Billi 4.1
Billi 4.1
Jawab : Dari data anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik bisa dikatakan bahwa pasien
terkena Gagal Jantung Kongestif grade III e.c cor pulmonale
2. Sintesis
Sintesis
Defenisi
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Respon kompensatorik3
1. Mekanisme Frank-Starling
Mekanisme Frank-Starling meningkatkan stroke volume berarti terjadipeningkatan
volume ventricular end-diastolic. Bila terjadi peningkatanpengisian diastolik, berarti ada
peningkatan peregangan dari serat otot jantung, lebih optimal pada filamen aktin dan
miosin, dan resultannyameningkatkan tekanan pada kontraksi berikutnya. Pada keadaan
normal,mekanisme Frank-Starling mencocokan output dari dua ventrikel. Pada gagal
jantung, mekanisme Frank-Starling membantu mendukungcardiac output. Cardiac output
mungkin akan normal pada penderita gagal jantung yang sedang beristirahat, dikarenakan
terjadinya peningkatan volumeventricular end-diastolic dan mekanisme Frank-Starling.
Mekanisme inimenjadi tidak efektif ketika jantung mengalami pengisian yang
berlebihandan serat otot mengalami peregangan yang berlebihan. Hal penting yang
menentukan konsumsi energi otot jantung adalahketegangan dari dinding ventrikular.
Pengisian ventrikel yang berlebihanmenurunkan ketebalan dinding pembuluh darah dan
meningkatkanketegangan dinding pembuluh darah. Peningkatan ketegangan
dindingpembuluh darah akan meningkatkan kebutuhan oksigen otot jantung
yangmenyebabkan iskemia dan lebih lanjut lagi adanya gangguan fungsi jantung.2
Manifestasi Klinis
Gejala gagal jantung yang menahun dapat dihubungkan dengan pengurangan curah
jantung atau kongesti vena sistemik dan atau pulmonaris (Chung, 1995) :3
1. Dipsnea. Gejala subyektif pendeknya nafas atau sulitnya pernafasan yang biasanya
merupakan gejala awal dari gagal jantung. Dipsnea mula-mula hanya timbul pada saat
beraktifitas, karena gagal jantung kongestif memburuk, maka biasa dialami saat
istirahat (Chung, 1995).
2. Kongesti vena sistemik dan endema. Retensi cairan oleh ginjal merupakan mekanisme
kompensasi pada gagal jantung. Hal ini akan menyebabkan naiknya pengembalian
vena, naiknya pengisian ventrikel sebelumnya dan volume yang berlebihan dari
ventrikel (Chung, 1995).
3. Kelelahan, kelemahan. Gejala yang lazim pada gagal jantung yaitu manifestasi
pengurangan curah jantung sehingga pengangkutan oksigen yang tidak adekuat
terhadap rangka (Chung, 1995).
4. Proteinuria. Gagal jantung merupakan penyebab yang umum dari gagal ginjal
“prerenal” protein uria sering ditemukan. Gejala non-spesifik terlihat pada gagal
jantung yang lanjut yaitu mual, malas, pusing, dan sulit tidur. Semua ini merupakan
gambaran kongestif pada vena yang besar dari usus dan mengurangi aliran darah otak
(Chung, 1995).
5. Dipsnea nokturna paroksimal. Kesulitan bernafas beberapa jam setelah mengambil
posisi berbaring. Dipsnea nokturna paroksimal khas timbul pada pasien edema perifer
dan karena peningkatan kongesti paru yang menyertai mobilisasi bertingkat cairan
edema perifer, bila tungkai ditinggikan (Chung, 1995).
6. Ortopnea . Menggambarkan kesulitan bernafas setelah dalam beberapa menit
mengambil posisi berbaring. Dengan berbaring ada pengurangan pengupilan perifer
dan peningkatan hasilnya dalam volum darah sentral pada gagal jantung kongestif,
keadaan ini dapat meningkatkan pengisian tekanan ventrikel kiri dan pemberian
kongesti baru (Chung, 1995).
7. Batuk . Batuk disebabkan oleh edema batang bronkus atau tekanan pada batang
bronkus oleh atrium kiri terdistensi.
8. Nokturia . Retensi garam dan air yang timbul dalam gagal jantung kongestif
menyebabkan pengurangan produksi urin.
9. Anoreksia. Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan maupun gejala
gastrointestinalis lainnya seperti mual, muntah, dan nyeri abdomen (Chung, 1995).
Gejala: Tanda:
- Penurunan kapasitas aktivitas - Kulit lembab
- Dispneu (mengi, ortopneu, PND) - Tekanan darah (tinggi, rendah, atau
- Batuk (hemoptisis) normal)
- Letargi dan kelelahan - Denyut nadi (volume normal atau rendah )
- Penurunan nafsu makan dan berat (alternans/takikardia/aritmia)
badan - Pergesaran apeks
- Regurgitasi mitral fungsional
- Krepitasi paru
- (± efusi pleura)
Gambaran Klinis gagal jantung kanan:3,4
Gejala: Tanda:
- Pembengkakan pergelangan kaki - Denyut nadi (aritmia takikardi)
- Dispneu (namun bukan ortopneu atau - Peningkatan JVP (± TR)
PND - Edema
- Penurunan kapasitas aktivitas - Hepatomegali dan asites
- Nyeri dada - Gerakan bergelombang parasternal
- S3 atau S4 RV
- (efusi pleura)
Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, EKG/foto thoraks, ekokardiografi-Doppler dan kateterisasi. Kriteria
Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jajntung kongestif.3
Kriteria major
1. Paroksisimal noctural dispneu
2. Peningkatan JVP
3. Robkhi paru
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Gallop S3
7. Refluks hepatojugular (+)
Kriteria minor
1. Edema ekstremitas
2. Batuk malam hari
3. Dyspnea d’effort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
7. Takikardia (>120x/menit)
Diagnosa gagal jantung : minimal 1 kriteria major + 2 kriteria minor atau penurunan
berat badan >4,5 kg dlm 5 hari pengobatan.
Pemeriksaan Fisik :
Penatalaksanaan
Tujuan primer pengobatan adalah mencegah terjadinya gagal jantung dengan cara
mengobati kondisi-kondisi yang menuju terjadinya gagal jantung, terutama hipertensi dan
penyakit arteri koroner. Terapi gagal jantung dibagi atas terapi non-farmakologis dan terapi
farmakologis. Terpi non-farmakologisterdiri atas :3
1. Diet : pasien gagal jantung dengan diabetes, dilipidemia atau obesitas harus diberi diet
yang sesuai untuk menurunkan gula darah, lipid darah atau berat badannya. Asupa
NaCl harus dibatasi menjadi 2-3 g Na/hari, atau , 2g/hari untuk gagal jantung sedang
sampai berat. Restriksi cairan menjadi 1,5-2 L/hari hanya untuk gagal jantung berat.
2. Merokok : harus dihentikan
3. Aktivitas fisik : olahraga yang teratur seperti baerjalan atau bersepeda dianjurkan
untuk pasien gagal jantung yang stabil (NYHA kelas II-III) dengan intensitas yang
nyaman bagi pasien
4. Istirahat : dianjurkan untuk gagal jantung akut atau tidak stabil
5. Bepergian : hindari tempat-tempat tinggi dan tempat-tempat yang sangat panas atau
lembab.
Terapi farmakologisterdiri atas :5
1. ACE Inhibitor, terapi lini pertama untuk pasien dengan fungsi sistolik ventrikel kiri
yang menurun, yakni dengan fraksi ejeksi < 40-45%, dengan atau tanpa gejala.
Penghambat ACE harus selalu dimulai dengan dosis rendah dan dititrasi sampai dosis
target. Dosis target adalah dosis pemeliharaan yang terbukti efektif untuk mengurangi
mortalitas/hospitalisasi dalam uji klinik yang besar.
2. Antagonis Angiotensin II
3. Diuretik, merupakan obat utama untuk megatasi gagal jantung akut yang selalu
disertai dengan kelebihan cairan yang bermanifestasi sebagai kongesti paru atau
edema perifer.
4. Antagonis aldosteron
5. Beta blocker, menghambat reseptor adrenergik beta
6. Digoksin merupakan obat glikosida jantung. Efek inotropik positif dan kronotropik
negatif serta mengurangi saraf simpatis
7. Antitrombotik, warfarin diindikasikan pada gagal jantung dengan fibrilasi atrial.
Setelah infark miokard, aspirin atau warfarin direkomendasikan sebagai profilaksis
sekunder
8. Antiaitmia, yang digunakan pada gagal jantung hanya beta bloker dan amiodaron
9. Vasodilator lain, seperti hidralazin-isosorbid dinitrat, Na-nitroprusid I.V, nitrogliserin
I.V, dan nesiritid I.V.
Komplikasi
Prognosis
Mortalitas I tahun pada pasien dengan gagal jantung cukup tinggi (20-60%) dan
berkaitan dengan derajat keparahannya. Data Framingham yang dikumpulkan sebelum
penggunaan vasodilatasi untuk gagal jantung menunjukkan mortalitas I tahun rerata sebesar
30% bila semua pasien dengan gagal jantung dikelompokkan bersama, dan lebih baik 60%
pada NYHA kelas IV. Maka kondisi ini memiliki prognosis yang lebih buruk daripada
sebagian besar kanker. Kematian terjadi karena gagal jantung progresif atau secara mendadak
(diduga karena aritmia) dengan frekuensi yang kurang lebih sama.3,4 Sejumlah faktor yang
berkaitan dengan prognosis pada gagal jantung:4
1. Klinis: semakin buruk gejala pasien , kapasitas aktivitas, dan gambaran klinik
semakin buruk prognosis;
2. Hemodinamik: semakin rendah indeks jantung, isi sekuncup, dan fraksi ejeksi,
semakin buruk prognosis;
3. Biokimia: terdapat hubungan terbalik yang kuat antara norepinefrin, renin,
vasopresin, dan peptida natriuretik prognosis yang lebih buruk; dan
4. Aritmia: fokus ektopik ventrikel yang sering atau takikardia ventrikel pada
pengawasan EKG ambulatori menandakan prognosis yang buruk. Tidak jelas apakah
aritmia ventrikel hanya merupakan penanda prognosis yang buruk atau apakah aritmia
merupakan penyebab kematian.
Daftar Pustaka: