Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia medis dari waktu ke waktu semakin pesat, tak terkecuali
instrument / alat medis. Salahsatu penemuan yang berkontribusi dalam dunia medis
yaitu ditemukannya sinar X / sinar Rontgen yang mendasari terciptanya Pesawat
Rontgen. Pesawat roentgen merupakan instrument medik yang prinsip kerjanya
mengunakan radiasi sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografie.
Penemuan dari Willhem Conrad Rontgen tersebut telah mendorong perkembangan
dunia medis terutama dalam pembuatan instrumen medis. Berawal dari percobaan
dalam hal perbedaan potensial diantara anoda dan katoda yang terkandung dalam
suatu gas, yang memicu terjadinya ionisasi sehingga elektron – elektron akan
membebaskan diri dari ikatan atomnya.

Elektron yang terdekat dengan sebuah anoda akan langsung ditarik ke anoda
sehingga akan terjadi hole. Kemudian hole ini akan diisi oleh elektron berikutnya,
tempat yang ditinggalkan elektron ini akan menjadi hole lagi dan terjadi pengisian lagi
oleh elektron berikutnya, begitu seterusnya, sehingga akan terjadi estafet elektron dan
terjadilah rangkaian tertutup sehingga timbul arus elektron yang berkebalikan dengan
arus listrik yang kemudian disebut arus tabung. Perpindahan elektron ini akan
menghasilkan seatu gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbeda-
beda. Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,1 – 1 A inilah yang
kemudian disebut sinar X atau sinar Rontgen.

1.2 Rumusan Masalah


Pada makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aplikasi sinar X pada pesawat rontgen konvensional?
2. Bagai mana perinsip kerja instrument pesawat rontgen konvensional?
3. Apa saja komponen penyusun dari pesawat rontgen?
4. Bagaimana prinsip kerja foto Rontgen?
1.3 Tujuan
Dengan rumusan masalah yang ada di atas, makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui aplikasi sinar X pada pesawat rontgen konvensional.
2. Mengetahui perinsip kerja dari instrument pesawat rontgen konvensional.
3. Mengetahui komponen penyusun dari pesawat rontgen.
4. Mengetahui prinsip kerja foto rontgen.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aplikasi Sinar X Pada Pesawat Rontgen Konvensional

Pesawat rontgen merupakan instrument medis yang bekerjanya mengunakan


radiasi sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografie. Dimana cikal
bakal dari pesawat rontgen ini karena ditemukannya sinar X oleh Willhem Conrad
Rontgen, kemudian Rontgen melakukan percobaan dengan menggunakan tabung yang
terbuat dari Glass Envelope yang didalamnya terdapat gas Argon atau Xenon, ketika
ada beda potensial diantara anoda dan katoda maka gas –gas tersebut akan terionisasi
dan elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya. Jika tabrakan
elektron tersebut tepat diinti atom maka disebut peristiwa Breamstrahlung dan apabila
menabraknya dielektron dikulit K, disebut K Karakteristik. Akibat tabrakan ini akan
terbentuk hole-hole karena elektron-elektron yang ditabrak tersebut terpental.
Kemudian hole hole tersebut akan menghasilkan perpindahan elektron dengan panjang
gelombang berbeda – beda, yang kemudian menghasilkan sinar X.

Bermodal dari penemuan Rontgen maka kemudian Collige menyempurnakan


penemuan tersebut dengan memodifikasi tabung yang digunakan. Tabung yang
digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat 2 elektroda yaitu
anoda dan katoda. Tabung jenis ini kemudian disebut Hot Chatoda Tube dan
merupakan tabung yang dipergunakan untuk pesawat Rontgen konvensional yang
sekarang.

2.1.1 Prinsip Kerja Katoda Tube

Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat
2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda / filamen tabung rontgen dihubungkan ke
transformator filamen. Transformator filamen ini akan memberi supply sehingga
mengakibatkan terjadinya pemanasan pada filamen tabung rontgen, sehingga terjadi
Thermionic Emission, dimana elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan
atomnya, sehingga akan banyak terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan elektron.
2.2 Komponen Penyusun dan Prinsip Kerja Instrument Pesawat Rontgen

Instrumen Pesawat Rontgen memiliki beberapa komponen penyusun, yang tiap


– tiap komponen penyusun pesawat rontgen tersebut memiliki fungsi masing masing,
sehingga dapat berkorelasi dan menghasilkan fungsi untuk suatu tujuan yaitu pesawat
rontgen. Terdapat blok diagram dari komponen penyusun pesawat rontgen
konvesional, yaitu sebagai berikut:

Untuk dalam blok diagram tersebut dibagi menjadi beberapa bagian penyusun,
diantaranya yaitu rangkaian Power Supply, Rangkaian Timer, Rangkaian HTT,
Rangkaian X Ray Tube (Tabung sinar X), dan rangkaian pemanas filamen.

2.2.1 Blok Rangkaian Power Suply

Ragkaian power suply ini berfungsi untuk mendistribusikan tegangan pada


seluruh rangkaian pesawat rontgen sesuai yang dibutuhkan oleh masing-masing
rangkaian. Rangkaian power supply ini terdiri dari :
a. Saklar
Saklar / Switch ini berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan
pesawat roentgen.
b. Fuse / Sekring
Sekring pada bagian rangkaian power supply ini yaitu untuk pelindung atau
pengaman, apabila ada arus / tegangan yang lebih dari kuota yang masuk, maka
sekring tersebut berfungsu sebagai jembatan pengaman, dia akan putus apabila ada
arus / tegangan yang besar diluar kuota masuk dalam komponen ini.
c. Voltage Convensator
Voltage Convensator berfungsi untuk mengkompensasi nilai tegangan yang
diperlukan pesawat rontgen jika terjadi penurunan atu kenaikan pada supply PLN
Apabila tegangan naik kita harus menambah jumlah lilitan primer dengan memutar
selector voltage compensator, dan jika tegangan turun kita harus mengurangi
jumlah lilitan primer dengan cara memutar selector voltage compensator sehingga
diperoleh perbandingan transformasi antara tegangan dan jumlah lilitan primer
dengan tegangan dan jumlah lilitan sekunder adalah tetap dengan demikian
diperoleh nilai tegangan pada setiap lilitan akan tetap. Perbandingan
transformasinya dapat dituliskan sebagai berikut E1 : N1 = E2 : N2 .

Dimana E1 = Tegangan di primer


N1 = Jumlah lilitan di primer
E2 = Tegangan di sekunder
N2 = Jumlah lilitan di sekunder

Sebagai contoh, ketika E1 : N1 = E2 : N2 , 220 : 220 = 1 : 1, tegangan dari


PLN stabil 220 v dan lilitan primer jumlahnya 220 maka perbandingan output di
sekunder = 1:1, ini menunjukan bawha setiap lilitan terdapat 1 volt tegangan.
Jika tegangan dari PLN naik menjadi 230v dan lilitan primer 220, maka
perbandingan output ¹ 1 : 1, agar diperoleh tegangan setiap lilitan (pada output /
sekunder) akan tetap 1 : 1 maka kita harus menambah jumlah lilitan primer
sebanyak 10 lilitan. Sehingga akan dihasilkan E1 : N1 = E2 : N2 yaitu 230v :
230 = 1:1, begitupun jika tegangan darin PLN menjadi turun, misalkan menjadi
210v, dan lilitan primer tetap 220, maka perbadingan pada sekunder output ¹ 1 : 1
yaitu 210 v : 220, untuk menjadikan transformasi 1:1 maka harus jumlah lilitan
primer sebanyak 10 lilitan 210v : 210 = 1:1, maka akan diperoleh perbandingan
transformasi tetap.
d. Auto Trafo
Auto trafo merupakan alat untuk memindahkan daya listrik dari satu rangkaian
ke rangkaian lain dengan cara menaikkan atau menurunkan tegangan keseluruh
pesawat rontgen. Autotrafo juga merupakan transformator yang kumparan primer
dan kumparan sekundernya menjadi satu dalam satu core.

e. Line Resistance ( R Mate)


Setiap pesawat rontgen akan mempunyai hambatan atau R yang diberikan oleh
pabrik, contohnya pada pesawat Rontgen Shimadzu R=0,04 - 0,08Ω, resistance ini
disebut R internal ( R pesawat ). Sehinnga R line adalah tahanan atur yang
berfungsi untuk mencocokkan tahanan pengkabelan dengan tahanan yang
dibutuhkan pesawat rontgen.

R internal = R. mate (line) + R. Eksternal (pengkabelan).

f. Voltage Indicator
Voltage Indicator sebagai alat untuk mengetahui apakah tegangan PLN
mengalami kenaikan atau penurunan.

g. KVP Selector Mayor


KVP selector mayor berfungsi untuk memilih tegangan tinggi / memilih
besarnya beda potensial antara anoda dan katoda, yang besar selisih tiap terminal x
10 KV.

h. KVP Selector Minor


KVP selector minor untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda
potensial antara anoda dan katoda, yang besar selisih tiap terminalnya 1 KV.

i. Voltage Regulator
Voltage regulator berfungsi untuk memilih tegangan PLN 110/220/380 Vac
tergangtung dengan pesawat yang digunakan dan dinegara mana.
2.2.2 Blok Rangkaian Tegangan Tinggi

Pada rangkaian diatas terdapat trafo tegangan tinggi yang berfungsi untuk
memberikan beda potensial antara anoda dan katoda dimana anoda harus selalu mendapat
polaritas positif dan katoda harus selalu mendapat polaritas negatif agar elektron-elektron
bebas yang ada disekitar katoda dapat ditarik ke anoda.

2.2.3 Blok Rangkaian Tabung Rontgen

Rangkaian tabung rontgen merupakan sebuah tabung diode yaitu tabung vakum yang
terdiri dari dua elektrode, yaitu anode dan katode. Tabung ini juga tempat berlangsungnya
proses terbentuknya sinar x. Ada beberapa jenis dari rangkaian tabung rontgen pada pesawat
rontgen, diantaranya yaitu :

 Pesawat dengan 1 unit x ray tube over table untuk pemotretan tunggal disebut
“Pesawat Rontgen 1 examination”
 Pesawat rontgen yang memiliki x ray tube over table dan under table disebut 2
Examination.
2.2.4 Blok Rangkaian Timer

Timer berfungsi untuk menentukan lamanya proses penyinaran. Terdapat 4 jenis timer
yaitu:

a. Timer Mekanik

Adapun perinsip kerja dari timer mekanik ini yaitu :

1. Menetukan lamanya penyinaran dengan menarik valve p kearah searah jarum jam,
dalam waktu yang bersamaan jarum penahan PA lepas hingga gigi gergaji W akan ikut
berputar kekanan (searah jarum jam) kontaktor C dari normally open menjadi close.
2. Apabila waktu telah ditetapkan, misalnya sampai 0,3 detik jarum PA mengunci roda
gigi W.
3. Ketika SWE ditekan, maka akan ada arus yang mengalir dari power supply menuju
kontaktor C ke PB SWE kemabli ke relay S, kembali ke power supply.
4. Setelah itu relay akan sesuai dan menarik kontak SW3 hingga rangkaian power
supply dan rangkaian tegangan tinggi terhubung dan menyebabkan expose
(penyinaran) dimulai.
5. Sementara PB ditekan, maka akan menekan jarum valve PA sehingga terlepas dari
penguncian, gigi gergaji mulai berputar kea rah kiri (berlawanan jarum jam). Setelah
waktu 0,3 detik tadi, valve sampai pada posisi nol. Maka valve akan menyentuh
kontaktor C hingga membuka kembali. Dengan membukanya kontaktor C, relay S
energized, kontaktor SW3 membuka kembali, sehingga akan memutuskan hubungan
antara rangakian Power Supply dengan rangakaian transformator tegangan tinggi
hingga proses expose terhenti.
b. Timer Elektronik

Cara kerja dari timer elektronik ini yaitu:

1. Kita menentukan lamanya penyinaran waktu yang ada, T= R.C


2. SWE ditekan ke posisi on, sehingga terjadi pengisian kondensator dengan arah arus
dari terminal(+)→SWR→kondensator C→terminal 1. sementara itu, kontak SWS
(bawah) akan close (karena digank dengan SWE), sehingga relay SA akan energized,
kontaktor SW3A menutup, sehingga rangkaian power supply dan rangkaian HTT akan
terhubung dan expose akan berlangsung.
3. Berlangsungnya expose berbarengan dengan pengisian kondensator, sehingga saat
muatan kondensator penuh (time konstan 63%, karena merupakan fungsi linier setiap
perubahan waktu), yang merupakan tegangan “critical gride”, maka pada posisi 63%
itu maka relay SB akan bekerja. Dengan berubahnya thyratron, maka arus mengalir ke
relay SB sehingga relay SB akan bekerja, dengan bekerjanya relay SB maka kontaktor
SW3 membuka. Membukannya SW3 menyebabkan terputusnya power supply dengan
HTT.

c. Timer Automatic

Cara kerja dari timer otomatis ini yaitu:

1. Menetukan lamanya waktu penyinaran = R.C. Ketika PB SWE ditekan maka akan
ada arus yang mengalir dari power supply menuju terminal 7,5,6,8 SW3 lalu menuju
kumparan primer HTT dan kembali ke supply. Kemudian akan timbul arus yang
mengalir pada sekunder trafo tegangann tinggi dengan arah arus : Rectifier menuju
kapasitor. Sehingga kapasitor akan terisi penuh sebesar 0,63 C.
2. Setelah kapasitor terisi penuh, maka Thirytron akan mendapat tegangan sehingga akan
mengaktifkan relay S1.
3. Dengan aktifnya Relay S1, maka kontaktor SW3 akan terbuka. Sehingga tidak ada
arus yang mengalir pada primer trafo tegangan tinggi, maka prose penyinaran telah
selesai.

2.3 Prinsip Kerja Foto Rontgen

Foto rontgen di gunakan oleh para dokter untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh
pasien. Lewat hasil ronsen inilah dokter bisa mengetahui bagaimana kondisi kesehatan paru-
paru, jantung, bagian dalam perut, dan bagian-bagian dalam tubuh pasien yang lain. Dari foto
ronsen jugalah kita dapat mengetahui keadaan tulang-tulang. Apakah ada yang patah,
bengkok, atau ada ketidak normalan sambungan antar tulang. Tidak seperti foto pada
umumnya, foto rontgen menggunakan sinar X sebagai pemantul cahayanya. Namun, tidak
seperti cahaya lampu yang dapat bersinar terang, sinar ini tidak bisa kita lihat dengan mata
telanjang. Untuk memotret bagian dalam tubuh, seseorang harus berada di antara tempat
penyimpanan film dan tabung yang memancarkan sinar X tersebut.Sinar X ini akan
menembus kulit dan bagian tubuh lain kecuali tulang. Bayangan sinar ini kemudian direkam
pada film. Setelah film tersebut dicuci, bagian yang tidak dapat ditembus sinar X akan
berwarna hitam, sedang bagian yang dapat ditembus oleh sinar X akan berwarna putih. Dari
hasil ronsen itulah, seorang dokter ahli penyakit dalam atau dokter tulang dapat menentukan
pengobatan yang tepat bagi pasiennya.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam hal foto rontgen ini. Kelebihannya
yaitu sebagai alat diagnosis, sebagai alat terapi (linec). dengan rontgen kita dapat mendeteksi
penyakit-penyakit dalam secara mudah. Disamping kelebihan maka foto rontgen ini memiliki
kekurangan, diantaranya yaitu gambar / pencitraan yang dihasilkan kurang bagus, karena
superposisi dengan objek lain, untuk prosedur keselamatan tubuh, sebaiknya tidak berlebihan
dalam penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen agar tidak terlalu banyak radiasi sinar X
yang masuk ke dalam tubuh.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Suatu alat penting yang mendorong untuk suatu pemeriksaan radiografi sederhana
diantaranya yaitu pesawat rontgen konvensional. Radiografi konvensional dapat berupa
pemeriksaan kontras dan non kontras. Cikal bakal ditemukannya pesawat rontgen
konvensional ini yaitu dari penemuan sinar X oleh Willhem Conrad Rontgen, yang kemudian
dikembangkanlah suatu alat untuk membantu kinerja dokter dalam mendiagnosis seorang
pasien.

Prinsip kerja Pesawat rontgen sederhana ini yaitu dengan memanfaatkan sinar X untuk
pencitraan organ dalam yang tidak kasat mata. Sebagai contoh untuk mediagnosa / melihat
organ dalam / tulang yang patah, maka dengan bantuan pesawat rontgen Sinar X membantu
untuk pencitraan kondisi tulang yang patah didalam. Sehingga dapat mempermudah untuk
membantu pekerjaan dokter. Pesawat Rontgen sederhana ini terdiri dari beberapa komponen
diantaranya yaitu Rangkaian Power Supply, Pemanas Filamen, Rangkaian X Ray tube,
rangkaian HTT, dan rangkaian Timer. Rangkaian – rangkaian tersebut berperan masing
masing sehingga menghasilkan fungsi utama untuk pewawat rontgen konvensional ini.

Adapun beberapa kelebihan dari pesawat rontgen konvensional ini yaitu, Prosesnya
Cepat, mudah, dapat mendeteksi penyakit dalam, serta untuk jangkauan harga yaitu cukup
murah. Sedangkan kekurangannya yaitu gambar / pencitraan yang dihasilkan kurang bagus,
karena superposisi dengan objek lain, untuk prosedur keselamatan tubuh, sebaiknya tidak
berlebihan dalam penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen agar tidak terlalu banyak
radiasi sinar X yang masuk ke dalam tubuh.

3.2 Saran

Pesawat rongen konvensional kurang baik apabila digunakan secara terus menerus, karena
pengaruh dari sinar X, disarankan untuk diagnosa dalam konteks yang sering yaitu dengan alat
yang telah dikembangkan dari pesawat rontgen konvensional untuk mereduksi efek yang
ditimbulkan.

Anda mungkin juga menyukai