Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGEMBANGAN OBAT TRADISIONAL

SURVEI TABIB TENTANG OBAT ANTIHIPERLIPID DI PANGKALBALAM

DOSEN PENGAMPU :

ANA HUSNAYANTI,M.M.Farm

EVA DEWI ROSMAWATI PURBA,M.,Kes

DISUSUN OLEH :
TRI RISKI PERTIWI (174840126)
UMMA SYARAH (174840127)
WULAN SEPTIYANA (174840128)
YUSTIKA DIANTI (174840129)
ZAURA (174840130)

PROGRAM STUDI FARMASI

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sebagai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
POT ini dengan judul MAKALAH PENGEMBANGAN OBAT TRADISIONAL SURVEI
TABIB TENTANG OBAT ANTIHIPERLIPID DI DESA KAMPUNG MELESET adapun
tujuan pembuatan makalah ini, yaitu untuk memenuhi tugas POT semester genap Tahun
Ajaran 2018-2019 yang diberikan oleh Dosen bidang studi.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan baik
secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu kepada semua pihak penyusun ucapkan
terima kasih. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat
kesalahan dan keterbatasan oleh kemampuan dan waktu, sehingga memiliki kekurangan dan
belum mencapai kesempurnaan. Saran dan kritik yang membangun dari kawan-kawan sangat
kami harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah yang
sederhana ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita semua, Amin.

Pangkalpinang, 28 April 2019

Penyusun

ii
Contents
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................................................................. 2
C. Manfaat ........................................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................... 4
Definisi ................................................................................................................................................. 4
Jenis-jenis lipid .................................................................................................................................... 4
Kolesterol ............................................................................................................................................ 6
Hiperlipidemia ..................................................................................................................................... 7
4 . Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Daun Kelor.............................................................................. 9
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 12
Pembahasan surve ............................................................................................................................ 12
Jurnal pendukung : ............................................................................................................................ 13
Terhadap Peningkatan Kadar HDL Pada Model Tikus Putih Hiperlipidemia ...................................... 13
ABSTRAK ............................................................................................................................................ 13
ABSTRACT .......................................................................................................................................... 14
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 15
B. Saran .......................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 16

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat tradisional di Indonesia sangat besar peranannya dalam pelayanan kesehatan


masyarakat di Indonesia, sehingga obat tradisional sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Indonesia kaya akan tanaman obat-obatan, yang mana masih belum dimanfaatkan secara
optimal untuk kesehatan. Indonesia diketahui memiliki keragaman hayati terbesar kedua di
dunia setelah Brasil (Notoatmodjo, 2007). Obat tradisional merupakan warisan budaya
bangsa yang perlu terus dilestarikan dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan
kesehatan sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Obat tradisional ini
tentunya sudah diuji bertahun-tahun bahkan berabad-abad sesuai dengan perkembangan
kebudayaan bangsa Indonesia, (Notoatmodjo, 2007).
Pengobatan stroke dengan menggunakan tanaman obat memiliki beberapa fungsi
diantaranya mencegah serangan stroke, memperbaiki (memperkuat) jaringan sel dan
pembuluh darah di otak agar tidak pecah, memperbaiki kerusakan jaringan sel otak dan sel-
sel saraf paska serangan stroke serta memperbaiki dan menormalkan kembali sistem
jaringan tubuh yang tidak berfungsi akibat stroke (Nabyl, 2012).
Penelitian obat tradisional Indonesia mencakup penelitian obat herbal tunggal maupun
dalam bentuk ramuan. Jenis penelitian yang telah dilakukan selama ini meliputi penelitian
budidaya tanaman obat, analisis kandungan kimia, toksisitas, farmakodinamika, formulasi
dan uji klinik. Tanaman obat dan obat tradisional yang akan digunakan dalam pelayanan
kesehatan harus memenuhi persyaratan mutu dan memiliki bukti ilmiah atas khasiat dan
keamananya, merupakan ketentuan universal yang dimiliki hampir di setiap negara
(Ardianto, 2011).
Menurut Sustrani, dkk (2006) stroke terjadi jika aliran darah ke otak terputus. Otak
kita sangat tergantung pada pasokan darah yang berkesinambungan, yang dialirkan oleh
arteri (pembuluh nadi). Jika pasokan darah terhenti akibat pembekuan darah atau pecahnya
pembuluh darah, sedikit atau banyak akan terjadi kerusakan pada otak yang tidak dapat
diperbaiki (infark otak). Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke
Indonesia tahun 2012, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah
penderita stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah
penderita atau kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia di
atas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Nabyl, 2012).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, bahwa penyakit stroke
mengalami peningkatan prevalensi dari 8,3% pada tahun 2007 meningkat menjadi 12,1%

1
pada tahun 2013. Meningkatnya jumlah 3 prevalensi penyakit stroke seiring dengan
bertambahnya umur (Badan Litbang Kes, 2013).
Berdasakan hasil penelitian Ratnasari (2014) tentang gambaran keluarga dalam
memutuskan tindakan kesehatan pada keluarga dengan stroke berulang dapat diketahui
bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan untuk
berobat ulang ke Puskesmas Ciputat Timur antara lain kondisi pasien, persepsi terhadap
pelayanan kesehatan, pengalaman partisipan dan keluarga, informasi dari orang lain serta
perasaan partisipan. Hasil penelitian Jauhari, dkk (2008) menunjukkan bahwa motivasi
pasien berobat ke sinse timbul karena pasien mempunyai kepercayaan yang salah tentang
pengobatan konvensional. Kepercayaan tersebut adalah adanya kegagalan atau
ketidakpastian pengobatan konvensional, ketakutan akan penggunaan obat kimia yang
berlebihan serta adanya tindakan operasi pada penyakit tertentu. Kepercayaan tersebut
mendorong pasien untuk mencari alternatif pengobatan lain yang dinilai tepat. Berdasarkan
informasi dan pengalaman tentang pengobatan yang diterima, maka pasien akan mulai
mencari alternatif atau mencoba-coba pengobatan selain pengobatan konvensional. Hal ini
menimbulkan motivasi kepercayaan dan faktor pencetus pasien berobat ke sinse.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan, peneliti memperoleh data jumlah pengunjung yang
berobat di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus diperoleh data kunjungan pasien stroke pada
tahun 2012 dengan urutan ke4 20 sebesar 0,76%, meningkat pada tahun 2013 menjadi
urutan ke-8 sebesar 2,65%. Penyakit stroke masuk dalam 15 besar penyakit tertinggi yang
setiap tahunnya meningkat (Laporan Tahunan RRJ Hortus Medicus 2012 dan 2013).
Hal tersebut menjadi pendorong atau latar belakang untuk penulis melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan ulang pasien stroke
untuk berobat, karena stroke merupakan penyakit degeneratif yang banyak diderita oleh
masyarakat di kota maupun di desa. Pengobatan secara medis di Rumah Sakit memerlukan
banyak biaya dan mahal, selain itu obat medis di Rumah Sakit mengandung bahan kimiawi
yang dapat memicu timbulnya penyakit lain dalam tubuh manusia.

B. Tujuan
1. Pembuatan makalah yang berjudul “MAKALAH PENGEMBANGAN OBAT
TRADISIONAL SURVEI TABIB TENTANG OBAT ANTIHIPERLIPID DI
PANGKAL BALAM” ini diharapkan dapat menjadi wahana untuk menambah ilmu
dan pengetahuan tentang pentingnya obat tradisional dalam rangka peningkatan
kesehatan masyarakat.

2. Untuk mengenalkan mahasiswa tentang bagaimana obat antihiperlipid secara


tradisional

2
3. Mengenalkan peranan kefarmasian dalam penggunaan obat antihiperlipid dalam
pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat.

C. Manfaat
Mahasiswa dapat lebih memahami dan mengetahui secara lebih luas dan mendalam
tentang obat tradisional dalam kesehatan masyarakat, sehingga terciptanya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya pada masyarakat sesuai dengan harapan.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Lipid

Definisi
Lipid adalah sekolompok senyawa heterogen, meliputi lemak, minyak,

steroid, malam (wax), dan senyawa terkait, yag berkaitan lebih karena sifat
fisikanya daripada sifat kimianya. Lipid memiliki sifat umum berupa relatif tidak
larut air dan larut dalam pelarut non polar (Murray et al., 2009). Lipid atau
lemak penting sekali untuk berfungsinya sel dan digunakan sebagai sumber
energi, pelindung badan, pembentukan air, agar lemak itu dapat diangkut dalam
peradaran darah, maka lemak itu dibuat menjadi larut dengan mengikatnya
kepada protein yang larut dalam air, ikatan itu disebut lipoprotein yang merupaka
suatu ikatan yang larut dalam air dengan berat molekul yang tinggi, terdiri dari
lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dan protein yang khusus dapat
mengikat protein (apo-protein). Di dalam peredaran darah lipoprotein itu
merupakan suatu kompleks yang disebut lipoprotein particle yang terdiri dari 2
bagian yaitu bagian dalam (inti) yang tidak larut, terdiri dari trigliserida, ester
kolesterol, dan bagian luar yang lebih larut, terdiri dari kolesterol bebas,
fosfolipid, dan apo-protein (Arjatmo dan Utama, 2004).

Jenis-jenis lipid
Susunan tingkat kadar LPP (lipoprotein) dalam plasma bergantung pada

keseimbangan antara asupan makanan, proses dalam hepar, dan pemanfaatan


dalam jaringan-jaringan. Kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, dan trigliserida
termasuk lipid (Munaf, 1994). Terdapat 5 jenis lipid atau lipoprotein yang
dibawa dalam plasma, yaitu:

1) Kolesterol Lipoprotein densitas rendah (LDL)

Kolesterol LDL adalah kolesterol yang merupakan alat transport kolesterol yang
utama mengangkut sekitar 70-80% dari kolesterol total dari hepar ke jaringan
perifer. Ambilan LDL terjadi karena adanya reseptor LDL. Pada penyakit
dimana reseptor LDL ini kurang, seperti pada hiperkolesterolemia maka akan
terjadi peningkatan dan penumpukan LDL dalam sirkulasi. Akibatnya akan
dideposit di dalam sel makrofag dinding pembuluh darah yang merupakan awal
dari proses ateroklerosis (Munaf, 1994).

2) Kolesterol Lipoprotein densitas tinggi (HDL)

4
Kolesterol HDL berfungsi sebagai pembawa kolesterol dari jaringan

perifer ke hati untuk metabolisme atau katabolisme yang selanjutnya dikeluarkan


dari tubuh. Peningkatan kadar HDL menurunkan aterosklerosis (Munaf, 1994).
Tingkat kadar kolesterol HDL plasma dianggap rendah bila kadarnya di bawah
35 mg/dl (Munaf, 2009). Apolipoprotein HDL dieksresi oleh hati dan usus,
sebagian besar lipid di dalam HDL berasal dari permukaan satu lapis kilomikron
dan VLDL selama lipolisis. HDL juga mendapatkan kolesteroldari jaringan
perifer dari suatu jalur yang melindungi homeostasis kolesterol sel (Katzung,
2002).

3) Kilomikron

Kilomikron (chylomicron) merupakan lipoprotein densitas rendah paling banyak


berisi trigliserid yang berasal dari makanan (lemak eksogen). Kilomikron yang
dihasilkan dalam usus, masuk ke sirkulasi sistemik melalui saluran limfatik,
trigliseridnya dihidrolisis oleh lipoprotein lipase, suatu enzim yang berlokasi di
permukaan endotel pembuluh darah kapiler. Kilomikron remnant (sisa)
merupakan produk akhir dari degradasi kilomikron dalam sirkulasi. Partikel ini
mempunyai protein permukaan spesifik apoprotein B-48 dan E, apoprotein E
ditemukan dengan reseptor di membran plasma hepar. Partikel remnant (sisa)
kaya kolesterol yang berasal dari diet, diikat dan diinternalisasi kemudian
didegradasi oleh enzim lisozomal. Dengan proses ini, kolesterol yang berasal
dari diet dibebaskan ke hepar (Munaf, 2009).

4) Lipoprotein densitas sedang (IDL)


IDL yang terdiri dari kolesterol dan trigliserida, merupakan bentuk antara

yang dalam hepar diubah menjadi LDL disebut juga beta-VLDLL atau beta
lipoprotein (Munaf, 1994).

5) Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL)


VLDL merupakan Trigliserid (TG) endogen (Munaf, 1994) dan golongan

lipoprotein densitas terendah kedua dan sinonim dengan pra-β-lipoprotein.


VLDL terutama berasal dari hepar dan memiliki fungsi untuk mentranspor
trigliserid yang dibuat dalam jaringan. VLDL juga mentranspor kolesterol dalam
jumlah yang nyata (bermakna) yang diperoleh dari sintesis de novo (dalam
tubuh), dan secara tidak langsung berasal dari diet. Seperti halnya dengan
kilomikron, trigliserid dari VLDL didegradasi oleh lipoprotein lipase. VLDL
remnant (sisa) atau lipoprotein densitas sedang (Intermediet-Density Lipoprotein,

5
IDL), masih tetap ada setelah banyak trigliseridnya yang dikeluarkan. Partikel ini
kaya akan protein spesifik (apoprotein B-100 dan E). IDL secara langsung
dikeluarkan dari sirkulasi oleh interaksinya dengan reseptor apoprotein B/E atau
dikonversi menjadi LDL. Konversi IDL menjadi LDL melalui kerja enzim lipase
hepatik, disertai dengan pengeluaran trigliserid dan apoprotein E, dan hal ini
terjadi di permukaan hepatosit. Defek pada apoprotein E dari VLDL manusia
mengakibatkan terjadinya akumulasi aterogenik VLDL remnant (sisa) (b-LDL)
sehingga terjadi hipererlipoproteinemia tipe III (Munaf, 2009).

Kolesterol
Kolesterol telah divonis sebagai sesuatu yang menakutkan karena dapat

menimbulkan penyakit jantung koroner dan menyebabkan kematian terutama di


negara-negara barat. Penyakit jantung, batu empedu, dan kelainan metabolisme
terbukti mempunyai kaitan erat dengan tingginya kadar kolesterol dalam
makanan yang dimakan. Kolesterol dalam tubuh manusia dimetabolisme untuk
pembentukan asam folat, yang penting untuk pencernaan dan penyerapan lemak.
Bahan pangan hewani, seperti daging berlemak, jeroan, otak, telur (terutama
bagian kuningnya), kerang, dan produk olahan susu (krim, susu, keju dan
mentega) mengandung kolesterol tinggi per 100 gramnya, sedangkan kandungan
kolesterol yang terdapat pada ikan sangat rendah. Endapan kolesterol di dalam
pembuluh darah menyebabkan penyumbatan aliran darah ke organ tubuh. Bila
kolestetrol menyumbat nadi yang menuju jantung akan mengakibatkan
kerusakan jantung dan sering berakhir dengan kematian. Selain pada nadi yang
menuju jantung, gangguan aliran darah dapat juga terjadi pada ginjal, otak, dan
mata (Astawan, 2004). Banyak penelitian merupakan bahwa hubungan antara
kadar kolesterol total darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK) sangat
kuat, konsisten dan tidak tergantung kepada faktor lain. Penelitian genetik,
eksperimental, epidemiologis dan klinis menunjukkan dengan jelas bahwa
peningkatan kadar kolesterol total mempunyai peran penting pada patogenesis
PJK (Arjatmo dan Utama, 2004).

Pada keadaan normal, sebagian kolesterol akan digunakan untuk membentuk


garam empedu dan hormon steroid (Murray et al,. 2009). Pengaturan
metabolisme kolesterol akan tidak berjalan normal apabila jumlah kolesterol
melebihi nilai normal < 200 mg/dL (Goodman dan Gilman, 2008). Kadar
kolesterol total serum darah tikus melebihi normal atau dalam keadaan
hiperkolesterolemia bila jumlahnya telah mencapai lebih dari 130 mg/dL
(Astawan et al., 2005).

6
Hiperlipidemia
a. Definisi

Hiperlipidemia adalah keadaan yang ditandai oleh peningkatan kadar lemak


darah, biasanya dihubungkan dengan resiko terjadinya aterosklerosis atau
penyakit jantung koroner (PJK) (Arjatmo dan Utama, 2004). Hiperlipidemia
merupakan penyebab utama (faktor resiko utama) aterosklerosis. Aterosklerosis
bukan suatu penyakit, melainkan adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh
berbagai keadaan yang disebut faktor resiko. Faktor-faktor ini yang merupakan
risiko lain di samping hiperlipidemia adalah: merokok, riwayat infark miokard
pada keluarga, serangan angina dan diabetes (Munaf, 1994).

Aterosklerosis merupakan suatu kondisi di mana material di endapan dalam


intima arteri-arteri besar dalam tubuh, salah satu jenisnya adalah aterosklerosis
yang spesifik. Lesi dasarnya ateroma terdiri atas kepingan lemak jaringan ikat
setempat yang menebal dan menonjol ke dalam initma, berintikan lemak
(terutama kolesterol, biasanya merupakan kompleks protein-protein dan ester-
ester kolesterol) dan ditutup jaringan fibrosa. Ateroma, atau kepingan-kepingan
ini menonjol ke dalam lumen arteri dan menghambat aliran darah. Derajat
berkurangnya aliran darah dapat bervariasi mulai dari minimal hingga berat.
Kadangkala sumbatan aliran darahnya total. Jika terjadi sumbatan aliran total,
sering tampak trombus yang menumpuk di atas kepingan aterosklerotik. Makna
aterosklerosis dihubungkan dengan pentingnya organ-organ yang terganggu
karena berkurangnya atau tersumbatanya aliran darah. Dalam otak, atreosklerosis
menyebabkan gangguan peredaran darah otak (stroke), di jantung, penyakit
jantung iskemik, dan di tungkai, klaudikasi interminten (Spaicher dan Smith,
1994).

b. Klasifikasi Hiperlipidemia
Ada dua jenis hiperlipidemia, yaitu hiperlipidemia primer dan sekunder.

1) Hiperlipidemia Primer

Hiperlipidemia primer banyak yang disebabkan oleh karena kelainan genetik.


Biasanya kelainan ini ditemukan pada waktu pemeriksaan laboratorium secara
kebetulan, yaitu waktu chekcup. Ini disebabkan karena pada umumnya tidak ada
keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak adanya xantoma.

2) Hiperlipidemia Sekunder

7
Hiperlipidemia sekunder adalah peningkatan kadar lipid darah yang disebabkan
oleh suatu penyakit tertentu, misalnya diabetes melitus, gangguan tiroid,
penyakit hepar dan penyakit ginjal. Hiperlipidemia sekunder merupakan suatu
hal yang reversibel. Bila kelainan primernya baik, hiperlipidemia akan hilang
(Arjatmo dan Utama, 2004).

c. Obat-obat yang menurunkan kadar kolesterol


1) Golongan Resin

Obat golongan resin ini bekerja dengan cara mengikat asam empedu di usus
halus dan mengeluarkannya melalui tinja sehingga sirkulasi enterohepatik obat
ini menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan fungsi reseptor LDL dan
peningkatan bersihan LDL plasma. Obat golongan ini terutama berpengaruh
pada kadar kolesterol LDL dan sedikit atau tidak ada pengaruhnya pada kadar
TG (trigliserida) olesterol HDL. Pemakaian obat ini pada pasien
hipertrigliseridemia berat (> 500 mg/dl) bahkan akan lebih meningkatkan kadar
TG. Efek samping utamanya ialah pada saluran cerna sehingga perlu perhatian
khusus pada pasien viseropati diabetik. Sediaan yang ada di Indonesia adalah
kolestiramin dan kolestipol (Munaf, 2009).

2) Golongan Asam Nikotinat

Asam nikotinat (niasin) menurunkan kadar kolesterol dan trigliserid plasma.


Kemampuan niasin untuk mengurangi pembentukan trigliserid dalam hepar
dapat disebabkan oleh penurunan konsentrasi asam lemak bebas dalam darah,
dan hampir seluruh asam lemak dalam darah berasal dari jaringan lemak. Asam
lemak bebas dalam sirkulasi merupakan sumber utama dari asam lemak yang
digunakan untuk sintesis trigliserid dalam hepar. Karena itu, penurunan kadar
asam lemak bebas dalam darah dapat menurunkan sintesis trigliserid (Munaf,
2009).

3) Obat Golongan Statin

Obat-obat golongan inhibitor HMG-CoA reduktase disebut juga sebagai


golongan statin merupakan golongan antihiperlipidemia yang terbaru. Obat-obat
golongan statin ini bekerja sebagai inhibitor kompetitif enzim HMG-CoA
reduktase yang reversibel. Karena aktivitasnya yang kuat terhadap enzim, semua
statin ini efektif sebagai antihiperlipidemia dengan cara berkompetitif menempati
reseptor HMG-CoA reduktase. HMG-CoA reduktase adalah enzim yang
bertanggung jawab untuk konversi HMG-CoA menjadi asam mevalonat yang
merupakan tahap awal dalam jalur biosintesis kolesterol. Penghambatan
8
biosintesis kolesterol hati oleh inhibitor HMG-CoA reduktase meningkatkan
ekspresi reseptor LDL dalam mengikat partikel LDL dalam hepar dan
mengeluarkannya dari sirkulasi. Jadi, efek obat ini adalah menurunkan sintesis
kolesterol dalam sel hati dengan cara meningkatkan jumlah reseptor LDL
sehingga katabolisme kolesterol semakin banyak terjadi, serta meningkatkan
bersihan LDL plasma yang mengakibatkan penurunan kadar kolesterol LDL dan
kolesterol total dalam darah. Obat golongan ini hanya sedikit mempengaruhi
kadar TG darah sehingga digunakan terutama pada pasien hiperkolesterolemia,
dan tidak efektif untuk hiperkolesterolemia familial homozigot, yang tidak
terdapat reseptor LDL fungsional (Munaf, 2009).

4) Asam Lemak Omega-3

Minyak ikan, kaya akan sam lemak omega-3 yaitu asam eicosapentaenoic (EPA)
dan asam docasahexaenoic (DHA). Minyak ikan menurunkan sintesis VLDL
dengan demikian dapat juga menurunkan kadar kolesterol. Obat ini dipasarkan
dalam bentuk kapsul dengan dosis yang tergantung dari jenis ikan asam lemak
omega-3. Dosis obat terantung dari jenis kombinasi asam lemak, dengan contoh
Maxepa yang terdiri dari atas 18

4 . Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Daun Kelor

Daun kelor atau dikenal dengan sebutan merunggai adalah salah satu jenis tanaman
yang termasuk dalam suku Moringacea dengan genus moringa. Tanaman ini merupakan
tanaman yang memiliki ketinggian hampir mencpai 7 – 11 meter bahkan lebih, denga
berbentuk daun bulat tlur yang tersusun majemuk dengan satu tangkai.

9
Tumbuhan ini pada umumnya, banyak di gunakan sebagai tanaman obat terutamnya
bagian daun yang memiliki kandungan tertentu yang dimanfaatkan untuk bahan
alternatif atau herbal menyembuhkan berbagai penyakit dalam tubuh.

Klasifikasi tanaman daun kelor

Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )

Subkingdom : Trachebionta ( Tumbuhan berpembuluh )

Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )

Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )

Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua / dikotil )

Sub kelas : Dileniidae

Ordo : Capparales

Ordo : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera. Lam

Morfologi tanaman daun kelor

Tanaman ini dapat di morfologikan berdasarkan ciri – ciri tanaman diantaranya adalah :

1. Akar

Akar tumbuhan daun kelor ini tunggang, berwarna putih kotor, biasanya bercabang atau
serabut dan juga dapat mencapai kedalaman 5-10 meter. Perakaran ini berguna untuk
membantu menyerap air dalam tanah dan juga menyokong pertumbuhan tumbuhan daun
kelor.

2. Batang

Tumbuhan daun kelor ini memiliki batang mencapai 7-11 meter bahkan lebih, batang
berkayu, tegak, berwarna abu – abu, kulit tipis, permukaan kasar, percabangan banyak,
arah percabangan cendrung tegak atau miring, dengan tumbuh lurus dan memanjang.

10
3. Daun

Daun tumbuhan daun kelor berbentuk bulat telur, ukuran relatif kecil, daun majemuk,
bertangkai panjang, tersusun selang seling, beranak daun gasal, helai daun berwarna
hijau muda, dan biasanya di gunakan sebagai bahan masakan atau obat.

4. Bunga

Bunga tumbuhan daun kelor berwarna putih kekuning-kuningan, dan memiliki pelepah
bunga yang berwara hijau, bunga ini tumbuh di ketiak daun yang biasanya ditandai
dengan aroma atau bau semerbak.

5. Buah

Buah tumbuhan daun kelor berbentuk segita memanjang berkisar 20-60 cm atau di
kenal dengan kelentang, buah ini berwarna hijua muda hingga kecokelatan.

6. Biji

Biji tumbuhan daun ini berbentuk bulat berwarna cokelat kehitaman, dalam satu buah
biji ini akan terdapat beberapa butir dalam buah sekitar 10-20 biji bahkan lebih.

11
BAB III PEMBAHASAN

Pembahasan surve

Nama tabib : Syamsul bahri

Umur : 54 tahun

Tempat, tanggal lahir : Perlang, 2 April 1965

Alamat : Jl. meleset, pangkal balam

Pekerjaan : Guru agama

Keahlian : Ahli pengobatan tradisionl, totok wajah dan syaraf.

Kota : Pangkalpinang

Geografi desa :

Kecamatan pangkal balam terletak dibagian timur dari Kota Pangkalpinang dengan luas
wilayah seluruhnya 35,658 km2, jumlah penduduk kurang lebih 32.736 jiwa yang
terbagi dalam 7 desa/kelurahan . Kecamatan Bukit Intan berbatasan dengan sungai Batu
rusa di sebelah Utara, di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata. Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah dan
sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pangkal Balam;Kecamatan Taman Sari;
dan Kecamatan Grimaya.

RESEP ANTIHIPERLIPID

R/daun kelor 5 tangkai

Air 4 gelas

Rebus selama 15 menit

Dikonversikan menjadi

R/ daun kelor 100 gram

Air 1 liter

Rebus selama 15 menit

12
PENJABARAN RESEP

 Nama Daerah : daun kelor

 Nama Latin : Moringa oleifera. Lam

 Etno Farmakologi :B

 Manfaat/Khasiat :Antihiperlipid

Jurnal pendukung :
Effek Daun Alpukat (Persea Americana M.) dan Daun Kelor (Moringa
Oleifera L.)

Terhadap Peningkatan Kadar HDL Pada Model Tikus Putih Hiperlipidemia

Sri Handayani1, Saryono2, Hernayanti3

1,2 Department of Nursing, Faculty of Health Sciences, University of Jenderal


Soedirman
3Department of Biology, Faculty of Biology, University of Jenderal
Soedirman Email: sarbiokim@gmail.com

ABSTRAK
Hyperlipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan penurunan
tingkat High Density Lipoprotein (HDL). Daun alpukat (Persea americana) dan
Kelor (Moringa oleifera) berpotensi untuk meningkatkan kadar HDL. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kombinasi daun alpukat dan daun kelor terhadap kadar
HDL untuk model tikus hiperlipidemia. Penelitian ini menggunakan true
experimental pre and post test with control design. Terdapat 36 ekor tikus yang
dibagi menjadi kontrol negatif (A), dosis tunggal daun alpukat 36mg/200gramBB
(B), kombinasi daun alpukat 36mg/200gramBW dan 54 mg
/200gramBW daun kelor (C), kombinasi 18mg/200gramBB daun alpukat dan 27
mg/200gramBW daun kelor (D), dosis tunggal daun kelor 54mg/ 200gramBW (E),
dan simvastatin 0,018 mg/hari (F). Data dianalisis dengan uji ANOVA dan
dilanjutkan uji Duncan post-hoc. Tes ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan pada kelompok between (p = 0,008). Uji Duncan post hoc menunjukkan
bahwa kombinasi kelompok kombinasi dan kelompok kontrol simvastatin sama-
sama kuat untuk meningkatkan kadar HDL. Kombinasi daun alpukat dan daun kelor

13
memiliki efek untuk meningkatkan kadar HDL.

Kata kunci: Daun alpukat, Daun kelor, Simvastatin, HDL

ABSTRACT
Hyperlipidemia is a lipid metabolism disorder which is characterized by decreasing
of High Density Lipoprotein (HDL) level. Avocado (Persea americana) and Kelor
(Moringa oleifera) leaves can be proposed for increasing HDL level. This research
aimed to determine the steeping combination of avocado and kelor leaves effect to
against HDL level for hyperlipidemia rat model. This research used true
experimental pre and post test with control design. Amount of 36 rats were divided
into negative control (A), single dose of Persea leaves steeping 36mg/200gramBB
(B), combination of 36mg/200gramBW Persea leaves and 54 mg/200gramBW
Moringa leaves (C), combination of 18mg/200gramBB Persea leaves and 27
mg/200gramBW Moringa leaves (D), single dose of Moringa leaves steeping
54mg/200gramBW (E), and simvastatin 0,018 mg/day (F). Data were analyzed by
ANOVA test and continued by Duncan post-hoc test. ANOVA tests showed there
are significant differences bethween group (p = 0.008). Duncan post hoc test showed
that the combination group and simvastatin control group are equally strong to
increase HDL levels. The steeping combination of Persea and Moringa leaves has
an effect to increasing HDL level.

Keywords: Persea americana leaf, Moringa leaf, simvastatin, HDL

14
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah yang dibuat, dapat disimpulkan bahwa pada pendataan tabib yang telah
dilakukan bahwa daun kelor memiliki khasiat antihiperlipid. Dan telah di buktikan oleh
penelitian Effek Daun Alpukat (Persea Americana M.) dan Daun Kelor (Moringa
Oleifera L.) Terhadap Peningkatan Kadar HDL Pada Model Tikus Putih Hiperlipidemia.
Bahwa daun kelor memiliki khasiat antihiperlipid.

B. Saran
Sebaiknya mahasiswa(i) harus lebih memahami mengenai penyakit hiperlipid, beserta
dengan gejala dan pengobatannya serta mencari literatur dan referensi lain untuk
menambah wawasan mengenai pengobatan tradisional untuk penyakit antihiperlipid ini.

15
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung:

Lainatul, Nur Fitri1, Roro Eko Susetyarini1, Lud Waluyo. 2017. Pengaruh Ekstrak
Buah Ciplukan (Physalis Angulata L.) Terhadap Kadar Sgpt Dan Sgot Mencit Putih
Jantan (Mus Musculus) Hiperglikemia Yang Diinduksi Aloksan Sebagai Sumber Belajar
Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Ma

Handayani,sri , Saryono, Hernayanti., Effek Daun Alpukat (Persea Americana


M.) dan Daun Kelor (Moringa Oleifera L.) Terhadap Peningkatan Kadar HDL
Pada Model Tikus Putih Hiperlipidemia. Department of Biology, Faculty of
Biology, University of Jenderal

16
17

Anda mungkin juga menyukai