Anda di halaman 1dari 10

2.1.

Pengertian Manajemen Laba

Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas
prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General
Accepted Accounting Principle (GAAP). Menurut Schipper (1989) Manajemen laba adalah
campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi. Selain itu dikemukakan juga oleh
Healy & Wahlen (1999) bahwa Manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan
penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan
keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan
atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka-angka
yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

2.2. Teori Keagenan (Agency Theory)

Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Sebagai agen, manajer
secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik
(principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.
Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana
masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat
kemakmuran yang dikehendaki Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan
melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.

Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena
kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya.
Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang
disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri antara manajemen
(agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk
melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik
(pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan menunjukkan adanya hubungan
positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba

2.3. Sasaran Manajemen Laba

Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan
sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :

1. Kebijakan Akuntansi.
Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan
oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang
ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.

1. Pendapatan.
Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.
1. Biaya.
Menganggap sebagai beban/ biaya atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi
atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment).

2.4. Alasan Dilakukan Manajemen Laba

Alasan dilakukan manajemen laba karena:

1. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer. Manajemen laba
berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena
tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang
akan diterima oleh manajer.
2. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang
terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya, perusahaan
berusaha menghindarinyadengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun
laba. Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau
penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan.
3. Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya.

1.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba

Berdasarkan yang dilakukan olehWatts dan Zimmerman (1986) secara empiris


membuktikan bahwa hubungan principal dan agent sering ditentukan oleh angka akuntansi.
Hal ini memacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat
digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk
tindakan agent tersebut adalah manajemen laba. Faktor-faktor yang diajukan oleh Watt dan
Zimmerman adalah:

1. Hipotesis Bonus Plan.


Perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang
akan meningkatkan income saat ini.

1. Debt To Equity Hypothesis.


Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer
perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatakan
pendapatan atau laba.

1. Political Cost Hypothesis


Bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar
masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan.

2.5. Terjadinya Manajemen Laba

Menurut Ayres (1994:27-29) manajemen laba dapat dilakukan oleh manajer dengan cara-
cara sebagai berikut:
1. Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba melalui kebijakannya. Hal
ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan
yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer.
2. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu
perusahaan. Yaitu antara menerapkan lebih awal atau menunda sampai saat berlakunya kebijakan
tersebut.
3. Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu dari sekian banyak
metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (GAAP).

1.6. Motivasi Manajemen Laba

Beberapa motivasi terjadinya manajemen laba yaitu:

1. Motivasi Program Bonus (Bonus Plan Motivations).


Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak
secara opportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat
ini.

1. Motivasi politik (Political Motivations)


Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan
publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan
publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan yang lebih ketat.

1. Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations)


Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai
metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.

1. Motivasi perubahan CEO (Changes of CEO Motivations)


CEO (Chief Executive Officer) yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk menaikkan bonus mereka, dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka
akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

5.Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer
perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka
dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.

6.Motivasi perjanjian utang (Debt Covenants Motivations)

Perjanjian utang timbul karena adanya kontrak jangka panjang yang dilakukan oleh
manajemen laba. pelanggaran terhadap hal tersebut akan mengakibatkan biaya yang tinggi
terhadap perusahaan, oleh karena itu manajer berusaha untuk menghindari terjadinya
pelanggaran terhadap covenant.
Healy dan Wahlen (1999) membagi motivasi earnings management menjadi tiga, yaitu:

a. Capital Market

Penggunaan secara luas informasi akuntansi oleh investor dan analis keuangan untuk
membantu menilai saham dapat menciptakan insentif bagi manajemen untuk memanipulasi
laba dalam usaha mempengaruhi harga saham.

b. Constructing Motivations

Healy dan Wahlen (1999) dalam Qomariyah (2006) membaginya menjadi dua,
yaitu: lending constract dan management compensation constract. Esensi penjelasan Healy
dan Wahlen (1999) sama dengan uraian Scott (2000) di atas, dimana penjelasan lending
constract motivatons sama dengan other constractual motivations dan management
compensations, constract motivationssama dengan bonus scheme motivations.

c. Regulatory Motivations

Terdapat tiga bentuk dalam motivasi ini, yaitu:

1) Industry Regulations Motivations

Industri-industri diatur dengan derajat pengaturan berbeda di masing-masing industri,


beberapa diantaranya seperti industri perbankan dan asuransi menghadapi pemantauan
yang lebih ketat oleh pihak regulator termasuk data-data akuntansi. Peraturan perbankan
mengharuskan bank mencapai Cumulative Abnormal Return (CAR) tertentu, sedangkan
peraturan asuransi menghasilkan perusahaan asuransi memenuhi syarat-syarat kesehatan
keuangan minimum. Peraturan seperti ini menciptakan insentif bagi manajemen untuk
mengatur laporan keuangan dan neraca sesuai dengan kepentingan pihak regulator.

2) Anti-trust and Other Regulations

Perusahaan yang berbeda di dalam penyelidikan pelanggaran anti-trust atau menghadapi


konsekuensi politik yang tidak menguntungkan memiliki insentif untuk mengatur labanya
agar tampak kurang menguntungkan. Manajemen yang memiliki subsidi dan proteksi
pemerintah juga memilki insentif yang sama.

3) Tax Planning Purposes

Healy dan Wahlen (1999) tidak menjelaskan bagian ini, karena menurutnya earnings
management untuk tujuan perencanaan pajak merupakan bagian tugas (dominant)
otorisasi pajak yang memiliki insentif yang sama.
1.7. Teknik Manajemen Laba

Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen laba pada laporan
keuangan yaitu:

1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi


Cara ini merupakan cara manajer untuk mempengaruhi laba melalui judgement
terhadap estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi
kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya
garansi, dan lain-lain.

1.Mengubah metode akuntansi


Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi,
contoh: mengubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka tahun ke
metoda depresiasi garis lurus.

1.Menggeser perioda biaya atau pendapatan


Beberapa orang menyebutkan rekayasa jenis ini sebagai manipulasi keputusan
operasional. Contoh: rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat
atau menundapengeluaran untuk penelitian sampai perioda akuntansi berikutnya,
mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai perioda akuntansi berikutnya,
mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai, dan lain-lain.

1.8. Model-model Manajemen Laba

Ada beberapa bentuk manajemen laba yaitu:

1.Taking a bath
Dalam bentuk jika manajemen harus melaporkan kerugian, maka manajemen
akan melaporkan dalam jumlah besar. Dengan tindakan ini manajemen berharap dapat
meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan kerugian piutang perusahaan dapat
dilimpahkan ke manajemen lama, jika terjadi pergantian manajer.

1.Income Minimization (menurunkan laba)


Dalam bentuk ini manajer akan menurunkan laba untuk tujuan tertentu,
misalnya: untuk tujuan penghematan kewajiban pajak yang harus dibayar perusahaan
kepada pemerintah. Karena semakin rendah laba yang dilaporkan perusahaan semakin
rendah pula pajak yang harus dibayarkan.

1.Income Maximization (meningkatkan laba)


Dalam bentuk ini manajer akan berusaha menaikkan laba untuk tujuan tertentu,
misalnya: menjelang IPO manajer akan meningkatkan laba dengan harapan mendapatkan
reaksi yang positif dari pasar.
1. Income Smoothing (perataan laba)
Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan, dengan
tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor, karena umumnya investor menyukai
laba yang relatif stabil.

Manajemen laba mempunyai dampak pada kebermanfaatan informasi laba dalam


pengambilan keputusan. Perusahaan yang menggunakan kebijakan akuntansi agresif
(positive discretionary accruals) mempunyai biaya modal lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang menerapkan kebijakan akuntansi konservatif (negative discretionary
accruals).

Manajemen laba dapat sinkron dengan kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan
keputusan tetapi dapat juga tidak. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai alternatif solusi atas
masalah yang timbul akibat manajemen laba yang dapat tidak sesuai dengan
kebermanfaatan laba dalam pengambilan keputusan, dan solusi tersebut tidak menimbulkan
masalah baru.

Salah satu alternatif adalah pemberlakuan standar akuntansi yang lebih ketat tetapi masih
memberi peluang bagi manajemen dalam melakukan pemilihan kebijakan akuntansi dalam
batas wajar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk mengkomunikasikan
informasi privat yang dapat meningkatkan keinformasian laba, atau untuk tujuan efficient
contracting berbasis laba. Standar akuntansi yang lebih ketat dapat meningkatkan kualitas
laba, tetapi perlu diperhatikan bahwa standar akuntansi yang lebih atau terlalu ketat dapat
meningkatkan manajemen laba total (manajemen laba akuntansi dan manajemen laba real)
serta meningkatkan biaya manajemen laba.

Ada tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan munculnya praktek manajemen
laba yaitu:
Manajemen Akrual (Accruals Management)
Faktor ini biasanya berkaitan dengan segala aktivitas yang dapat
memengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi
merupakan wewenang dari para manajer (managers discretion).
Penerapan Suatu Kebijaksanaan Akuntansi yang Wajib
Faktor ini berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu
kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan yaitu
antara menerapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau
menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut.
Perubahan Aktiva Secara Sukarela
Faktor ini biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau
mengubah suatu metode akuntansi tertentu di antara sekian banyak
metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi
yang ada (Generally Accepted Accounting Principles).
https://mikoedoankz.wordpress.com/2013/11/14/manajemen-laba/

https://www.jurnal.id/id/blog/2017-manajemen-laba-sebagai-strategi-dalam-akuntansi/

http://aliteguh.blogspot.com/2015/11/penerapan-manajemen-laba-dalam.html

http://anakmilanisti.blogspot.com/2017/03/manajemen-laba.html

file:///C:/Users/ACER/Downloads/Materi_Manajemen_Laba_Lengkap.pdf
Sasaran manajemen laba

1. Kebijakan akuntansi
Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib deterapkan oleh suatu perusahaan,
yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya
kebijakan tersebut.

1. Pendapatan
Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.

1. Biaya
Menganggap sebagai beban biaya atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya.

Terjadinya manajemen laba

1. Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba melalui kebijakannya.
Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas juga keuntungan
secara pribadi.
2. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan kauntansi yang wajib diterapkan oleh suatu
perusahaan. Yaitu antara menerapkan lebih awal atau menunda sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
3. Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu dari sekian banyak
metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang sah.

Isu-isu dalam manajemen laba

1. Sangat mudah untuk menduga bahwa manajemen laba bertujuan untuk memenuhi harapan dari
analisis keuangan atau manajemen.
2. Manajemen laba dapat berakhir dan bertahan karena informasi yang asimetris, suatu kondisi yang
disebabkan oleh informasi yang diketahui manajemn namun tidak ingin mereka ungkapkan.
3. Manajemen laba terjadi dalam konteks suatu kumpulan pelaporan yang fleksibel dan seperangkat
kontrak tertentu yang menentukan pembagian aturan di antara pemegang kepentingan.
4. Permainan laporan laba triwulan, mungkin menjadi alasan utama dalam manajemen laba.
5. Penilaian perusahaan secara umum diasumsikan menjadi salah satu sasaran manajemen laba.
6. Laba negatif secara tiba-tiba lebihmerugikan daripada revisi ramalan negatif.
Manajemen Laba Informasi laba yang berada di dalam laporan keuangan sering menjadi target rekayasa
untuk memenuhi kepuasan manajemen dimana hal tersebut akan merugikan para pemegang saham dan
investor. Informasi yang diberikan oleh manajer dapat merupakan hasil rekayasa dimana dianggap
angka yang tanpa rekayasa. 2.2.1 Definisi Manajemen Laba Manajemen laba, menurut Sulistyanto
(2008) adalah upaya manajer dalam mempengaruhi informasi laporan keuangan sehingga dapat
mengelabuhi para stakeholder. Manajemen laba adalah hasil campur tangan manajemen dalam
penyusunan laporan keuangan sehingga dengan demikian akan meningkatkan laba yang
menguntungkan manajemen atau perusahaan (Saputro & Setiawati, 2004). 9 Manajemen laba menurut
Rahmawati, et. al., (2006) merupakan investasi dari tujuan tertentu untuk mendapatkan keuntungan
privat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen laba adalah hasil campur tangan
manajemen dalam mengelola laporan keuangan dengan tujuan mengelabuhi para stakeholder untuk
menguntungkan diri sendiri maupun perusahaan. 2.2.2 Motivasi Manajemen Laba Watt & Zimmermaan
(1986) menjelaskan bahwa terdapat tiga hipotesis dalam manajemen laba, yaitu: 1. The Bonus Plan
Hypothesis Merupakan dorongan manajer dalam melaporkan laba untuk mendapatkan bonus dimana
bonus tersebut dihitung dari dasar laba. Pada umumnya, manajer perusahaan menggunakan metoda-
metoda akuntansi sehingga dapat meningkatkan pendapatan pada saat perioda berjalan. Hal ini
dilakukan kadang sebagai alasan untuk meningkatkan persentase bonus. 2. The Debt Convenant
Hypothesis Motivasi ini terjadi ketika ada perjanjian utang maupun kompensasi manajerial antara
manajer dengan pemilik perusahaan. Semakin tinggi rasio utang perusahaan maka akan semakin ketat
perusahaan terhadap kendala yang terdapat dalam perjanjian utang dan semakin besar pula probabilitas
terhadap pelanggaran perjanjian yang diadakan. Dengan demikian akan semakin memungkinkan
manajer menggunakan metoda-metoda yang ada untuk dapat meningkatkan pendapatan. 10 3. The
Political Cost Hypothesis Merupakan motivasi manajemen yang terjadi karena regulasi pemerintah.
Manajer memanipulasi laba dengan menurunkan laba yang dilaporkan sehingga akan mempengaruhi
keputusan yang dibuat. Income taxation juga menjadi motivasi dalam melakukan manajemen laba.
Terdapat tiga motivasi manajer melakukan manajemen laba menurut Wild, et. al., (2005), yaitu: 1.
Intensif Perjanjian Perjanjian yang dilakukan dengan menggunakan angka-angka akuntansi, seperti
perjanjian kompensasi dimana kompensasi ini memiliki batas bawa dan batas atas. Manajer tidak
mendapat bonus jika tidak mencapai target laba dan mendapatkan bonus jika sudah mencapai target
laba. 2. Dampak Harga Saham Meningkatkan laba agar dapat menaikkan harga saham pada perusahaan
tersebut. Manajer dapat melakukan perataan laba untuk menurunkan persepsi pasar terhadap risiko
yang akan terjadi serta menurunkan biaya modal 3. Insentif Lain Laba diturunkan oleh manajer pada
umumnya untuk mengurangi biaya politik dan penelitian yang biasanya dilakukan oleh badan
pemerintah, seperti anti monopoli. Selain itu juga utuk mendapatkan keuntungan yang diberikan oleh
pemerintah, seperti subsidi atau proteksi dari persaingan asing. Berbeda dengan Wild, Scott (2000)
menjelaskan terdapat enam alasan mengapa manajer melakukan manajemen laba: 11 1. Other
