Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA TERHADAP HASIL


BELAJAR DENGAN MEMPERHITUNGKAN KOVARIAT
PENGETAHUAN DASAR MATEMATIKA SISWA SMP

JURNAL

OLEH :
TINA SURYAWATI
G2I1 015 008

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
PENGARUH KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP
HASIL BELAJAR DENGAN MEMPERHATIKAN KOVARIAT
PENGETAHUAN DASAR MATEMATIKA SISWA SMP

Tina Suryawati1, Faad Maonde2 dan Zamsir3


(1Mahasiswa Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UHO Kendari,
2
Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UHO Kendari dan
3
Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UHO Kendari)
Email: thinajilc87@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) Deskripsi hasil belajar matematika
siswa; (2) Pengaruh kovariat pengetahuan dasar matematika terhadap hasil belajar matematika
siswa; (3) Perbedaan rerata simpangan hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor
yang dibentuk oleh faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif (Ai) dan motivasi
berprestasi (Bj); (4) Perbedaan rerata simpangan hasil belajar matematika antara semua tingkat
faktor motivasi berprestasi (Bj) untuk setiap tingkat faktor kombinasi model pembelajaran
kooperatif (Ai); (5) Perbedaan rerata simpangan hasil belajar matematika antara semua tingkat
faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif (Ai) untuk setiap tingkat faktor motivasi
berprestasi (Bj); (6) Perbedaan antar perbedaan rerata simpangan hasil belajar matematika
untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif (Ai) dan
motivasi berprestasi siswa (Bj). Populasi dalam penelitian ini sebanyak 7 kelas dengan jumlah
219 siswa dengan sampel berjumlah 95 siswa, dengan unit analisisnya sebanyak 81 siswa.
Hasil penelitian secara inferensial menunjukkan bahwa: (1) Pengetahuan dasar matematika
siswa mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika sebesar
14,5% sumbangan pengaruh, dimana setiap perubahan 1 satuan pengetahuan dasar
matematika, akan meningkatkan hasil belajar matematika sebesar 0,628 satuan; (2) rerata
simpangan hasil belajar matematika untuk semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi
model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi mempunyai perbedaan yang
signifikan; (3) rerata simpangan hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor motivasi
berprestasi untuk setiap tingkat faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif mempunyai
perbedaan yang signifikan; (4) rerata simpangan hasil belajar matematika antara semua tingkat
faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif untuk setiap tingkat faktor motivasi
berprestasi mempunyai perbedaan yang signifikan; (5) rerata simpangan hasil belajar
matematika antara semua sel yang dibentuk oleh faktor Kombinasi Model Pembelajaran
Kooperatif (Ai) dan motivasi berprestasi (Bj) mempunyai perbedaan antar perbedaan yang
tidak signifikan.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT, TAI, dan STAD, Motivasi berprestasi
siswa, Pengetahuan Dasar Matematika siswa.

THE EFFECT OF A COMBINATION OF COOPERATIVE


LEARNING MODELS AND MOTIVATION FOR ACHIEVEMENT
ON JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTSTS’ RESULTS BY
CONSIDERING COVARIATE OF THEIR BASIC KNOWLEDGE
OF MATHEMATICS
Abstract: This study research which aimed to: (1) describe students’ results of learning
mathematics; (2) the effect of covariate of basic knowledge of mathematics on students’
results of learning mathematics; (3) the difference in the mean scores of students’ results of
learning mathematics in all factorial levels which were formed by a combination of
cooperative learning models (Ai) and motivation for achievement (Bj); (4)the difference in the
mean scores of students’ results of learning mathematics among all factorial levels of
motivation for achievement (Bj) in all factors of combined cooperative learning models (Ai);
(5) the difference in the mean scores of students’ results of learning mathematics among all
factorial levels of combined cooperative learning models (Ai) for all factorial levels of
motivation for achievement (Bj); (6) the difference in the different mean scores of students’
results of learning mathematics in all cells that were formed by the factor of combined models
of cooperative learning (Ai) and students’motivation for achievement (Bj). Population of the
study included of 7 classes with a total of 219 students. Samples were drawn using the
purposive sampling and random sampling techniques, to come up with 95 students and 81
units of analysis. Results of inferential analysis indicated that: (1) the student’s basic
knowledge of mathematics had a positively significant effect on their results of learning
mathematics, with a contribution of 14.5%, which meant that each 1-point change in the basic
knowledge of mathematics would increase the learning results by 0.628 point; (2) there were
significant differences among the mean scores of student’s results of learning mathematics in
all cells formed by the factors of combined models of cooperative learning and basic
knowledge of mathematics; (3) there were significant differences among the mean scores of
student’s basic knowledge of mathematics in all factorial levels of combined models of
cooperative learning; (4) there were significant differences among the mean scores of
student’s basic knowledge of mathematics in all factorial levels of combined models of
cooperative learning; (5) there was no significant difference in the different mean scores of
students’ learning results among all cells which were formed by the factors of combined
model of cooperative learning models (Ai) and motivation for achievement (Bj).

Keywords: NHT, TAI, and STAD types of cooperative learning models, students’ motivation
for achievement, students’ basic knowledge of mathematics

PENDAHULUAN
Masalah hasil belajar matematika sampai hari ini merupakan salah satu masalah
yang masih menjadi problematika dalam dunia pendidikan di Indonesia, hal ini dapat dilihat
pada hasil pelaksanaan Ujian Nasional (UN) SMP tahun 2016. REPUBLIKA melansir, nilai
Mata Pelajaran (Mapel) Matematika mengalami penurunan terbesar pada pelaksanaan UN
SMP/sederajat pada tahun 2016. Perubahannya dari 56,28 pada 2015 menjadi 50,24 di 2016.
“Yang terkoreksi paling besar adalah Matematika dengan penurunan sebesar 6,04 poin,”
kata Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan dalam
Konferensi Pers (Konpers) Hasil UN dan Indeks Integritas UN (IIUN) SMP/sederajat 2016
di Gedung A, Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Senayan,
Jakarta, Jumat (10/6).
Hal ini didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang menemukan masih
banyak siswa yang memiliki hasil belajar di bawah rata-rata. Beberapa diantaranya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Maonde menemukan dari 405 siswa sebanyak 194 orang
siswa yang nilai matematikanya kurang dari 55, penelitian yang dilakukan oleh Jazuli juga
menemukan sebanyak 40 orang siswa yang nilai matematikanya kurang dari 55. Sejalan
dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Rahim menemukan bahwa nilai rata-rata
metematika dari 97 orang siswa adalah 53,5.
Hasil belajar yang rendah banyak sekali faktor yang menyebabkannya, diantaranya
kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, model pembelajaran, materi, sarana prasarana,
minat, motivasi, kreativitas, alat evaluasi serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu
kesatuan yang paling berkaitan dan bekerja secara terpadu untuk tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan. Siswa merasa takut untuk belajar matematika sehingga timbul rasa malas
untuk mempelajarinya, belajar yang tidak bermakna yang mengandalkan hapalan, metode
dan strategi guru dalam menyampaikan kurang berkenan, serta lingkungan yang tidak
kondusif untuk mendukung kesuksesan belajar si siswa. Untuk itu guru harus memiliki
kemampuan dalam memilih model atau pendekatan yang tepat terhadap materi yang akan
diajarkan.
Melalui pengalaman yang peneliti alami selama menjadi seorang guru, kurangnya
hasil belajar matematika siswa salah satu penyebabnya adalah mereka merasa bosan dan
jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran matematika di kelas, serta kurang menyenangi
materi matematika yang dianggap materi yang menakutkan, hal-hal ini berimbas kepada
kurangnya pemahaman dalam matematika dan akibatnya hasil belajar matematikanya
rendah, mereka kurang termotivasi untuk belajar, selain itu kebanyakan dari siswa takut
untuk bertanya dan menyampaikan pendapat ketika belajar matematika di kelas sementara
menurut Sagala: “Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa atau murid.”
Apabila guru berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi aktif
dalam belajar akan memungkinkan terjadi peningkatan hasil belajar. Jadi model
pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dan sangat menguntungkan
dalam keberhasilan proses pendidikan.
Langkah guru dalam menetapkan model yang tepat pada saat menyampaikan materi
pelajaran di kelas merupakan salah satu penentu keberhasilan, sehingga hasil belajar siswa
yang optimal dapat tercapai. Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan adanya suatu
model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan karakter siswa
yang berbeda-beda, jika ditinjau dari motivasi belajarnya. Pada dasarnya belajar bukan
hanya sekedar mengingat atau menghafal. Belajar harus lebih ditekankan tentang bagaimana
seorang siswa dapat menyelesaikan masalah dan menemukan sesuatu untuk dirinya. Hal
semacam itu dipandang akan bertahan lama di benak siswa. Hasil belajar menjadi bertahan
lama ketika siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan
pengetahuan baru. Siswa mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dari
pengetahuan yang sudah dimilikinya. Menurut Isjoni, “konstruktivisme adalah suatu
pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang ada”. Proses tersebut menunjukkan siswa akan
menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang telah ia miliki
kemudian akan membentuk pengetahuan baru.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dapat
dipilih guru agar siswa dapat berpartisipasi aktif, lebih bertanggung jawab secara individu,
dan dapat bekerja sama dengan teman sebayanya dengan baik, sehingga menciptakan
iklim pembelajaran yang kondusif yang berimplikasi pada meningkatnya hasil belajar
siswa. Model pembelajaran dapat dipergunakan secara kombinasi, yaitu dengan
menggabungkan beberapa model pembelajaran dalam suatu pelajaran. Dengan hanya
menggunakan satu model saja, akibatnya materi pelajaran yang terus-menerus diajarkan
menjadi suatu proses yang membosankan bagi siswa, ini membuat siswa menjadi pasif.
Dengan menggunakan model kombinasi siswa akan merasa bersemangat dan tidak bosan
dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pendidikan yang diinginkan bisa tercapai.
Untuk mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran matematika, peneliti
menawarkan kombinasi model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT)
dan Team Assisted Individualization (TAI). Model pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang
membuat siswa berdiskusi dalam kelompok yang heterogen untuk mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat dari masalah-masalah yang berkaitan dengan materi,
meningkatkan semangat kerjasama dan saling menghargai antar siswa.
Bagi siswa bertanya pada guru adalah hal yang menakutkan karena mereka takut
dianggap bodoh sehingga ditertawakan oleh teman-temannya. Siswa lebih memilih bertanya
kepada teman sebayanya yang dianggap pintar di dalam kelas apabila mereka mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Erman menjelaskan bahwa
bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, dengan bertanya pada teman sebaya tidak ada
rasa malu ataupun enggan untuk bertanya ataupun meminta bantuan. Sehingga untuk
mengatasi masalah tersebut, peneliti juga menggunakan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI). Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) kemudian
dikombinasikan dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) akan
menjadikan suasana pembelajaran bertambah lebih aktif, efektif dan kondusif.
Dalam kegiatan belajar, motivasi berprestasi juga sangat diperlukan sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi berprestasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar dengan baik. “Motivasi berprestasi dipandang sebagai dorongan mental
yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar”.
Motivasi berprestasi mempunyai peranan yang penting dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang
kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang
memiliki intelegensi cukup tinggi bisa gagal karena kekurangan motivasi. Motivasi
berprestasi yang tinggi berkorelasi dengan hasil belajar yang baik. Jika motivasi berprestasi
siswa dapat ditingkatkan, maka dapat diharapkan bahwa hasil belajar siswa juga akan
meningkat, dan begitu pula sebaliknya apabila motivasi berprestasi siswa tidak ditingkatkan
maka hasil belajar siswa juga mengalami penurunan. Agar siswa memiliki motivasi
berprestasi yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
Motivasi berprestasi siswa dipengaruhi salah satunya oleh model pembelajaran yang
digunakan. Peranan guru untuk mengelola motivasi berpretasi siswa sangat penting dan
dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar salah satunya adalah dengan penerapan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa.
Dari uraian tentang ketiga tipe model pembelajaran kooperatif tersebut, maka dapat
dipahami bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memberikan pemahaman konsep
matematika kepada siswa serta meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan
mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan yang dimaksud diantaranya adalah
berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
berpendapat, dan bekerjasama dalam kelompok.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan desain penelitian 3x3 faktorial
yang menggunakan analisis kovarians (Ancova). Variabel dalam penelitian eksperimen ini
terdiri dari variabel dependen (variabel terikat) yaitu hasil belajar matematika siswa,
variabel independen (variabel bebas) yaitu model pembelajaran kooperatif sebagai faktor A
dan motivasi berprestasi sebagai faktor B. Faktor A terdiri dari A*1 kombinasi model
pembelajaran kooperatif tipe NHT-STAD dan A*2 model pembelajaran kooperatif tipe TAI-
STAD sebagai kelompok perlakuan, serta A3 model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebagai kelompok kontrol. Faktor B Motivasi Berprestasi siswa terdiri dari B1 siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi dan B2 siswa yang memiliki motivasi berprestasi
sedang dan B3 siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan dua teknik, yaitu purposive sampling dan simple random
sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak tiga kelas yaitu dua kelas
eksperimen (perlakuan) yang dikenai kombinasi model pembelajaran NHT-STAD dan
TAI-STAD dan satu kelas kontrol yang dikenai model pembelajaran STAD. Gambaran
sampel yang terambil berdasarkan jumlah kelas dan jumlah siswa dalam setiap kelompok
(sel) ditunjukkan dalam Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1 Gambaran Pangambilan Jumlah Sampel pada Setiap Sel dalam Penelitian
Eksperimen di SMP Negeri 3 Wonggeduku

Faktor B
Jumlah
Faktor A B=1 B=2 B=3
X Y X Y X Y X Y
NHT-STAD 9 9 9 9 9 9 27 27
TAI-STAD 9 9 9 9 9 9 27 27
STAD 9 9 9 9 9 9 27 27
Jumlah 27 27 27 27 27 72 81 81
HASIL
Hasil analisis deskriptif meliputi skor rata-rata dan analisis inferensial , seperti dalam
tabel berikut ini:
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Matematika Siswa.
A B Mean Std. Deviation N
Tinggi 73.78 8.51 9
Sedang 64.44 10.48 9
NHT-STAD
Rendah 53.78 9.40 9
Total 64.00 12.35 27
Tinggi 70.67 6.93 9
Sedang 62.22 5.33 9
TAI-STAD
Rendah 49.33 10.77 9
Total 60.74 11.80 27
Tinggi 62.67 6.93 9
Sedang 52.89 7.15 9
STAD
Rendah 44.00 9.17 9
Total 53.19 10.80 27
Tinggi 69.04 8.64 27
Sedang 59.85 9.18 27
Total
Rendah 49.04 10.26 27
Total 59.31 12.39 81
Secara deskriptif diperoleh skor total rata-rata hasil belajar matematika siswa adalah
59,31 dengan standar deviasi 12,39, dimana hasil belajar matematika untuk siswa yang
diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-STAD dengan motivasi berprestasi
tinggi memiliki rerata tertinggi yaitu 73,78 dengan standar deviasi 8.51, sedangkan hasil
belajar matematika untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan motivasi berprestasi rendah memiliki rerata terendah yaitu 44 dengan standar
deviasi 9,17. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT-STAD
dan TAI-STAD lebih efektif bila dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD baik pada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, sedang maupun rendah.
Analisis Inferensial
Analisis inferensial terdiri atas 17 (tujuh belas) hipotesis perbedaan rerata dengan
faktor khusus atau dengan syarat tertentu pada paket program SPSS adalah menggunakan
analisis Ancova. Hasil analisis inferensial dari ketujuh belas hipotesis yang diujikan
dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis 1
Parameter B Std. T Sig. 95% Confidence Interval Partial Eta
Error Lower Bound Upper Bound Squared
Intercept 36.35 6.15 5.91 0.00 24.12 48.58 0.31
X 0.63 0.16 3.82 0.00 0.30 0.96 0.16
Hipotesis 1 H0 ditolak berdasarkan hasil statitik uji t pada baris X Tabel 3 diperoleh
nilai uji-t = 3,82 dengan nilai p/2 = 0,00 < α = 0,05. Dengan ditolaknya H0 dapat
disimpulkan bahwa kovariat pengetahuan dasar matematika siswa mempunyai pengaruh
positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika.
Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis 2
Source Type III Sum Df Mean Square F Sig. Partial Eta
of Squares Squared
Corrected Model 7739.79 9 859.98 13.45 0.000 0.63
Intercept 5804.40 1 5804.40 90.74 0.000 0.56
X 628.29 1 628.29 9.82 0.003 0.12
A*B 5826.27 8 728.28 11.39 0.000 0.56
Error 4541.49 71 63.97
Total 297200.00 81
Corrected Total 12281.28 80
Hipotesis 2 H0 ditolak berdasarkan hasil statistik uji F pada baris A*B Tabel 4
diperoleh F-statistik = 11,39, df = 8/71, nilai–p = 0,00 < 0,05. Dengan ditolaknya H0 dapat
disimpulkan bahwa Rerata simpangan hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor
yang dibentuk oleh kombinasi model pembelajaran kooperatif (Ai) dan motivasi berprestasi
(Bj) memiliki perbedaan yang signifikan.
Tabel 5. Hasil Pengujian Hipotesis-3
Source Type III Sum Df Mean Square F Sig. Partial Eta
of Squares Squared
Corrected Model 7739.79 9 859.98 13.45 0.000 0.63
Intercept 5804.40 1 5804.40 90.74 0.000 0.56
X 628.29 1 628.29 9.82 0.003 0.12
A 1585.11 2 792.56 12.39 0.000 0.26
A*B 4246.40 6 707.73 11.06 0.000 0.48
Error 4541.49 71 63.97
Total 297200.00 81
Corrected Total 12281.28 80
Hipotesis 3 H0 ditolak berdasarkan hasil statistik uji F pada baris A*B Tabel 5
diperoleh F-statistik = 11,06, df = 6/71, nilai-p = 0,00 < 0,05. Dengan ditolaknya H0 dapat
disimpulkan bahwa rerata simpangan hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor
motivasi berprestasi (Bj) untuk setiap tingkat faktor kombinasi Model Pembelajaran
Kooperatif (Ai) mempunyai perbedaan yang signifikan.
Tabel 6. Hasil Analisis Pada Parameter Estimate 3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 3f
Parameter B Std. T Sig. 95% Confidence Interval Partial Eta
Error Lower Bound Upper Bound Squared
Intercept 30.14 5.16 5.84 0.000 19.85 40.44 0.32
X 0.40 .13 3.13 0.003 0.14 0.65 0.12
[A=1.00] 8.90 3.78 2.35 0.021 1.36 16.44 0.07
[A=2.00] 7.86 3.86 2.04 0.045 0.18 15.55 0.06
[A=3.00] 0a . . . . . .
[A=1.00] * [B=1.00] 18.46 3.80 4.86 0.000 10.88 26.04 0.25
[A=1.00] * [B=2.00] 10.45 3.77 2.77 0.007 2.93 17.97 0.10
[A=1.00] * [B=3.00] 0a . . . . . .
[A=2.00] * [B=1.00] 18.03 3.91 4.61 0.000 10.23 25.84 0.23
[A=2.00] * [B=2.00] 9.47 3.92 2.42 0.018 1.66 17.30 0.08
[A=2.00] * [B=3.00] 0a . . . . . .
[A=3.00] * [B=1.00] 18.12 3.77 4.80 0.000 10.59 25.64 0.25
[A=3.00] * [B=2.00] 7.35 3.80 1.93 0.057 -0.23 14.93 0.05
[A=3.00] * [B=3.00] 0a . . . . . .
Hipotesis 3.a H0 ditolak berdasarkan hasil statistik uji t pada baris
[A=1.00]*[B=1.00] Tabel 6 diperoleh bahwa nilai uji – t = 4,86 dan nilai p/2= 0,00/2 = 0,00
< α = 0,05. Dengan ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa rerata simpangan hasil belajar
siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi (B1) lebih baik dari siswa yang memiliki
motivasi berprestasi rendah (B3) dengan syarat siswa diajar dengan kombinasi model
pembelajaran kooperatif tipe NHT-STAD (A*1).
Hipotesis 3.b. H0 ditolak berdasarkan hasil statistik uji t pada baris
[A=1.00]*[B=2.00] Tabel 6 diperoleh bahwa nilai uji – t = 2,77 dan nilai p/2 = 0,007/2 =
0,0035 < α = 0,05. Dengan ditolaknya H0 dapat disimpulkan bahwa rerata-simpangan hasil
belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi sedang (B2) lebih baik dari siswa yang
memiliki motivasi berprestasi rendah (B3) dengan syarat siswa diajar dengan kombinasi
model pembelajaran kooperatif tipe NHT-STAD (A*1).
Tabel 7. Hasil Pengujian Hipotesis 4
Source Type III Sum df Mean F Sig. Partial Eta
of Squares Square Squared
Corrected Model 7739.79a 9 859.98 13.45 0.000 0.63
Intercept 5804.40 1 5804.40 90.74 0.000 0.56
X 628.29 1 628.29 9.82 0.003 0.12
B 4188.69 2 2094.35 32.74 0.000 0.48
A*B 1613.68 6 268.95 4.21 0.001 0.26
Error 4541.49 71 63.97
Total 297200.00 81
Corrected Total 12281.28 80
Hipotesis 4. H0 ditolak hasil statistik uji F pada baris A*B Tabel 7 diperoleh F-
statistik = 4.205, df = 6/71, nilai-p = 0.001 < α = 0.05. Dengan ditolaknya H0 maka dapat
disimpulkan bahwa rerata simpangan hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor
kombinasi model pembelajaran kooperatif (Ai) untuk setiap tingkat faktor motivasi
berprestasi (Bj) mempunyai perbedaan yang signifikan.
Tabel 8. Hasil Analisis Pada Parameter Estimate 4a, 4b, 4c, 4d, 4e, 4f
Parameter B Std. T Sig. 95% Confidence Partial Eta
Error Interval Squared
Lower Upper
Bound Bound
Intercept 30.14 5.16 5.84 .000 19.85 40.44 0.32
X 0.40 0.13 3.13 .003 0.14 0.65 0.12
[B=1.00] 18.12 3.77 4.80 .000 10.59 25.64 0.25
[B=2.00] 7.35 3.80 1.93 .057 -0.23 14.93 0.05
[B=3.00] 0a . . . . . .
[A=1.00] * [B=1.00] 9.24 3.82 2.42 .018 1.63 16.85 0.08
[A=1.00] * [B=2.00] 12.00 3.77 3.18 .002 4.47 19.52 0.13
[A=1.00] * [B=3.00] 8.90 3.78 2.35 .021 1.36 16.44 0.07
[A=2.00] * [B=1.00] 7.78 3.77 2.06 .043 0.26 15.30 0.06
[A=2.00] * [B=2.00] 9.99 3.78 2.65 .010 2.46 17.52 0.09
[A=2.00] * [B=3.00] 7.86 3.86 2.04 .045 0.18 15.55 0.06
[A=3.00] * [B=1.00] 0a . . . . . .
[A=3.00] * [B=2.00] 0a . . . . . .
[A=3.00] * [B=3.00] 0a . . . . . .
Hipotesis 4.a. H0 ditolak berdasarkan hasil statistik uji t pada baris
