Anda di halaman 1dari 4

Produk steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme

hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk dalam bentuk sediaan ini antara lain sediaan parentral, preparat
untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan parentral merupakan jenis sediaan yang unik di
antara bentuk sediaan obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran
mukosa ke bagian tubuh. Karena sediaan ini mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang
paling efisien, yaitu membran kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba
dan dari bahan-bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan
dan proses yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan
semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis.

Sediaan untuk mata (tetes mata maupun salep mata), meskipun tidak dimasukkan ke dalam rongga
bagian dalam tubuh, namun ditempatkan berhubungan dengan jaringan-jaringan yang sangat peka
terhadap kontaminasi. Oleh karenanya dibutuhkan standar sejenis dengan preparat (sediaan) steril
lainnya. Larutan irigasi (infus) juga memiliki standar yang sama dengan larutan parentral lainnya, karena
selama pemberian sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung melalui
pembuluh darah luka yang terbuka atau membran mukosa yang rusak.

Secara umum, terdapat 6 bentuk sediaan yang digunakan untuk pemberian sediaan parentral, yaitu :

Larutan siap diinjeksikan.

Serbuk padat, siap digunakan dengan melarutkan dalam larutan pembawa.

Suspensi siap diinjeksikan.

Serbuk padat, tidak larut yang dikombinasikan denga pembawa sebelum digunakan .

Emulsi

Larutan pekat, siap diencerkan sebelum digunakan.

Sesuai dgn Persyaratan CPOB, Produk steril dibuat dengan PERSYARATAN KHUSUS. Tujuannya adalah
memperkecil resiko pencemaran mikroba, partikulat, dan pirogen. Pembuatan produk steril sangat
tergantung dari KETRAMPILAN, PELATIHAN DAN SIKAP PERSONALIA yang terlibat dalam pembuatan.
Pembuatan produk steril harus sepenuhnya mengikuti metode pembuatan dan prosedur yg ditetapkan,
secara ketat, karena risiko yang ditimbulkan dari obat jenis juga sangat besar.
Metode Pembuatan Sediaan Steril

a. Secara aseptis

Yaitu dengan cara komponen-komponen yang masing-masing telah disterilisasi sebelumnya dengan
menggunakan salah satu cara dari metode yang ada yang kemudian dibuat di dalam ruangan aseptis
atau kondisi operasional yang dapat mencegah kontaminasi mikroba. Tahapan – tahapan yang dilakukan
secara aseptis:

1. Penyiapan komponen dan sebagian besar produk, yang memungkinkan untuk disaring dan
disterilisasi, hendaklah dilakukan di lingkungan minimal Kelas D untuk mengurangi risiko cemaran
mikroba dan partikulat. Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan yaitu karena cemaran
mikroba, misal, produk yang secara aktif mendukung pertumbuhan mikroba atau harus didiamkan
selama beberapa saat sebelum sterilisasi atau terpaksa diproses dalam tangki tidak tertutup, maka
penyiapan hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas C.

2. Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir hendaklah dilakukan di lingkungan minimal Kelas C.

3. Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan yaitu karena cemaran dari lingkungan,
misal karena kegiatan pengisian berjalan lambat atau wadah berleher-lebar atau terpaksa terpapar lebih
dari beberapa detik sebelum ditutup, pengisian hendaklah dilakukan di zona Kelas A dengan latar
belakang minimal Kelas C. Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi umumnya
hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas C sebelum disterilisasi akhir.

b. Secara strerilisasi akhir

Yaitu pembuatan sediaan steril dengan cara memproduksi diruang yang tidak aseptis atau ruang produksi
(minimal kelas D) yang kemudian produk disterilkan di akhir proses pembuatan dengan metode sterilisasi
yang dipilih. Tahapan yang dilakukan untuk membuat produk steril secara sterilisasi akhir:

1. Komponen, setelah dicuci, hendaklah ditangani di lingkungan minimal Kelas D. Penanganan bahan
awal dan komponen steril, kecuali pada proses selanjutnya untuk disterilisasi atau disaring dengan
menggunakan filter mikroba, hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B.

2. Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi hendaklah dilakukan di lingkungan
Kelas C; bila tidak dilakukan filtrasi, penyiapan bahan dan produk hendaklah dilakukan di lingkungan
Kelas A dengan latar belakang Kelas B.

3. Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis hendaklah dilakukan di lingkungan
Kelas A dengan latar belakang Kelas B.

4. Transfer wadah setengah-tertutup, yang akan digunakan dalam proses beku-kering (freeze drying)
hendaklah, sebelum proses penutupan dengan stopper selesai, dilakukan di lingkungan Kelas A dengan
latar belakang Kelas B atau dalam nampan transfer yang tertutup di lingkungan Kelas B.
5. Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A
dengan latar belakang Kelas B, apabila produk terpapar dan tidak akan disaring.

Macam-macam sterilisasi dalam pembuatan produk steril:

a. Sterilisasi cara panas basah, yaitu sterilisasi yang dilakukan dengan cara memanaskan pada uap
yang bertekanan dengan suhu 1210 C selama minimal 15 menit.

b. Steriliasi Panas kering, yaitu sterilisasi yang dilakukan dengan cara memanaskan dengan suhu
1700 C selama lebih dari 120 menit.

c. Sterilisasi Radiasi, yaitu sterilisasi yang dilakukan dengan cara radiasi ke produk yang akan
disterilkan, misal radiasi UV 253,7 nm, sinar gamma, sinar laser, dan radiasi pengion.

d. Sterilisasi filtrasi, yaitu sterilisasi yang dilakukan dengan cara menyaring dengan ukuran partikel
maksimal yang boleh lewat berdiameter 300 nm, digunakan membran dengan ukuran pori lebih dari 0,2
μm.

e. Sterilisasi Etilen oksida, yaitu sterilisasi yang dilakukan dengan cara menambahkan bahan kimia
etilen oksida yang dapat membunuh mikroba. Harus dipastikan bahwa tidak merusak produk yang
terkait.

(CPOB, 2012)

Ruangan di industri farmasi merupakan salah satu aspek yang harus dijaga kebersihannya. Untuk
menghindari terjadinya kontaminasi silang antar produk maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :

Permukaan ruangan harus kedap air, tidak terdapat sambungan atau retakan, tidak merupakan tempat
pertumbuhan mikroba, mudah dibersihkan, bagian sudut dan tepi dinding dibuat melengkung.

Pipa saluran udara, listrik dipasang diatas langit-langit.

Lampu penerangan harus dipasang rata dengan langit-langit.

Tahan terhadap bahan pembersih

Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan yang berbeda untuk
mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan dengan kelas kebersihan lebih rendah ke ruang dengan
kelas kebersihan lebih tinggi. Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E,
dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara
dan air change rate.

Ruangan untuk proses produksi harus memenuhi persyaratan tertentu, untuk memenuhi persyaratan
tersebut harus digunakan HVAC ( Heating, Ventilating, and Air Conditioner ) yang mengontrol kondisi
lingkungan produksi seperti suhu, kelembaban relative (RH), tekanan udara, tingkat kebersihan (sesuai
dengan kelas yang dipersyaratkan)

Kelas A digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang beresiko tinggi seperti pengisian produksi steril.

Kelas B digunakan untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis. Kelas ini adalah lingkungan latar
belakang untuk zona A

Kelas C merupakan koridor ruangan steril

Kelas D digunakan untuk pembuatan produk non steril seperti pembuatan tablet dan pengemasan
primer.

Kelas E jarang digunakan akan tetapi pada beberapa sumber mengatakan bahwa kelas E disebut juga
sebagai gudang.

Anda mungkin juga menyukai