Contractual Motivations Motivasi terjadi ketika perusahaan membuat suatu perjanjian utang untuk
meilindungi pemberi pinjaman terhadap manajer yang akan melakukan penyelenehan seperti dividen
dan pinjaman yang berlebihan maupun modal kerja yang di bawah tingkat yang ditetapkan. 2. Bonus
Sheme Motivasi ini terjadi karena manajer menginginkan bonus yang didapat dari laba dasar. Bonus
sheme seperti pada the bonus plan hypothesis pada Watt & Zimmerman. 3. Political Motications Terjadi
pada perusahan-perusahaan yang memiliki kecenderungan untuk menurunkan laba visibilitas. 4.
Taxation Motivations Laba dikurangi untuk menurunkan beban pajak yang harus dibayar kepada
pemerintah karena laba semakin besar maka semakin besar pula pajak yang harus diberikan kepada
pemerintah. 5. Charges Of Chies Executive Officer (CEO) Terjadi ketika perusahaan akan melakukan
pergantian manajer. Pada akhir tahunnya, manajer dapat melaporkan laba yang tinggi yang harus
dipenuhi pada tahun berikutnya. Dengan meningkatkan laba maka manajer akan mendapatkan bonus
yang dijanjikan. 6. Initial Public Offerings (IPO) Perusahaan yang menerbitkan IPO, pada umumnya akan
kesulitan untuk mendapatkan harga saham yang mapan. Agar dapat mempengaruhi pasar, 12 manajer
memberikan informasi pendapatn yang diharapkan melalui Prospectus Earnings Management agar
mendapatkan respon positif dari pasar. Terdapat empat cara agar manajer dapat melakukan
manajemen laba (Sulistyanto, 2008): 1. Mengakui dan mencatat pendapatan lebih cepat satu atau lebih
dari satu perioda Hal ini mengakibatkan pendapatan menjadi lebih besar dari yang sebenarnya sehingga
mengakibatkan kinerja perusahaan seolah – olah lebih bagus daripada yang sesungguhnya. Hal ini akan
mengakibatkan pendapatan perusahaan pada perioda berikutnya menjadi leboh rendah daripada
pendapatan sesungguhnya. 2. Mencatat pendapatan palsu pada laporan keuangan Manajer mencatat
pendapatan yang tidak pernah ada sehingga pendapatan tidak akan pernah terealisasi seperti piutang
yang pelunasannya tidak akan pernah diterima. Hal ini mengakibatkan pendapatan menjadi lebih besar
daripada yang sesungguhnya. 3. Mengakui dan mencatat biaya lebih cepat atau lebih lambat dari yang
seharusnya Ketika mengakui biaya lebih cepat maka akan membuat biaya perioda berjalan menjadi lebih
baik daripada yang seharusnya, begitu juga ketika mengakui biaya lebih lambat maka akan membuat
biaya perioda berjalan menjadi lebih buruk daripada yang seharusnya. 4. Tidak mengungkapkan semua
kewajiban perusahaan Manajer menyembunyikan seluruh atau sebagian kewajibannya. Bila dilihat dari
agency theory, manajemen laba terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik
perusahaan dan pengelola perusahaan. Hal 13 ini terjadi karena manajemen memiliki informasi yang
lebih dalam daripada stakeholder. Bathala, et. al., (1994) menjelaskan beberapa cara untuk mengurangi
konflik yang terjadi antara manajer dengan pemilik perusahaan: 1. Meningkatkan konsetrasi kepemilikan
2. Meningkatkan dividend payout ratio 3. Institutional Investor sebagai monitoring agen Selain faktor
yang disebutkan oleh Bathala, et. al., (1994) faktor lain yang mempengaruhi manajemen laba adalah
firm size (Halim, et. al., 2005). Ukuran perusahaan menjelaskan pengelompokkan apakah perusahaan
tersebut berada di dalam perusahaan besar, sedang, atau kecil. Semakin besar perusahaan maka akan
semakin besar pula kesempatan manajer dalam melakukan manajemen laba karena perusahaan besar
memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks dan dituntut untuk memenuhi keinginan investor
yang tinggi. 2.2.3 Teknik Manajemen Laba Menurut Wild, et. al., (2005) terdapat tiga teknik manajemen
laba: 1. Meningkatkan Laba Dengan meningkatkan laba pada perioda yang dijalankan maka diharapkan
perusahaan akan dipandang baik oleh stakeholder 2. Big Path Big Path adalah teknik penghapusan laba
sebanyak mungkin dalam satu perioda. Biasanya perioda yang dipilih adalah perioda yang memiliki
kinerja yang buruk atau terjadi kejadian yang tidak biasa di dalam perusahaan seperti perubahan
manajemen dan restrukturisasi. 14 3. Perataan Laba Manajer meningkatkan dan menurunkan laba untuk
mengurangi fluktuasi. Laba yang tidak dilaporkan akan dijadikan cadangan laba dan akan dilaporkan
ketika laba perioda perusahaan dalam keadaan buruk. 2.2.4 Pendeteksian Manajemen Laba Menurut
Sulistyanto & Wibisono (2003), pendeteksian manajemen laba dapat dilakukan dengan menggunakan
metoda discretionary accrual. Discretionary accrual adalah kebijakan akuntansi dengan memberikan
keleluasaan manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual dengan fleksibel, sehingga dengan
demikian akan memberikan peluang kepada manajer untuk memperbaiki profit laba. Ada pula yang
disebut dengan non-discretionary accrual, yaitu pengakuan laba akrual sesuai dengan akuntansi yang
berlaku umum. Discretionary accrual menjelaskan perbedaan akrual pada perioda yang diuji dengan
standarisasi dengan penjualan pada perioda yang diuji dan totak akrual perioda dasar (Gumanti, 2001).
Berikut adalah rumus discretionary accrual menurut Gumanti (2001): DACpt = (TApt /SALEpt )-(TApd
/SALEpd ) .....................(1) Keterangan : DACpt : disrectionary accrual perioda tes TApt : total akrual pada
perioda tes SALEpt : penjualan pada perioda tes TApd : total accruals pada perioda dasar SALEpd :
penjualan pada perioda dasar 15 Bila manajemen berusaha meningkatkan keuntungan maka nilai DAC
adalah positif. Begitu juga sebaliknya, bila manajemen tidak berusaha meningkatkan keuntungan maka
nilai DAC adalah negatif. Total akrual adalah selisih antara laba bersih operasi dengan aliran kas dari
aktivitas operasi (Gumanti, 2001). Berikut adalah rumus total akrual menurut Gumanti (2001): TA = NOI -
CFO ..................................(2) Keterangan: TA : Total Accrual NOI : Net Operating Income CFO : Cash Flow
Operating Activities 2.2.5 Bentuk-Bentuk Manajemen Laba Bentuk-bentuk manajemen laba menurut
Scott (2000): 1. Taking a Bath Dilakukan oleh manajer ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan
dan tidak bisa dihindari pada perioda berjalan. Taking a bath dilakukan dengan cara mengakui biaya
pada perioda yang akan datang dan kerugian berjalan. 2. Income Minimization Dilakukan oleh manajer
ketika perusahaan mendapatkan keuntungan yang tinggi dan perusahaan berharap keuntungan tersebut
tidak terlihat besar dengan cara menurunkan laba pada perioda tertentu. 3. Income Maximization
Dilakukan oleh manajer ketika perusahaan tidak mendapatkan profit yang cukup. Manager berusaha
memaksimalkan laba dengan tujuan tertentu, seperti 16 untuk dapat memperoleh bonus yang lebih
besar atau untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang. 4. Income Smoothing Merupakan bentuk
manajemen laba yang paling sering dilakukan da paling populer. Manajer menaikkan dan menurunkan
laba untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak
berisiko tinggi. Gunny (2005) menyebutkan bahwa manajer sudah bergeser menjadi: 1. Manajemen
Laba Riil Menurut Ferdawati (2009), manajemen laba didefinisikan sebagai suatu intervensi yang sengaja
dilakukan untuk memperoleh beberapa keuntungan probadi pihak tertentu. Manajemen laba riil
merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas sehari-hari perusahaan selama
suatu perioda akuntansi. Manajemen laba riil dapat dilakukan kapan saja dengan sebuah tujuan utama,
yaitu memenuhi target laba. Tujuan lain dari manajemen laba riil ini adalah untuk menghindari kerugian
dan mencapai target ramalan analisis. 2. Manajemen Laba Akrual Salah satu teknik pengelolaan laba
yang biasa digunakan manajemen adalah akrual. Akrual merupakan selisih antara kas masuk bersih dari
hasil operasi perusahaan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi dan bisa bersifat akrual
non diskresioner atau akrual diskresioner. Laporan keuangan disusun berdasarkan proses akrual,
sehingga angka-angka laporan keuangan 17 akan mengandung komponen akrual, baik yang diskresioner
maupun yang bukan diskresioner. Gunny (2005) menyebutkan bahwa pergeseran ini terjadi karena: 1.
Manipulasia akrual telah dijadikan pusat pengamatan oleh auditor 2. Penitikberatan pada manipulasi
akrual akan memberikan risiko karena perusahaan kemungkinan memiliki fleksibilitas yang terbatas

Anda mungkin juga menyukai