Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa yang penting bagi seorang individu karena masa ini
adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Seorang remaja akan mengalami
banyak perubahan yang ada dalam dirinya, salah satunya adalah aspek perkembangannya
yang berupa fisik, peran sosial,maupun mentalnya. Tugas perkembangan yang utama
bagi seorang remaja adalah mencari jati dirinya dan memutuskan jalan mana yang dia
pilih untuk pergi melangkah. Sebagai remaja, mereka akan menemukan permasalahan
yang muncul ketika mulai mempertanyakan diri mereka sendiri. Remaja yang sejatinya
masih memiliki sifat yang labil dituntut menjadi pribadi yang memiliki kedewasaan oleh
lingkungan. Kedewasaan yang dimiliki oleh seorang remaja akan sangat tergantung dari
konsep diri yang dia bangun dan dampak dari lingkungan.
Konsep diri adalah sesuatu yang dipikirkan oleh seorang indvidu terhadap dirinya
sendiri. Pembentukan konsep diri seseorang dimulai dari masa remaja yang sejatinya
masih sangat rentan menuju ke arah yang negatif. Konsep diri adalah sebuah skema diri
yang merupakan pengetahuan mengenai diri sendiri yang mempengaruhi cara orang
tersebut dalam mengolah suatu informasi dan mengambil sebuah tindakan. Konsep diri
terbentuk melalui dua cara yaitu bagaimana orang lain akan menilai diri kita dan
bagaimana kita menilai diri kita sendiri. Penilaian seorang individu tentang dirinya
sendiri dipengaruhi oleh bagaimana orang atau individu tersebut mengartikan suatu
pandangan individu lain mengenai dirinya sendiri (Kania Saraswatia, Zulpahiyana, &
Arifah, 2016). Terdapat lima komponen konsep diri yaitu, ideal diri, harga diri, citra
tubuh, identitas dan peran (Stuart, 2006). Konsep diri yang tinggi atau bisa disebut juga
konsep diri yang positif akan memberikan dampak atau pengaruh pada perilaku yang
positif yang diharapkan oleh masyarakat. Sebaliknya, konsep diri yang rendah atau
negatif akan membawa dampak atau pengaruh yang dirasa kurang baik bagi individu
tersebut (Munawaroh, 2019). Apalagi bagi seorang remaja. Konsep diri remaja yang
negatif cenderung membuat remaja tersebut melanggar peraturan dan norma-norma yang
berkembang di masyarakat. Akhirnya, remaja dengan konsep diri negatif akan terlibat ke
dalam kenakalan remaja yang meresahkan masyarakat.
Dampak dari konsep diri yang negatif pada remaja yang paling sering adalah
harga diri rendah dan citra tubuh yang buruk. Berdasarkan dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lukman Yusuf dan Chandra Bagus R. dengan jumlah responden sebanyak
170 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) didapatkan hasil sebanyak 113 responden
memiliki harga diri yang tinggi dan 57 responden memiliki harga diri yan masih rendah
(Yusuf & R, 2012). Lain halnya dengan penelitian yang diakukan oleh Wirnatha dan
Supriyadi tentang citra tubuh, didapatkan hasil sebanyak 218 responden (44,3%)
memiliki citra tubuh yang termasuk negatif sedangkan citra tubuh yang positif dimiliki
oleh 209 responden (42,5%). Remaja yang memiliki citra tubuh yang sangat negatif
dimiliki oleh 30 responden (6,1%) dan kategori citra tubuh yang sangat positif dimiliki
oleh 35 responden (7,1%). Artinya pada umumnya remaja masih banyak yang memiliki
pandangan serta penilaian yang negatif terhadap dirinya (Wiranatha & Supriyadi, 2015).
Penyebab dari adanya konsep diri yang negatif menurut Stuart & Sundeen dalam
Abdul Muhith (2015) dikarenkan oleh beberapa faktor yaitu pola asuh orang tua,
kegagalan, depresi, kritik internal, dan merubah konsep diri. Sikap orang tua yang positif
akan membuat konsep diri dan pemikiran yang positif bagi anak, begitu juga sebaliknya.
Kegagalan akan membuat orang merasa bahwa dirinya tidak berguna dan tidak
mempunyai kemampuan. Kegagalan yang terus menerus bias membuat orang tersebut
menjadi depresi. Orang yang depresi selalu memandang dirinya negatif sehingga
mempengaruhi konsep dirinya. Kritik internal dan keinginan untuk merubah konsep diri
dari dalam diri seseorang apabila mengarah ke arah yang positif akan mendapat hasil
yang positif juga, begitu juga sebaliknya.
Salah satu penanganan konsep diri yang buruk adalah melalui kegiatan pembinaan
di sekolah dan pengadaan monitoring di sekolah. Melalui pembinaan yang terarah, para
remaja akan mengembangkan diri dengan baik sehingga menciptakan keseimbangan diri
yang baik. Pikiran yang sehat akan mengarahkan para remaja kepada perbuatan yang
pantas, sopan dan bertanggung jawab. Sekolah adalah tempat dimana seorang remaja bisa
dipengaruhi perkembangannya. Ada banyak hal yang bisa dilakukan pihak sekolah untuk
memulai perbaikan remaja, di antaranya melakukan program “monitoring” pembinaan
remaja melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan ekstrakurikuler yang ada di
sekolah (Sumara, sahadi humaedi, & melilanny budiarti santoso, 2017). Namun hal
tersebut kurang efektif karena keterbatasan sumber daya manusia karena menggunakan
tenaga pengajar yaitu guru.
BKKBN melakukan sebuah upaya dalam merespon permasalahan remaja yang
ada yaitu dengan mengembangkan progam Generasi Berencana melalui Pusat Informasi
dan Konseling Remaja (PIK-R) yang dikelola dari remaja,oleh remaja dan untuk remaja.
PIK-R memberikan pelayanan berupa edukasi dan konseling melalui peer educator dan
peer counselor. Hal tersebut diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan remaja serta
menjadi tempat bersandar di saat remaja bingung dan kehilangan arah. Pemanfaatan peer
educator dan peer counselor dirasa cukup efektif dikarenakan remaja jauh lebih nyaman
jika berhubungan dengan kelompok usia sebayanya disbanding dengan kelompok usia
yangberada di atasnya.
Pemanfaatan peer educator juga pernah diteliti oleh Wiratini dkk dengan judul
“Pengaruh Peer Education Terhadap Perilaku Merokok pada Remaja di SMAN "X"
Denpasar” dimana didapatkan hasil yang signifikan. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa pengetauan, sikap dan psikomotor sebelum dan setelah diberikan intervensi oleh
peer educator . Pengetahuan dapat dipelajari dengan modul yang diberikan kepada
kelompok sebayanya. Sikap dan psikomotor dapat meningkat melalui proses belajar
dengan cara mempraktikkannya di kehidupan sehari- hari. Dalam merubah perilaku
individu diperlukannya adanya kesiapan individu untuk merubah diri individu itu sendiri.
Sehingga diharapkan dengan adanya peningkatan pengetahuan dan sikap remaja
mengenai bahaya rokok, upaya mencegah dan upaya menghindari rokok dapat
mempengaruhi tindakan remaja untuk menghindari rokok dan berhenti merokok.
Tugas peer educator di PIK-R adalah sebagai narasumber infomasi Pusat
Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) telah dibentuk di sejumlah universitas dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk di kabupaten Banyumas. Pembentukan PIK-R
di kabupaten Banyumas berada di bawah naungan DPPKBP3A (Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perindungan Anak).
Salah satu sekolah yang mempunyai PIK-R adalah SMA Negeri 4 Purwokerto yang
dikenal dengan nama PIK-R Bahagia. Pada tahun 2017 PIK-RBahagia dinobatkan
menjadi juara 1 PIK unggulan tingkat provinsi Jawa Tengah. Peer educator di PIK-R ini
dibawah naungan bidang kesehatan reproduksi yang telah mendapatkan pelatihan. Peer
educator selalu menyebarkan informasi melalui ekstrakulikuler yang lain hingga ke Masa
Orientasi Siswa (MOS).

