Anda di halaman 1dari 6

Berdasarkan penyampaian mengenai sejarah perumusan Pancasila dan sejarah penerapan UUD

1945, kita dapat melihat banyak hal yang tidak dapat terlepas di antara keduanya. Pancasila dan
UUD 1945 merupakan satu kesatuan dalam hal membingkai kehidupan segenap rakyat Indonesia
beserta dengan praktek penyelenggaraan kedaulatan negara. merupakan suatu hal yang menarik
jika kita memperhatikan benang merah di antara keduanya.
Dalam kesempatan ini, kita akan banyak membahas mengenai hubungan di antara Pancasila
dengan UUD 1945. Terdapat dua jenis hubungan yang dapat kita bahas mengenai keduanya, yaitu
hubungan secara formal dan hubungan secara material. Pertama kita akan membahas mengenai
hubungan Pancasila dengan UUD 1945 secara formal. Berdasarkan KBBI, kita dapat memahami
kata formal sebagai sesuai dengan peraturan yang berlaku atau menurut adat kebiasaan yang
berlaku.
Berdasarkan pengertian tersebut, kita akan membahas mengenai hubungan Pancasila dengan UUD
1945 menggunakan kaca mata peraturan atau konstitusional. Pembahasan mengenai hubungan
Pancasila dengan UUD ini akan memperkaya khasanah pengetahuan terutama mengenai seperti
apa sejarah memandang keduanya dalam sudut pandang legal. Nah, berikut ini merupakan
pembahasan mengenai hubungan Pancasila dengan UUD 1945 secara formal:
1. Pancasila Merupakan Kaidah Negara yang Mendasar
Ketika suatu negara menyatakan kemerdekaannya, tentu negara tersebut membutuhkan suatu
panduan atau pedoman untuk arah gerak negara itu. Tanpa adanya pedoman atau panduan tersebut,
tentu suatu negara akan mengalami kebingungan dan tidak jelas ketika hendak menghasilkan suatu
kebijakan. Maka dari itu, dibutuhkan adanya kaidah negara yang mendasar sebagai upaya untuk
memperjelas jalannya suatu negara.
Begitu pun halnya dengan negara kita, Pancasila menjadi kaidah yang mendasar dalam setiap
langkah dan penentuan kebijakan yang berpihak kepada rakyat. Pancasila sebagai kaidah negara
selanjutnya dijiwai di dalam seluruh batang tubuh atau pasal dan ayat dalam UUD 1945, sehingga
secara tidak langsung UUD 1945 merupakan kaidah dasar negara pula.
2. Pancasila Sebagai Inti dari Pembukaan UUD 1945

Tentunya banyak di antara pembaca yang telah mengetahui atau bahkan menghafal isi dari
pembukaan UUD 1945. Bersama kita mengetahui bahwa alinea keempat dari pembukaan UUD
1945 tidak lain dan tidak bukan merupakan rumusan dari Pancasila yang kita kenal hingga saat
ini. Hal ini menunjukkan bahwa inti dari pembukaan UUD 1945 ialah Pancasila itu sendiri.
UUD 1945 yang merupakan sumber hukum tertinggi di negara ini. Maka dari itu, sejatinya inti
dari sumber hukum tertinggi itu ialah Pancasila. Isi dari UUD 1945 tidak boleh bertentangan
dengan isi dari Pancasila. Ketika terjadi pertentangan tersebut, maka supremasi hukum di
Indonesia tidak dapat diwujudkan dengan semestinya. Dengan demikian, keserasian di antara
pancasila dengan UUD 1945 merupakan sebuah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
semuanya demi terlaksana demokrasi pancasila yang seharusnya.
3. Pembukaan UUD 1945 Tidak Bergantung pada Batang Tubuh UUD 1945
Batang tubuh UUD 1945 yang terdiri dari pasal-pasal dan ayat-ayat merupakan penjabaran dari
pembukaan UUD 1945, sedangkan inti dari pembukaan UUD 1945 ialah Pancasila. Ini merupakan
salah satu hubungan Pancasila dengan UUD 1945 berdasarkan sejarah dalam ruang lingkup
formal. Nah, berdasarkan hal ini, kita dapat menyimpulkan bahwa sejatinya pembukaan UUD
1945 tidak bergantung pada batang tubuhnya.
Arti dari hal ini ialah, batang tubuh dari UUD 1945 dapat terus berubah mengikuti perkembangan
zaman selama ia tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila yang terdapat di dalam
pembukaan UUD 1945. Ketika terjadi pertentangan di antara batang tubuh dengan Pancasila, maka
hal tersebut haruslah dicegah agar tidak terjadi bentur di dalam peraturan perundang-undangan.
sekalipun demikian, maka yang tetap harus dipertahankan ialah nilai-nilai yang dimiliki oleh
ideologi negara kita, pancasila.
4. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara
Poin pertama dari hubungan Pancasila dengan UUD 1945 ialah Pancasila merupakan kaidah dasar
negara, sedangkan inti dari pembukaan UUD ialah Pancasila. Maka dari itu, hubugnan Pancasila
dengan UUD 1945 selanjutnya ialah pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara.
Ketika pembukaan UUD 1945 menjadi pokok kaidah negara, maka setiap tahapan kebijakan
publik yang dilakukan oleh pemerintah harus senantiasa berdasarkan pada pembukaan UUD 1945
tersebut. pihak yang memegang kekuasaan legislatif harus selalu mengawasi pemerintah agar
pemerintah tetap berpegang teguh pada Pancasila dan ketentuan di dalam UUD 1945, baik di
dalam pembukaan atau batang tubuhnya.
Hubungan Pancasila dengan UUD 1945 Secara Material
Selain memiliki hubungan dalam kaca mata formal, Pancasila dan UUD 1945 juga memiliki
hubungan dalam konteks material. Di dalam KBBI, kata material memiliki arti yaitu bahan yang
akan digunakan untuk membuat barang lain. jika kita berbicara dalam ruang lingkup peraturan
perundang-undangan, kata material dapat diartikan sebagai isi atau apa-apa yang dibahas di dalam
sesuatu.
Hubungan secara material di antara Pancasila dan UUD 1945 ini akan mengungkap betapa
perumusan dan pemberlakuan Pancasila dan UUD 1945 ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat
terlepas di antara satu dengan yang lainnya. Kerumitan dalam perumusan keduanya juga
membuktikan bahwa kerja keras para pendiri bangsa bukanlah suatu hal yang patut untuk kita
lupakan. Nah, berikut ini merupakan pembahasan lebih lanjut mengenai hubungan Pancasila
dengan UUD 1945 berdasarkan sejarah dalam konteks material:
1. Isi Pancasila Terangkum dalam Empat Alinea UUD 1945
Secara material, hubungan Pancasila dengan UUD 1945 berdasarkan sejarah ialah isi Pancasila
tercantum di dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Lebih dari itu, isi
dari Pancasila telah terangkum di dalam setiap alinea pembukaan UUD 1945. Di dalam alinea
pertama, kita dapat menemukan secara lugas sila kedua dari Pancasila, yaitu kemanusiaan yang
adil dan beradab. sila pertama dapat kita temui di dalam alinea yang ketiga. Sila ketiga terdapat di
alinea kedua dari pembukaan UUD 1945. Sila keempat dan kelima dapat secara jelas ditemui di
dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945.
2. Pancasila dan UUD 1945 Sebagai Sumber Hukum Dasar Indonesia
Suatu negara untuk membangun sektor hukumnya, diperlukan sumber hukum yang menjadi dasar
dari setiap tata aturan perundang-undangan. Sama halnya dengan negara tercinta kita ini,
diperlukan sumber hukum tertinggi untuk menjadi dasar bagi setiap hukum yang berlaku di
Indonesia. Pancasila dan UUD 1945 menjadi dua serangkai yang menjadi sumber dasar hukum di
Indonesia.
Setiap hukum yang berlaku di Indonesia harus bersesuaian dengan Pancasila dan UUD 1945. Suatu
peraturan perundang-undangan tidak akan lulus atau diberlakukan ketika ia bertentangan dengan
sumber hukum tertinggi itu.
3. Nilai-Nilai Pancasila Harus Diwujudkan dalam UUD 1945
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, inti dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
ialah Pancasila. Hal ini berimplikasi pada adanya suatu kewajiban yang harus diikuti yaitu setiap
nilai-nilai Pancasila yang terdapat di dalam alinea keempat harus diwujudkan di dalam batang
tubuh UUD 1945. Maka dari itu, ketika kita memperhatikan secara mendalam setiap pasal di dalam
UUD 1945, maka kita dapat menentukan pasal tersebut merupakan penerapan dari Pancasila sila
keberapa. Untuk saat ini, tidak mungkin ada sila di dalam Pancasila yang tidak terdapat
pembahasannya di dalam pasal-pasal UUD 1945.

