Anda di halaman 1dari 15

PROSES DAN ALASAN MUSLIM INDONESIA MENERIMA

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA POLITIK


MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Politik
Dosen Pengampu : Bobang Noorisnan Pelita, M. Ag.

Disusun oleh :

Kelompok : 2 HTN IV B

Mufti Imam Abdurrahman 1173030054


Muhamad Rahman Ramadan 1173030058
Putri Yashila Rahma 1173030070
Ramji Abriyansyah 1173030072
Rendi Pangestu 1173030074
Rery Ghifary Sukma 1173030075
Rica Wiliani 1173030078
Sariani 1173030086
Syifa Maulidya Yuniar 1173030087
Zaky Badruzzaman 1173030096

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam tak lupa senantiasa kita
sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di
yaumulqiyamah nanti, amin.
Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Konstitusi. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, kepada Dosen Bapak
Bobang Noorisnan Pelita, M. Ag. yang telah membimbing dan mendukung
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari penyusunan makalah ini jauh dari sempuna. Oleh sebab
itu, penulis memohon kepada pembaca atas kritik dan saran guna melengkapi
makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan
bagi pembaca dan penulis sendiri.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung 9 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah ......................................................................1

BAB II Proses dan Alasan Muslim Indonesia Meneria Pancasila Sebagai


Landasan Etika Politik .......................................................................................2

A. Pengertian Etika Politik Islam.................................................................2


B. Tujuan Etika Politik ................................................................................3
C. Sejarah dan Peran Tokoh Islam dalam Perumusan Pancasila ................4
D. Etika politik yg diterima islam dalam nilai2 pancasila ...........................8

BAB III Penutup .................................................................................................11

A. Kesimpulan .............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara-bangsa dengan segala komposisi pluralitas di


dalamnya, telah menetapkan Pancasila sebagai ideologi negara. Pancasila adalah
hasil konseptualisasi dan sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia. Di
dalamnya memuat nilai-nilai bangsa yang luhur dan menyimpan spirit perjuangan
bangsa. Namun, seiring dengan banyaknya kegagalan pemerintah dalam
membangun negara, terdapat kelompok-kelompok ekstremis yang ingin
mengubah Pancasila dengan Syariat Islam. Bahkan kelompok tersebut menyebut
Pancasila beserta tiga pilar lainnya sebagai ideologi “taghut”. Tulisan ini
bermaksud membangun makna dan pemahaman baru atas relasi maupun integrasi
antara Islam dengan Pancasila dalam kerangka falsafah kebangsaan. Sekaligus
berusaha menawarkan alternatif pemikiran dan interpretasi mengenai basis
teologis-filosofis proses integrasi Islam dan Pancasila

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan etika politik dalam Islam ?
2. Bagaimana sejarah perumusan pancasila oleh tokoh2 islam?
3. Bagaimana Etika politik yg diterima islam dalam nilai2 pancasila ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. dapat mengetahui pengertian dan tujuan etika politik dalam Islam
2. dapat mengetahui sejarah perumusan pancasila oleh tokoh2 islam
3. dapat mengetahui Etika politik yg diterima islam dalam nilai2 pancasila

1
BAB II
PROSES DAN ALASAN MUSLIM INDONESIA MENERIMA
PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA POLITIK

A. Pengertian Etika Politik Islam

Etika politik Islam adalah seperangkat aturan atau norma dalam bernegara
di mana setiap individu dituntut untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan
Allah sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an. Adapun mengenai aplikasi
nilai-nilai etika tersebut merujuk kepada pola kehidupan Nabi Muhammad
Saw baik dalam kehidupan secara umum maupun secara khusus, yaitu dalam
tatanan politik kenegaraan.

Tidak diragukan lagi bahwa sistem kepemimpinan yang paling sempurna


dan ideal adalah kepemimpinan yang dijalankan oleh Nabi Muhammad Saw.
Sistem kepemimpinan yang dipraktikkan Rasulullah didasarkan atas
kapasitasnya sebagai nabi dan rasul Allah yang memiliki sifat-sifat shiddiq,
amanah, tabligh, dan fathanah. Keempat sifat inilah yang mewarnai pola laku
dan kebijakan Rasulullah dalam memimpin umatnya. Setelah kewafatan
beliau, sifat-sifat ini tidak dimiliki sepenuhnya oleh empat khalifah
sesudahnya. Namun, salah satu sifat itu tetap menonjol dalam sistem
kepemimpinan mereka, seperti sifat shiddiq sangat menonjol dalam
kepribadian Abu Bakar. Sifat amanah menjadi ciri khas kepemimpinan Umar
bin Khattab. Sifat tabligh sangat menjiwai Utsman bin ‘Affan. Dan sifat
fathanah (cerdas dan berpengetahuan luas) menjadi karakteristik Ali bin Abi
Thalib. Sistem kepemimpinan umat pasca kewafatan Rasulullah menjadi
sebuah model untuk kepemimpinan umat masa-masa berikutnya. Memang
benar bahwa Rasulullah tidak meninggalkan wasiat mengenai penggantinya
untuk meneruskan kepemimpinan, tetapi para sahabat dapat menilai di antara
mareka yang lebih berhak dan pantas untuk memimpin. Maka, tampillah Abu
Bakar sebagai khalifah pertama yang diangkat berdasarkan musyawarah para
sahabat dari golongan Muhajirin dan Anshar. Kemudian, tampil Umar bin

2
Khattab sebagai khalifah kedua berdasarkan kaderisasi yang dilakukan Abu
Bakar dan dimusyawarahkan bersama sahabat-sahabat lain pada masa
hidupnya. Selanjutnya, khalifah yang ketiga, Utsman bin ‘Affan dipilih
berdasarkan musyawarah tim formatur yang dibentuk oleh Umar bin Khattab
semasa hidupnya, yang diketuai oleh Abdurrahman bin ‘Auf. Setelah itu,
kepemimpinan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib, sebagai khalifah keempat,
yang diangkat oleh mayoritas kaum muslimin. Namun, ada juga pihak yang
tidak setuju karena perbedaan prinsip dan kepentingan. Sejarah mencatat
bahwa sejak akhir pemerintahan Utsman bin ‘Affan sampai pemerintahan Ali
bin Abi Thalib, situasi politik terus bergejolak. Kemudian, sistem
kepemimpinan berganti dengan dinasti, yaitu Dinasti Bani Umayyah dan
Dinasti Bani Abbasiyyah dan dinasti-dinasti lainnya.

B. Tujuan Etika Politik

Etika, atau filsafat moral (Telchman, 1998) mempunyai tujuan


menerangkan kebaikan dan kejahatan. Etika politik dengan demikian,
memiliki tujuan menjelaskan mana tingkah laku politik yang baik dan
sebaliknya. Apa standar baik? Apakah menurut agama tertentu? Bisa iya, bisa
juga tidak! Tapi yang penting adalah standar baik dalam konteks politik
adalah bagaimana politik diarahkan untuk memajukan kepentingan umum.
Jadi kalau politik sudah mengarah pada kepentingan pribadi dan golongan
tertentu, itu etika politik yang buruk. Sayangnya, itulah yang terjadi di negeri
kita tercinta ini.

Politik yang baik adalah politik yang bisa mencapai tujuannya, apa pun
caranya. Relevansi etika politik terletak pada kemampuannya untuk
menjinakkan kekuatan itu dan mengatur kepentingan-kepentingan kelompok
dengan membangun institusi institusi yang lebih adil.

Beberapa prinsip ajaran Islam yang dapat dijadikan etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara saat ini antara lain meliputi kekuasaan sebagai
amanah, musyawarah, prinsip keadilan sosial, prinsip persamaan, pengakuan

3
dan perlindungan terhadap hak-hak azasi manusia, prinsip peradilan bebas
kepentingan, prinsip perdamaian dan keselamatan, prinsip kesejahteraan,
prinsip ketaatan rakyat1

C. Sejarah dan Peran Tokoh Islam dalam Perumusan Pancasila

Sejarah perumusan Pancasila ini berawal dari pemberian janji


kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana
Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944, di
depan Parlemen Tokyo.Pemerintah Jepang menjanjikan kemerdekaan
kepadabangsa indonesia jika Jepang memenangkan peperangan. Janji itu
diulangi lagi pada tanggal 1 Maret 1945 dengan tanpa syarat dan dijanjikan
untuk membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.

BPUPKI dibentuk oleh Gunseikan (Kepala Pemerintahan Balatentara


Jepang di Jawa) pada tanggal 29 April 1945. Susunan pengurus dan jumlah
pengurus BPUPKI adalah :

Ketua : Dr. Radjiman Wedyodiningrat

Ketua Muda : Raden Panji Soeroso

Ketua Muda : Ichibangase (anggota luar biasa, orang Jepang)

Anggota : 60 orang tidak termasuk Ketua dan Ketua Muda.

Organisasi ini mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei


1945 – 1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara bagi negara
Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu, Muhammad Yamin,

1
Al-Maududi, Abul A’la. 1975. “Sistem Politik Islam”. Bandung: Penerbit Mizan

hal : 15-16

4
Soepomo, dan Soekarno, menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar
negara Indonesia.

Usulan Mr. Muh Yamin (29 Mei 1945)

Adapun lima dasar negara yang diusulkan Mr. Muh Yamin secara
lisan dan tertulis. Usulan yang disampaikan secara lisan adalah sebagai
berikut:

a) Perikebangsaan

b) Perikemanusiaan

c) Periketuhanan

d) Perikerakyatan

e) Kesejahteraaan Rakyat

Usulan yang dikemukakan secara tertulis adalah :

a) Ketuhanan Yang Maha Esa

b) Kebangsaan persatuan Indonesia

c) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan /perwakilan

e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Usulan Mr. Soepomo (31 Mei 1945)

Mr. Soepomo juga mengusulkan lima dasar negara, yaitu sebagai


berikut:

a) Paham negara persatuan

b) Perhubungan negara dan agama

5
c) Sistem badan permusyawaratan

d) Sosialisme negara

e) Hubungan antarbangsa

Usulan Ir. Soekarno (1 Juni 1945)

a) Kebangsaan Indonesia

b) Internasionalisme atau perikemanusiaan

c) Mufakat atau demokrasi

d) Kesejahteraan sosial

e) Ketuhanan yang berkebudayaan

Pada akhir pidatonya Soekarno menambahkan bahwa kelima asas


tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang disebut dengan Pancasila,
diterima dengan baik oleh peserta sidang. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni
1945 diketahui sebagai hari lahirnya Pancasila.2

Pada sidang BPUPKI yang pertama ini juga dibentuk Panitia Kecil
yang terdiri dari 9 orang, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, K.H.
Wachid Hasjim, Mr. A.A. Maramis, Abdul Kahar Muzakar, Abikoesno
Tjokrosoejoso, Agus salim, Mr. Achmad Soebarjo, dan Mr. Muhammad
Yamin. Selanjutnya, karena anggotanya sembilan orang, Panitia Kecil ini
juga disebut Panitia Sembilan.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Kecil mengadakan rapat dengan


tokoh-tokoh BPUPKI dan menghasilkan Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Didalamnya terdapat rumusan dasar negara yang kelak akan menjadi dasar
negara Republik Indonesia setelah mengalami perubahan tujuh kata dalam
dasar yang pertama, yaitu:

2
Ahmad Syafi’I Maarif, Islam Dan Pancasila Sebagai Dasar Negara (Jakarta:Pustaka
LP3ES Indonesia, 2006); hal: 68-69

6
a) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.

b) Kemanusiaan yang adil dan beradab

c) Persatuan Indonesia

d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan


perwakilan

e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi


kemerdekaan, datang berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur.
Berberapa utusan tersebut adalah sebagai berikut: Sam Ratulangi wakil dari
Sulawesi, Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor wakil dari Kalimantan, I
Gusti Ketut Pudja wakil dari Nusa Tenggara Latu Harhary wakil dari Maluku.

Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian


kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila
pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Pada Sidang PPKI I,
yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah tujuh
kata tersebut menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pengubahan kalimat ini
telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam,
yaitu Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan
Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat tersebut demi
persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya bersamaan dengan penetapan
rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI I
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara
Indonesia.

7
D. Etika politik yg diterima islam dalam nilai2 pancasila

Sebagai dasar pandangan hidup bernegara dan sistem nilai


kemasyarakatan, menurut Prof. Notonagoro (1975) Pancasila setidak-
tidaknya mengandung empat pokok pikiran, sebagai berikut: Pertama, negara
Indonesia merupakan negara persatuan, yang bhinneka tunggal ika. Persatuan
tidak berarti penyeragaman, tetapi mengakui kebhinnekaan yang mengacu
pada nilai-nilai universal ketuhanan, kemanusiaan, rasa keadilan dan
seterusnya; kedua, negara Indonenesia didirikan dengan maksud mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan berkewajiban pula
mewujudkkan kesejahteraan serta mencerdaskan kehidupan
bangsa; ketiga, negara Indonesia didirikan di atas asas kedaulatan rakyat.
Kedaulatan rakyat tidak bisa dibangun hanya berdasarkan demokrasi di
bidang politik. Demokrasi harus juga dilaksanakan di bidang
ekonomi; keempat, negara Indonesia didirikan di atas dasar Ketuhanan Yang
Maha Esa. Ini mengandung arti bahwa negara Indonesia menjunjung tinggi
keberadaan agama-agama yang dianut bangsa Indonesia.

Sila pertama dan kedua berkaitan erat dengan agama dan paham
kemanusiaan yang juga dianjurkan oleh agama seperti Islam, yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab. Tampak pula di situ bahwa Pancasila
sebagai landasan ideologis berdirinya Negara Republik Indonesia terdiri dari
kumpulan sistem nilai yang saling berhubungan. Sila pertama, yaitu
Katuhanan Yang Maha Esa. Nilai-nilai ketuhanan sebagaimana terkandung
dalam agama-agama yang dianut bangsa Indonesia mengandung nilai-nilai
yang mengayomi, meliputi dan menjiwai keempat sila yang lain. Segala
sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara,
termasuk moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintahan negara
dan peraturan perundang-undangan negera, kebebasan dan hakasasi warga
negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian pula

8
dengan nilai-nilai etis dalam sila pertama harus mendasari dan menjiwai nilai
etis keempat sila yang lain.3

Sila kedua, yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini setidak-
tidaknya mememberi pengakuan bahwa manusia yang hidup di negeri ini dan
merupakan warga yang syah di negeri ini diperlakukan secara adil dan
beradab oleh penyelenggara negara, termasuk hak dan kebebasannya
beragama. Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai bahwa
suatu tindakan yang berhubungan dengan kehidupan bernagara dan
bermasyarakat didasarkan atas sikap moral, kebajikan dan hasrat menjunjung
tinggi martabat manusia, serta sejalan dengan norma-norma agama dan social
yang teah berkembang dalam masyarakat sebelum munculnya negara. Ia juga
mencakup perlindungan dan penghargaan terhadap budaya dan kebudayaan
yang dikembangkan bangsa Indonesia yang beragam etnik dan golongan. Sila
ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Walaupun kenyataan anthropologis bangsa
Indonesia multi-etnik, multi-budaya, dan multi-agama, namun tidak
menghalangi terciptanya persatuan selama masing-masing merasa saling
bersaudara disebabkan ikatan keserumpunan, persamaan agama dan latar
belakang sosial budaya.

mewujudkan dan mendasarkan kehidupan berdasarkan keadilan social.


menjunjung tinggi asas musyawarah dan mufakat; mengarahkan perbedaan ke
arah koeksistensi dan solidaritas kemanusiaan; Mengakui adanya persaamaan
yang melekat pada setiap manusia dan seterusnya; mengakui perbedaan
pandangan dan kepercayaan dari setiap individu, kelompok, suku dan agama,
karena perbedaan merupakan kodrat bawaan manusia; menjamin dan
memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama; menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia; , adanya kebebasan yang disertai
tanggung jawab moral terhadap masyarakat, kemanusiaan dan
Tuhan; Sila keempat yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

3
H. Alamsjah Ratu Perwiranegara, Islam Dan Pembangunan Politik
Indonesia (Jakarta: CV Haji Masagung,1987); hal 257

9
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan didasari oleh sila
Ketuhanan YME, Kemanusiaan yang adil dan beradab, serta Persatuan
Indonesia. Dalam sila ini terkandung nilai demokrasi:

keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga dengan


warga lainnya secara timbal balik. Bentuk-bentuk keadilan ini juga diajarkan
oleh agama termasuk Islam.yaitu keadilan dalam kaitannya dengan hak dan
kewajiban warganegara terhadap negara, tercermin dalam bentuk ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam neara; keadilan
legal keadilan distributive, yaitu menyangkut hubungan negara terhadap
warganegara, berarti bahwa negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam
membagi kemakmuran, kesejahteraaan penghasilan negara, yang terakhir ini
dalam bentuk bantuan, subsidi dan kesempatan untuk hidup bersama yang
didasarkan atas hak dan kewajiban yang setara dan seimbang Sila kelima,
yaitu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan social yang
dimaksud harus didasarkan pada empat sila sebelumnya. Keadilan di sini
lantas mencakup tiga bentuk keadilan:

Keadilan sosial tercermin bukan dalam kehidupan social dan pelaksanaan


hukum oleh negara, tetapi juga dalam kehidupan ekonomi dan politik, serta
lapangan kebudayaan dan pelaksanaan ajaran agama.4

4
https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/06/03/pancasila-etika-politik-dan-
islam-1/, diakses pada pukul 03.53 WIB

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Etika politik Islam adalah seperangkat aturan atau norma dalam bernegara di
mana setiap individu dituntut untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan Allah
sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an, sedangkan tujuannya adalah
menjelaskan mana tingkah laku politik yang baik dan sebaliknya.
2. Lahirnya Pancasila adalah judul pidato yang disampaikan oleh Soekarno dalam
sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: "Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan") pada tanggal 1 Juni 1945.Etika, atau filsafat moral
(Telchman, 1998) mempunyai tujuan menerangkan kebaikan dan kejahatan.
standar baik dalam konteks politik adalah bagaimana politik diarahkan untuk
memajukan kepentingan umum. Politik yang baik adalah politik yang bisa
mencapai tujuannya, apa pun caranya. Relevansi etika politik terletak pada
kemampuannya untuk menjinakkan kekuatan itu dan mengatur kepentingan-
kepentingan kelompok dengan membangun institusi institusi yang lebih adil.
3. Ada empat alasan kenapa pancasila diterima sebagai etika politik islam di
indonesia, yaitu Pertama, negara Indonesia merupakan negara persatuan, yang
bhinneka tunggal ika. kedua, negara Indonenesia didirikan dengan maksud
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
berkewajiban pula mewujudkkan kesejahteraan serta mencerdaskan kehidupan
bangsa; ketiga, negara Indonesia didirikan di atas asas kedaulatan rakyat.
Kedaulatan rakyat tidak bisa dibangun hanya berdasarkan demokrasi di bidang
politik. Demokrasi harus juga dilaksanakan di bidang
ekonomi; keempat, negara Indonesia didirikan di atas dasar Ketuhanan Yang
Maha Esa. Ini mengandung arti bahwa negara Indonesia menjunjung tinggi
keberadaan agama-agama yang dianut bangsa Indonesia

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syafi’I Maarif, Islam Dan Pancasila Sebagai Dasar Negara


(Jakarta:Pustaka LP3ES Indonesia, 2006); hal: 68-69

Al-Maududi, Abul A’la. 1975. “Sistem Politik Islam”. Bandung:


Penerbit Mizan hal : 15-16

H. Alamsjah Ratu Perwiranegara, Islam Dan Pembangunan Politik


Indonesia (Jakarta: CV Haji Masagung,1987); hal 257

https://ahmadsamantho.wordpress.com/2011/06/03/pancasila-etika-
politik-dan-islam-1/, diakses pada pukul 03.53 WIB

12

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 1 Pembahasan
    Bab 1 Pembahasan
    Dokumen12 halaman
    Bab 1 Pembahasan
    Muhamad Rahman Ramadan
    Belum ada peringkat
  • Gambar 3
    Gambar 3
    Dokumen2 halaman
    Gambar 3
    Muhamad Rahman Ramadan
    Belum ada peringkat
  • Amal Sholeh
    Amal Sholeh
    Dokumen13 halaman
    Amal Sholeh
    Muhamad Rahman Ramadan
    Belum ada peringkat
  • Fikih Jinayat
    Fikih Jinayat
    Dokumen16 halaman
    Fikih Jinayat
    Faris Fardian
    Belum ada peringkat
  • Cinderella Story
    Cinderella Story
    Dokumen24 halaman
    Cinderella Story
    Muhamad Rahman Ramadan
    Belum ada peringkat