Percobaan Iii Titrasi Potensiometrik I
Percobaan Iii Titrasi Potensiometrik I
TITRASI POTENSIOMETRIK
I. TUJUAN PERCOBAAN
(Svehla, 1979).
Pada titrasi potensiometri diperlukan elektroda petunjuk dan
pembanding. Sebagai elektroda petunjuk dapat digunakan elektroda platina.
Jenis elektroda ioni bersifat inert, yaitu tidak ikut terlibat aktif dalam reaksi
redoks yang sedang diamati. Sebagai elektroda pembanding digunakan
elektroda kalomel dengan reaksi dasar:
Hg2Cl2 + 2e 2Hg + 2Cl-
Dalam titrasi potensiometri, titik akhir dideteksi dengan menetapkan volume
pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan
titran. Metode titrimetri, asam-basa, redoks, pengendapan, dan pembentukan
kompleks. Dipilih elektroda pembanding seperti elektroda kolomel, untuk
melengkapi sel (Day dan Underwood, 1999).
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran
potensiometri. Reaksinya harus meliputi penambahan atau pengurangan
beberapa ion yang sesuai dengan jenis elektrodanya. Potensial diukur
sesudah penambahan sejumlah kecil titran secara berturut-turut atau secara
kontinu dengan perangkat automatik. Presisi ini dapat dipertinggi dengan sel
konsentrasi.
a. Reaksi netralisasi : titrasi asam basa dapat diikuti dengan penambahan
elektroda indikatornya. Tetapan ionisasinya harus kurang dari 10-8
b. Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan: pembentukan endapan
atau kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Biasanya
digunakan elektroda Hg dan Ag, berbagai logam dapat dititrasi dengan
EDTA.
c. Reaksi redoks: Elektroda Pt atau lektroda inert dapat digunakan pada
titrasi redoks. Oksidator kuat (KMNO4,K2Cr2O7, Co(NO3)3 ) membentuk
lapisan logam oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara
katoda dalam larutan encer (Khopar, 1990).
Potensiometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk
menganalisis suatu unsur didalam larutan yang prinsip kerjanya
didasarkan dengan adanya perubahan potensial elektroda dari larutan
yang dianalisis karena adanya penambahan volume titran. Potensiometer
dilengkapi dengan alat titrasi secara otomatik dan alat pencatat hasil
analisis. Didalam melakukan analisis kadar Uranium, elektroda yang
digunakan adalah elektroda kerja dan pembanding. Elektroda kerja yang
dipakai adalah elektroda platina yang berfungsi untuk mengukur
perubahan potensial dalam larutan yang dianalisis, sedangkan elektroda
pembanding yang dipakai adalah elektroda kalomel (Torowati, dkk,
2009).
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain pipet
volume 25 mL, gelas kimia 250 mL, labu ukur 100 mL, batang
pengaduk magnetik, pengaduk magnetik, eleKtrode, dan buret.
B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain asam
sulfat dan akuades.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Larutan H3PO4 dipipet sebanyak 50 mL ke dalam labu takar 100 ml.
Diencerkan sampai 100 mL. Dipindah ke gelas beker 250 mL.
2. Batang pengaduk magnetik dimasukkan ke dalam larutan dan
ditempatkan seluruhnya di atas pengaduk magnetik.
3. Kedua elektrode dihubungkan dengan dengan alat ukur, dinyalakan alat
dan dijalankan pengadukan.
4. Kedudukan buret yang telah diisi dengan larutan penitran diatur, dibaca
dan dicatat kedudukan mula-mula larutan dalam buret. Dan titrasi mulai
dilakukan.
5. Penambahan volume penitrasi dilanjutkan sampai terkumpul jumlah
titik yang cukup untuk membuat kurva titrasi.
6. Kurva digambar dan ditentukan letak titik ekuivalen, memakai ketiga
metode penentuan.
7. Konsentrasi larutan H3PO4 dihitung.
1 0 1,94 0 0 0 0 0 0 0 0
13 16 2,67 1 0 15,5 0 1 0 15 0
22 25 3,66 1 0 24,5 0 1 0 24 0
2.7
NaOH vs pH
2.4
2.1 Linear (Hubungan
volume NaOH vs pH)
1.8
1.5
0 5 10 15 20 25 30
V NaOH
0.5
0.4
∆pH/∆V
y = -0.0045x + 0.2273
0.3 R² = 0.057 Hubungan pH/V vs V
NaOH
0.2
Linear (Hubungan
0.1 pH/V vs V NaOH )
0
0 5 10 15 20 25 30
V NaOH
Grafik 3. Hubungan antara ∆2pH/∆2V Vs V NaOH
0.25
y = -0.0027x + 0.0873
0.2 R² = 0.092
∆2pH/∆V
0.15
Linear (Hubungan
0.1 pH2/V2 vs V NaOH)
0.05
0
0 5 10 15 20 25 30
V NaOH
4. Perhitungan
Berdasarkan Grafik hubungan pH terhadap volume NaOH
Diketahui: pH = 2,48
pH = -log [H+]
[H+] = 10-2,48
= 3,31.10-3 M
Reaksi: H3PO4 + OH- → H2PO4 + H2O Ka = 7,5.10-3
Ditanya: Ca .....?
Jawab :
[H+] = Ka.Ca
Ca
H 2
Ka
(3,31.10 -3 ) 2
=
7,5.10 3
= 0,441 . 10-3 M
pH = -log [H+]
[H+] = 10-2,97
= 1,07.10-3M
Ditanya: Ca .....?
Jawab:
[H+] = Ka.Ca
[H ]2
Ca =
Ka
(1,07.10 3 ) 2
=
6,2.10 8
= 0,172 . 102 M
pH = -log [H+]
[H+] = 10-3,50
= 3,16.10-4M
Ditanya: Ca.....?
Jawab :
[H+] = Ka.Ca
[H ] 2
Ca
Ka
(3,16.10 4 ) 2
=
4,8 .10 13
= 0,658.105 M
B. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi ion fosfat (PO43-)
dalam larutan asam fosfat (H3PO4) secara potensiometri. Potensiometri
merupakan suatu metode penentuan aktivitas ion dengan pengukuran harga
potensialnya. Metode titrasi potensiometri yang digunakan merupakan metode
secara langsung. Potensiometri langsung merupakan metode dimana prosedur
penggunaan pengukuran tunggal potensial elektrode yang digunakan ditujukan
untuk menetapkan konsentrasi suatu spesi ion. Titrasi langsung ini
memanfaatkan pengukuran potensial untuk mendeteksi titik kesetaraan suatu
titrasi.
Pada percobaan ini, larutan H3PO4 yang digunakan akan dititrasi dengan
NaOH dan diaduk dengan pengaduk magnetik (stirrer). Sebelumnya dilakukan
penukuran pH larutan H3PO4 murni (pH awal) dengan menggunakan alat pH
meter. Dengan adanya penambahan larutan NaOH ini, akan membuat suasana
menjadi basa. Proses pengadukan dengan pengaduk magnetik (stirrer) dilakukan
agar larutan H3PO4 dan larutan NaOH mudah tercampur. Setelah larutan
tercampur, maka dilakukan pengukuran pH larutan berulang kali dengan
penambahan volume NaOH tertentu (bervariasi) dan dalam waktu tertentu
sampai volume NaOH mencapai 50 mL semakin banyak penambahan NaOH,
maka larutan akan menjadi lebih basa. Dalam hal ini, semakin banyak volume
penambahan NaOH, maka pH larutannya akan semakin bertambah besar dari
pH awal dan larutan akan semakin basa karena memang NaOH merupakan
suatu basa kuat. Tetapi dalam percobaan ini tidak demikian yaitu semakin
banyak penambahan volume NaOH, maka pH larutannya tidak sesuai atau tidak
teratur, ada yang meningkat dan ada juga yang menurun. Hal ini mungkin
disebabkan oleh pH meter yang digunakan belum terkalibrasi dengan tepat atau
kurang berfungsi dengan baik. Kesalahan ini mungkin juga disebabkan oleh
larutan yang digunakan sudah terkontaminasi, baik untuk larutan H3PO4,
maupun NaOH. Sehingga akan mempengaruhi titik ekuivalen yang akan
dihasilkan. Dari data nilai pH dan Volume penambahan NaOH ini, dapat
digambarkan grafik untuk menentukan titik ekivalennya.
Apabila NaOH ditambahkan ke dalam suatu larutan H3PO4, maka ketiga-
tiga asam yaitu H3PO4; H2PO4- dan HPO42-, akan bereaksi dengan basa
sekedarnya namun porsi utama basa yang mula-mula ditambahkan bereaksi
dengan asam yang terkuat yaitu H3PO4. Reaksi antara H3PO4 dengan NaOH
sebagai berikut :
H3PO4 + NaOH NaH2PO4 + H2O
NaH2PO4 + 2NaOH Na2HPO4 + 2H2O
Na2HPO4 + 2NaOH Na3PO4 + 2H2O
Pada titrasi potensiometri, titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan
volume yang mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika
ditambah titran. Metode ini dapat digunakan untuk semua reaksi yang
digunakan untuk tujuan titrimetri asam basa, redoks, pengendapan dan
pembentukkan kompleks. Dipilih elektroda seperti kalomel untuk melengkapi
sel. Pada percobaan ini digunakan elektroda kalomel sebagai elektroda
pembanding dan elektroda membran kaca sebagai elektroda penunjuk. Dalam
titrasi tak-automatik potensial diukur setelah penambahan tiap tetes berurutan
dari titran, dan pembacaan yang diperoleh dialurkan lawan volume titran pada
kertas grafik untuk memperoleh kurva titrasi seperti yang ditunjukkan pada
grafik.
Titik ekuivalen juga dapat ditentukan dengan metode grafik. Grafik yang
dibuat dilakukan dengan tiga cara yaitu pembuatan grafik hubungan pH
terhadap volume titran, turunan pertama (ΔpH/Δv) serta turunan kedua
(ΔpH2/Δv2) dari kurva titrasi. Kurva titrasi dibuat dengan sejumlah titik
sehingga memungkinkan terbentuknya titik ekuivalen. Itulah sebabnya pada
percobaan ini titrasi dilakukan dengan penambahan volume titran yang besar,
dan dilanjutkan secara bertahap dengan volume yang lebih kecil ketika
mendekati titik ekuivalen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
H3PO4 + OH-
H2PO4 + H2O
H2PO4- + OH-
HPO42- + H2O
HPO42- + OH-
PO43- + H2O
Nilai tetapan kesetimbangan asam posfat secara berurutan untuk Ka1, Ka2
dan Ka3 adalah 7,5.10-3 ; 6,2.10-8 dan 4,8.10-13 dengan reaksi-reaksinya
sebagai berikut :
H2A ↔ H+ + HA-
HA- ↔ H+ + A2+
(H2A merupakan asumsi untuk asam lemah berbasa dua).
Pada titik ekuivalen I reaksi yang terjadi yaitu :
NaOH + H3PO4 ↔ H2O + NaHPO4
Dan reaksi yang terjadi antara titik ekivalen I dan II yaitu :
NaOH + NaH2PO4 ↔ H2O + NaHPO4
III. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat didapat dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Titrasi potensiometri pada percobaan ini merupakan reaksi penetralan,
antara asam lemah dengan basa kuat sehingga semakin banyak
penambahan NaOH pada larutan H3PO4 maka akan terjadi kenaikan pH.
2. Titrasi potensiometri dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan
elektroda pembanding yang sesuai.
3. Potensial dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran
secara berturut-turut atau secara kontinu dengan suatu perangkat pH-
meter.
4. Titik akhir titrasi diketahui dengan menetapkan volume dimana terjadi
perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan suatu titran.
5. Titik ekuivalen pertama terjadi pada pH 2,48 dengan konsentrasi larutan
yaitu 3,31.10-3, titik ekivalen kedua terjadi pada pH 2,97
dengan konsentrasi larutan yaitu 0,172.102, sedangkan titik ekivalen ketiga
terjadi pada pH 3,50 dengan konsentrasi larutan yaitu 0,658.105.
DAFTAR PUSTAKA
Svehla, G., 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semi Mikro, Jilid 1, Edisi Kelima. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Torowati, Ngajito, L. Windyarti, dan B.S. Galuh. dkk. 2009. Analisis Kadar
Uranium Dalam Yellow Cake dengan Titrasi Secara Potensiometri. ISSN
1979-2409 No 03 Tahun II.