Anda di halaman 1dari 7

Tugas system transportasi

Nama : Mu’amar Al Kadafi


NIM : 417110090
Kelas : 4C

1. Bagaimana System transportasi yang baik ?Transportasi pada dasarnya mempunyai dua
fungsi utama, yaitu melayani kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan. Untuk
pengembangan wilayah perkotaan yang baru, fungsi merangsang perkembangan lebih dominan.
Hanya saja perkembangan tersebut perlu dikendalikan ( salah satunya dengan peraturan ) agar
sesuai dengan bentuk pola yang direncanakan.
Transportasi perkotaan mempunyai tujuan yang luas, yaitu membentuk suatu kota dimana
kota akan hidup jika sistem transportasi berjalan baik. Artinya mempunyai jalan-jalan yang
sesuai dengan fungsinya serta perlengkapan lalu lintas lainnya. Selain itu transportasi juga
mempunyai tujuan untuk menyebarluaskan dan meningkatkan kemudahan pelayanan,
memperluas kesempatan perkembangan kota, serta meningkatkan daya guna penggunaan
sumber-sumber yang ada.
Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat, sehingga biasanya dianggap
membentuk satu landuse transport system. Agar tata guna lahan dapat terwujud dengan baik
maka kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi yang macet
tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Sebaliknya, tranportasi yang tidak
melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia, tidak termanfaatkan.
Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh
negara-negara yang telah maju (developed) dan juga oleh negara-negara yang sedang
berkembang (developing) seperti Indonesia baik di bidang transportasi perkotaan (urban)
maupun transportasi antar kota (regional). Terciptanya suatu sistem transportasi atau
perhubungan yang menjamin pergerakan manusia dan/atau barang secara lancar, aman, cepat,
murah dan nyaman merupakan tujuan pembangunan di sektor perhubungan (transportasi).
Sistem transportasi antar kota terdiri dari berbagai aktivitas, seperti industri, pariwisata,
perdagangan, pertanian, pertambangan dan lain-lain. Aktivitas tersebut mengambil tempat pada
sebidang lahan (industri, sawah, tambang, perkotaan, daerah pariwisata dan lain sebagainya).
Dalam pemenuhan kebutuhan, manusia melakukan perjalanan antara tata guna tanah tersebut
dengan menggunakan sistem jaringan transportasi.
Beberapa interaksi dapat dilakukan dengan telekomunikasi, seperti telepon, faksimili atau surat.
Akan tetapi hampir semua interaksi yang terjadi memerlukan perjalanan dan oleh sebab itu akan
menghasilkan pergerakan arus lalu lintas.
Sasaran umum dari perencanaan transportasi adalah membuat interaksi menjadi semudah dan
seefisien mungkin (Jurnal PWK No. 3, 1997:37). Sebaran geografis antara tata guna tanah
(sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabung
untuk mendapatkan volume dan pola lalu lintas (sistem pergerakan). Volume dan pola lalu lintas
pada jaringan transportasi akan mempunyai efek feedback atau timbal balik terhadap lokasi tata
guna tanah yang baru dan perlunya peningkatan prasarana.

Jaringan jalan merupakan salah satu elemen dari suatu jaringan tranportasi wilayah perkotaan
secara keseluruhan. Untuk pelayanan sistem transportasi kota besar sebaiknya dengan multi-
moda, karena mencoba memanfaatkan keunggulan masing-masing moda. Jenis moda
transportasi yang banyak dipakai di wilayah perkotaan adalah jalan kaki, sepeda dan sepeda
motor, mobil, angkutan umum dengan bis dan minibis dan angkutan umum berbasis rel.
Tinjauan terhadap jaringan jalan sudah sejak lama menjadi perhatian dan pembahasan para ahli
perencanaan dan perancang perangkutan. Tinjauan terhadap jaringan jalan tersebut sangat
penting sebagai langkah awal untuk menggambarkan keadaan pelayanan sistem perangkutan itu
sendiri. Morlok menjelaskan bahwa jaringan jalan merupakan suatu konsep matematis yang
dapat memberikan informasi secara kuantitatif mengenai hubungan antara sistem perangkutan
dengan sistem lainnya (Morlok, 1995:94).
Jaringan jalan mempunyai kemampuan yang terbatas untuk melewatkan lalu lintas. Titik yang
kritis dalam jaringan jalan adalah daerah simpang yang harus digunakan bersama oleh arus-arus
yang berpotongan, dengan demikian kapasitas jaringan jalan umumnya ditentukan oleh kapasitas
simpang-simpangnya. Pemasangan lampu lalu lintas dan koordinasi antar simpang merupakan
langkah-langkah yang dapat menaikkan kapasitas simpang secara terbatas.
Kemacetan pada simpang akan menyebabkan tundaan (delay) yang besar. Tundaan
tersebut akan membesar secara eksponensial bila simpang tersebut beroperasi pada kondisi yang
mendekati kapasitasnya. Di DKI Jakarta dan beberapa kota besar lainnya fenomena tersebut
nampak sebagi melebarnya saat sibuk selama beberapa jam, baik di pagi hari maupun di sore
hari. Selanjutnya para pemakai jalan akan ‘merintis’ jalan baru dengan melewati jalur tikus dan
hal tersebut mengubah sistem transportasi serta tata guna lahannya.
Jaringan jalan harus mempunyai suatu hirarki agar dapat berfungsi secara efisien dalam kondisi
dibebani secara berat. Undang-undang Jalan Tahun 1980 mengatur hirarki, atau klasifikasi atas
dasar peran jalan, dan Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Tahun 1992 telah
mengaitkan klasifikasi jalan dengan klasifikasi peran jalan. Dengan demikian sebenarnya telah
ada arahan strategis untuk membentuk suatu sistem jaringan jalan.
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 1980 tentang jalan, jaringan jalan di dalam lingkup sistem
kegiatan kota mempunyai peranan untuk mengikat dan menghubungkan pusat-pusat
pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya di dalam suatu
hubungan hirarki (UU No. 13 Tahun 1980, pasal 2, ayat 3). Dilihat dari pelayanan jasa,
persebaran ditentukan oleh dua jenjang. Pertama, perannya sebagai pelayanan jasa persebaran
untuk pengembangan semua wilayah di lingkungan nasional dengan semua simpul jasa
persebaran yang kemudian berwujud kota, membentuk suatu sistem jaringan jalan primer.
Kedua, perannya sebagai pelayanan jasa persebaran untuk masyarakat di dalam kota membentuk
suatu sistem jaringan jalan sekunder (UU No. 13 Tahun 1980, pasal 3, ayat 1-2).
Di kota besar Indonesia sering terjadi kemacetan lalu lintas. Bagi para pengemudi
kendaraan dan pengelola lalu lintas kemacetan ini mungkin sudah sesuatu yang biasa dan
masing-masing berusaha mengatasinya dengan cara sendiri-sendiri. Selanjutnya, untuk masa
depan tidak dirasakan ada prospek yang cerah mengenai kelancaran lalu lintas, bila kondisi
seperti sekarang terus berlanjut.
2. Bagaimana pemodelan system transportasi agar tidak macet ?

Model dapat didefinisikan sebagai bentuk penyederhanaan suatu realita (atau duniayang
sebenarnya); termasuk di antaranya:

model statistika dan matematika (persamaan) yang menerangkan beberapaaspek fisik, sosial-
ekonomi, dan model transportasi.Semua model tersebut merupakan cerminan dan
penyederhanaan realita untuktujuan tertentu, seperti memberikan penjelasan, pengertian, serta
peramalan.Beberapa model dapat mencerminkan realita secara tepat. Sebagai ilustrasi,
modelmaket (bagian dari model fisik) sering digunakan dalam ilmu arsitektur untukmempelajari
dan menganalisis dampak pembangunan suatu kota baru
ataupun pengembangan wilayah terhadap lingkungan sekitarnya dengan menggunakanmodel
berskala lebih kecil. Dalam ilmu teknik sipil, model maket (misalnya berskala 1:100) sering
juga digunakan untuk mempelajari perilaku bendungan
atau jembatan sebelum bangunan sipil tersebut dibangun dengan ukuran yangsebenarnya.Begitu
juga dalam bidang pariwisata; sering kita temui penjualan model
miniatur pariwisata (misalnya candi Borobudur) yang sebenarnya merupakan replika canditerseb
ut dalam skala lebih kecil. Dengan melihat model miniatur itu, seseorangtidak perlu
mengeluarkan biaya besar pergi ke Yogyakarta untuk melihat canditersebut (realita), tetapi dapat
membayangkannya dengan hanya melihat modeltersebut.Selain itu, dengan hanya menggunakan
media informasi garis dan angka dalamsuatu peta kontur, seseorang (ahi geodesi) dapat langsung
membayangkan perkiraansituasi dan kondisi lapangan sebenarnya (realita) tanpa harus pergi ke
lapangan,cukup dengan hanya melihat peta kontur tersebut. Foto, sketsa, atau peta
dapatdikategorikan sebagai model karena dapat merepresentasikan realita dengan carayang lebih
sederhana.Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin mirip suatu model dengan
realitanya,semakin sulit model tersebut dibuat (misalnya, wayang golek lebih mirip
manusiadibandingkan dengan wayang kulit sehingga wayang golek lebih sulit
dibuatdibandingkan dengan wayang kulit). Model yang canggih belum tentu merupakanmodel
yang baik; kadang-kadang model yang jauh lebih sederhana ternyata lebihcocok untuk tujuan,
situasi, dan kondisi tertentu.Dalam perencanaan dan pemodelan transportasi, kita akan sangat
seringmenggunakan beberapa model utama, yaitu

model grafis dan model matematis.

Model grafis adalah model yang menggunakan gambar, warna, dan bentuk sebagaimedia
penyampaian informasi mengenai keadaan sebenarnya (realita). Model grafissangat diperlukan,
khususnya untuk transportasi, karena kita perlu mengilustrasikanterjadinya pergerakan (arah dan
besarnya) yang terjadi yang beroperasi secaraspasial (ruang). Model matematis menggunakan
persamaan atau fungsi matematikasebagai media dalam usaha mencerminkan realita.Walaupun
merupakan penyederhanaan, model tersebut bisa saja sangat kompleksdan membutuhkan data
yang sangat banyak dan waktu penyelesaian yang sangatlama. Beberapa keuntungan dalam
pemakaian model matematis dalam perencanaan

transportasi adalah bahwa sewaktu pembuatan formulasi, kalibrasi serta penggunaannya,


para perencana dapat belajar banyak, melalui eksperimen, tentang perilaku dan mekanisme
internal dari sistem yang sedang dianalisis.Akan tetapi, pemodelan transportasi hanya merupakan
salah satu unsur dalam perencanaan transportasi. Lembaga, departemen, pengambil keputusan,
masyarakat,administrator, peraturan, dan penegakan hukum adalah beberapa unsur
lainnya yangharus direncanakan dengan baik untuk mendapatkan sistem perencanaantransportasi
yang baik. Perencanaan dan pemodelan transportasi serta pengambilkeputusan dapat
dikombinasikan dengan cara yang berbeda-beda; tergantung
pada pengalaman lokal, tradisi, dan pengalaman. Sebelum kita mendiskusikan caramemilih
model yang baik, sebaiknya diterangkan dahulu beberapa ciri utama permasalahan transportasi
dan hal apa saja yang terkait di dalamnya.

3. Bagaimana upaya kita semua untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas dijalan raya sesuai
RUNK 2030 menuju zero insiden ?

Kecelakaan lalu lintas adalah sesuatu yang sangat sering terjadi di sekitar kita. Kecelakaan tidak
hanya dapat terjadi akibat kelalaian kita saja, namun bisa juga karena kelalaian orang lain yang
sama-sama menggunakan jalanan umum yang sama dengan kita. Itulah sebabnya mengapa kita
harus berusaha mencegah terjadinya kecelakaan yang mungkin disebabkan oleh kelalaian diri
kita serta mengajak orang lain untuk turut serta menciptakan kondisi berlalu lintas yang aman
demi kebaikan bersama.
Beberapa Upaya / Cara Untuk Mengurangi Resiko Kecelakaan Lalu Lintas Mobil &
Sepeda Motor :

1. Berdoa sebelum melakukan bepergian ke mana-mana

2. Melakukan pengecekan kendaraan sebelum digunakan

3. Melakukan service rutin secara berkala di bengkel terpercaya

4. Tidak menggunakan suku cadang yang tidak jelas kualitasnya

5. Tidak mengendarai kendaraan pada saat mengantuk atau kurang kesadaran

6. Membawa kendaraan tidak dengan kecepatan tinggi

7. Selalu mentaati segala rambu lalu lintas yang berlaku selama perjalanan
8. Menjadi orang yang sabar tingkat tinggi selama di perjalanan

9. Tidak mengambil resiko apa pun saat berkendara

10. Menahan diri untuk menggunakan handphone dan alat komunikasi lainnya

11. Tidak melakukan aktivitas lain selain mengemudi dengan baik dan benar

12. Mengalah kepada orang yang ugal-ugalan di jalan umum

13. Menunda kepergian ketika sedang dalam kondisi yang tidak mendukung

14. Tidak mengatakan kata-kata kasar dan kotor pada pengguna jalan lain

15. Berhati-hati dan waspada ketika melewati jalan yang jarang dilewati

16. Mengutamakan sepeda motor ketika bermobil di jalan padat merayap

17. Selalu memakai sabuk pengaman dan helm sebelum menjalankan kendaraan

18. Menambah fasilitas keamanan pada kendaraan yang digunakan

19. Memasang segitiga merah saat kendaraan berhenti di pinggir jalan

20. Segera menepi ketika kendaraan mengalami masalah teknis

Tanpa terciptanya suasana tertib berlalu lintas yang baik antar sesama pengguna jalan, mustahil
untuk mengurangi angka terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya secara signifikan.
Setidak-tidaknya kita mulai dari diri kita sendiri seraya mengajak orang lain untuk ikut serta
dalam mengamankan jalan raya yang semakin penuh sesak dengan kendaraan bermotor dari hari
ke hari

Tingkat fatalitas akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 25.869
jiwa. Berdasarkan data dari kepolisian, angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2015
(24.336 jiwa) namun menurun cukup signifikan dibandingkan tahun 2014 (28.297 jiwa).

Selain itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, perubahan beban penyakit kecelakaan lalu
lintas dari tahun 1990 hingga tahun 2015 telah berubah dari peringkat 5 meningkat menjadi
peringkat 2 setelah penyakit stroke.
Data dan fakta tersebut menunjukkan bahwa Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ)
harus tetap menjadi prioritas utama pemerintah dan mendapatkan dukungan penuh dari seluruh
lapisan masyarakat.

Salah satu faktor penyebab tingginya angka kecelakaan LLAJ adalah peningkatan pertumbuhan
kendaraan pribadi terutama sepeda motor. Tingginya laju pertumbuhan kendaraan pribadi
terutama di perkotaan seperti DKI Jakarta tidak dapat dicegah. Kenaikannya dapat mencapai
12% per tahunnya.

Sedangkan jenis kendaraan pribadi yang mengalami kecelakaan lalu lintas pada tahun 2016.
Berdasarkan data Korlantas Polri, didominasi oleh kendaraan roda dua yang mencapai angka
72%.

Turunnya Minat Pengguna Transportasi Umum

Faktor-faktor penyebab kecelakaan LLAJ yang telah disebutkan di atas juga ditunjang dengan
menurunnya minat masyarakat dalam menggunakan angkutan umum. Hal tersebut telah terjadi di
sebagian besar kota dan kabupaten di Indonesia.

Faktor penyebabnya adalah menurunnya tingkat pelayanan angkutan umum, di mana kualitas
sarana dan prasarana angkutan umum terutama di tingkat kota dan kabupaten saat ini masih
dibawah standar pelayanan minimum.

Penurunan tingkat pelayanan dari angkutan umum ini menyebabkan rasa ketidaknyamanan dan
tidak aman sehingga berpengaruh pada menurunnya jumlah penggunaan angkutan umum.

Kembalikan Hak Pejalan kaki

Selain itu, fasilitas pejalan kaki juga belum mendapat perhatian khusus oleh pemerintah kota dan
kabupaten. Pejalan kaki merupakan kelompok pengguna jalan yang rentan menjadi obyek
kecelakaan.

Tidak hanya menjadi korban kecelakaan, kasus kecelakaan pejalan kaki juga marak dipicu oleh
perilaku pejalan kaki yang tidak tertib. Seperti menyebrang jalan tidak pada jembatan
penyeberangan jalan atau zebra cross.

Hal tersebut disebabkan oleh fasilitas pejalan kaki yang tidak aman, nyaman dan beralih fungsi
tidak sesuai peruntukkannya.

Sehingga pejalan kaki kehilangan haknya dan menggunakan badan jalan dalam beraktifitas. Hal
ini berkontribusi meningkatkan resiko menjadi korban kecelakaan LLAJ.

IRSA 2017
Kedua faktor tersebut diatas yang berkontribusi dalam meningkatkan kecelakaan LLAJ diangkat
sebagai topik Sharing Session Indonesia Road Safety Award (IRSA) 2017. Sharing
Session IRSA merupakan forum diskusi antar pemerintah kota dan kabupaten yang menjadi
finalis IRSA 2017 dengan instansi terkait jelang penentuan ajang penghargaan IRSA 2017.

Indra Baruna, Direktur Utama Adira Insurance mengungkapkan, “Sharing session ini
merupakan bagian dari perjalanan penyelenggaraan IRSA sejak dua tahun lalu. Tentunya kami
sangat antusias dapat menyediakan forum untuk mempertemukan pemerintah kota dan kabupaten
finalis dengan instansi terkait. Sehingga hasil dari forum ini dapat dijadikan referensi untuk
menerapkan sistem tata kelola keselamatan jalan yang baik di wilayahnya. Dengan
adanya sharing session ini, menjadikan IRSA tidak hanya sekedar penghargaan. Melainkan
mampu merangkul berbagai pihak untuk saling bersinergi mewujudkan zero accident di
Indonesia.”

Selama penyelenggaraannya, IRSA telah bekerja sama dengan 5 pilar keselamatan LLAJ. Di
antaranya Kementerian PPN/BAPPENAS, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Kementerian Perhubungan, Kepolisian dan Kementerian Kesehatan.

Hal serupa diutarakan oleh, Ikhwan Hakim, ST, MSc, Ph.D selaku Direktur Transportasi
Kementerian PPN/BAPPENAS, “Pencapaian target nasional untuk penurunan korban akibat
kecelakaan LLAJ tidak dapat dilaksanakan hanya oleh kementerian/lembaga di tingkat pusat
saja. Tetapi juga harus didukung oleh seluruh pemerintah daerah, pihak swasta serta
masyarakat.”

Hingga saat ini, IRSA 2017 tengah memasuki tahap penjurian. Para juri yang terdiri dari
perwakilan kementrian lima pilar keselamatan jalan dan para pakar road safety. Mereka akan
memberikan penilaian melalui pemaparan finalis mengenai berbagai permasalahan, program
kerja, dan evaluasi kebijakan terkait dengan program tata kelola keselamatan jalan.

Adapun penilaiannya mengacu pada lima pilar road safety yang telah dicanangkan WHO. Dan
diadopsi oleh banyak negara di dunia yakni manajemen keselamatan jalan, jalan yang
berkeselamatan, kendaraan yang berkeselamatan, perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan
dan penanganan pra dan pasca kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai