Anda di halaman 1dari 14

Percutaneous Coronary Intervention (PCI)

A. Definisi

Percutaneous Coronary Intervention (PCI) terdiri dari tiga kata


yakni Percutaneous yang artinya melalui kulit, Coronary adalah pada arteri
koroner, dan Intervention adalah tindakan yang dilakukan dalam rangka
pengobatan pada kelainan/penyakit jantung koroner. Percutaneous coronary
intervention (PCI) adalah intervensi atau tindakan non bedah untuk
membuka/dilatasi/melebarkan arteri koroner yang mengalami penyempitan agar
aliran darah dapat kembali menuju ke otot jantung (Davis, 2011).

B. Etiologi

Penyebab paling umum CAD adalah aterosklerosis. Aterosklerosis


digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak, dan jarigan konektif di
sekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrous adalah lesi khas dari
aterosklerosis. Lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam dinding pembuluh
darah, yang dapat mengakibatkan obstruksi aliran darah parsial maupun komplet.
Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri atas plak fibrous dengan deposit
kalsium, disertai oleh pembentukan thrombus. Obstruksi pada lumen mengurangi
atau menghentikan aliran darah kepada jaringan di sekitarnya (Udjianti, 2010).

Penyebab lain adalah spasme arteri koroner. Penyempitan dari lumen


pembuluh darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh darah
berkontraksi (vasokontriksi). Spasme arteri koroner dapat menggiring terjadinya
iskemik aktual atau perluasan dari infark miokard. Penyebab lain di luar
ateroskelorik yang dapat memengaruhi diameter lumen pembuluh darah koroner
dapat berhubungan dengan abnormalitas sirkulasi. Hal ini meliputi hipoperfusi,
hipovolemik, polisitemia, dan masalah-masalah atau gangguan katup jantung
(Udjianti, 2010).
C. Faktor Resiko

Menurut Gray, Dawkins, Morgan & Simpson (2005), ada beberapa faktor risiko
tertentu pada untuk CAD:

a) Peningkatan kolesterol

Terdapat hubungan langsung antara risiko CAD dan kadar kolesterol


darah. Kolesterol ditraspor dalam darah dalam bentuk lipoprotein, 75%
merupakan lipoprotein densitas rendah (low density lipoprotein/LDL) dan
20% merupakan lipoprotein densitas tingi (high density lipoprotein/HDL).
Kadar kolesterol LDL yang rendah memiliki peran yang baik pada CAD
dan terdapat hubungan terbalik antara kadar HDL dan insidensi CAD.

b) Rokok

Sekitar 24% kematian akibat CAD pada laki-laki dan 11% pada
perempuan disebabkan kebiasaan merokok. Orang yang tidak merokok
dan tinggal bersama perokok memiliki peningkatan risiko sebesar 20-30%
dibandingkan dengan orang yang tinggal degan bukan perokok.

c) Obesitas

Terdapat saling keterkaitan antara berat badan, peningkatan tekanan darah,


peningkatan kolesterol darah, diabetes mellitus tidak tergantung insulin
dan tingkat aktivitas fisik rendah.

d) Diabetes Melitus

Risiko terjadi CAD pada pasien dengan DM tipe 2 adalah dua hingga
empat kali lebih tinggi daripada populasi umum dan tampaknya tidak
terkait dengan derajat keparahan atau durasi diabetes. Diabetes, meskipun
merupakan faktor risiko indepeden untuk CAD, juga berkaitan dengan
adanya abnormalitas metabolisme lipid, obesitas, hipertensi sistemik, dan
peningkatan trombogenesis.

e) Hipertensi sistemik
Risiko CAD secara langsung berhubungan dengan tekanan darah. untuk
setiap penuruan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg risiko CAD
berkurang sekitar 16%.

f) Jenis kelamin laki-laki

Morbiditas akibat CAD pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan
pada perempuan dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada
laki-laki dari pada perempuan. Estrogen endogen bersifat protektif pada
perempuan, namun setelah menopause insidensi CAD meningkat dengan
cepat dan sebanding dengan insidensi pada laki-laki.

g) Riwayat keluarga

Riwayat keluarga CAD pada keluarga yang langsung berhubungan darah


yang berusia kurang dari 70 tahun merupakan faktor risiko independen
untuk terjadinya CAD, dengan rasio odd dua hingga empat kali lebih besar
daripada yang tidak berhubungan darah.

h) Kepribadian

Stres, baik fisik maupun mental, merupakan faktor risiko untuk CAD.
Perilaku lain yang rentan terhadap terjadinya CAD antara lain sifat agresif,
kompetitif, kasar, sinis, keinginan untuk dipandang, keinginan untuk
mencapai sesuatu, gangguan tdiur, kemarahan, dan lain-lain.

i) Aktivitas fisik

Aktivitas aerobik teratur menurunkan risiko CAD dan olahraga yang


teratur berkaitan dengan penurunan insidensi CAD sebesar 20-40%.

D. Indikasi dan Kontraindikasi PCI


a) Indikasi PCI
 Elevasi ST segmen lebih dari dari dua lead yang berdekatan
dengan onset gejala > 12 jam
 Non ST Elevasi Myocardial Infarction
 Unstable Angina Pectoris
 Gagal trombolitik

b) Kontraindikasi PCI
 CHF yang tidak terkontrol, BP tinggi, aritmia
 Gangguan elekrolit
 Infeksi ( demam )
 Gagal ginjal
 Perdarahan saluran cerna akut/anemia
 Stroke baru (< 1 bulan)
 Intoksikasi obat-obatan (seperti : Kontras )
 Pasien yang tidak kooperatif
 Usia kehamilan kurang dari 3 bulan

E. Puncture Area PCI


Menurut Merriweather & Hoke (2012), area penusukan pada tindakan PCI
terdiri atas:
 Arteri femoralis
 Arteri brachialis
 Arteri radialis

F. Tim PCI
 Operator (dokter)
 Perawat (Scrubing, Monitoring, Sirculete)
 Radiografer.

G. Persiapan Alat Diagnostik


a) Instrument Steril
 Kom betadine
 Kom cairan Besar dan Kecil
 Scalpel No.3 pisau No. 11
 Doek klem
 Tupper tang

H. Set Linen Steril


 Jas operasi
 Doek lubang kecil
 Doek kecil tanpa lubang
 Doek panjang
 Pembungkus tabung
 Perlak

I. Alat Habis Pakai


o Handscoen
o Lidocain 2%
o Dispo 1 cc, Dispo 3 cc, Dispo 5 cc , Dispo 20 cc.
o Gaas steril
o Betadine 30 %
o Aquades 1 liter
o NaCl 500 cc yang berisi heparin 2500 unit
o Sheath 5 FR, 6 FR, FER
o Guide wire diagnostik
o Kateter JR, JL, TIG
o Zat kontras
o Three way
o Manometer line.

J. Alat PCI dan PTCA


o Guiding catheter
o Wire PTCA
o Ballon dengan berbagai ukuran
o Stent dengan berbagai ukuran
o Indeftalor
o Three way 3 cabang atau 2 cabang
o Tourqer
o Y. Conector
o High pressore
o Manometer line

K. Peran Perawat Dalam Tindakan PCI


a) Peran perawat sebelum tindakan PCI
 Peran mengkaji riwayat kesehatan pasien, indikasi prosedur PCI,
riwayat pembedahan sebelumnya, pengobatan sebelumnya, riwayat
alergi dan factor resiko vaskuler.
 Melakukan pemeriksaan fisik terutama pada ekstremitas bawah jika
pemasangan akan dilakukan melalui pembuluh darah ekstremitas
bawah.
 Pencatatan hasil pemeriksaan angiografi
 Puasa makan 4 - 6 jam
 Memberikan inform consent yang terlebih dahulu diberikan penjelasan
mengenai prosedur dan perawataanya sebelum , selama dan setelah
tindakan bersama team yang akan terlibat dalam tindakan PCI oleh
Dokter.
 Observasi dan ukur tanda-tanda vital (perubahan EKG, tekanan darah,
HR, RR, dan saturasi O2)
 Pemeriksaan penunjang seperti hasil EKG, hasil Uji latih beban jantung
(Treadmill), hasil Rontgen thorax,dan hasil Laboratorium, Cek darah
lengkap, GDS, ureum, creatinin,, elektrolit, PT, APTT, BT, dan ACT.
 Melakukan Allen test (jika penusukan melalui arteri radialis)
 Obat-obat dilanjutkan sesuai instruksi dokter
 Pada klien dengan nilai creatinin diatas 1,25 mg/dl (nilai normal 0,72-
1,25 mg/dl), lakukan loading cairan (1cc/kgBB/jam) diberikan pre dan
post tindakan PCI
 Mencari akses intravena yang adekuat untuk memberikan cairan dan
obat-obatan yang dibutuhkan.
 Administrasi seperti Surat izin tindakan / inform consent dan Surat
pernyataan pembayaran (keuangan).
 Mental: Penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tujuan, manfaat,
resiko, komplikasi prosedur katerisasi.

b) Peran Perawat Dalam Tindakan PCI Antara Lain:


 Mencegah dan mendeteksi dini potensial komplikasi, memberikan
pendidikan pada pasien dan keluarga dan rehabilitasi.
 Kaji keluhan selama prosedur tindakan berlangsung
 Melakukan observasi tanda-tanda vital setiap 15 menit
 Memantau hemodinamik
 Mengukur tekanan intraarteri jika diperlukan
 Pemeriksaan arteriografi harus dilakukan selama prosedur untuk
mengidentifikasi komplikasi
 Mempersiapkan peralatan dan pengobatan resusitasi darurat

c) Peran Perawat Setelah Tindakan PCI :


 Kaji keluhan setelah tindakan
 Mengobservasi tanda-tanda adanya perdarahan dan hematoma pada area
penusukan
 Mengobservasi dan mengukur tanda -tanda vital (tekanan darah, nadi,
respirasi, suhu tubuh, dan saturasi O2)
 Pemantauan perubahan EKG 12 lead
 Mengobservasi hasil laboratorium (peningkatan kreatinin mengindikasikan
gangguan ginjal karena zat kontras, sedangkan peningkatan CKMB
menandakan cedera otot jantung)
 Mengobservasi efek alergi zat kontras (seperti menggigil, kemerahan,
gatal, pusing, mual, muntah, urine tidak keluar, dsb)
 Mengobservasi gangguan sirkulasi perifer (cek pulsasi arteri dorsalis
pedis, tibialis, radialis).
 Mengobservasi adanya tanda-tanda hipovolemi.
 Memberikan hidrasi sesuai kebutuhan.
 Memonitor adanya tanda-tanda infeksi.

L. Prosedur Tindakan
a) Prosedur (California Pacific Medical Center, 2008)
 Perawat/teknisi membawa klien ke ruang kateterisasi (cath lab.)
 Perawat memberikan obat melalui IV line untuk membantu klien rileks
dan nyaman selama prosedur tindakan
 Perawat membersihkan dan mensterilkan daerah kecil di pergelangan
lengan atau lipat paha klien (tergantung daerah yang akan digunakan).
Daerah tersebut kemudian ditutup dengan kain steril.
 Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat paha atau tangan klien.
Digunakan anestesi lokal karena klien harus tetap sadar selama
pemeriksaan untuk mengikuti instruksi dokter.
 Jarum akan ditusukkan ke dalam arteri yang digunakan kemudian guide
wire akan dimasukkan melalui jarum lalu jarum dilepas.
 Sheath kateter akan dimasukkan melalui guide wire, kemudian kateter
dimasukkan melalui pembuluh darah utama tubuh (Aorta), ke muara arteri
koroner di jantung. Kebanyakan orang tidak merasakan sakit selama
pemeriksaan, karena tidak ada serabut saraf dalam pembuluh darah, maka
klien tidak dapat merasakan gerakan kateter dalam tubuh.
 Dokter akan menginjeksikan kontras dengan melihat melalui gambaran x-
ray. Klien mungkin akan merasakan sensasi panas saat kontras
diinjeksikan.
 Pantau keluhan/laporan klien tentang adanya nyeri dada atau perasaan
tidak nyaman selama posedur.

b) Prosedur Pencabutan SHEATH Area Penusukan Di Arteri Femoralis:


 4 jam post tindakan PCI, sheath boleh dicabut/aff jika nilai ACT
(Activating Clohting Time, nilai normal < 100 detik)
 Dengan menggunakan sarung tangan steril dan prosedur steril, sheath di
aff dan dilakukan penekanan selama kurang lebih 10-15 menit sampai
dengan perdarahan berhenti
 Beritahu kepada klien bahwa prosedur pencabutan sheath akan dilakukan
dan ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mencegah terjadinya reflek
vagal
 Observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
saturasi oksigen), pulsasi arteri perifer, dan keluhan klien selama aff sheath
 Bila darah sudah tidak keluar, luka pungsi ditutup dengan kasa steril dan
verban elastic lalu diberi bantal steril
 6 jam post aff sheath klien baru diperbolehkan mobilisasi
 Observasi daerah distal ekstremitas dan keadaan umum klien post aff
sheath (tekanan darah, nadi, irama ekg/perubahan gelombang EKG,
saturasi O2, pernapasan, nilai ureum dan kreatinin) dari adanya komplikasi
berupa perdarahan/hematoma, thrombosis, fistula arteriovenosus, dan CIN
(Contras Induce Nefropathy).

c) Prosedur pelepasan NICHIBAND Area puncture di arteri radialis :


 Pelepasan dilakukan 4-6 jam setelah tindakan PCI
 Gunakan sarung tangan bersih, letakkan tangan kiri diatas nichiband,
dan beri sedikit penekanan dengan kuat
 Buka plester nichiband dengan tangan kanan perlahan-lahan sambil
memperhatikan aliran darah yang keluar dari luka insisi/penusukan
 Bila masih terdapat perdarahan pasang kembali nichiband dan plester
untuk mencegah plester nichiband terlepas
 Bila tidak terjadi perdarahan lanjutkan membuka nichiband dan tutup
dengan kassa steril diatas luka insisi dan tekan dengan kuat

M. Komplikasi
a. Resiko pendarahan
b. Vasospasme arteri koroner
c. Resiko infeksi
d. Tamponade jantung
e. ALI
f. Hematoma
g. Contrast induce nefropathi (CIN)
h. Reaksi kontras menyebabkan alergi
i. Diseksi Aorta
j. Akut Myocar Infark (AMI)
k. Stroke

N. Konsep asuhan keperawatan pada PCI


Menurut NANDA (2012) konsep asuhan keperawatan pada PCI adalah:
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit sekarang
b. Hasil resume dari angiografi
c. Tanda-tanda vital klien selama pre, intra, dan post prosedur PCI (tekanan
darah, nadi, pulsasi perifer, tingkat kesadaran, saturasi O2, perubahan
gambaran EKG), serta keluhan nyeri klien.
d. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: Darah lengkap, GDS, ureum,
kreatinin, PT, APTT, dan elektrolit.
e. Pemeriksaan radiologi berupa rontgen thorax.

2. Diagnosa keperawatan
A. Ansietas B.D Rasa Takut, Kurang Pengetahuan Tentang Prosedur
Tindakan Pci.
Hasil yang diharapkan :
1) Tingkat kecemasan klien menurun.
2) Klien dapat mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi
penyebab, atau faktor yang mempengaruhinya.
3) Kooperatif terhadap tindakan.
4) Ekspresi wajah terlihat rileks.

Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien
2) Bantu klien untuk mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.
3) Berikan penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan.
4) Jelaskan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan klien sebelum, selama,
dan setelah prosedur PCI.
5) Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi kecemasan (relaksasi, nafas dalam,
dan berpikiran positif).
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi penenang sesuai indikasi.

B. Resiko Penurunan Curah Jantung B.D Akibat Penurunan Alirah Darah


Ke Arteri Koroner
Hasil yang diharapkan:
1) Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dan pernapasan) dalam
batas normal
2) Akral hangat, pulsasi perifer teraba kuat
3) Volume urine 0,5-1 cc/jam/kgBB
4) Tidak menunjukan tanda-tanda disritmia

Intervensi:
1) Kaji keluhan klien
2) Monitor tanda-tanda vital (1 jam pertama setiap 15 menit, satu jam
kedua setiap 30 menit, dan satu jam selanjutnya setiap jam)
3) Monitor rekaman EKG dan pantau frekuensi jantung
4) Monitor intake dan output klien
5) Bantu aktivitas klien
6) Kolaborasi pemberian O2, pertahankan cara masuk heparin sesuai indikasi,
pantau data laboratorium enzim jantung, AGD, dan elektrolit
C. Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Ginjal B.D Efek Samping
Penggunaan Zat Kontras
Hasil yang diharapkan:
1) Urine output 0,5-1 cc/jam/kgBB
2) Fungsi renal baik ditandai dengan hasil kreatinin kurang dari 1,2 mg/dl

Intervensi :
1) Kaji keluhan klien
2) Jelaskan tujuan pengukuran urine
3) Motivasi klien untuk banyak minum (kurang lebih 2 liter/12 jam setelah
tindakan)
4) Berikan rehidrasi sebelum dan sesudah prosedur PCI, terutama bila terjadi
peningkatan nilai ureum dan kreatinin (rehidrasi 1cc/kgBB/jam selama 12 jam)
5) Monitor dan ukur intake dan output klien
6) Monitor dan catat hasil laboratorium fungsi renal (ureum dan kreatinin)
7) Monitor dan catat adanya tanda-tanda perdarahan pada area insersi
8) Monitor indikator koagulasi (ACT).
9) Berikan penjelasan kepada klien untuk mengistirahatkan area ekstremitas yang
dilakukan insersi

D. Risiko Perdarahan B.D Efek Sekunder Pemakaian Heparin


Hasil yang diharapkan:
1) Akral hangat
2) Pulsasi kuat
3) Tekanan darah tidak turun
4) ACT dan APPT tidak memanjang

Intervensi:
1) Kaji keluhan klien
2) Observasi dan catat TTV
3) Observasi dan catat adanya perdarahan dan hematoma pada luka penusukan
4) Observasi dan catat adanya perubahan warna kulit
5) Cek akral klien
6) Observasi dan catat adanya perdarahan, co: hematuri, epitaksis, gusi berdarah
7) Monitor dan catat hasil lab (ACT).
DAFTAR PUSTAKA

Davis. (2011). Percutaneous coronary intervention. Diakses pada tanggal 31


Juli 2017 dari
http://www.emedicinehealth.com/percutaneous_coronary_intervention_pci/page1
0_em.htm

Merriweather N & Sulzbach-Hoke L.M. Managing Risk of Complications at


Femoral Vascular Access Sites in Percutaneous Coronary Intervention. Cirit care nurse,
2012; 32. (5): 16-29.

Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

California Pasific Medical Center. (2008). Learning About Your Health. Diakses
pada tanggal 31 Juli 2007 dari http://www.cpmc.org/learning/documents/cardiaccath-
ws.html

Muttaqin, A. (2009). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan


sistem kardiovaskuler dan hematologi. Jakarta: Penerbit Salemba.

Nanda Internasional.2012.Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC :


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai