Anda di halaman 1dari 14

PERCOBAAN III

TITRASI POTENSIOMETRIK

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi


H3PO4 menggunakan metode titrasi potensiometri.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi potensiometri menyangkut perbedaan potensial antara suatu


elektroda indikator dan suatu elektroda pembanding sewaktu titrasi.
Perbedaan potensial dapat diukur dengan potensial (potensiometri) atau pH
meter. Pada umumnya pengukuran-pengukuran teliti dari perbedaan potensial
dilakukan dengan potensiometri. Akan tetapi, untuk ketelitian yang diperlukan
dalam titrasi, pH meter memberikan hasil-hasil yang memuaskan dan lebih
sesuai untuk menggunakannya (Day dan Underwood, 1999).
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst
dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada
kondisi arus nol. Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan
dengan potensiometri dengan menggunakan peralatan listrik untuk mengukur
potensial elektroda indikator dan besarnya potensial elektroda indikator, dan
besarnya potensial elektroda indikator ini bergantung pada kepekatan ion-ion
tertentu dalam larutan. Karena itu, dengan memakai persamaan Nerst,
kepekatan ion dalam larutan dapat dihitung langsung dari harga potensial yang
diukur itu (Rivai, 1995).
Potensial sel galvanik tergantung pada aktivitas zat-zat ionik tertentu
di dalam larutan sel sehingga pengukuran potensial sel merupakan hal yang
sangat penting dalam kimia analitik. Dalam banyak hal suatu sel dapat
disusun yang potensialnya tergantung pada aktivitas suatu macam zat ionik
tunggal dalam larutan. Salah satu elektroda sel harus sedemikian rupa hingga
potensialnya tergantung pada aktivitas ion yang akan ditentukan; ini disebut
elektroda indikator. Elektroda yang lainnya merupakan sebuah pembanding,
seperti kalomel, yang potensialnya diketahui dan tetap selama pengukuran
(Day &Underwood, 1986).
Ada dua cara yang digunakan untuk melakukan pengukuran
eksperimental. Pertama, suatu pengukuran tunggal dari potensial sel
dilakukan ini cukup untuk menentukan aktivitas ion yang bersangkutan.
Kedua, ion dapat dititrasi dan potensial diukur sebagai fungsi volume titran.
Cara pertama disebut potensiometri langsung dan telah digunakan terutama
pada pengukuran pH larutan-larutan dalam air. Pada waktu sekarang ini juga
secara luas digunakan untuk pengukuran ion-ion lain dengan menggunakan
elektroda ion selektif. Cara kedua, yang disebut titrasi potensiometrik,
mempergunakan pengukuran potensial untuk mengetahui titik ekuivalen suatu
titrasi. Dapat diterapkan terhadap semua jenis reaksi yang kita pandang sesuai
untuk analisa titrimetrik (Day &Underwood, 1986).
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran
potensiometri. Reaksinya harus meliputi penambahan atau pengurangan
beberapa ion yang sesuai dengan jenis elektrodanya. Potensial diukur sesudah
penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara
kontinyu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel
konsentrasi (Khopkar, 2003).
Elektroda indikator suatu sel adalah elektroda yang potensialnya
bergantung pada aktivitas (dan karena itu pada konsentrasi) spesi ion tertentu
yang konsentrasinya akan ditentukan. Dalam potensiometri langsung atau
titrasi potensiometri suatu ion logam, sebuah elektroda indikator sederhana
biasanya akan terdiri dari batang atau kawat yang dibersihkan dengan
seksama yang terbuat dari logam yang tepat; paling penting adalah
permukaan logam yang akan dicelupkan ke dalam larutan itu bebas dari
lapisan tipis oksida atau hasil korosi apa saja. Dalam beberapa kasus
elektroda yang lebih memuaskan dapat disiapkan dengan menggunakan
kawat platinum yang telah disalut dengan lapisan tipis logam yang tepat
dengan cara pengendapan secara listrik (Bassett, 1994).
Pada titrasi potensiometri diperlukan elektroda petunjuk dan
pembanding. Sebagai elektroda petunjuk dapat digunakan elektroda platina.
Jenis elektroda ion bersifat inert, yaitu tidak ikut terlibat aktif dalam reaksi
redoks yang sedang diamati. Sebagai elektroda pembanding digunakan
elektroda kalomel. Hubungan antara konsentrasi (aktivitas) ion dan potensial
oksidasi-reduksi dapat dinyatakan oleh persamaan Nernst sebagai :
RT a RT [Ox ]
E  Eo  ln ox  E o  ln
nF aRe d nF [Re d ] ……………………………(1)

(Svehla, 1979).
Pada titrasi potensiometri diperlukan elektroda petunjuk dan
pembanding. Sebagai elektroda petunjuk dapat digunakan elektroda platina.
Jenis elektroda ioni bersifat inert, yaitu tidak ikut terlibat aktif dalam reaksi
redoks yang sedang diamati. Sebagai elektroda pembanding digunakan
elektroda kalomel dengan reaksi dasar:
Hg2Cl2 + 2e 2Hg + 2Cl-
Dalam titrasi potensiometri, titik akhir dideteksi dengan menetapkan volume
pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan
titran. Metode titrimetri, asam-basa, redoks, pengendapan, dan pembentukan
kompleks. Dipilih elektroda pembanding seperti elektroda kolomel, untuk
melengkapi sel (Day dan Underwood, 1999).
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran
potensiometri. Reaksinya harus meliputi penambahan atau pengurangan
beberapa ion yang sesuai dengan jenis elektrodanya. Potensial diukur
sesudah penambahan sejumlah kecil titran secara berturut-turut atau secara
kontinu dengan perangkat automatik. Presisi ini dapat dipertinggi dengan sel
konsentrasi.
a. Reaksi netralisasi : titrasi asam basa dapat diikuti dengan penambahan
elektroda indikatornya. Tetapan ionisasinya harus kurang dari 10-8
b. Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan: pembentukan endapan
atau kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Biasanya
digunakan elektroda Hg dan Ag, berbagai logam dapat dititrasi dengan
EDTA.
c. Reaksi redoks: Elektroda Pt atau lektroda inert dapat digunakan pada
titrasi redoks. Oksidator kuat (KMNO4,K2Cr2O7, Co(NO3)3 ) membentuk
lapisan logam oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara
katoda dalam larutan encer (Khopar, 1990).
Potensiometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk
menganalisis suatu unsur didalam larutan yang prinsip kerjanya
didasarkan dengan adanya perubahan potensial elektroda dari larutan
yang dianalisis karena adanya penambahan volume titran. Potensiometer
dilengkapi dengan alat titrasi secara otomatik dan alat pencatat hasil
analisis. Didalam melakukan analisis kadar Uranium, elektroda yang
digunakan adalah elektroda kerja dan pembanding. Elektroda kerja yang
dipakai adalah elektroda platina yang berfungsi untuk mengukur
perubahan potensial dalam larutan yang dianalisis, sedangkan elektroda
pembanding yang dipakai adalah elektroda kalomel (Torowati, dkk,
2009).
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain pipet
volume 25 mL, gelas kimia 250 mL, labu ukur 100 mL, batang
pengaduk magnetik, pengaduk magnetik, eleKtrode, dan buret.
B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain asam
sulfat dan akuades.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Larutan H3PO4 dipipet sebanyak 50 mL ke dalam labu takar 100 ml.
Diencerkan sampai 100 mL. Dipindah ke gelas beker 250 mL.
2. Batang pengaduk magnetik dimasukkan ke dalam larutan dan
ditempatkan seluruhnya di atas pengaduk magnetik.
3. Kedua elektrode dihubungkan dengan dengan alat ukur, dinyalakan alat
dan dijalankan pengadukan.
4. Kedudukan buret yang telah diisi dengan larutan penitran diatur, dibaca
dan dicatat kedudukan mula-mula larutan dalam buret. Dan titrasi mulai
dilakukan.
5. Penambahan volume penitrasi dilanjutkan sampai terkumpul jumlah
titik yang cukup untuk membuat kurva titrasi.
6. Kurva digambar dan ditentukan letak titik ekuivalen, memakai ketiga
metode penentuan.
7. Konsentrasi larutan H3PO4 dihitung.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Tabel Hasil Pengamatan
No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Sebanyak 50 ml H3PO4 0,1 M - larutan bening
diencerkan ke dalam gelas kimia +
akuades pH = 1,94
2. pH awal diukur - larutan tetap bening
diaduk 1 menit menambahkan 5 mL
NaOH; - pH = 2,44
3. pH diukur
4. Diaduk selama 1 menit
menambahkan 1 mL NaOH
5. pH diukur

2. Tabel Hasil Perhitungan


V
pH 2 pH
No pH ΔV ΔpH Vrata21 (ΔV)2 Δ2pH Vrata22
V 2V
NaOH

1 0 1,94 0 0 0 0 0 0 0 0

2 5 2,44 5 0,5 2,5 0,01 25 0,25 1,25 0,01

3 6 2,85 1 0,44 5,5 0,44 1 0,1936 4 0,1936

4 7 2,70 1 0,15 6,5 0,15 1 0,0225 6 0,0225

5 8 2,49 1 0,21 7,5 0,21 1 0,0441 7 0,0441


6 9 2,78 1 0,29 8,5 0,29 1 0,0841 8 0,0841

7 10 2,48 1 0,3 9,5 0,3 1 0,09 9 0,09

8 11 2,98 1 0,5 10,5 0,5 1 0,25 10 0,25

9 12 2,69 1 0,29 11,5 0,29 1 0,0841 11 0,0841

10 13 2,67 1 0,02 12,5 0,02 1 0,0004 12 0,0004

11 14 2,50 1 0,17 13,5 0,17 1 0,0289 13 0,0289

12 15 2,67 1 0,17 14,5 0,17 1 0,0289 14 0,0289

13 16 2,67 1 0 15,5 0 1 0 15 0

14 17 2,82 1 0,15 16,5 0,15 1 0,0225 16 0,0225

15 18 2,85 1 0,03 17,5 0,03 1 0,09 17 0,09

16 19 2,97 1 0,12 18,5 0,12 1 0,0144 18 0,0144

17 20 3,04 1 0,1 19,5 0,1 1 0,01 19 0,01

18 21 3,16 1 0,12 20,5 0,12 1 0,0144 20 0,0144

19 22 3,27 1 0,11 21,5 0,11 1 0,0121 21 0,0121

20 23 3,50 1 0,23 22,5 0,23 1 0,0529 22 0,0529

21 24 3,66 1 0,16 23,5 0,16 1 0,0256 23 0,0256

22 25 3,66 1 0 24,5 0 1 0 24 0

23 26 3,77 1 0,11 25,5 0,11 1 0,0121 25 0,0121


3. Grafik

Grafik 1. Hubungan antara pH Vs V NaOH

Hubungan volume NaOH vs pH


3.9
3.6 y = 0.054x + 2.079
3.3
R² = 0.763
3
Hubungan volume
pH

2.7
NaOH vs pH
2.4
2.1 Linear (Hubungan
volume NaOH vs pH)
1.8
1.5
0 5 10 15 20 25 30
V NaOH

Grafik 2. Hubunganantara ∆pH/∆V Vs V NaOH

Hubungan ∆pH/∆V vs V NaOH


0.6

0.5

0.4
∆pH/∆V

y = -0.0045x + 0.2273
0.3 R² = 0.057 Hubungan pH/V vs V
NaOH
0.2
Linear (Hubungan
0.1 pH/V vs V NaOH )

0
0 5 10 15 20 25 30
V NaOH
Grafik 3. Hubungan antara ∆2pH/∆2V Vs V NaOH

Hubungan ∆2pH/∆2V vs V NaOH


0.3

0.25
y = -0.0027x + 0.0873
0.2 R² = 0.092
∆2pH/∆V

0.15
Linear (Hubungan
0.1 pH2/V2 vs V NaOH)
0.05

0
0 5 10 15 20 25 30
V NaOH

4. Perhitungan
 Berdasarkan Grafik hubungan pH terhadap volume NaOH
Diketahui: pH = 2,48
pH = -log [H+]
[H+] = 10-2,48
= 3,31.10-3 M
Reaksi: H3PO4 + OH- → H2PO4 + H2O Ka = 7,5.10-3
Ditanya: Ca .....?
Jawab :

[H+] = Ka.Ca

Ca 
H   2

Ka
(3,31.10 -3 ) 2
=
7,5.10 3
= 0,441 . 10-3 M

 Berdasarkan Grafik hubungan ∆pH/∆v terhadap volume NaOH


Diketahui: pH = 2,97

pH = -log [H+]
[H+] = 10-2,97

= 1,07.10-3M

Reaksi: H2PO4- + OH- → HPO42- + H2O Ka = 6,2.10-8

Ditanya: Ca .....?

Jawab:

[H+] = Ka.Ca

[H  ]2
Ca =
Ka

(1,07.10 3 ) 2
=
6,2.10 8

= 0,172 . 102 M

 Berdasarkan Grafik hubungan ∆2pH//∆V2 terhadap volume NaOH


Diketahui: pH = 3,50

pH = -log [H+]

[H+] = 10-3,50

= 3,16.10-4M

Reaksi: HPO42- + OH- → PO43- + H2O Ka = 4,8.10-13

Ditanya: Ca.....?

Jawab :

[H+] = Ka.Ca
[H  ] 2
Ca 
Ka

(3,16.10 4 ) 2
=
4,8 .10 13

= 0,658.105 M

B. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi ion fosfat (PO43-)
dalam larutan asam fosfat (H3PO4) secara potensiometri. Potensiometri
merupakan suatu metode penentuan aktivitas ion dengan pengukuran harga
potensialnya. Metode titrasi potensiometri yang digunakan merupakan metode
secara langsung. Potensiometri langsung merupakan metode dimana prosedur
penggunaan pengukuran tunggal potensial elektrode yang digunakan ditujukan
untuk menetapkan konsentrasi suatu spesi ion. Titrasi langsung ini
memanfaatkan pengukuran potensial untuk mendeteksi titik kesetaraan suatu
titrasi.
Pada percobaan ini, larutan H3PO4 yang digunakan akan dititrasi dengan
NaOH dan diaduk dengan pengaduk magnetik (stirrer). Sebelumnya dilakukan
penukuran pH larutan H3PO4 murni (pH awal) dengan menggunakan alat pH
meter. Dengan adanya penambahan larutan NaOH ini, akan membuat suasana
menjadi basa. Proses pengadukan dengan pengaduk magnetik (stirrer) dilakukan
agar larutan H3PO4 dan larutan NaOH mudah tercampur. Setelah larutan
tercampur, maka dilakukan pengukuran pH larutan berulang kali dengan
penambahan volume NaOH tertentu (bervariasi) dan dalam waktu tertentu
sampai volume NaOH mencapai 50 mL semakin banyak penambahan NaOH,
maka larutan akan menjadi lebih basa. Dalam hal ini, semakin banyak volume
penambahan NaOH, maka pH larutannya akan semakin bertambah besar dari
pH awal dan larutan akan semakin basa karena memang NaOH merupakan
suatu basa kuat. Tetapi dalam percobaan ini tidak demikian yaitu semakin
banyak penambahan volume NaOH, maka pH larutannya tidak sesuai atau tidak
teratur, ada yang meningkat dan ada juga yang menurun. Hal ini mungkin
disebabkan oleh pH meter yang digunakan belum terkalibrasi dengan tepat atau
kurang berfungsi dengan baik. Kesalahan ini mungkin juga disebabkan oleh
larutan yang digunakan sudah terkontaminasi, baik untuk larutan H3PO4,
maupun NaOH. Sehingga akan mempengaruhi titik ekuivalen yang akan
dihasilkan. Dari data nilai pH dan Volume penambahan NaOH ini, dapat
digambarkan grafik untuk menentukan titik ekivalennya.
Apabila NaOH ditambahkan ke dalam suatu larutan H3PO4, maka ketiga-
tiga asam yaitu H3PO4; H2PO4- dan HPO42-, akan bereaksi dengan basa
sekedarnya namun porsi utama basa yang mula-mula ditambahkan bereaksi
dengan asam yang terkuat yaitu H3PO4. Reaksi antara H3PO4 dengan NaOH
sebagai berikut :
H3PO4 + NaOH NaH2PO4 + H2O
NaH2PO4 + 2NaOH Na2HPO4 + 2H2O
Na2HPO4 + 2NaOH Na3PO4 + 2H2O
Pada titrasi potensiometri, titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan
volume yang mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika
ditambah titran. Metode ini dapat digunakan untuk semua reaksi yang
digunakan untuk tujuan titrimetri asam basa, redoks, pengendapan dan
pembentukkan kompleks. Dipilih elektroda seperti kalomel untuk melengkapi
sel. Pada percobaan ini digunakan elektroda kalomel sebagai elektroda
pembanding dan elektroda membran kaca sebagai elektroda penunjuk. Dalam
titrasi tak-automatik potensial diukur setelah penambahan tiap tetes berurutan
dari titran, dan pembacaan yang diperoleh dialurkan lawan volume titran pada
kertas grafik untuk memperoleh kurva titrasi seperti yang ditunjukkan pada
grafik.
Titik ekuivalen juga dapat ditentukan dengan metode grafik. Grafik yang
dibuat dilakukan dengan tiga cara yaitu pembuatan grafik hubungan pH
terhadap volume titran, turunan pertama (ΔpH/Δv) serta turunan kedua
(ΔpH2/Δv2) dari kurva titrasi. Kurva titrasi dibuat dengan sejumlah titik
sehingga memungkinkan terbentuknya titik ekuivalen. Itulah sebabnya pada
percobaan ini titrasi dilakukan dengan penambahan volume titran yang besar,
dan dilanjutkan secara bertahap dengan volume yang lebih kecil ketika
mendekati titik ekuivalen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
H3PO4 + OH- 
 H2PO4 + H2O
H2PO4- + OH- 
 HPO42- + H2O
HPO42- + OH- 
 PO43- + H2O
Nilai tetapan kesetimbangan asam posfat secara berurutan untuk Ka1, Ka2
dan Ka3 adalah 7,5.10-3 ; 6,2.10-8 dan 4,8.10-13 dengan reaksi-reaksinya
sebagai berikut :

H3PO4 + OH- H2PO4- + H2O

H2PO4- + OH- HPO42- + H2O

HPO42- + OH- PO43- + H2O


Penambahan volume NaOH yang ditambahkan pertama yaitu 5 ml
dan penambahan selanjutnya dilakukan sampai volume NaOH yang
ditambahkan mencapai 50 ml dengan setiap kali penambahan sebanyak 1
ml. Pada setiap penambahan NaOH dilakukan maka pH larutan juga harus
diukur. Untuk mengukur pH larutan digunakan pH-meter.
Pada saat larutan H3PO4 ditirasi dengan NaOH larutan diaduk
dengan pengaduk magnet, tujuannya agar larutan tercampur seluruhnya.
pH larutan awal adalah sebesar 1,94. pH tersebut adalah pH sebelum
dicampurkan dengan NaOH sebagai penitrasi. Setelah ditambahkan
dengan NaOH pH mengalami perubahan semakin besar yaitu sebesar 2,06.
Cara grafik diferensial ini memang menguntungkan tetapi juga
mempunyai kelemahan karena volume kesetaraan dibaca dari hasil yang
diperoleh hanyalah tempatnya yang kira-kira saja, tidak setepatnya (bukan
nilai yang sesungguhnya). Karena itu bagian-bagian volume penitran harus
ditambahkan sekecil mungkin untuk mendapatkan titik akhir yang tepat.
Maka dapat dihitung konsentrasi dari ion (H+) yaitu titik ekuivalen
pertama terjadi pada saat penambahan volume NaOH sebanyak 10 ml
dengan pH 2,48 diperoleh konsentrasi [H+] sebesar 3,31.10-3 M dan
konsentrasi larutan yaitu 0,441 . 10-3. Titik ekivalen kedua terjadi pada
penambahan volume NaOH sebanyak 19 ml dengan pada pH 2,97
diperoleh konsentrasi [H+] sebesar 1,07.10-3 M dan konsentrasi larutan
yaitu 0,172 . 102 sedangkan titik ekivalen ketiga terjadi pada penambahan
NaOH sebanyak 23 ml dengan pH 3,50 dengan konsentrasi [H+] sebesar
3,16.10-4 M dan konsentrasi larutan yaitu 0,658.105. Selama titrasi,
penambahan NaOH hanya menyebabkan reaksi dengan ion H+ dan belum
terjadi pengionan kedua, sehingga hal ini dapat menyebabkan kurva titrasi
untuk pH volume NaOH naik dengan lambat dan baru melonjak ke atas
menjelang titik ekuivalen pertama, yang menandai habisnya ion H+ dari
pengionan tahap pertama.

H2A ↔ H+ + HA-
HA- ↔ H+ + A2+
(H2A merupakan asumsi untuk asam lemah berbasa dua).
Pada titik ekuivalen I reaksi yang terjadi yaitu :
NaOH + H3PO4 ↔ H2O + NaHPO4
Dan reaksi yang terjadi antara titik ekivalen I dan II yaitu :
NaOH + NaH2PO4 ↔ H2O + NaHPO4

III. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat didapat dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Titrasi potensiometri pada percobaan ini merupakan reaksi penetralan,
antara asam lemah dengan basa kuat sehingga semakin banyak
penambahan NaOH pada larutan H3PO4 maka akan terjadi kenaikan pH.
2. Titrasi potensiometri dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan
elektroda pembanding yang sesuai.
3. Potensial dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran
secara berturut-turut atau secara kontinu dengan suatu perangkat pH-
meter.
4. Titik akhir titrasi diketahui dengan menetapkan volume dimana terjadi
perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan suatu titran.
5. Titik ekuivalen pertama terjadi pada pH 2,48 dengan konsentrasi larutan
yaitu 3,31.10-3, titik ekivalen kedua terjadi pada pH 2,97
dengan konsentrasi larutan yaitu 0,172.102, sedangkan titik ekivalen ketiga
terjadi pada pH 3,50 dengan konsentrasi larutan yaitu 0,658.105.
DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J. dkk. 1994.Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.

Day, R.A.dan A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.


Jakarta.

Day and Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.

Svehla, G., 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semi Mikro, Jilid 1, Edisi Kelima. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.

Torowati, Ngajito, L. Windyarti, dan B.S. Galuh. dkk. 2009. Analisis Kadar
Uranium Dalam Yellow Cake dengan Titrasi Secara Potensiometri. ISSN
1979-2409 No 03 Tahun II.

Anda mungkin juga menyukai