari makanan. b. Faktor atrofi gaster Penyebab malabsorpsi ini adalah Gastritis atrofi yang terkait infeksi H. pylori, konsumsi jangka panjang PPI, histamin H2 blocker, alkohol kronis, operasi bypass lambung, dan insufisiensi pankreas pada pasien dengan penyalahgunaan alkohol dan fibrosis kistik. Setiap proses yang mengganggu pelepasan vitamin B12 bebas, seperti penurunan produksi asam lambung dan pepsin untuk melepaskan vitamin B12 dari makanan, dan gangguan sekresi enzim pankreas untuk melepaskan vitamin B12 dari vitamin B12-R - protein kompleks menimbulkan gangguan penyerapan vitamin B12. Malabsorpsi ditandai dengan ketidakmampuan untuk melepaskan vitamin B12 dari makanan atau dari protein pengikatnya dan dengan demikian, mencegah vitamin B12 diambil oleh faktor intrinsik untuk penyerapan. c. Anemia pernisiosa Penyebab klasik dari malabsorpsi vitamin B12. Ini ditandai dengan perusakan mukosa lambung, terutama mukosa fundus, oleh mekanisme yang dimediasi sel. Ada kehancuran progresif dan akhirnya kehilangan faktor intrinsik yang dihasilkan sel parietal lambung. Auto-antibodi dalam jus lambung mengikat dan memblokir situs pengikat vitamin B12 dari faktor intrinsik dan mencegah penyerapan vitamin B12. d. Faktor obat-obatan Pada orang tua, penggunaan obat jangka panjang untuk mengurangi komorbiditas dapat mengganggu atau mengurangi penyerapan vitamin B12. Obat-obatan ini mencakup PPI dan penghambat histamin H2, yang menekan sekresi asam lambung dan mencegah pelepasan vitamin B12 dari makanan. Obat-obatan lain seperti metformin mengurangi ketersediaan ion kalsium bebas dalam usus untuk pengambilan vitamin B12 - faktor intrinsik kompleks pengambilan oleh reseptor membran sel ileum, dan cholestyramine mengganggu penyerapan vitamin B12 dari usus. Sumber : Wong CW. “Vitamin B12 deficiency in the elderly: is it worth screening?” Hong Kong Med J ; 2015; 21: 155–64. 3. Mekanisme difisiensi Asam Folat Pada Geriatri! Jawab : Difisiensi asam folat bisa terjadi apaabila juga terjadi difisiensi Vitamin B12 , Karena Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk atif, dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutamaa sel-sel saluran cerrna, sumsum tulang, dan jaringan saraf, cukup asupan vitamin B12 dapat dikaitkan penurunan kognitif lebih lambat pada lanjut usia. Sumber : Morris, M. C., et al. “Dietaryfolate and vitamin B12 intake and cognitive decline among communitydwelling older persons”. Archives of Neurology; 62(4), 641–645
4. Mekanisme defisiensi kalsium Pada Geriatri!
Jawab : Dari hasil penelitian Bullamore JR et al mengatakan bahwa pada usia 60 tahun akan terjadi penurunan penyerapan kalsium dan setelah usia 80 tahun akan terjadi malabsorbsi yang signifikan sehingga terjadi defisiensi kalsium pada geriatri Penurunan regulasi hormon dari kalsium yang terionisasi oleh paratitoid, vitamen D, dan serum kalsium yang terionisasi sendiri Pada wanita menopause terjadi penurunan hormon estrogen signifikan. Akibat kekurangan esrogen ini menyebabkan peningkatan sensitivitas sekresi paratiroidhormon (PTH). PTH ini kemudian akan meningkatkan absorbsi tulang. Selain itu penurunan hormon estrogen menyebabkan peningkatkan sekresi Ca+ oleh ginjal. Sumber : Bullamore JR., et al. “Effect of age on calcium absorption. The Lancet Peacock M. Calcium metabolism in health and disease”. Clinical Journal of the American Society of Nephrology (CJN); 2010;5:23 Riggs BL, Khosla S, Melton LJ. “A unitary model for involutional osteoporosis: estrogendeficiency causes both type I and type II osteoporosis in postmenopausal women and contributes to bone loss in aging men”. Journal of Bone and Mineral Research (JBMR) ; 1998;13(5):763
5. Mekanisme defisiensi Zat besi Pada Geriatri!
Jawab : Zat besi merupakan salah satu mineral utama yang diperlukan tubuh dan memegang peranan penting dalam beragam reaksi biokimia. Kelompok lansia pada umumnya memiliki gigi yang tidak sempurna lagi, sehingga mempunyai keterbatasan dalam mengonsumsi zat besi yang bersumber dari hewani (heme iron), akibatnya lansia sangat rentan terhadap kejadian anemia. Walaupun lansia dapat mengonsumsi zat besi sumber nabati, namun apabila dikonsumsi bersama-sama dengan inhibitor absorpsi zat besi maka penyerapan zat besinya akan terhambat, sehingga lansia tersebut tetap rentan terhadap kejadian anemia. Anemia defisiensi besi merupakan penyakit nomor satu terbanyak yang diderita oleh lansia di Indonesia dengan angka kejadian sebesar 50%. Rendahnya asupan protein akan mengganggu proses pengangkutan, pembentukan dan penyimpanan zat besi. Ada tiga jenis protein yang saling terkait dalam pengangkutan dan penyimpanan zat besi dalam tubuh yaitu transferin, reseptor trasferin 1 (TfR1) dan feritin. Transferin mengangkut besi ke jaringan yang mempunyai reseptor trasferin, khususnya eritroblas yang ada di dalam sumsum tulang untuk proses pembentukan hemoglobin. Apabila proses ini terganggu akan menyebabkan anemia. Penyebab lain terjadinya anemia dapat dipengaruhi oleh kualitas makanan sumber zat besi yang di konsumsi oleh seseorang. Sumber makanan besi non-heme lebih sulit absorbsi dibandingkan besi heme. Besi heme akan diabsobsi ke dalam sel mukosa sebagai kompleks porfi rin utuh. Kemudian, cincin forfi rin akan dipecahkan dengan enzim khusus (hemoksigenase) di sel mukosa, dan besi dapat dibebaskan. Besi non hame di dalam lambung diubah menjadi fero dan dibutuhkan vitamin C agar lebih mudah diabsorbsi. Pada duodemun akan terjadi proses penyerapan zat besi, kemudian akan dibawa melalui membran mukosa dan serosa ke dalam darah. Sebagian besar transferin akan membawa besi ke sumsum tulang yang akan digunakan untuk membuat hemoglobin. Apabila tubuh kekurangan zat besi maka proses pembentukan sel darah merah akan terganggu yang akan menyebabkan anemia. Jarang mengonsumsi sayur dan buah serta mengonsumsi makanan sumber vitamin C dengan jumlah sedikit pada lansia akan membuat berkurangnya absorbsi fe. Apabila melihat pola makan lansia, masih banyak di antara mereka yang mengonsumsi sumber protein non heme. Oleh sebab itu, konsumsi vitamin C sangat penting untuk meningkatkan penyerapan besi non heme. Vitamin C dapat menghambat ekspresi hepcidin dengan mempengaruhi reseptor eryhropoietin sehingga terjadi peningkatan absorbsi zat besi. Sumber : Jansari, Joosje.,dkk. “Faktor- fktor yang mempengaruhi terjadinya Anemia Defisiensi Besi Pada Golongan Usia Lanjut Di Kelurahan Pela Mampang Jakarta Selatan.Jakarta”. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Putri Rahmah Alamsyah, Dini Ririn Andrias. “Hubungan Kecukupan Zat Gizi Dan Konsumsi Makanan Penghambat Zat Besi Dengan Kejadian Anemia Pada Lansia”. Surabaya:Media Gizi Indonesia :2016 Vol. 11, No. 1 6. Mekanisme defisiensi Zink Pada Geriatri! Jawab : Usia lansia membutuhkan asupan gizi mikronutrien yang lebih dibanding dewasa muda makanya dibutuhkan asupan yang cukup khususnya zinc. Pada lansia terdapat degeneratif atau penurunan fungsi organ pada tractus gastrointestinal sehingga reabsorpsi zinc terganggu. Pada penelitian sebelumnya menurut Gunshin 1997 bahwa kerja dari Fe dan Zn antagonis dimana ketika terjadi peningkatan kadar Fe maka reabsorpsi dari Zn akan menurun begitupun sebaliknya, namun dalam penelitian terbaru oleh Gaither & Eider,2001 mengemukakan bahwa kerja Fe dan Zn memiliki mekanisme masing-masing tanpa mempengaruhi satu sama lainnya. Dalam kondisi tubuh defesiensi Zn akan meningkatkan kebutuhan nutrisi berupa vitamin E sebagai antioksidan yang bagi tubuh. Sumber : N Meunier. “Importance of zinc in the elderly : the ZENITH study” European Journal Of Clinical Nutrition (EJCN): 2005