4. Pancasila Sebagai Sumber Semangat bagi UUD 1945


Ini merupakan salah satu hubungan Pancasila dengan UUD 1945 berdasarkan sejarah dalam
lingkup material yang paling hangat pembahasannya. Maksud dari Pancasila sebagai sumber
semangat bagi UUD 1945 ialah dalam setiap pembahasan mengenai pasal-pasal UUD 1945
didasari dengan semangat dan tujuan dari keberadaan Pancasila.
Selain itu, adanya nilai-nilai instrumental dari Pancasila tentunya menyebabkan terjadinya
perubahan bagi pasal-pasal dalam UUD 1945 berikut peraturan perundang-undangan yang ada di
bawahnya jika terjadi perubahan zaman yang mengharuskan dirinya didampingi oleh perubahan
peraturan perundang-undangan pula.
1. Hubungan formal
Dengan di cantumkannya secara formal didalam pembukaan UUD 1945 maka
pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Denagn
demikian tat kehidupan bertatanegara tidak hanya bertopang kepada asas-asas sosial,
ekonomo, politik, akan tetapi dalam perpaduaanyya denagn keseluruhan asas yang
melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius dan asas-asas
kenegaraan yang unsurnya berdampak pada pancasila.
Jadi berdasarkan tempat terdapatnya pancasila secara formal dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1) Bahwa rumusan pancasila sebagi dasar negara republik indonesia adalah


seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2) Bahwa pembukaan UUD 1945 berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan
pokok kaidah negara yang fundamental. dan terhadap tertib hukum
indonesia mempunyai 2 macam keduduikan yaitu:
a. Sebagai dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 itulah yang
memberikan faktor-faktor mutlak. Bagi adanya hukum tertip hukum
indonesia.
b. Memasukkan dirinya dalam tertib hukum tersebut sebagi hukum
tertinggi.
3) Bahwa dengan demikian pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan
berfungsi selain sebagai muqaddimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang
tidak dapat di pisahkan jiaka berkedudukan sebagai sesuatu yang
bereksistensi sendiri, yang hakekat kedudukan hukum nya berbeda denagn
pasal-pasal nya. Karena pembukaan UUD 1945 yang intinya adalah
pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945, bahkan sebagi
sumber.
4) Dengan demikian pancasila dapat disimpulakan mempunyai hakekat, sifat,
kedudukan dan fungsi sebagi pokok kaedah negara yang hundamental, yang
menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup negara republik
indnesia yang di proklamirkan pad tanggal 17 agustus 1945.
5) Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempnyai
kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diuabah ydan terlekat pada
kelangsunagn hidup negar republik indonesia.
Dengan demikian pancasila sebagi substansi esensial dari pembukaan dan
mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam pembukaan, sehingga baik rumusan
maupun yuridiksinya sebagi ddasar negara adalah sebagaimana terdapat dalam
pembukaan UUD 1945. Maka perumusan yang menyimpang dari pembukaan tersebut
adalah sama halnya dengan mengubah secara tidak sah pembukaan UUD 1945, bahkan
berdasarkan hukum positif sekalipun dan hal ini sebagimana yang di tentukan dalam
ketetapan MPRS no XX/MPRS/1966

