TAMAN HIKMAH:
RIWAYAT PESANTREN DAN TAREKAT
LUKMAN HAKIM
ABSTRAK
Banyak informasi yang menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur tarekat.
Ajaran-ajaran tarekat yang berakar dari tradisi tasawuf ini kemudian menyebar, seperti benih
yang tumbuh di lahan yang subur. Ini yang menyebabkan bahwa kajian dan pengamal tarekat di
Indonesia tidak pernah sepi dari peminatnya. Di Indonesia, sebelum abad ke 18 dan 19, tarekat
tumbuh dalam lingkungan istana. Namun setelah penjajahan kolonial Belanja berhasil
menancapkan kuku kekuasaannya di Indonesia, tarekat bergeser ke pedalaman, dipelajari dan
dipraktekkan di lingkungan pesantren. Pesantren memang memiliki akar sejarah yang panjang di
Indonesia, khususnya dalam hal penyebaran agama Islam. Di samping itu, pesantren juga punya
peran signifikan dalam konteks pendidikan keagamaan Islam. Beragaman khazanah intelektual
Islam seperti aqidah, fiqh, tafsir, hadis, tasawuf dan lain sebagainya diajarkan dalam pesantren.
Di samping itu, tarekat juga menjadi magnet lain bagi pertumbuhan pesantren di Nusantara.
Tarekat memang tidak semata disuguhkan dalam konteks kajian ilmiah. Ia juga disuguhkan
menjadi praktek yang hidup di tengah-tengah masyarakat untuk membimbing umat Islam
berjalan untuk berjumpa dengan Allah dan memperbaiki akhlak melalui berbagai latihan tarekat.
Pengajaran tarekat membutuhkan kedekatan antara murid dengan seorang mursyid. Dalam
konteks itulah, pesantren menjadi lahan yang cocok bagi pengajaran tarekat, khususnya di
Indonesia.
.
80
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
81
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
82
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
Bahkan di sisi lain, tarekat tidak hanya yang pernah dihidupkan oleh Nabi dan para
berkembang di lingkungan pesantren yang sahabatnya di awal sejarah Islam.
notabene didominasi oleh masyarakat Asketisme awal mengajarkan kita
tradisional. Ia terus merambah dan masuk ke untuk tidak terlalu memutlakkan dan
dalam masyarakat modern dan kota. bergantung pada dunia karena sifatnya yang
Belakangan ini malah tumbuh kajian atas sementara. Oleh mereka, asketisme
urban sufism dengan beragam coraknya, dipraktekkan dengan meninggalkan
menurut penulis, pastilah berakar dalam kemewahan dunia, hidup dengan zuhd, dan
tradisi tarekat yang telah lama berakar pada terus berupaya untuk membersihkan serta
tradisi Indonesia melunakkan hati dari godaan hawa nafsu.
Dalam prakteknya asketisme memiliki
Tradisi Tarekat: Jalan Bersama
beragam varian dan karakteristik
Mencapai Makrifah
sebagaimana yang dijalankan oleh para
Tarekat yang diajarkan oleh para zâhid. Beragam karakteristik disimpulkan
Kiai di lingkungan pesantren di Indonesia oleh al-Taftazani ke dalam beberapa bagian
berakar dari ajaran tashawwuf (sufisme, ini:
selanjutnya di-Indonesiakan menjadi “pertama, asketisme yang didasarkan
tasawuf) yang tumbuh sejak abad ke-2 H. pada ide menjauhi hal-hal duniawi, untuk
Ajaran ini disebarkan pertama-tama oleh meraih pahala akhirat dan memelihara diri
para shâlih, seperti Hasan al-Bashrî, Abû dari azab api neraka. Ide ini berakar dari
Yazid al-Busthâmî, Rabî`ah al-`Adawiyyah, ajaran-ajaran al-Qur‟ân dan al-Sunnah.
Ibrahîm bin Adhâm dan lain sebagainya. Kedua, asketisme bercorak praktis,
Doktrin pertama yang dikembangkan dalam para pendirinya tidak menaruh perhatian
sufisme adalah asketisme (zuhd). Lahirnya buat menyusun prinsip-prinsip teoritis atas
asketisme, menurut sebagian ilmuwan, aktivitasnya itu. Sarana-sarana praktis yang
merupakan respon atas kondisi sosial-politik dimaksud adalah hidup dalam ketenangan
umat Islam, khususnya penguasa Umayyah dan kesederhanaan secara penuh, sedikit
yang hidup dalam gelimang harta dan tahta. makan dan minum, banyak beribadah dan
Kenyataan ini justru berbalik dari tradisi mengingat (dzikr) Allah, tunduk mutlak
83
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
pada kehendak Allah dan berserah diri Pendapat Trimingham tersebut bercorak
kepada-Nya. filosofis, lebih cenderung pada kajian
Ketiga, motivasi asketisme adalah mistisisme. Memang dalam prakteknya
rasa takut. Yaitu rasa takut yang muncul dari banyak kaum sufi seperti Abû Yazid al-
landasan keagamaan secara sungguh- Busthâmî, al-Hallâj, Ibn al-`Arâbî
sungguh. mengembangkan faham tentang kesatuan
Keempat, asketisme merupakan cikal wujud antara manusia dan Tuhan dalam
bakal dari lahirnya ajaran sufisme yang hulûl, fanâ’ al-baqâ dan al-ittihâd yang
kemudian terus dikembangkan oleh para kemudian banyak dikaji dan dihayati oleh
“pengembara” di jalan Allah. para pelaku mistisisme. Tapi pandangan
Nicholson menyebut asketisme mereka dalam sufisme bukanlah
merupakan tangga pertama dari sufisme. Al- mainstream, bahkan ada yang mengatakan
Taftazani menyebutkan bahwa, “tasawuf sesat, sekalipun tuduhan atas kesesatannya
secara umum adalah falsafah hidup dan cara sering kali tidak mendasar. Al-Taftazani
tertentu dalam tingkah laku manusia, dalam menegaskan bahwa sufisme jelas berbeda
upayanya merealisasikan kesempurnaan dengan mistisisme dalam hal sumber.
moral, pemahaman tentang hakikat realitas, Sufisme lahir dari kesadaran keagamaan
dan kebahagiaan ruhaniah.” Al-Taftazani sementara mistisisme lahir dari filsafat.
lebih menekankan sufisme sebagai upaya Jalan tasawuf menuju pengalaman
pelatihan spiritualitas yang lebih spiritual “berjumpa” dengan Allah seperti
menekankan pada kesempurnaan akhlak dan menapak jalan berliku dan terjal. Tidak
kebahagiaan hati. semua orang dapat melalui jalan itu. Ada
Sementara itu Trimingham yang mencoba melaluinya, tapi jika tak ada
menyebutkan, “bahwa tasawuf adalah suatu petunjuk dari seorang guru, bisa saja arah
situasi pengalaman spiritual yang paralel jalan yang ditapaki itu justru membawanya
dengan aliran utama kesadaran Islam yang menjauh dari tujuan semula berjumpa
diturunkan dari wahyu dan dipraktekkan dengan Allah. Oleh karenanya para pendaki
dalam syariah dan teologi.” Ditambah lagi, (sâlik, murid) itu membutuhkan bimbingan
bahwa ada kecenderungan dalam sufisme dari seorang guru sufi (mursyid).
untuk manunggal antara Tuhan dan manusia.
84
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
85
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
Jikalah syarî`ah diartikan sebagai Rahman, tarekat adalah “jalan sufi” yang
jalan utama, maka tarekat adalah cabang menuntun manusia menuju pertemuan
dari jalan tersebut. Jika syarî`ah diartikan (communion) dengan Allah. Tapi jalan yang
sebagai uraian, maka tarekat adalah dimaksud hanya dapat terealisasi secara
pelaksanaannya. Jalan setapak yang dilalui bersama dalam sebuah persaudaraan yang
oleh penganut tarekat itu, menurut terorganisasi dengan baik.
Annemerie Schimmel, pastilah berpangkal
Dengan demikian, dapat disimpulkan
pada syarî`ah. Tarekat dan syarî‘ah adalah
bahwa tarekat adalah tradisi keislaman yang
perpaduan yang tidak dapat dipisahkan.
berpangkal pada ajaran Nabi, selanjutnya
Tujuan dari tarekat untuk menggapai
dipraktekkan oleh para sahabat, tabi`in dan
makrifah dan hakikat harus digapai melalui
sampai generasi saat ini. Hal ini
jalan yang telah dipetakan dalam syarî`ah.
menjelaskan bahwa keilmuan dalam tarekat
Dalam hal ini Schimmel mengutip sebuah
memiliki nasab yang langsung terhubungan
syair dari Turki sebagai berikut:
dengan Nabi.
Syariat: milikmu milikmu, milikku milikku
Tarekat merupakan jalan yang dipilih
Tarekat: milikmu milikmu, milikku, milikku
oleh para sufi untuk mentransmisikan
Makrifah: tak ada milikku atau milikmu
spiritualitas Islam secara lebih masif.
Trimingham mendefinisikan tarekat Mengapa harus melalui jalan tarekat?
sebagai “metode praktis untuk membimbing Tidakkah dengan seseorang melaksana-kan
seorang sâlik dengan menelusuri suatu jalan ibadah, seperti shalat, puasa, dan membaca
berpikir, merasa dan bertindak, secara dzikr akan memancar dalam dirinya nilai-
bertahap (dengan melalui jalan maqâmât). nilai spiritualitas yang teref-leksi dalam
Sedangkan Aboebakar Atjeh, mengartikan kesalehan individual? Bukankah ibadah
“tarekat sebagai jalan, petunjuk dalam dilaksanakan untuk menegaskan ke-Esa-an
melakukan sesuatu ibadat sesuai dengan Allah, membersihkan hati dan meningkatkan
ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh kualitas akhlak individu?
Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan
Ajaran tarekat seluruhnya mengarah
tabi„in, turun-temurun sampai kepada guru-
sebagaimana dimaksud di atas. Tarekat
guru secara berantai”. Sementara menurut
memberi bimbingan para murid untuk
86
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
taqarrub (mendekat) kepada Allah, pasrah Jalan untuk taqarrub dalam tarekat
dalam setiap qadla dan qadr yang telah dilakukan di bawah bimbingan seorang
ditentukan-Nya. Dalam konteks itulah mursyid. Dalam konteks itulah tarekat
Aboebakar Atjeh menegaskan bahwa pokok- tumbuh. Semula tasawuf sebagai tangga
pokok ajaran tarekat adalah sebagai berikut: menggapai makrifah hanya dapat dilalui
oleh para elit kerohanian. Tapi dengan
“Pertama, mempelajari ilmu
tarekat, jalan itu terbuka dan bisa dilalui
pengetahuan yang bersangkut paut dengan
oleh siapa saja yang mau berdisiplin
pelaksanaan semua perintah. Kedua,
mengikuti seluruh petunjuk dan bimbingan
mendampingi guru dan teman setarekat
dari seorang guru.
untuk melihat bagaimana melakukan suatu
ibadah. Ketiga, meninggalkan segala Mengapa harus ada mursyid dalam
rukhshah dan ta‘wîl untuk menjaga dan tarekat? Dan siapa yang layak untuk menjadi
kesempurnaan amal. Keempat, menjaga dan mursyid? Bagaimanapun perjalanan ruhani
mempergunakan waktu serta mengisinya berjumpa Allah itu seperti jalan yang
dengan segala wirid dan doa guna berkelok, terkadang tajam, terjal, mendaki
mempertebal khusyû‘ dan hudlûr. Kelima, dan menurun. Bagi mereka yang belum
mengekang diri jangan sampai keluar pernah menapaki jalan itu sudah barang
tergerak untuk melakukan yang didasari tentu membutuhkan penuntun agar
hawa nafsu dan menjaga diri dari melakukan perjalanannya sampai pada tujuan. Siapa
kesalahan (dosa).” yang menjadi penunjuk arah dalam
perjalanan itu, pastilah mereka yang pernah
Tujuan dari tarekat pastilah untuk
melewati dan hafal setiap kelok dan
mendapatkan pengalaman spiritual yang
roadmap yang harus dilalui. Dan para
darinya akan merefleksikan kualitas
mursyid itu bertindak sebagai penuntun
lahiriyah dan batiniah setiap individu yang
jalan yang dimaksud.
melaluinya. Tapi bagi Rahman yang
terpenting dari itu semua adalah praktek dan Para murid dalam tarekat biasa
tujuan dari tarekat itu harus memberikan arti disebut sebagai pendaki pemula. Sementara
pada tindakan sejarah. seorang mursyid adalah orang yang pernah
mencapai rute yang dilakukan oleh seorang
87
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
murid. Fungsi seorang mursyid dalam yang pasti tentang penunjukan seorang
tarekat tidak sekedar memberi bimbingan murid dari guru. Sudah barang tentu,
dan petunjuk, menurut Schimmel, ia seperti seseorang dapat ditahbiskan menjadi
bidan yang membantu melahirkan “hati seorang mursyid, sebelumnya telah
yang benar” dan seperti ibu yang senantiasa merampungkan berbagai tahapan yang
memberi susu atas dahaga ruhani bagi disyaratkan dalam sebuah tarekat. Misalnya
anaknya. telah menjalankan seluruh murâqabah,
khalwat, tebus-nafsu, safar dan lain
Karena rute yang dilalui itu penuh
sebagainya. Intinya yang bersangkutan telah
kelok, maka terlalu berbahaya bagi seorang
menamatkan seluruh pendidikan yang
murid dibiarkan mendaki seorang diri tanpa
diberikan oleh seorang mursyid sebelumnya.
pemandu dan bimbingan. Bisa saja dalam
perjalanan itu, seorang murid tersesat. Ada banyak jalur dan cara calon
Dalam sebuah syair yang dikutip oleh murid dapat ditetapkan sebagai mursyid.
Schimmel menggambarkan bahwa sebuah Ada jalur melalui mimpi. Ini terjadi pada
perjalanan ruhani akan sia-sia jika tidak diri Syeikh Tijani, pendiri tarekat
dilakukan tanpa penuntun. Tijaniyyah. Kemursyidannya terjadi ketika
yang bersangkutan bermimpin berjumpa
“Barang siapa berjalan tanpa pemandu
Rasulullah. Ada pula dengan cara seorang
Memerlukan dua ratus tahun untuk
mursyid sebelumnya mengangkat seorang
Perjalanan dua hari”
atau beberapa orang sebagai khalifahnya
Karena jalan itu panjang dan sulit, (pengganti). Di antaranya terjadi dalam
kesetiaan kepada mursyid serta terus mana Syeikh Ahmad Khatib Sambas
berjuang tanpa putus asa. Dengan demikian mengangkat beberapa muridnya seperti
88
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
89
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
90
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
nilai-nilai filosofi keagamaan masyarakat yang telah memiliki akar sejarah yang cukup
lokal, seperti menjadi arus laut yang lama di Indonesia.
mempercepat pertumbuhan Islam di bumi
Berdasarkan integrasi itu muncullah
Nusantara.
istilah pesantren. Cak Nur menjelaskan,
Bermula dari jalur perdagangan bahwa orang-orang bijak yang memiliki
itulah penduduk Indonesia, khususnya di kecakapan dalam tulis-baca, dalam tradisi
wilayah-wilayah pesisir berkenalan dengan Hindu-Budha, disebut sebagai kaum shastri.
Islam. Mulanya, para saudagar yang singgah Kaum shastri ini dikenal juga dengan nama
di berbagai pelabuhan itu banyak cantrik yang dapat berarti sebagai orang
ditumpangi para ulama yang kemudian sedang berguru atau magang. Mereka belajar
menyebarkan Islam. Berkat jasa para dari seorang guru yang arif-bijaksana yang
saudagar rumah-rumah penginapan disebut dengan kiyahi. Mereka belajar dan
dibangun sebagai tempat transit dan gilda. menempa pengalaman hidup itu dalam
Penginapan itu, dalam bahasa Arab disebut sebuah tempat yang disebut dengan
“funduq”, yang berarti hotel, diambil dari padepokan cantrik. Selanjutnya, setelah
bahasa Yunani “pandokeyon”, kemudian Islam datang, berubahlah penamanaan itu
kata itu dikenal dalam bahasa Indonesia menjadi pondok pesantren: penginapan dan
menjadi “pondok”. Banyak penduduk di tempat kaum santri belajar kepada seorang
sekitar pelabuhan mampir ke pondok untuk ‘âlim, yang kita kenal sekarang dengan
sekedar menyelesaikan urusan bisnis, nama kiai. Selanjutnya tidaklah terlalu
mengenal dan belajar menimba agama berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa
Islam, agama yang baru datang ke bumi umur pesantren di Indonesia adalah sama
Nusantara, dari para ulama yang ikut dalam tuanya dengan kedatangan Islam di
rombongan tersebut. Selanjutnya berdirilah Indonesia.
pondok sebagai institusi keagamaan Islam
Keilmuan yang dikembangkan di
yang menurut Cak Nur, sebelumnya
lingkungan pesantren pastilah memiliki
diintegrasikan terlebih dahulu dengan
nasab keilmuan dengan dari mana Islam
“padepokan”, sebuah konsep pendidikan
berasal: haramayn, dalam skala yang lebih
keagamaan dalam tradisi Hindu-Budha,
luas adalah Timur Tengah. Kitab-kitab yang
91
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
dikajipun sebagian besarnya merupakan jumlahnya terlalu sedikit, agak sukar untuk
karangan ulama-ulama mu`tabarah yang ditelusuri lebih dalam.
tumbuh dan berkembang dalam tradisi
Perjumpaan intelektualisme Islam di
intelektual Timur Tengah di masa itu.
Indonesia dimulai dari pertemuan-
Jikalah ada kitab-kitab yang ditulis oleh para
pertemuan sementara yang dikenalkan oleh
ulama (kiai) Indonesia, biasanya hanya
para syeikh yang datang ke funduq.
dijadikan kitab pendamping bagi santri
Pertemuan itu hanya lapisan awal dari
setelah dia menamatkan kajian atas kitab-
pertumbuhan intelektualisme keislaman di
kitab mainstream dalam keagamaan Islam.
Indonesia. Berikutnya dimulailah babak
Kitab-kitab yang dibaca itu langsung dari
petualangan memburu ilmu agama sampai
bahasa aslinya. Karenanya, pesantren selain
ke haramayn melalui perjalanan ibadah haji.
juga mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan
juga mengajarkan para santrinya tata bahasa Perjalanan ke Tanah Suci yang
dan sastra Arab. dilakukan oleh orang-orang Indonesia
memiliki banyak maksud selain untuk
Oleh karenanya berbagai mazhab
beribadah haji. Martin van Bruinessen
keilmuan dalam Islam seperti dalam tradisi
pernah menguraikan antara lain adalah
kalam, tasawuf, fiqh dan lain sebagainya
untuk mendalami ilmu agama dan mencari
pastilah akan berkiblat pada salah satu
legitimasi politik, khususnya kesultanan
mazhab yang menjadi arus utama dalam
Islam yang ada di bumi nusantara dari
bidang keilmuan yang telah mapan di Timur
sumber ajaran Islam berasal. Kedatangan
Tengah. Sebagai contoh, fiqh yang diajarkan
orang-orang Islam ke Tanah Suci, menurut
Indonesia mayoritasnya adalah bermazhab
catatan sudah dimulai dari abad ke-17.
Syafi`î. Pandangan kalam didominasi
Bahkan ada yang mengatakan jauh sebelum
mazhab ahl- ‘l-sunnah wa ‘l-jamâ`ah atau
itu, sudah ada orang Indonesia yang pergi
lebih dikenal dengan mazhab Asy`ariyah.
merantau untuk ibadah haji dan belajar ilmu
Sementara dalam bidang tasawuf lebih dekat
agama.
pada perspektif yang diberikan oleh al-
Ghazâlî. Tentu mazhab-mazhab lain yang Perjalanan haji di masa itu tidak
menjadi mainstream di belahan dunia Islam mudah. Rute yang dilewati adalah samudra
lain bukan berarti tidak tumbuh, tapi luas dan ganas. Tidak sedikit laporan yang
92
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
menyebutkan beberapa jemaah haji dari akhirnya menetap hingga akhir hayatnya di
Indonesia yang meninggal di perjalanan Mekkah atau Madinah. Adapun ulama-
ketika berangkat dan pulang ke tanah air ulama yang dimaksud di antaranya adalah
atau tidak pernah ditemukan kabar Hamzah Fansuri, `Abul Ra`ûf al-Singkilî,
beritanya. Tentu dengan berbagai sebab, Nûruddîn al-Ranirî, Syeikh Yûsuf al-
seperti sakit di tengah perjalanan, kapal Makasarî, Syeikh Nawâwî al-Bantani,
yang ditumpangi hancur dihantam badai, Syeikh Ahmad Khâtib Sambas, `Abd-u „l-
dirampok di tengah perjalanan dan lain Shamad al-Falimbanî, Ahmad Khâthib al-
sebagainya. Tapi ketika teknologi Minangkabawî dan lain sebagainya. Di
perkapalan sudah jauh lebih maju, jemaah antara nama-nama tersebut bahkan
haji Indonesia meningkat beberapa kali lipat melanjutkan karir intelektualitasnya di
dari sebelumnya. Di samping itu memang Tanah Suci, bahkan berhasil memperoleh
ada hambatan lain yaitu kebijakan kolonial posisi terhormat sebagai salah satu ulama
Belanda di Indonesia yang membatasi yang pernah ada di tanah Arab. Salah satu
keberangkatan pergi haji. Namun itu sama catatan tentang perjalanan haji itu pernah
sekali tidak pernah menyurutkan niat orang ditulis oleh salah seorang ulama Indonesia
Indonesia untuk pergi haji ke Mekkah. yang pernah ke sana, ini terlihat dari
potongan syair yang pernah ditulis oleh
Sebagian besar jemaah haji
Hamzah Fansuri:
Indonesia tidak segera pulang ke tanah air.
Mereka bermukim di Mekah-Madinah untuk Hamzah Fansuri di dalam Mekkah
menuntut ilmu agama dari para syeikh. Mencari Tuhan di Bait al-Ka`bah
Seperti seorang yang tengah dahaga, seluruh Di Barus ke Qudus terlalu payah
ilmu keagamaan yang diajarkan itu direguk Akhirnya dapat di dalam rumah
habis. Sampai waktunya mereka berpamitan
Di samping menuntut ilmu-ilmu agama,
pulang setelah mendapatkan ijazah dari para
sebagian besarnya juga masuk menjadi
guru dari haramayn itu. Beberapa ulama
pengikut tarekat yang kala itu banyak
besar Indonesia yang pernah berguru dan
menyebar dan diajarkan oleh ulama-ulama
menetap dalam tempo yang cukup lama,
di tanah suci. Beberapa ulama beken yang
bahkan di antaranya balik kembali untuk
juga tercatat sebagai mursyid tarekat dan
memperdalam keilmuannya, dan pada
93
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
pernah menjadi guru dari murid-murid jâwî Nama lain yang juga menjadi
(sebutan untuk orang-orang Indonesia yang mursyid tarekat di Indonesia yang paling
bermukim di Arab) adalah Ahmad al- terkenal adalah Syeikh Ahmad Khâtib
Qusyasyî, Ibrahîm al-Kuranî, Muhammad Sambas. Ia menghabiskan sebagian besar
al-Sammman, `Abd al-Wahab al-Sya„ranî, masa dewasanya di Mekkah dengan berguru
Zakariyya al-Anshârî, dan lainnya. Ulama- ke berbagai ulama yang menyebar di tanah
ulama tersebut hidup pada kurun waktu Arab dalam berbagai disiplin keagamaan.
sekitar abad ke-17 dan 18. Karir intelektualnya sebagai ulama tidak
hanya di kalangan jâwî, tapi juga di
Berikut ini adalah contoh dari
kalangan bangsa Arab. Dari tangannya ia
beberapa murid dari Nusantara yang belajar
melebur dua tarekat mu‘tabarah yang ada
pada ulama di Haramayn. Al-Singkilî
dalam tradisi sufisme dengan nama tarekat
berguru secara langsung kepada al-Qusyasyî
qadîriyyah wa naqsabandiyyah. Inilah satu-
dan al-Kuranî. Keduanya adalah mursyid
satunya tarekat mu‘tabarah yang lahir dari
dari tarekat Syattariyyah. Karenanya berkat
rahim ulama Indonesia. Dalam
al-Singkilî tarekat Syattariyyah berkembang
perjalanannya, Khâtib Sambas banyak
pesat di wilayah utara Sumatra.
mengangkat khalîfah (pengganti dari syeikh
Selain itu, ada juga Syeikh Yûsuf al- atau pendiri) seperti „Abdul Karim Tanara
Makasarî yang juga berguru kepada al- (al-Bantani) dan selanjutnya beliau
Kuranî. Di samping itu ia juga banyak mengangkat beberapa mursyid lain seperti
mendapatkan ijazah tarekat dari berbagai Kiai Tolhah dari Cirebon dan Kiai Ahmad
mursyid. Ini disebabkan karena Yusuf Hasbullah dari Madura. Kemudian dari
berguru ilmu agama dan tarekat sampai ke jemaah yang signifikan di Indonesia.
97
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
pada akhlak, dan akhlak adalah tujuan dari diadakan acara hawl. Segenap acara yang
semua kewajiban menjalankan syariah. digelar itu semakin menunjukkan silsilah
keilmuan tarekat yang diperoleh oleh
Di lingkungan pesantren, para kiai
seorang kiai di pesantren. Di samping itu,
yang merangkap sebagai mursyid tarekat
sebelum ritual dzikr dilakukan biasanya para
memberikan bimbingan di antaranya adalah
jamaah akan ber-tawâshul terhadap para
riyâdlah-riyâdlah seperti dzikir-dzikir dan
mursyid dan syeikh yang telah mengajarkan
proses taqarrub kepada Allah. Di samping
dan menyebarkan tarekat sampai kemudian
itu, kiai mampu menilai maqam yang telah
diterima oleh kiai dan diamalkan oleh para
dilalui oleh para santri sebagai bahan
santri di lingkungan pesantren. Inilah yang
evaluasi apakah perjalanan yang telah
menyebabkan nilai-nilai tarekat tumbuh
ditempuh itu dapat dilanjutkan ke maqâm
subur di Indonesia dan hingga kini daunnya
selanjutnya dan lain sebagainya. Riyâdlah
tetap rimbun menyejukkan hati bagi siapa
yang dipraktekkan oleh seorang santri harus
saja yang berteduh di bawahnya. Di samping
didasarkan pada tingkat kepercayaan yang
itu, buah yang tumbuh di dahan, rasanya
tinggi kepada seorang kiai. Bagaimanapun
selalu manis hingga menyejukkan
kiai tidak mungkin menggiring santrinya
tenggorokan kita.
jauh tersesat dari jalan syariat yang telah
ditegaskan dalam Islam. Hal ini dapat Kesimpulan
dinisbatkan pada tingkat kepercayaan dan
Kedatangan Islam ke bumi
ketaatan mutlak para sahabat kepada Nabi.
Nusantara melalui jalur tarekat justru
Praktek-praktek riyâdlah pada membuat Islam semakin kaya dan memiliki
tarekat tidak berhenti pada aktivitas dzikr wajah yang khas dibandingkan dengan di
dan lain sebagainya. Bahkan dalam waktu- belahan dunia Islam lainnya. Tarekat
waktu tertentu, di pesantren, dibacakan mampu tumbuh subur, sementara di belahan
manâqib terhadap para syeikh pendiri dunia lain, tarekat tumbuh dan tenggelam
tarekat untuk mengenang dan menjabarkan seiring dengan perubahan rezim atau
silsilah tarekat yang diajarkan di sebuah kekuasaan. Tarekat mendapatkan
pesantren. Bahkan untuk menghormati guru- lingkungannya yang tepat di Indonesia di
guru yang mengajarkan tarekat itupun juga pesantren. Memang tidak semua pesantren
98
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
di Indonesia mengajarkan tarekat, tapi mileu Ensiklopedia Islam Indonesia, 1999. Jakarta:
PT. Ichtiar Baru van Hoeve, , Vol. 5
pesantren menjadi tanah yang subur bagi
pertumbuhan tarekat. Dari pesantren itulah Fazlur Rahman, 1997. Islam, terj. Ahsin
Muhammad, Bandung: Pustaka,
di masa modern ini tarekat menyebar dan
bermetamorfosis ke dalam praktek-praktek Ira M. Lapidus, 2000. Sejarah Sosial Ummat
Islam, Bagian Kesatu dan Dua, Terj.
urban sufisme yang kini tengah gencar di
Ghufron A. Mas‟adi, Jakarta:
kalangan masyarakat modern perkotaan. Rajagrafindo Persada,
Annemerie Schimmel, 1986. Dimensi Mistik Martin van Bruinessen, 2012. Kitab Kuning
dalam Islam, terj. Sapardi Djoko dan Pesantren, terj. Farid Wajidi dkk.,
Damono dkk., Jakarta: Pustaka Yogyakarta: Gading Publishing, , edisi
Firdaus, revisi
99
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
100
EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis Vol.4 No. 2 Desember 2018 ISSN: 2505-5406
101