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pokok permasalahan dalam penelitian ini
adalah apakah terdapat “hubungan antara peran peer educator Pusat Informasi dan
Konseling Remaja (PIK-R) terhadap konsep diri remaja di SMA N 4 Purwokerto”.

C. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara peran peer educator Pusat Informasi
dan konseling Remaja (PIK-R) dengan konsep diri remaja di SMA N 4 Purwokerto.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep diri remaja di SMA N 4 Purwokerto
2. Untuk mengetahui hubungan peer educator PIK-R dengan ideal diri
3. Untuk mengetahui hubungan peer educator PIK-R dengan harga diri
4. Untuk mengetahui hubungan peer educator PIK-R dengan citra tubuh
5. Untuk mengetahui hubungan peer educator PIK-R dengan identitas
6. Untuk mengetahui hubungan peer educator PIK-R dengan peran
D. Manfaat
1. Bagi PIK-R Bahagia
Memberikan informasi dan saran untuk terus menumbuhkan semangat dalam
mengembangkan program kerja yang bisa menunjang konsep diri positif bagi siswa
atau siswi di SMA Negeri 4 Purwokerto .
2. Bagi SMA atau Universitas
Memberikan ide untuk membentuk Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-
R) supaya dapat menularkan konep diri yang positif
3. Bagi Fakultas
Menambah kepustakaan tentang suatu organisasi yang bisa dikaitkan dengan
konsep diri yang positif yaitu Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R).
4. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan dalam penulisan karya tulis ilmiah
serta menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh untuk melaksanakan
penelitian di lapangan.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No. Penelitian Terdahulu Perbandingan


1. a. Judul : Konsep Diri Ditinjau Persamaan :
Dari Dukungan Teman Sebaya 1. Responden dalam penelitian adalah
Pada Remaja Di Panti Asuhan remaja
Qosim Al-Hadi Semarang 2. Meneliti hubungan konsep diri dengan
b. Peneliti : Dika Resty Tri teman sebaya
Ananda, Dian Ratna Sawitri
c. Tahun : 2015 Perbedaan :
d. Hasil : Terdapat hubungan 1. Penelitian meninjau dari bentuk
positif antara dukungan teman dukungan teman sebaya sedangkan
sebaya dengan konsep diri pada penelitian yang akan dilakukan fokus
remaja Panti Asuhan Qosim Al- pada peran Peer Educator
Hadi Semarang. Dukungan
teman sebaya memberikan
sumbangan efektif sebesar 35%
dalam mempengaruhi konsep
diri.
2. a. Judul : Peran Teman Sebaya Persamaan :
terhadap Perilaku Seksual 1. Responden dalam penelitian adalah
Pranikah pada Remaja Laki- remaja
Laki dan Perempuan di 2. Meneliti peran teman sebaya
Indonesia
b. Peneliti : Suparmi dan Siti Perbedaan :
Isfandari 1. Penelitian meneliti hubungan teman
c. Tahun : 2016 sebaya / peer group dengan perilaku
d. Hasil : Hasil analisa seksual remaja sedangkan penelitian
menunjukkan teman sebaya yang akan dilakukan akan meneliti
memiliki peran terhadap hubungan peer educator dengan
perilaku seks pranikah baik konsep diri
pada remaja laki-laki maupun
prempuan.
3. a. Judul :
b. Peneliti :
c. Tahun :
d. Hasil :

Stuart, GW. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai