Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 30


TAHUN 2009 TENTANG TATA LAKSANA PERIZINAN DAN
PENGAWASAN PENGOLAHAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN
SERTA PENGAWASAN LIMBAH B3

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Pengolahan Limbah B3


Pendidikan Strata Satu (S-1) dari D3 Pada Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Kimia

Disusun oleh:

SERLY ANGGRAINI (03031381821007)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan


bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak
konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara,
pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pem-
bangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi
sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain
(Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009). Oleh karena itu,
lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan
asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan.
Pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatan ekonomi,
sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian, demokrasi
lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghar- gaan terhadap kearifan lokal
dan kearifan lingkungan.
Lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai hak konstitusional warga
negara dalam kenyataannya belum dapat dipenuhi secara baik. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara nyata telah meningkatkan
kualitas hidup dan mengubah gaya hidup manusia, pembangunan juga menimbulkan
dampak yang dapat merugikan warga negara. Pemakaian produk berbasis kimia
telah meningkatkan produksi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah ini
apabila dibuang ke dalam media lingkungan hidup dapat mengancam lingkungan
hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

1
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang selanjutnya disebut limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan
penimbunan limbah B3. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai kegiatan utama adalah
kegiatan usaha yang mempergunakan limbah B3 sebagai bahan material utama dalam
proses kegiatan yang menghasilkan suatu produk. Penghasil limbah B3 adalah orang
yang usaha dan/atau kegiatannya menghasilkan limbah B3. Produk antara adalah
suatu produk dari suatu proses pemanfaatan limbah B3 yang belum menjadi produk
akhir yang masih akan digunakan sebagai bahan baku oleh industri dan/atau kegiatan
lainnya dan telah memenuhi SNI, standar internasional, atau standar lain yang diakui .
Segala sesuatu kegiatan yang diatas harus ada perizinan yang berlaku, menurut
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2009 tentang Tata
Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengolahan limbah berbahaya dan beracun serta
Pengawasan pemulihan akibat pencemaran limbah berbahaya dan beracun yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah menjelaskan keterangan secara
menyeluruh mengenai Limbah B3 dan mengaitkannya dengan lampiran pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2009 tentang Tata
Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengolahan limbah berbahaya dan beracun serta
Pengawasan pemulihan akibat pencemaran limbah berbahaya dan beracun yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

2
1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:
 Mengetahui secara rinci perihal tata cara Norma, Standar dan Kriteria Pengolahan
Limbah Berbahaya dan Beracun.

1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan referensi bagi pembaca lain dalam memahami serta
mengatahui perihal peraturan pemerintah yang mengatur tentang limbah
bahan berbahaya dan beracun
2. Membantu pihak terkait dalam mempelajari tata cara pengolahan limbah B3.

3
BAB II
ISI

Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan hidup dapat


menimbulkan bahaya terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Mengingat risiko tersebut, perlu diupayakan agar setiap
usaha dan/atau kegiatan menghasilkan Limbah B3 seminimal mungkin dan mencegah
masuknya Limbah B3 dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Aktifitas Limbah B3 harus dilakukan perizinan yang telah diatur oleh
pemerintah. Seperti halnya dalam peraturan Menteri Negara Nomor 30 Tentang
Norma, Prosedur dan kriteria dalam Pengolahan Limbah B3. Didalam surat tersebut
meliputi :
a. Izin penyimpanan sementara Limbah B3; dan
b. Izin Pengumpulan Limbah B3 Skala provinsi dan kabupaten/kota ;
Serta
- Rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional;
- Pengawasan pengolahan limbah B3;
- Pengawasan Pemulihan akibat Pencemaran Limbah B3, dan
- Pembinaan
2. izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 2 tidak termasuk
minyak pelumas/ oli bekas.

4
IZIN PENYIMPANAN LIMBAH B3 ATAU IZIN BANGUNAN TEMPAT
PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 (BANGUNAN TPS LB3/
BANGUNAN TPS LIMBAH B3)

Persyaratan Permohonan izin penyimpanan Limbah B3 Telah diatur dalam


pasal 12 ayat 6 PP limbah B3. Persyaratn izin kegiatan penyimpanan meliputi :
a. Identitas pemohonan
b. Akta pendirian badan usaha
c. Nama, sumber, karakterisitk dan jumlah limbah B3 yang akan disimpan;
d. Dokumen yang menjelaskan tentang tempat penyimpanan Limbah B3
e. Dokumen yang menjelaskan tentang Pengemasan Limbah B3
f. Dokumen lain sesuai peraturan perundang undangan.

Namun, terdapat pengecualian, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 12 Ayat


(7), yakni : “Persyaratan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf e
dikecualikan bagi permohonan izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik khusus”.
Secara umum persyaratan lainnya untuk mengajukan permohonan izin
penyimpanan Limbah B3 secara implisit telah diatur dalam Lampiran I dan Lampiran
II PerMen LH No. 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan Pemulihan
Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah Daerah
tentang Formulir Permohonan Izin Pengumpulan dan/ atau Penyimpanan Limbah B3.
Beberapa persyaratan untuk mengajukan permohonan izin, antara lain :
1. Identitas penyimpanan limbah B3. Meliputi nama badan usaha/ institusi,
alamat usaha dan alamat kantor, kontak nomor telepon/ faximile serta
email, dan bidang usaha atau jenis kegiatan jenis industri atau jasa atau
kegiatan, nama penanggung jawab kegiatan yang secara umum bisa dilihat
dalam Peraturan menteri lingkungan hidup tentang Jenis Kegiatan Yang
Wajib AMDAL/ UKL-UPL.

5
2. Akta pendirian badan usaha. (Bagaimana bentuk akta perusahaan yang
telah berganti nama atau perusahaan yang beralih kepemilikan).
3. Nama Limbah B3 dapat mengacu dalam Lampiran PP Limbah B3.
Adakalanya, beberapa nama limbah B3 yang dikenal masyarakat memiliki
kata baku yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Contohnya
sebutan oli bekas dalam PP Limbah B3 adalah Minyak Pelumas Bekas.
4. Sumber limbah B3 yang dapat dijelaskan dalam paparan Proses Produksi
kegiatan usaha. Misalnya, oli dan aki bekas dihasilkan dari operasional
kendaraan dinas atau kendaraan kantor. Kemudian lampu TL digunakan
untuk penerangan/ pencahayaan ruangan, atau bangunan dan gedung.
5. Kemudian jenis, karakteristik atau kategori LIMBAH B3, juga diatur
dalam Lampiran I PP Limbah B3, yang telah membagi limbah B3
berdasarkan LIMBAH B3 Kategori bahaya 1 dan 2, serta LB 3 sumber
tidak spesifik dan LIMBAH B3 sumber spesifik (spesifik Khusus dan
spesifik umum).
6. Pengemasan atau pewadahan penyimpanan limbah B3. Biasanya
disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3 yang disimpan.
Misalnya limbah B3 berupa oli bekas disimpan dalam kemasan drum.
7. Tata letak penempatan atau penyimpanan limbah B3 yang disimpan dalam
lokasi atau bangunan TPS limbah B3. Misalnya untuk tata penempatan
limbah b3 berupa oli bekas, telah diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal
No. 255/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
8. Tempat Penyimpanan Limbah B3/ desain konstruksi bangunan TPS
Limbah B3. Hal ini juga dapat berpedoman pada Misalnya untuk tata
penempatan limbah B3 berupa oli bekas, telah diatur dalam Keputusan
Kepala Bapedal No. 255/ BAPEDAL/ 08/ 1996.

6
IZIN PENGUMPULAN LIMBAH B3

Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari


penghasil limbah B3 sebelum diserahkan kepada pemanfaat limbah B3, pengolah
limbah B3, dan/atau penimbun limbah B3.

Jenis izin pengumpulan limbah B3 berdasarkan kewenangannya:

1. Pengumpulan skala kabupaten/kota adalah kegiatan mengumpulkan limbah


B3 yang bersumber dari satu kabupaten/kota dan harus mendapatkan izin dari
Bupati/Walikota.
2. Pengumpulan skala provinsi adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3
yang bersumber dari 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih dan harus
mendapatkan izin dari Gubernur.
3. Pengumpulan skala nasional adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 yang
bersumber dari 2 (dua) provinsi atau lebih dan harus mendapatkan izin dari
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

ALUR PROSES PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH B3

7
PERSYARATAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH B3

No. Jenis Dokumen Keterangan

1. Surat Permohonan  Format dapat diunduh di laman


pelayananterpadu.menlh.go.id
 Ditandatangani oleh Direktur yang
tercantum dalam akte pendirian perusahaan
di atas Materai Rp. 6000,00 disertai cap
perusahaan.
 Apabila ditandatangani oleh selain Direktur,
maka melampirkan surat kuasa bermaterai.

2. Izin Lingkungan dan Dokumen  Berupa salinan izin lingkungan dan dokumen
Lingkungan lingkungan yang dimiliki perusahaan sesuai
kegiatan yang diajukan permohonannya.
 Izin Lingkungan dimaksud merujuk kepada
PP 27 tahun 2012 dan Permen LH Nomor 05
tahun 2012.
 Dokumen lingkungan yang telah mendapat
persetujuan sebelum berlakunya PP 27
tahun 2012, dinyatakan tetap berlaku dan
dipersamakan sebagai izin lingkungan.

3. Akta Pendirian  Atas nama perusahaan pemohon


Perusahaan/Akta Perubahan  Sudah tercantum kegiatan pengelolaan LB3
yang dimohonkan izinnya.

4. Izin Lokasi  dokumen izin lokasi atau dokumen lain yang


menunjukkan kesesuaian tata ruang lokasi
kegiatan pemanfaatan limbah B3. Izin lokasi
merupakan izin yang menyatakan bahwa
lokasi tersebut dapat digunakan untuk
melakukan kegiatan pemanfaatan limbah B3,
dapat berupa izin lokasi, SITU, Izin
pemanfaatan ruang, dan/atau izin sejenis
sesuai dengan peraturan daerah lokasi
kegiatan.
 Izin lokasi tidak berlaku bila lokasi berada di
Kawasan Industri, Kawasan Militer, Kawasan
Pertambangan, DLKr/DLKp pelabuhan dan
Daerah Lingkungan Kerja Badan Udara.

8
Dibuktikan dengan surat keterangan dari
pengelola kawasan.

5. SIUP/IUT/IUI  Atas nama perusahaan pemohon dan masih


berlaku
 SIUP dapat berupa SIUP Kecil, SIUP
Menengah,SIUP Besar.

6. NPWP  Atas nama perusahaan pemohon


 nomor pokok wajib pajak perusahaan
pemohon

7. IMB  Surat Izin Mendirikan Bangunan dari


bangunan yang digunakan oleh pemohon.
IMB wajib diterbitkan oleh bupati/walikota
atau instansi tingkat kabupaten/kota. Dalam
hal IMB diterbitkan selain oleh
bupati/walikota atau instansi tingkat
kabupaten/kota (misal: diterbitkan oleh
camat), maka wajib dilampirkan peraturan
daerah yang menjelaskan pendelegasian
kewenangan tersebut.

8. Polis Asuransi Pencemaran  Asuransi wajib atas nama perusahaan


Lingkungan Hidup pemohon izin
 Asuransi merupakan asuransi pencemaran
lingkungan
 Asuransi masih berlaku
 Pertanggungan asuransi minimal 5 (lima)
milyar rupiah.
 Asuransi wajib berbahasa Indonesia (atau
dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing)
sesuai dengan UU 24 /2009 tentang
bendera, bahasa, dan lambang negara serta
lagu kebangsaan.
 Dokumen asuransi sudah disampaikan di
awal permohonan.

9. Memiliki Laboratorium Analisis  Foto berwarna fasilitas laboratorium analisis


dan/ atau Alat Analisis Limbah dan/atau alat analisis limbah B3. Alat analisis
disesuaikan dengan uji karakteristik limbah

9
B3 B3 yang akan dikumpulkan.

10. Memiliki Tenaga Terdidik  Tenaga terdidik bidang analisis dan/atau


Bidang Analisis dan/atau pengelolaan limbah B3.
Pengelolaan Limbah B3  Bukti berupa sertifikat pelatihan di bidang
pengelolaan limbah B3, atau pengendalian
pencemaran lingkungan.
 Bukti ijazah sarjana/D3/politeknik
kimia/teknik kimia/teknik lingkungan.
 Tenaga terdidik di bidang analisa merupakan
pegawai pada perusahaan pemohon izin
berupa kontrak kerja atau pernyataan dari
perusahaan pemohon

11. Rekomendasi Gubernur untuk  Atas nama perusahaan pemohon


Pengumpulan limbah B3 skala  Mencantumkan jenis limbah B3 yang
nasional direkomendasikan
 berlaku untuk pengumpulan limbah B3 skala
nasional.

12. Kontrak kerjasama dengan  Dokumen salinan kontrak kerjasama sesuai


pihak pemanfaat atau pengolah jenis limbah B3 yang dikumpulkan dengan
limbah B3 perusahaan pengolah dan/atau pemanfaat
dan/atau penimbun/landfill LB3.

13. Rancang bangun tempat  Dokumen berupa gambar rancang bangun


pengumpulan limbah B3 fasilitas pengumpulan yang akan dibangun.
 Rancang bangun paling sedikit harus
menjelaskan tentang:
 dimensi tempat pengumpulan (panjang,
lebar, tinggi; luas/kapasitas; volume).
 Material yang digunakan untuk membangun
fasilitas tempat pengumpulan disesuaikan
dengan karakteristik limbah B3 yang akan
dikumpulkan.
 kondisi lantai kedap air dan kemiringan
lantai.
 ventilasi dan fasilitas penerangan.
 saluran air yang menuju bak pengumpul.
 dimensi bak pengumpul limbah B3 sehingga
dapat menampung ceceran dan/atau air
bekas pembersihan dan/atau air hujan yang

10
bersentuhan dengan limbah B3.
 saluran air hujan yang terpisah.
 kondisi atap tempat pengumpulan.
 penggunaan papan nama, simbol & label
limbah B3.

14. Uraian tentang tata cara  Berupa dokumen SOP tanggap darurat yang
pengumpulan limbah B3 dan telah memenuhi sistem mutu (dicantumkan
proses perpindahan limbah B3 tanggal pengesahan dan ditandatangani oleh
penanggungjawab kegiatan).
(penerimaan dan pengiriman)
 Berisi tata cara pengumpulan limbah B3 yang
akan dilakukan misal penggunaan pallet,
jarak antar kemasan, dll.

15. Flowsheet lengkap proses  Flowsheet kegiatan pemanfaatan limbah B3


pengumpulan limbah B3 dan lengkap dengan kapasitas, neraca
massa/mass balance.

16. Perlengkapan sistem tanggap  dokumen SOP tanggap darurat yang telah
darurat memenuhi sistem mutu (dicantumkan
tanggal pengesahan dan ditandatangani oleh
penanggungjawab kegiatan), dan
 dokumentasi dari jenis-jenis peralatan
tanggap darurat di lokasi kegiatan.

17. Tata letak saluran drainase  Gambar layout serta penjelasan mengenai
untuk penyimpanan limbah B3 tata letak saluran drainase untuk
fasa cair penyimpanan limbah B3 fasa cair di lokasi
kegiatan.

18. Laporan realisasi kegiatan  Berlaku bagi permohonan perpanjangan


pengumpulan limbah B3 dan  Dokumen terdiri dari:
melampiran SK sebelumnya
untuk permohonan 1. rekapitulasi limbah B3 yang dikelola
2. neraca limbah B3 selama masa izin berlaku
perpanjangan izin
(5 tahun)
3. bukti pelaporan ke KLH
4. SK MENLH yang lama

11
19. Softcopy dokumen  Softcopy dokumen permohonan yang
permohonan disimpan dalam format pdf dan disampaikan
dalam bentukCompact Disc (CD) atau Flash
Drive (FD)

PENGAWASAN LIMBAH B3

Pengawasan limbah B3 harus sangat di perhatikan dikarenakan apabila tidak


sesuai aturan yang berlaku maka merusak ekosistem lingkungan hidup yang ada.
Dibawah ini adalah skema atau gambaran pengawasan pengolahan limbah B3

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut PP No. 30 Tahun 2009 tentang pengelolaan limbah B3, yang
dimaksud dengan Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya.
Aktifitas Limbah B3 harus dilakukan perizinan yang telah diatur oleh
pemerintah. Seperti halnya dalam peraturan Menteri Negara Nomor 30 Tentang
Norma, Prosedur dan kriteria dalam Pengolahan Limbah B3. Didalam surat tersebut
meliputi :
a. Izin penyimpanan sementara Limbah B3; dan
b. Izin Pengumpulan Limbah B3 Skala provinsi dan kabupaten/kota ;
Serta
- Rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional;
- Pengawasan pengolahan limbah B3;
- Pengawasan Pemulihan akibat Pencemaran Limbah B3, dan
- Pembinaan.

13

Anda mungkin juga menyukai