2. Hubungan material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang
bersifat formal, sebagaimana yang dijelaskan di atas juga hubungan secara material
sebagai berikut:
Bila kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila secara kronologis, materi
yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru
kemudian pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama pembukaan UUD 1945
BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara pancasila.
Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum Indonesia pembukaan UU/D 1945
adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia
bersumberkan pada Pancasila. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia
dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai tertib
sumber hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi sumber bentuk dan
sifat.
Selain itu dalam hubunganya dengan hakikat dan kedudukan Pembukaan UUD
1945 sebagai pokok kaidah dasar yang fundamental, maka sebenarnya secara material
yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara fundamental tersebut
tidak lain adalah Pancasila.
Seperti telah disinggung dimuka bahwa di samping Undang-Undang dasar,
masih ada hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupakan sumber hukum,yang
menurut penjelasan UUD 1945 merupakan aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis, inilah yang dimaksuk
denagn konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap atau pengisi
kekosongan yang timbul dari praktek kenegraan, oleh karena itu tersebut tidak
terdapat dalam Undang-Undang dasar. UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal
ditambah dengan empat pasal Aturan peralihan dan dua aturan tambahan, maka UUD
1945 termasuk singkat dan bersifat supel atau fleksibel. Dalam hubungan ini
penjelasan UUD 1945 mengemukakan bahwa telaah cukuplah kalau undang-undang
dasar hanya memuat aturan-aturan pokok garis-garis besar sebagi instruksi kepada
pemerintah pusat dan lain-lain, penyelenggaraan negara untuk untuk kehidupan
negara. Undang-Undang dasar yang disingkat itu sangat menguntungkan bagi negaraa
indonesia ini yang masih harus terus berkembang bagi negara seperti Indonesia ini
yang masih harus terus menerus berkembang secara dinamis. Sehingga denagn aturan-
aturan pokok itu akan merupakan aturan yang kenyal dan tidak mudah ketinggalan
zaman, sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan-aturan undang-undang
yang lebih mudah, oleh karena itu makin supel(elastic) itu semakin baik. Jadi kita
harus menjadi yang supel agar undang-undang dasar jangan sampai ketinggalan
zaman. Yang penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara harus lebih
semangat yaitu semangat yang dinamis, positif, konstuktifseperti yang dikehendaki
oleh pembukaan UUD 1945.

a) Dimensi idealitas.
Yaitu kualitas yang terkandung di dalamnya mampu menggugah harapan, optimisme, dan
motivasi para pendukungnya sehingga gagasan-gagasan vital yang terkandung di dalamnya
benar-benar diyakini kebenarannya dan akan diwujudkan menjadi kenyataan.
b) Dimensi normatif.
Yaitu wujud dari dimensi idealitas yang dijabarkan dalam suatu system norma, misalnya
tersusun dalam susunan peraturan kenegaraan.
c) Dimensi realistis.
Artinya nilai-nilai yang dimiliki Pancasila tidak sekedar bersifat ideal, tetapi harus mampu
diaplikasikan dan diterima oleh masyarakat. Jadi, secara tidak langsung aplikasi nyata nilai-
nilai Pancasila harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan tumbuh dalam masyarakat.
d) Dimensi fleksibelitas.

Yaitu bersifat luwes dan terbuka bagi interpretasi baru hingga tetap aktul dan fungsional dalam
mengantisipasi setiap tuntutan jaman, tanpa hanyut dan tenggelam dalam arus perubahan
yang tidak terarah.

Anda mungkin juga menyukai