Bab I
Bab I
Dosen Pengampu:
Haslinda Yasti Agustin, S.Si, M.Pd
Disusun oleh:
NIM. 17208163032
PENDAHULUAN
1
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal.79
2
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Reneka Cipta, 2009), hal.12
3
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta; Pustaka elajar, 2004), hal. 172
yang didampingi oleh guru. Guru juga memiliki tugas yang begitu berat untuk
mengemban tugas dan tanggung jawabnya dalam mengantarkan peserta didik
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun tugas guru adalah tugas yang
sangat mulia karena mampu membagi ilmu yang ia dapat kemada pesert
didiknya. Oleh karena itu, sudah selayaknya guru memiliki kompetensi-
kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya untuk diaplikasikan dalam proses
belajar mengajrnya maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi dengan
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka guru harus di
tuntut untuk mampu mengimbangi teknologi yang berkembang di masyarakat
saat ini. Melalui pengajaran yang dilakukan oleh guru diharapkan dapat
menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi yang tinggi pula sehingga
mampu mengahdapi tantangan di zaman yang serba modern ini. Oleh karena itu,
Guru dan pendidikan harus mampu berkerjasama dalam menciptakan generasi
yang berkualitas baik secara keilmuan, sikap dan perilaku positif yang
mencerminkan orang berilmu.
Belajar adalah usaha mengubah tingkah laku dalam rangka mencapai
kebutuhan berdasarkan pemikiran, latihan dan pengalaman. Definisi tersebut
dapat memuat dua unsur penting yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar
yaitu, pertama adalah perubahan tingkah laku dan yang kedua adalah perubahan
yang terjadi karena adanya latihan, proses berfikir dan pengalaman. Dalam
konteks dunia sekolah, seorang siswa sudah dikatakan belajar apabila siswa
tersebut sudah mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan kebutuhan
sekolahnya. Sehingga untuk hal yang negative atau tidak sesuai kebutuhan
sekolah belum tentu dikatakan belajar meskipun melalui latihan dan juga
pengalaman.4 Sekolah merupakan tempat untuk menimba ilmu, tempat
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, serta tempat menerima dan memberi
pelajaran. Genge mendefinisikan belajar sebagai proses suatu perubahan tingkah
laku yang meliputi proses perubahan kecenderungan manusia seperti sikap,
minat, atau nilai dan perubahan kemampuan yakni peningkatan kemampuan
untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja).5
4
Annisatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal 13-14
5
Kokom Komalasari, Pembelajaran Konstektual, (Bandung, Refika Aditama, 2010), hal.2
Sedangkan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan peserta didik yang telah direncankan atau didesain,
dilaksanakan dan pada akhirnya dievaluasi secara sistematis supaya dapat
mencapai tujuan pembelajran yang efektif dan efisien.6 Dalam proses
pembelajaran terdapat empat komponen penting yang mempunyai pengaruh
dalam hal keberhasilan siswa diantaranya adalah bahan ajar, suasana belajar,
media dan sumber belajar serta guru sebagai subjek belajar. Komponen-
komponen tersebut sangat penting sehingga jika salah satu komponen saja hilang
maka akan menghambat proses belajar mengajar dan tujuan belajar mengajar
tidak akan tercapai dengan maksimal. Media dan sumber belajar dipilih sesuai
kebutuhan siswa, selain itu guru juga harus mampu menentukan model dan
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didiknya sehingga
siswa akan mudah menangkap materi yang diberikan oleh guru karena guru
adalah subjek pembelajaran.
Kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran harus mempunyai
beberapa indikator, diantaranya: mampu mmbuka pelajaran, mampu menyajikan
materi, mampu menggunakan metode/ strategi, mampu menggunakan alat/ alat
peraga, mampu menggunakan bahasa yang komunikatif, mampu memotivasi
siswa, mampu mengorganisasi kegiatan, mampu menyimpulkan pelajaran,
mampu memberikan umpan balik, mampu melaksanakan penilaian, dan mampu
menggunakan waktu.7
Seorang tenaga pendidik harus kreatif dalam mengembangkan bahan
ajarnya dan profesional dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Guru
juga harus mampu menggunakan pengetahuan dan kecakapannya dalam
memilih pendekatan, model dan strategi pemelajaran serta menggunakan metode
ataupun alat pengajaran yang dapat memberi pemahaman untuk siswa pada
konsep pelajaran yang diajarkan. Belajar yang terjadi pada individu merupakan
suaru perilaku yang kompleks yaitu adanya interaksi antara pebelajar dan
pembelajar yang bertujuan. Oleh karena itu, dengan adanya interaksi, maka
belajar dapat didinamiskan. Dinamika pebelajar yang bersifat internal bisa
6
ibid, hal.3
7
Depdiknas, Pedoman Pengembangan Silabus, (Jakarta : 2004), hal 13-14.
meliputi hirarki ranah-ranah seperi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Pada saat ini pelajaran terkadang hanya memeperhatikan ranah
kognitifdan afektifnya saja tanpa memperdulikan ranah psikomotorik padahal
ranah psikomotorik adalah berkaitan dengan ketrampilan siswa.
Pembelajaran biologi merupakan suatu proses belajar yang menyangkut
hubungan antara makhluk hidup engan lingkungan disekitarnya.Suatu proses
pembelajaran yang berhubungan dengan alam dan aktivitas dunia nyata.
Sehingga pembelajaran biologi akan ada hubungan antara siswa dengan siswa,
siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkunganya. Dengan demikian, siswa
diharapkan mampu menyatu dengan lingkungannya, dan siswa mampu
memecahkan persoalan yang terkait dengan biologi dilingkungannya. Hal ini
berarti bahwa akan ada interaksi dari berbagai komponen disekitar yang
merupakan cakupan unsur-unsur belajar efektif yang dapat mempengaruhi
kesuksesan siswa. Biologi tidak hanya berkaitan dengan kumpulan fakta dan
konsep karena didalam biologi juga terdapat berbagai proses nilai yang mampu
dikembangkan dan diaplikasikan di kehidupan nyata. Praktikum merupakan
salah satu aspek pembelajaran yang diberikan di pembelajaran biologi. Dalam
pembelajran biologi akan ditekankan materi-materi yang bersifat konkrit.
Nyatanya, siswa hanya membayangkan apa yang dijelaskan oleh guru. Dengan
adanya praktikum maka siswa akan lebih paham betul dan mempraktekkan
secara langsung di laboratorium.
Pembelajaran biologi biasanya berkaitan dengan segala macam yang
berhubungan dengan praktikum dan eksperimen, karena dalam pelajaran biologi
siswa dituntut untuk menguji coba suatu teori atau menciptakan teori baru
dengan adanya eksperimen tersebut. Bereksperimen dapat diartikan sebagai
suatu ketrampilan untuk mengadakan pengujian terhadap teori yang bersumber
dari fakta, konsep dan ilmu pengetahuan sehingga dapat memperoleh informasi
yang sesuai atau bertolak dari teori tersebut.
Kegiatan praktikum di laboratorium dilaksanakan sebagai cara agar
peserta didik mudah memahami materi serta mampu membangun pengetahuan
dengan melakukan proses atau persobaan sendiri. Semakin aktif keterlibatan
peserta didik maka diharapkan dapat meningkatkan pencapaian pemahaman dan
ketrampilan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan siswa lebih
termotivasi untuk belajar lagi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi
biologi di MTsN 3 Tulungagung menunjukkan bahwa masalah yang sering
dihadapi peserta didik dalam proses belajar mengajar berlangsung adalah peserta
didik kurang aktif terutama untuk melakukan praktikum karena guru jarang
melakukan kegiatan praktikum, terkadang guru hanya melakukan satu kali
praktikum per semesternya atau bahkan per tahun ajaran untuk mata pelajaran
biologi. Selain itu peserta didik kurang antusias terhadap tugas praktikum yang
diberikan oleh guru, banyak peserta didik yang tidak melakukan praktikum
alasannya sudah ada yang melakukan percobaanya. Bila dilihat dari standar
KKM di MTsN 3 Tulungagung yang mencapai 75, masih ada saja siswa yang
masih belum bisa mencapai nilai standar KKM pada mata pelajaran biologi
sekitar 5-10 %, hal tersebut dikarenakan dikarenakan terlalu seringnya mereka
belajar teori dalam bentuk abstrak tanpa memperagakannya secara konkret
melalui kegiatan praktikum. Selain itu untuk masalah keterampilan generik, guru
di sini kurang memperhatikannya, mereka hanya memperhatikan masalah hasil
dan prestasi siswa saja. Guru masih belum bisa memperhatikan kemampuan
siswanya per tiap indikator seperti kemampuan psikomotorik dan guru tidak
memperhatikan siswanya secara rinci apakah tiap siswanya tersebut dapat
menyimpulkan dari suatu pernyataan, dapat mengaitkan sebab dan akibat dari
hal yang mereka ketahui dan lain sebagainya yang lebih rinci berkaitan dengan
indikator keterampilan generik.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dibutuhkan
pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik secara aktif
dengan menerapkan kegiatan praktikum, peserta didik akan lebih mengerti akan
teori yang mereka dapatkan bila peserta didik mengalaminya sendiri. Hal
tersebut dapat menimbulkan kesadaran peserta didik akan potensi yang
dimilikinya dan mendapat dorongan dari guru untuk mengenali potensinya dan
mengoptimalkan menjadi prestasi belajar khususnya dalam kemampuan generik
mereka. Pemilihan materi struktur pada tumbuhan pun dirasa dapat
membangkitkan kemampuan psikomotorik siswa. Dalam hal ini salah satu
solusinya adalah pembelajaran berbasis laboratorium.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti menggunakan tujuan
penelitian ini untuk:
1. Mengetahui pengaruh metode pembelajaran berbasis laboratorium terhadap
kemampuan psikomotorik siswa kelas VIII MTsN 3 Tulungagung
2. Mengetahui pengaruh metode pembelajaran berbasis laboratorium terhadap
hasil belajar siswa kelas VIII MTsN 3 Tulungagung
E. Hipotesis Penelitian
Setelah menentukan tujuan penelitian, maka tahap selanjutnya adalah
menentukan hipotesis penelitian. Dapat diartikan hipotesis adalah ”Jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian”8. Untuk menguji kebenaran
suatu hipotesis diperlukan suatu informasi yang dapat digunaka untuk mengambil
kesimpulan dari pernyataan tersebut dapat dibenarkan atau tidak. Adapun
hipotesis dalam penelitian Pengaruh Pembelajaran Berbasis Laboratorium
Terhadap Kemampuan psikomotorik dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Struktur Tumbuhan Kelas VIII MTsN 3 Tulungagung yakni sebagai berikut :
a. Hipotesis Alternatif ( Ha)
1) Ada pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap kemampuan
psikomotorik siswa pada materi struktur tumbuhan kelas VIII MTsN 3
Tulungagung
2) Ada pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap hasil belajar
siswa pada materi struktur tumbuhan kelas VIII MTsN 3 Tulungagung
8
Ahmad Tanzeh dan Suyetno, Dasar- Dasar Penelitian (Surabaya; El- Kaf, 2006 ), Hlm. 10
b. Hipotesis Nol (HO)
1) Tidak ada pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap
kemampuan psikomotorik dan hasil belajar siswa pada materi struktur
tumbuhan Kelas VIII MTsN 3 Tulungagung
2) Tidak ada pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap hasil
belajar siswa pada materi struktur tumbuhan kelas VIII MTsN 3
Tulungagung
F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan secara teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
sumbangan pemikiran bagi khazanah keilmuan khususnya korelasi
kompetensi profesional guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan
kemampuan dan hasil belajar siswa
2. Kegunaan secara praktis
a. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melatih ketrampilan siswa untuk
mengembangkan kemampuan psikomotorik siswa dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi
guru biologi bagaimana mendesign model pembelajaran yang inovatif
dalam pembelajaran biologi
c. Bagi instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi
supervisor untuk menentuka kebijakan pengawasan yang mengarah pada
peningkatan kreativitas guru dan perbaikan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan kemampuan dan hasil belajar
siswa
d. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman nanti
setelah menjadi seorang pendidik dalam usahan peningkatan kemampuan
siswa
e. Bagi peneliti lanjutan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai petunjuk, arahan
maupun acuan serta bahan pertimbangan bagi peneliti yang akan datang
dalam menyusun rancangan penelitian yang lebih baik lagi.
G. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat
suatu definisi sebagai berikut.
1. Penegasan Konseptual
Hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah
dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan
sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar.
Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa
optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya. Genge mendefinisikan
belajar sebagai proses suatu perubahan tingkah laku yang meliputi proses
perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan
perubahan kemampuan yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan
berbagai jenis performance (kinerja).9
Praktikum adalah kegiatan belajar mengajar dengan cara tatap muka
yang menekankan pada aspek psikomotorik (ketrampilan), kognitif
(pengetahuan) dan afektif (sikap) dengan menggunakan peralatan di
laboratorium/kebun percobaan/lapangan yang terjadwal. Pembelajaran
berbasis laboratorium adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di
laboratorium dalam rangka memberikan kesempatan pada siswa untuk
9
Kokom Komalasari, Pembelajaran Konstektual, (Bandung, Refika Aditama, 2010), hal.2
menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dari
materi pelajaran.
2. Penegasan Operasional
Secara oprasional pengaruh pembelajaran berbasis laboratorium terhadap
kemampuan psikomotorik dan hasil belajar siswa pada materi struktur
tumbuhan kelas VIII MTsN 3 Tulungagung adalah:
a. Variabel X (pembelajaran berbasis laboratorium) yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah dengan mengetahui metode belajar setiap siswa
maka diharapkan itu bisa menjadikan sebuah pembelajaran yang efektif
dan menarik, sehingga tidak ada salah satu pihak yang diuntangkan dan
dirugikan dalam proses pembelajaran (siswa yang dirugikan). seorang
guru merupakan orang yang menyampaikan sebuah ilmu pengatahuan
atau meteri bahan ajaran kepada orang lain atau yang disebut dengan
peserta didik, sehingga dalam hal ini seorang guru harus memiliki sebuah
trik, metode dan teknik yang tepat, dari situlah diharapakan pembelajaran
yang ada dikelas bisa menarik dan tidak membosankan. Jadi dari situ
dapat disimpulkan bahwa seorang guru perlu mengembangkan
keberagaman dalam mengajarnya, yaitu dengan menyesuaikan dengan
gaya atau ketrampilan mengajar yang dimiliki oleh guru sehingga isi dari
pembelajaran bisa menarik serta tidak membosankan.
b. Variabel Y1 (kemampuan psikomotorik) yang dimaksud dalam penelitian
iniadalah bahwa kemampuan ini dibutuhkan sebagai ranah yang
berhubungan dengan aktivitas fisik dimana hasil belajar psikomotor ini
tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu.
c. Variabel Y2 (basil belajar) yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah hasil ketuntasan dalam belajar seseorang(peserta didik) atau
prestasi dari proses pembelajaran yaitu biasa disebut dengan nilai hasil
prestasi belajar siswa. Maka dari itu dengan melihat hasil belajar siswa
yang diambil dari hasil belajar yang ada dikelas. Dari situlah seorang
guru bisa menentukan sampai mana pemahaman siswa tentang isi mata
pelajaran yang telah disampaikannya.
Sedangkan untuk Pengembangan instrument ditempuh melalui
beberapa cara, yaitu a. mendefinisikan operasional veriabel, b. menyusun
indikator variabel penelitian, c. menyusun kisi-kisi instrument, d.
melakukan uji instrument, e. melakukan pengujian validitas dan reabilitas.
H. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Pada bab III ini mencakup tentang rancangan penelitian, variabel populasi
dan sampel penelitian, kisi-kisi instrumen, instrumen penelitian, data dan sumber
data, teknik pengumpulan data dan analisis data.