[A=1.00]*[B=1.00] Tabel 8 diperoleh bahwa nilai uji – t = 2,42 dan nilai p/2 = 0,02/2 =
0,01 < α = 0,05. Dengan ditolaknya H0, maka dapat disimpulkan bahwa rerata simpangan
hasil belajar siswa yang diajar dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT-
STAD (A1*) lebih baik dari siswa yang diajar dengan model pembelajaran tipe STAD (A3)
dengan syarat siswa mempunyai motivasi berprestasi tinggi (B1).
Hipotesis 4.b. H0 ditolak berdasarkan hasil statistik uji t pada baris
[A=1.00]*[B=2.00] Tabel 8 diperoleh bahwa nilai uji – t = 3,18 dan nilai p/2 = 0,002/2=
0,001 < α = 0,05. Dengan ditolaknya H0, maka dapat disimpulkan bahwa rerata simpangan
hasil belajar siswa yang diajar dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT-
STAD (A1*) lebih baik dari siswa yang diajar dengan model pembelajaran tipe STAD (A3)
dengan syarat siswa mempunyai motivasi berprestasi sedang (B2).
Tabel 9. Hasil Pengujian Hipotesis 5
Source Type III Sum Df Mean Square F Sig. Partial Eta
of Squares Squared
Corrected Model 7739.79a 9 859.98 13.45 .000 0.63
Intercept 5804.40 1 5804.40 90.74 .000 0.56
X 628.29 1 628.29 9.82 .003 0.12
A 1585.11 2 792.56 12.39 .000 0.26
B 4188.69 2 2094.35 32.74 .000 0.48
A*B 27.90 4 6.98 0.11 .979 0.01
Error 4541.49 71 63.97
Total 297200.00 81
Corrected Total 12281.28 80
Hipotesis 5. H0 diterima berdasarkan hasil statistik uji F pada baris A*B tabel 4.23
(lampiran 12) diperoleh nilai F = 0,11 df = 4/71, nilai p = 0,98 > α = 0,05. Dengan
diterimanya H0 dapat disimpulkan bahwa rerata simpangan hasil belajar matematika antara
semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif (Ai) dan
motivasi berprestasi (Bj) mempunyai perbedaan antar perbedaan yang tidak signifikan.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara deskriptif rerata hasil belajar siswa pada
kelas ekperimen yaitu siswa yang diajar degan kombinasi model pembelajaran kooperatif
tipe NHT-STAD dan TAI-STAD lebih baik daripada rerata hasil belajar siswa pada kelas
kontrol yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pengaruh Kovariat Pengetahuan Dasar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kovariat pengetahuan dasar matematika dalam penelitian mempunyai pengaruh
positif yang signifikan terhadap hasil belajar matematika dengan kontribusi sebesar 0,63
satuan di dalam populasi. Artinya setiap perubahan satu satuan pengetahuan dasar
matematika siswa akan meningkatkan hasil belajar matematika sebesar 0,63 satuan dengan
sumbangan (Adjusted R Square) sebesar 14,5% ditentukan oleh faktor pengetahuan dasar
matematika dan sisanya sebesar 85,5% ditentukan oleh faktor lain di dalam populasi
Perbedaan rerata simpangan hasil belajar matematika antara semua tingkat faktor
yang dibentuk oleh faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif (Ai) dan
motivasi berprestasi (Bj)
Dalam penelitian ini terdapat empat model hipotesis perbedaan rerata simpangan
yang dibentuk oleh faktor Ai dan faktor Bj yakni (i) rerata simpangan dengan desain X A*B
sesuai dengan hipotesis 2, (ii) rerata simpangan dengan desain X A A*B sesuai dengan
hipotesis 3, (iii) rerata simpangan dengan desain X B A*B sesuai dengan hipotesis 4 dan (iv)
rerata simpangan dengan desain X A B A*B sesuai dengan hipotesis 5. Berdasarkan hasil
analisis dari keempat hipotesis yang diajukan diperoleh 3 hipotesis yaitu hipotesis 2, 3, dan
4 menunjukkan bahwa harga koefisien Sig untuk ketiga hipotesis < alpha yang ditetapkan
(5%) yang menolak H0 dan 1 hipotesis yaitu hipotesis 5 menerima H0. Signifikannya tiga
hipotesis ini berarti model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi mempengaruhi
hasil belajar matematika secara terpisah dengan memperhitungkan kovariat pengetahuan
dasar matematika siswa
Perbedaan rerata simpangan hasil belajar matematika dengan syarat khusus
Pengaruh bersyarat dalam penelitian ini mengkombinasikan antara perbedaan rerata
simpangan hasil belajar matematika menurut kelompok siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi, sedang dan rendah dengan syarat diajar dengan kombinasi model
pembelajaran kooperatif tipe NHT-STAD, TAI-STAD, dan STAD. Pada analisis regresi
melalui desain X A A*B menghasilkan enam hipotesis (6 ). Analisis regresi ke enam
hipotesis (6 ) yang dihasilkan pada hipotesis 3 ini dapat dilihat pada tabel 6, dari enam
hipotesis yang diajukan, semua hipotesis tersebut menolak H0 masing-masing pernyataan
sebagai berikut: (i) rerata simpangan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi (B1) lebih baik dari siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah (B3) dengan
syarat siswa diajar dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT-STAD
(A*1). (ii) rerata-simpangan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi sedang
(B2) lebih baik dari siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah (B3) dengan syarat
siswa diajar dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT-STAD (A*1). (iii)
rerata simpangan hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi (B1) lebih
baik dari siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah (B3) dengan syarat siswa diajar
dengan kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe TAI-STAD (A*2). Signifikannya
hipotesis tersebut menunjukkan bahwa siswa pada kelas eksperimen atau yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT-STAD, TAI-STAD bahkan pada kelas kontrol
atau yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD belum dapat
menyamakan hasil belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sedang
dan rendah sehingga masih ada perbedaan yang signifikan diantara keduanya, dimana siswa
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki rerata hasil belajar yang lebih tinggi.
Perbedaan dalam perbedaan rerata simpangan hasil belajar matematika antara semua
sel yang dibentuk oleh faktor Ai dan faktor Bj.
Perbedaan dalam perbedaan pada penelitian eksperimen 3x3 faktorial dalam penelitian ini
menguji perbedaan antar perbedaan rerata simpangan hasil belajar matematika untuk semua
sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif dan motivasi
berprestasi siswa. Hasil analisis pada tabel 4.20 ternyata tidak terdapat perbedaan dalam
perbedaan rerata simpangan hasil belajar atau kesenjangan antara semua sel yang dibentuk
oleh faktor kombinasi model pembelajaran kooperatif dan motivasi berprestasi siswa.
Dengan tidak adanya kesenjangan disebabkan oleh beberapa indikator antara lain yaitu
model kombinasi model pembelajaran kooperatif belum berperan baik dalam pembelajaran
matematika untuk membedakan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sedang
maupun rendah. Sehingga pada gilirannya kombinasi model pembelajaran kooperatif yang
diterapkan sama-sama baiknya dan juga sama tidak baiknya
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Secara empiris hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rerata hasil belajar matematika di
masing-masing sel yang dibentuk oleh kombinasi model pembelajaran kooperatif dan
motivasi berprestasi mendukung hipotesis yang diajukan.
2. Pengetahuan dasar matematika siswa mempunyai pengaruh positif yang signifikan
terhadap hasil belajar matematika dengan kontribusi sebesar 0,63 satuan di dalam
populasi. Artinya, setiap perubahan satu satuan pengetahuan dasar matematika siswa
akan meningkatkan hasil belajar matematika sebesar 0,63 satuan dengan sumbangan
pengaruh sebesar 14,5% hasil belajar matematika ditentukan oleh faktor pengetahuan
dasar matematika.
3. Dengan menerapkan analisis kovarian, hasil analisis dari ke-empat model hipotesis
perbedaan rerata simpangan yang dibentuk oleh faktor Ai dan faktor Bj yang diajukan,
diperoleh hasil yaitu H0 ditolak pada 3 hipotesis yaitu hipotesis 2, 3, dan 4 dan H0
diterima pada hipotesis 5.
4. Perbedaan rerata simpangan hasil belajar matematika menurut kelompok siswa yang
memiliki motivasi berprestasi (Bj) syarat diajar dengan kombinasi model pembelajaran
kooperatif (Ai) menghasilkan enam hipotesis. Dari enam hipotesis yang diajukan, H0
ditolak pada semua hipotesis.
5. Perbedaan rerata simpangan hasil belajar matematika yang mengkombinasikan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT-STAD, TAI-STAD, dan STAD dengan syarat siswa
memiliki motivasi berprestasi tinggi, sedang dan rendah menghasilkan enam hipotesis.
Dari enam hipotesis yang diajukan, H0 ditolak pada semua hipotesis.
6. Tidak terdapat perbedaan dalam perbedaan rerata simpangan hasil belajar atau
kesenjangan antara semua sel yang dibentuk oleh faktor kombinasi model pembelajaran
kooperatif dan motivasi berprestasi siswa.
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut ;
1. Kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT-STAD, TAI-STAD, dan STAD
dapat digunakan sebagai model alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar matematika.
2. Guru hendaknya lebih meninjau kembali faktor-faktor penghambat siswa dalam belajar
sehingga dapat memilih suatu model yang tepat dalam pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
3. Dalam menggunakan kombinasi model pembelajaran kooperatif, guru perlu
mengadakan tes awal untuk melihat salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar sehingga guru dapat mengontrol dan memperbaiki faktor tersebut untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
4. Peneliti yang hendak mengembangkan penelitian ini perlu memperhatikan faktor
pengetahuan dasar matematika lebih dalam lagi dalam proses pelaksanaan penelitian
sebagai upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, I Gusti Ngurah. (2006). Statistika Penerapan Model Rerata Sel Multivariat dan
Model Ekonometri dengan SPSS. Jakarta: SAD Satria Bhakti.

Dimyati dan Moedjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Gusarmin, Sofyan. (2001). Strategi Pembelajaran. Universitas Halu Oleo. Kendari.

http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/06/10/o8k0jf284-nilai-
matematika-paling-turun-pada-un-2016. Diakses tanggal 24 November 2016.

Hudojo, Herman. (1988). Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tinggi
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Huda, Miftahul. (2013). Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. (2012). Pembelajaran Kooperatif “Meningkatkan Kecerdasan komunikasi Antar


Peserta Didik”. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kusumaningrum. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:


Nusamedia

Jazuli, Laode Ahmad. (2013). Perbedaan Hasil Belajar Matematika di Tinjau dari Model
Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan Bahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan
Matematika Vol 4 No 2. Hal: 215.

Maonde, Faad. (2013). Kesenjangan Hasil Belajar Matematika di Tinjau dari Model
Pembelajaran Kooperatif, Penguasaan Bahasa dan Ipa (Studi Eksperimen pada Siswa
SMP Negeri di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara). Jurnal Penididikan
Matematika Vol 4 No 2. Hal: 113.

Oemar, Hamalik. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sardiman AM. (2002) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka
Cipta. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai