BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
2.1.4 Diagnosis
2.1.5 Komplikasi
Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini
yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau
dan PHnya.
a. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru ,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
7
2.1.7 Penatalaksanaan
Keterangan:
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
1. Data subyektif
a. Biodata
1) Umur
Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda
dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan,
sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini (Nugroho,
10
3) Aktivitas
Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama
kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan.
Kelelahan dalam bekerja dapat menyebabkan lemahnya korion
amnion sehingga timbul ketuban pecah dini (Notoadmodjo,
2010).
4) Istirahat
Ibu hamil yang kurang tidur akibat kekelahan atau sebab yang
lain merupakan salah satu fakto penyebab KPD. Kebutuhan
istirahat/tidur pada ibu hamil, malam hari ± 8 jam dan pada
siang hari hari dalam keadaan rileks 1-2 jam (Romauli, 2011:
144).
5) Seksual
Frekuensi coitus pada trimester ketiga kehamilan yang lebih
dari 3 kali seminggu diyakini berperan dalam terjadinya KPD.
Hal ini berkaitan dengan kondisi orgasme yang memicu
kontraksi rahim oleh karena adanya paparan terhadap hormon
prostaglandin didalam semen atau cairan sperma (Winkjosastro,
2010)
6) Riwayat Ketergantungan
Kebiasaan merokok dapat minum alkohol dapat berpengaruh
pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2500 zat
kimia yang teridentifikasi termasuk karbon monoksida, amonia,
aseton, sianida hidrogen dapat menjadi salah satu penyebab
ketuban pecah dini (Amelia, 2014).
2. Data obyektif
Data obyektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
dilihat oleh tenaga kesehatan. (Nursalam, 2013).
Data obyektif meliputi:
a. Status generalis
14
2.2.3 Perencanaan
Intervensi :
8) Observasi CHBPK.
Rasional: Cortonen (DJJ) diluar batas normal menandakan distress
janin, his penurunan bagian terendah bandle merupakan observasi
dari fisik ibu, TTV terutama suhu diatas 37,5o C menunjukkan tanda
infeksi, kandung kemih penuh menghalangi turunnya kepala.
9) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.
Rasional: pemberian antibiotik dapat menjadi profilaksis sehingga
dapat menurunkan resiko infeksi.
10) Observasi 2x24 jam jika belum bersalin maka kolaborasi dengan tim
medis.
Rasional: Ketuban pecah 48 jam sedang anak belum lahir akan
meningkatkan resiko infeksi intra uterin 17%-68%.
2.2.5 Evaluasi
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
b. Keluhan utama
3) Aktivitas
Menjelang persalinan ibu hanya miring kiri dan terlentang
saat akan diperiksa DJJ, saat hamil ibu hanya beraktivitas
ringan seperti menyapu dan mencuci piring.
4) Personal hygiene
Ibu terakhir mandi pukul 05.30 WIB. Saat hamil ibu mandi
sehari 2x ganti pakaian dan celana dalam saat selesai mandi,
cebok dari arah depan ke belakang setelah BAK dan BAB.
Ibu pernah melakukan perawatan payudara pada saat usia
kehamilan trimester 2.
5) Istirahat
Menjelang persalinan ibu kurang istirahat karena cemas. Saat
hamil ibu tidur siang ±2-3 jam dan tidur malam ±6-7 jam.
6) Seksual
Menjelang persalinan ibu tidak melakukan hubungan seksual.
f. Riwayat ketergantungan
Ibu tidak mempunyai riwayat ketergantungan pada obat-obatan
terlarang, jamu-jamuan, alkohol dan rokok. Ibu hanya minum
tablet fe dan multivitamin yang diberikan oleh bidan tempat ibu
periksa kehamilan.
g. Latar belakang sosial budaya
Ibu tidak memiliki budaya yang merugikan masa persalinan,
seperti minum air rendaman rumput fatimah dan tidak ada
pantangan untuk mengkonsumsi makanan tertentu.
h. Riwayat psikososial dan spiritual
Ibu menjalin hubungan yang baik dengan tetangga disekitar
rumah. Ibu beragama islam, taat beragama, dan sholat 5 waktu.
Ibu berdoa agar proses persalinan dapat berjalan dengan lancar.
2. Data obyektif
a. Pemeriksaan umum
27
d. Pemeriksaan khusus
- Palpasi :
TFU (Mc.Donald) = 32 cm
TBJ : (32-11)x155 = 3255 gram.
Pemeriksaan Lepold :
Leopold I : pertengahan pusat-px, bagian fundus teraba bokong
Leopold II : punggung kanan (puka), bagian kiri teraba
ekstremitas
Leopold III : kepala sudah masuk PAP, dan tidak dapat
digoyangkan.
Leopold IV : divergen
Penurunan kepala : 3/5 bagian
His : 3x10’20”
e. Pemeriksaan dalam
Tanggal 26-06-2018 pukul 21.00 WIB
vt : v/v taa, Ø 5 cm, eff 50%, ket (-), preskep HII, tidak ada bagian
kecil disamping kepala janin, kesan jalan lahir normal.
f. Pemeriksaan penunjang
Tes lakmus (tes nitrasin) : kertas lakmus yang berwarna merah
berubah menjadi biru. Menandakan masih adanya cairan ketuban.
29
3. Analisa data
No Diagnosa Data Besar
DO :
33
Tinggi Badan : 153 cm
LiLA : 26 cm
- Palpasi abdomen
Leopold I : bagian terendah
teraba kepala dan pada fundus
teraba bokong
Leopold II : pada bagian kanan
teraba punggung dan bagian kiri
teraba bagian kecil janin
(ekstermitas)
Leopold III : kepala janin sudah
masuk PAP
Leopold IV : divergen
Perlimaan : 3/5
HIS : 3x10’ lamanya 20’’
- Pemeriksaan aukskultasi
DJJ = 140x/menit (12-11-12)
- Pemeriksaan dalam
vt : v/v taa, Ø 5, eff 50%, ket (-),
preskep HII, tidak ada bagian
kecil disamping kepala janin,
kesan jalan lahir normal.
- Tes lakmus (tes nitrasin) : kertas
lakmus yang berwarna merah
berubah menjadi biru.
Menandakan masih adanya cairan
ketuban.
31
3.2 Diagnosis
G2P10001 UK 38-39 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, situs bujur,
habitus fleksi, puka, preskep HII, inpartu kala I fase aktif dilatasi
maksimum dengan KPD 14 jam, KU ibu dan janin baik. Prognosa
baik.
3.3 Perencanaan
Tanggal 26-06-2018 pukul 21.15 WIB
Diagnosa : G2P10001 uk 38-39 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
situs bujur, habitus fleksi, puka, preskep HII, inpartu kala I fase aktif
dilatasi maksimum dengan KPD 14 jam, KU ibu dan janin baik.
Prognosa baik.
Tujuan : persalinan berjalan dengan lancar tanpa adanya komplikasi
Kriteria :
a. KU baik, kesadaran komposmentis
b. TTV dalam batas normal yaitu TD: 110/70 – 130/80 mmHg, S:
36,5 – 37,5 oC, N: 60-80 x/menit, R: 16 – 24x/menit.
c. DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit.
d. His bersifat minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya
40 detik
e. Kala I pada multigravida < 7 jam.
f. Kala II pada multi ½-1 jam.
g. Bayi lahir spontan, menangis kuat, gerak aktif
h. APGAR Score 8-10
i. Kala III pada multigravida < 15 menit.
j. Plasenta lahir lengkap spontan
k. Perdarahan < 500 cc
32
Intervensi :
P :
1. Melakukan heacting pada laserasi derajat 2
2. Mengobservasi perdarahan, tekanan darah, nadi, suhu, TFU,
kontraksi uterus dan kandung kemih setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya.
Terlampir pada partograf
3. Mengajarkan ibu untuk melakukan masase uterus dan
memberikan pesan jika terjadi perdarahan yang banya dan
merasa pusing untuk segera lapor bidan/ petugas jaga. Ibu
mengerti
4. Estimasi perdarahan. Perdarahan sebanyak ± 200cc
5. Mendekontaminasikan alat-alat yang termontaminasi darah
dan cairan tubuh
6. Membersihkan dan menyibin ibu serta mengganti baju ibu.
Ibu merasa nyaman
7. Mendekontaminasikan tempat persalinan dan celemek
8. Mencuci tangan dengan sabun dan membilas dengan air
yang mengalir
9. Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograf
Mahasiswa
Sri Sasmiati
39
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Marisah, dkk. 2011. Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Depkes
RI.
Manuaba 2012. Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta:
EGC
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan, Patologi dan
Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika.
Pudiastuti. 2012. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rustam, Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan, edisi 4. Jakarta: Bina Pustaka.