Anda di halaman 1dari 37

4

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep teori

2.1.1 Pengertian

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi


pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu
sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2012).
KPD didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban
sampai awitan persalinan yaitu interval periode laten yang dapat terjadi
kapan saja dari 1-12 jam atau lebih. Insiden KPD banyak terjadi pada
wanita dengan serviks inkopenten, polihidramnion, malpresentasi janin,
kehamilan kembar, atau infeksi vagina (Helen, 2008).
Dari beberapa definisi KPD di atas maka dapat disimpulkan bahwa KPD
adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda tanda persalinan

2.1.2 Etiologi

Penyebab KPD menurut Manuaba (2012) meliputi :


1. Serviks inkompeten
2. Faktor keturunan
3. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia)
4. Overdistensi uterus
5. Malposisi atau malpresentase janin
6. Faktor yang menyebabkan kerusakan serviks
5

7. Riwayat KPD sebelumnya dua kali atau lebih


8. Faktor yang berhubungan dengan berat badan sebelum dan selama
hamil
9. Merokok selama kehamilan
10. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat
dari pada usia muda
11. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini
12. Paritas
13. Anemia

2.1.3 Patofisiologi

Menurut Manuaba (2012) mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan


terjadi pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban mengalami
devaskularisasi. Setelah itu kulit ketuban mengalami devaskularisasi
selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang
menyangga ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban
dipercepat dengan adanya infeksi yang mengeluarkan enzim yaitu enzim
proteolitik dan kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan.

2.1.4 Diagnosis

Penegakkan diagnosis KPD dapat dilakukan dengan berbagai cara yang


meliputi :
1. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban
di vagina.

2. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa,


rambut lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi

3. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan


servikalis.
6

4. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa)


bila ketuban sudah pecah.

5. Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu


dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak
plasenta serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes
leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3,
kemungkinan adanya infeksi (Saifuddin, 2014)

2.1.5 Komplikasi

Menurut Manuaba (2012) komplikasi yang biasa terjadi pada KPD


meliputi:
1. Mudah terjadinya infeksi intra uterin
2. Partus prematur
3. Prolaps bagian janin terutama tali pusat

Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini
yaitu:

1. Peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas


2. Komplikasi selama persalinan dan kelahiran
3. Resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko infeksi
4. karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap
masuknya penyebab infeksi (Saifuddin, 2014).

2.1.6 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau
dan PHnya.
a. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru ,menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
7

b. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas


objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun pakis.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban
yang sedikit (Manuaba, 2012).

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan, adanya


infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
Penanganan ketuban pecah dini menurut Saifuddin (2014) meliputi :
1. Konserpatif
a. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik
pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
b. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila
tidak tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada
infeksi, tes buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37
minggu.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah
24 jam.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin).
8

h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu


kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri.
c. Skor Bishop

Keterangan:
 Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
 Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam

Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2012) tentang penatalaksanaan


KPD adalah:
9

a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya maturitas


paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang
sehat.
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu
sepsis, maningitis janin, dan persalinan prematuritas
c. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga
kematangan paru janin dapat terjamin.
d. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menunggu berat
janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan,
dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan
e. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan keluarga
sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin
dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin
harus mengorbankan janinnya.
f. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur
distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban untuk
melakukan pemeriksaan kematangan paru.
g. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu 6-
24 jam bila tidak terjadi his spontan

2.2 Konsep teori askeb

2.2.1 Pengkajian data

1. Data subyektif
a. Biodata
1) Umur
Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda
dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan,
sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini (Nugroho,
10

2010). Usia ibu hamil ≥ 35 tahun berpotensi terjadinya KPD


karena pada usia ini otot panggul mulai mengendor sehingga
mempengaruhi inkompeten serviks (Manuaba, 2012:456).
2) Pekerjaan
Pada ibu yang pekerjaannya menyebabkan kelelahan dan lama
kerja lebih dari 3 jam/hari merupakan faktor yang paling
dominan penyebab KPD (Sudarto dan Tunut, 2016)
3) Paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali (grande
multipara) dan pernah mengalami KPD pada kehamilan
sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini
lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan
berikutnya (Manuaba, 2012: 456).
b. Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat
pemeriksaan (Varney, 2008). Keluhan-keluhan yang dirasakan ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini adalah ibu mengatakan
mengeluarkan cairan yang merembes melalui vagina, ada bercak
yang banyak di vagina, nyeri perut dan demam.
Sedangkan menurut Saifuddin (2014 : M-113) keluarnya cairan
dari vagina, tidak ada kontraksi dalam 1 jam. Keluar air ketuban
berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak.
c. Riwayat kehamilan, persalin dan nifas yang lalu
1) Kehamilan : Faktor-faktor yang merupakan predisposisi yaitu
multipara, grande multipara, overdistensi uterus (hidramnion,
hamil ganda), CPD (Cephalo Pelvik Disproportion), servix
inkompeten (Manuaba, 2012: 456).).
2) Persalinan : Terjadi pembukaan premature serviks dan membran
terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi dan nekrosis
11

serta dapat diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga


membran ketuban makin berkurang. Makin lama periode laten,
makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan
prematuritas sehingga menyebabkan morbiditas. (Manuaba,
2012:112).
3) Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir,
hidup) apakah dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat
komplikasi atau intervensi pada masa nifas dan apakah ibu
tersebut mengetahui penyebabnya (Sujiyatini, 2009).
d. Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang perlu dikaji untuk mengetahui apakah
ibu resti atau tidak, meliputi:
1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Digunakan untuk mengetahui umur kehamilan (Winkjosastro,
2010).
2) Hari Perkiraan Lahir (HPL)
Untuk mengetahui perkiraan lahir (Winkjosastro, 2010)
3) Keluhan-keluhan
Untuk mengetahui apakah ada keluhan-keluhan pada trimester
I, II, dan III (Winkjosastro, 2010).
4) Ante Natal Care (ANC)
Mengetahui riwayat ANC, teratur/ tidak, tempat ANC, dan saat
kehamilan berapa (Sujiyatini, 2009).
e. Riwayat keluarga berencana
Ibu pernah atau belum pernah menjadi akseptor KB, bila pernah
disebutkan alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai dan lamanya
penggunaan, sehingga dapat diketahui jarak kehamilannya
(Nursalam, 2013).
f. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
12

Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini (Sujiyatini,


2009).
2) Riwayat penyakit sistemik
Untuk mengetahui apakah pasien menderita penyakit seperti
jantung, ginjal, asma, hipatitis, DM, hipertensi dan epilepsi atau
penyakit lainnya (Sujiyatini, 2009).
3) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC dan hepatitis, menurun seperti
jantung dan DM (Sujiyatini, 2009).
4) Riwayat keturunan kembar
Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam
keluarga (Sujiyatini, 2009).
5) Riwayat operasi
Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani
(Sujiyatini, 2009).
g. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal :
beratbadan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah
dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk
mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa
pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi
yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgarscor rendah,
gawat janin (Manuaba, 2012).
2) Personal Hygiene
Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi,
keramas, ganti pakaian (Wiknjosastro, 2010)
13

3) Aktivitas
Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama
kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan.
Kelelahan dalam bekerja dapat menyebabkan lemahnya korion
amnion sehingga timbul ketuban pecah dini (Notoadmodjo,
2010).
4) Istirahat
Ibu hamil yang kurang tidur akibat kekelahan atau sebab yang
lain merupakan salah satu fakto penyebab KPD. Kebutuhan
istirahat/tidur pada ibu hamil, malam hari ± 8 jam dan pada
siang hari hari dalam keadaan rileks 1-2 jam (Romauli, 2011:
144).
5) Seksual
Frekuensi coitus pada trimester ketiga kehamilan yang lebih
dari 3 kali seminggu diyakini berperan dalam terjadinya KPD.
Hal ini berkaitan dengan kondisi orgasme yang memicu
kontraksi rahim oleh karena adanya paparan terhadap hormon
prostaglandin didalam semen atau cairan sperma (Winkjosastro,
2010)
6) Riwayat Ketergantungan
Kebiasaan merokok dapat minum alkohol dapat berpengaruh
pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2500 zat
kimia yang teridentifikasi termasuk karbon monoksida, amonia,
aseton, sianida hidrogen dapat menjadi salah satu penyebab
ketuban pecah dini (Amelia, 2014).
2. Data obyektif
Data obyektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
dilihat oleh tenaga kesehatan. (Nursalam, 2013).
Data obyektif meliputi:
a. Status generalis
14

1) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum apakah


baik, sedang, jelek. Pada kasus ketuban pecah dini keadaan
pasien baik (Nugroho, 2010).
2) Kesadaran : Pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah dini
kesadarannya composmentis (Varney, 2008).
3) Tekanan Darah : Untuk mengetahui factor resiko hipertensi.
Batas normalnya 120/80 mmhg. (Saifuddin, 2014)
4) Suhu : Ketuban pecah dini yang sudah disertai infeksi
intrauterine makan akan disertai peningkatan suhu lebih dari
37,60C (Mochtar, 2012: 257)
5) Nadi : Menurut Romauli (2012: 173) nadi normalnya 60-80
x/menit. Denyut nadi 100 x/menit atau lebih dalam keadaan
santai merupakan tanda bahwa ibu mengalami salah satu
keluhan seperti infeksi, tegang, ketakutan atau cemas akibat
masalah tertentu, salah satunya yaitu akibat ketuban pecah dini.
6) Respirasi : Menurut Romauli (2012: 173) fungsi pernafasan
yaitu 16-24 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Muka : Keadaan muka pucat atau tidak ada kelainan,
adakah oedema. Pada ibu bersalin dengan ketuban pecah
dini muka tampak pucat (Saifuddin, 2014).
b) Mata : Bentuk simetris, sklera putih, konjungtiva normal
warna merah muda, bila pucat menandakan anemia
(Romauli, 2012: 174)
c) Mulut : Pada mulut dilihat warna bibir, integritas jaringan
(lembab,kering atau pecah-pecah), ada stomatitis atau
tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak.
(Sulistyawati, 2013: 226-227)
15

2) Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau


tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe. (Nursalam, 2013)
3) Dada dan Axila : Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris
atau tidak, ada nyeri atau tidak dan kolostrum sudah keluar atau
belum. (Nursalam, 2013)
4) Abdomen : Uterus lunak dan tidak nyeri tekan, kadang
ditemukan kelainan presentasi janin yang merupakan faktor
predisposisi KPD. (Nursalam,2013)
5) Genetalia
a) Inspeksi
Pada genetalia keluar cairan berwarna jernih/keruh dan
bau anyir yang keluar dari jalan lahir. Pada keadaan
infeksi di jumpai air ketuban warna keruh, kehijauan
campur mekonium, berbau yang menunjukkan distres
janin. (Saifuddin, 2014: M-113).
b) Inspekulo
Bila fundus di tekan atau bagian terendah di goyangkan,
keluar cairan dari osteum uteri dan terkumpul pada fonik
posterior (Oxorn, Harry, 2010 : 483).
c) Pemeriksaan dalam
Adanya cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak teraba/sudah pecah (Oxorn, Harry, 2010: 483 ).
c. Pemeriksaan Auskultasi
Gangguan kondisi kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang
kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit. Kegawatan janin
ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali
per menit merupakan potensial komplikasi fetal distress pada
ketuban pecah dini (Saifuddin, 2014: 143).
d. Pemeriksaan Penunjang
16

Pemeriksaan penunjang pada ketuban pecah dini menurut


Manuaba (2012: 457) sebagai berikut:
1) Tes lakmus (Nitrazim test) Penentuan cairan ketuban dapat
dilakukan dengan tes lakmus merah menjadi biru.
2) Fern test cairan amnion.
3) Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG ini dilakukan untuk mencari Amniotic Fluid
Index (AFI), aktivitas janin, letak janin dan plasenta,
pengukuran BB janin, detak jantung janin, kelainan konginetal
atau deformitas.
4) Untuk menentukan adanya kemungkinan infeksi intrauterin
maka dapat perlu dilakukan: Beta streptokokus,
Clamydiettrachomatis, Neisseriagonorrheae. Leukosit darah
>15.000/mm2, kemungkinan terjadi infeksi.
3. Analisa data
Data yang telah diolah dianalisis. Bidan melakukan analisis
berdasarkan urutannya diantaranya mencari hubungan antara data atau
fakta yang satu dengan yang lainnya untuk mencari sebab dan akibat,
menemukan masalah dan apa masalah utamanya, menemukan
penyebab utamanya, dan menentukan risiko masalah. Hasil analisa
merupakan langkah awal dari penentuan perumusan masalah untuk
menentukan diagnosa kebidanan (Kemenkes RI, 2011: 9).
2.2.2 Diagnosis

G..P..APIAH, usia kehamilan 37-40 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,


situs bujur, habitus fleksi, posisi puka/puki, presentasi kepala, hodge I-IV,
inpartu kala I fase laten/aktif (akselerasi, dilatasi maksimal, deselerasi)
dengan ketuban pecah dini...jam, KU ibu dan janin baik (Pudiastuti,
2012:53). Kemungkinan masalah yang timbul:
1. Potensial terjadi infeksi berhubungan dengan KPD.
17

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang KPD.


3. Potensial terjadi partus lama.

2.2.3 Perencanaan

1. Diagnosa : G..P..APIAH, usia kehamilan 37-40 minggu, tunggal,


hidup, intrauterin, situs bujur, habitus fleksi, posisi puka/puki,
presentasi kepala, hodge I-IV, inpartu kala I fase laten/aktif (akselerasi,
dilatasi maksimal, deselerasi) dengan ketuban pecah dini...jam, KU ibu
dan janin baik (Pudiastuti, 2012:53)
2. Tujuan : Proses persalinan berjalan dengan lancar tanpa adanya
penyulit.
3. Kriteria :
a. KU baik, kesadaran komposmentis
b. TTV dalam batas normal menurut Romauli (2012: 173) yaitu TD:
110/70 – 130/80 mmHg, S: 36,5 – 37,5 oC, N: 60-80 x/menit, R: 16
– 24x/menit.
c. DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit (Manuaba, 2010: 116).
d. His bersifat minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40
detik
e. Kala I pada primigravida < 13 jam sedangkan multigravida < 7 jam
(Sofian, 2011: 71–73).
19
f. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ -2 jam, pada multi ½-1
jam (Sofian, 2011: 71–73).
g. Bayi lahir spontan, menangis kuat, gerak aktif
h. APGAR Score 8-10
i. Kala III pada primigravida < 30 menit sedangkan multigravida < 15
menit (Sofian, 2011: 71–73).
j. Plasenta lahir lengkap spontan
k. Perdarahan < 500 cc
18

Intervensi :

1) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan meliputi


keadaan ibu dan janin.
Rasional: dengan mengetahui keadaannya serta janin yang
dikandungnya, ibu menjadi lebih kooperatif dengan tindakan yang
akan dilakukan.
2) Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi akibat ketuban pecah
dini.
Rasional: Mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan
dan ibu mengerti kooperatif dengan tindakan.
3) Kaji persiapan tingkat pengetahuan dan harapan klien.
Rasional: Membantu menentukan kebutuhan dan informasi.
4) Berikan informasi tentang prosedur dan kemajuan persalinan.
Rasional: wanita yang menghadapi proses persalinan menginginkan
dan memerlukan informasi tentang kemajuan persalinan mereka
(Varney, 2008: 718).
5) Anjurkan ibu untuk tirah baring.
Rasional: Menghindari penyulit tali pusat (tali pusat menumbung).
6) Anjurkan ibu untuk BAB maupun BAK jika terasa ingin BAB
Rasional: kandung kemih yang penuh mengganggu kemajuan
persalinan dan menghambat penurunan kepala janin, meningkatkan
resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia,
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
7) Beri asupan nutrisi pada ibu dengan memberi ibu makan dan minum.
Rasional: makanan berkarbohidrat dan asupan cairan yang cukup
selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan mencegah
dehidrasi yang dapat memperlambat kontraksi dan/atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif (Saifuddin, 2014:
55).
19

8) Observasi CHBPK.
Rasional: Cortonen (DJJ) diluar batas normal menandakan distress
janin, his penurunan bagian terendah bandle merupakan observasi
dari fisik ibu, TTV terutama suhu diatas 37,5o C menunjukkan tanda
infeksi, kandung kemih penuh menghalangi turunnya kepala.
9) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.
Rasional: pemberian antibiotik dapat menjadi profilaksis sehingga
dapat menurunkan resiko infeksi.
10) Observasi 2x24 jam jika belum bersalin maka kolaborasi dengan tim
medis.
Rasional: Ketuban pecah 48 jam sedang anak belum lahir akan
meningkatkan resiko infeksi intra uterin 17%-68%.

Masalah I : Potensial terjadi infeksi akibat ketuban pecah dini.


Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama proses persalinan.
Kriteria :
1) Tidak ada tanda infeksi yaitu tumor, rubor, color, dolor.
2) Ketuban berwarna jernih dan tidak berbau.
3) TTV dalam batas normal (Romauli, 2012: 173).
4) T : 110/70-130/80 mmHg
5) N : 60-80 x/menit
6) S : 36,5-37,5oC
7) R : 16-24 x/menit
8) DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit (Manuaba, 2012: 116).
Intervensi menurut Manuaba (2012) :
1) Berikan penjelasan resiko yang terjadi akibat ketuban pecah dini.
Rasional: Ibu kooperatif dan mengerti tindakan yang akan dilakukan.
2) Gunakan teknik aseptik dan sepsis.
Rasional: Menurunkan resiko infeksi.
3) Lakukan persiapan dan pertolongan persalinan dengan teknik aseptik.
20

Rasional: Meminimalkan mikroorganisme daerah genital.


4) Pantau suhu per aksila, nadi, his dan DJJ.
Rasional: Melihat tanda infeksi.
5) Observasi pemgeluaran cairan pervaginam.
Rasional: Infeksi intra partum akan menyebabkan cairan ketuban.
6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai indikasi.
Rasional: Menurunkan resiko yang terjadi.
Masalah II : Cemas karena kurangnya pengetahuan ibu tentang KPD.
Tujuan : Ibu dapat beradapatasi dengan keadaannya.
Kriteria :
1) Klien tampak tenang
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal (Romauli, 2012: 173).
a. T : 110/70-130/80 mmHg
b. N : 60-80 x/mnt
c. S : 36,5-37,5oC
d. R : 16-24 x/mnt

Intervensi menurut Romauli (2012) :


1) Berikan penjelasan pada ibu tentang keadaan yang dialami, komplikasi
dan penanganannya.
Rasional: Pengetahuan ibu bertambah sehingga lebih kooperatif.
2) Alihkan perhatian ibu.
Rasional: Ibu tidak terfokus dengan kondisinya sehingga cemas dapat
berkurang.
3) Berikan support mental pada ibu.
Rasional: Ibu akan lebih yakin dan pasti dalam menghadapi persalinan.
4) Anjurkan ibu berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Rasional: Ibu lebih tenang dan memberikan kenyamanan secara
psikologis.
5) Observasi TTV dan DJJ
21

Rasional: Memantau kondisi ibu dan janin.


Masalah III : Potensial terjadi partus lama.
Tujuan : Kala II dapat terlewati dengan lancar tanpa penyulit.
Kriteria :
a. Keadaan umum ibu dan janin baik
b. Kala I berakhir dalam 12 jam
c. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ -2 jam, pada multi ½-1 jam
(Sofian, 2011: 71–73).
Intervensi menurut Doenges (2009 : 225):
1) Observasi TTV.
Rasional: Stress psikis pada ibu ditandai dengan peningkatan T, N
dapat mempengaruhi kemajuan dilatasi serviks, peningkatan suhu
tubuh (> 35,5 oC) menunjukkan tanda infeksi intra uterin.
2) Observasi CHBP.
Rasional: Cortonen > 180 x/mnt menandakan keadaan distress janin,
his dan pembukaan yang tidak adekuat serta timbul bandel
mempengaruhi kemajuan persalinan.
3) Penuhi kebutuhan cairan klien.
Rasional: Kebutuhan cairan yang adekuat dapat meningkatkan KU
ibu.
4) Anjurkan pasien istirahat diluar his.
Rasional: Kelelahan dapat menurunkan KU ibu.
2.2.4 Pelaksanaan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007


tentang Standar Asuhan Kebidanan (2011:6). Bidan melaksanakan rencana
asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman
berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
22

2.2.5 Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk


melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan
segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga.
Hasil evaluasi harus ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
Menurut Kemenkes RI No.938/Menkes/SK/VIII/2007 (2011:7), evaluasi
ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:
S :adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O : adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

A : adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.


P :adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
23

BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Hari, tanggal pengkajian : Selasa , 26-06-2018 Pukul : 21.00 WIB


Tempat : Poned Puskesmas Takeran
1. Data subyektif
a. Biodata
Istri Suami

Nama : Ny. N Tn. T

Umur : 29 tahun 33 tahun

Agama : Islam Islam

Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : IRT Swasta

Penghasilan : - Rp. 2.000.000,-

Umur menikah : 21 tahun 25 tahun

Berapa kali/berapa 1x/ 11 tahun 1x/ 11 tahun


lama :
Alamat :

b. Keluhan utama

Ibu datang ke Puskesmas Geneng tanggal 26-06-2018 pukul


05.00 WIB karena merasakan kenceng-kenceng. Ibu merasakan
mengeluarkan cairan bercampur darah, dan keluar cairan yang
mengalir, ketuban sudah pecah sejak pukul 07.00 WIB. Ibu di
24

rujuk ke PONEK RSUD dr. Soeroto ngawi karena ketuban pecah


selama 14 jam dan tidak ada kemajuan pembukaan, pada tanggal
26-06-2018 pukul 21.00 WIB.
b. Riwayat kesehatan
Ibu, suami, dan keluarga tidak sedang menderita penyakit
hipertensi, sesak nafas (asma), jantung, batuk yang lama disertai
darah (TBC), pusing, lemah, letih, lesu (anemia), mudah lapar
dan haus (DM), kulit berwarna kuning (hepatitis B), PMS,
HIV/AIDS, dan keturunan kembar (gemeli).
c. Riwayat kebidanan
1) Riwayat Haid
Ibu menarche usia 12 tahun, pola haid teratur, siklus haid 29-
31 hari, ibu ganti pembalut 3-4x/hari, HPHT : 30-10-2017,
HPL : 06-07-2018.
2) Riwayat hamil, bersalin, nifas yang lalu
Pada kehamilan yang pertama usia kehamilan 39 minggu,
awal kehamilan ibu mengeluhkan pusing, mual, muntah dan
dapat teratasi. Ibu rutin periksa ke bidan dan sudah
melakukan ANC terpadu, 2x USG pada dr.SPOG, ibu
mendapatkan tablet fe, kalk diminum hingga habis dan tidak
ada keluhan pada kehamilan yang pertama.
Anak pertama lahir spontan, cukup bulan, ditolong oleh
bidan, langsung menangis, gerak aktif, jenis kelamin
perempuan, BB : 3000 gram, plasenta lahir spontan dan
lengkap, sekarang berusia 7 tahun, sehat. Nifas ibu normal.
Tidak ada keluhan dan tanda infeksi pada nifas yang lalu.
3) Riwayat hamil, bersalin, nifas yang sekarang
Pada kehamilan yang kedua usia kehamilan 38-39 minggu,
awal kehamilan ibu hanya mual dan dapat teratasi, ibu rutin
periksa ke bidan, sudah melakukan ANC terpadu, USG 2x di
25

dr.SPOG, ibu mendapatkan tablet fe, kalk, dan vit C diminum


sampai habis dan tidak ada keluhan pada kehamilan yang
kedua. Ibu mengeluhkan kenceng-kenceng sejak tanggal 26-
06-2018 pukul 05.00 WIB, kemudian ibu dibawa ke
Puskesmas Geneng dan dilakukan periksa dalam (vt) terdapat
pembukaan 2 jari. Kemudian pada pukul 07.00 ibu
mengelurkan cairan yang keluar dari jalan lahir. Ketuban
pecah berwarna jernih, dan tidak berbau. Pukul 20.30 WIB
ibu dirujuk ke RSUD dr.Soeroto Ngawi karena ketuban pecah
sudah 14 jam dan pembukaan tidak bertambah. Sampai di
PONEK RSUD dr.Soeroto Ngawi tanggal 26-06-2018 pukul
21.00 WIB, ibu dipasang NST dan dilakukan periksa dalam
(vt) terdapat pembukaan 5cm.
d. Riwayat keluarga berencana
Setelah melahirkan anak pertama ibu menggunakan KB suntik 3
bulanan selama 6 tahun dan berhenti 1 tahun yang lalu karena
ingin program kehamilan. Setelah melahirkan anak kedua ibu
berencana menggunakan KB IUD.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Ibu terakhir makan pukul 19.00 WIB dengan roti dan air
putih, saat hamil ibu makan dengan porsi banyak yang terdiri
dari nasi, sayur, lauk kadang disertai buah, minum air putih ±
10-12 gelas perhari kadang minum teh serta susu hamil
hingga usia 7 bulan.
2) Eliminasi
Ibu terakhir BAK pukul 20.00 WIB dan BAB pukul 06.00
WIB, pada saat hamil ibu BAK sehari 3-4x/ hari berwarna
kuning, BAB sehari 1x dengan konsistensi lembek, berwana
kuning.
26

3) Aktivitas
Menjelang persalinan ibu hanya miring kiri dan terlentang
saat akan diperiksa DJJ, saat hamil ibu hanya beraktivitas
ringan seperti menyapu dan mencuci piring.
4) Personal hygiene
Ibu terakhir mandi pukul 05.30 WIB. Saat hamil ibu mandi
sehari 2x ganti pakaian dan celana dalam saat selesai mandi,
cebok dari arah depan ke belakang setelah BAK dan BAB.
Ibu pernah melakukan perawatan payudara pada saat usia
kehamilan trimester 2.
5) Istirahat
Menjelang persalinan ibu kurang istirahat karena cemas. Saat
hamil ibu tidur siang ±2-3 jam dan tidur malam ±6-7 jam.
6) Seksual
Menjelang persalinan ibu tidak melakukan hubungan seksual.
f. Riwayat ketergantungan
Ibu tidak mempunyai riwayat ketergantungan pada obat-obatan
terlarang, jamu-jamuan, alkohol dan rokok. Ibu hanya minum
tablet fe dan multivitamin yang diberikan oleh bidan tempat ibu
periksa kehamilan.
g. Latar belakang sosial budaya
Ibu tidak memiliki budaya yang merugikan masa persalinan,
seperti minum air rendaman rumput fatimah dan tidak ada
pantangan untuk mengkonsumsi makanan tertentu.
h. Riwayat psikososial dan spiritual
Ibu menjalin hubungan yang baik dengan tetangga disekitar
rumah. Ibu beragama islam, taat beragama, dan sholat 5 waktu.
Ibu berdoa agar proses persalinan dapat berjalan dengan lancar.
2. Data obyektif
a. Pemeriksaan umum
27

Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis.


TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,8oC
R : 20x/menit
b. Pemeriksaan antropometri
Berat badan ibu sebelum hamil : 52 kg
Berat badan terakhir : 63 kg
Tinggi Badan : 153 cm
LiLA : 26 cm
c. Pemeriksaan fisik
1) Muka : tidak sembab, tampak pucat, tidak ada oedema
2) Mata : simetris, tidak kotor, konjungtiva berwarna merah
mudah, palpebra tidak bengkak, sklera berwarna putih.
3) Mulut : bibir ibu kering, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis,
gusi tidak berdarah.
4) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
tidak ada pembengkakan vena jugularis.
5) dada dan payudara : tidak ada bunyi tambahan yang abnormal
(ronchi dan wheezing), tidak ada benjolan yang abnormal,
puting menonjol, kolostrum belum keluar (-)/(-)
6) Abdomen : perut ibu membesar sesuai dengan usia kehamilan,
tidak ada nyeri saat ditekan dan tidak ada luka bekas operasi.
7) Genetalia : tidak ada kondiloma matalata dan kondiloma
akuminata, tidak ada pembengkakan pada kelenjar skene dan
bartholini, mengeluarkan cairan ketuban, dan mengeluarkan
lendir bercampur darah (blood slyme).
8) Anus : bersih, tidak terdapat haemoroid.
9) Ekstremitas
28

Atas : normal, terpasang infus RL pada tangan kiri


Bawah : normal, tidak terdapat oedem dan varises.

d. Pemeriksaan khusus
- Palpasi :
TFU (Mc.Donald) = 32 cm
TBJ : (32-11)x155 = 3255 gram.
Pemeriksaan Lepold :
Leopold I : pertengahan pusat-px, bagian fundus teraba bokong
Leopold II : punggung kanan (puka), bagian kiri teraba
ekstremitas
Leopold III : kepala sudah masuk PAP, dan tidak dapat
digoyangkan.
Leopold IV : divergen
Penurunan kepala : 3/5 bagian
His : 3x10’20”
e. Pemeriksaan dalam
Tanggal 26-06-2018 pukul 21.00 WIB
vt : v/v taa, Ø 5 cm, eff 50%, ket (-), preskep HII, tidak ada bagian
kecil disamping kepala janin, kesan jalan lahir normal.
f. Pemeriksaan penunjang
Tes lakmus (tes nitrasin) : kertas lakmus yang berwarna merah
berubah menjadi biru. Menandakan masih adanya cairan ketuban.
29

3. Analisa data
No Diagnosa Data Besar

1. G2P10001 UK 38-39 mgg, DS :


tunggal, hidup, intrauterin, Ibu datang ke Puskesmas Geneng
situs bujur, habitus fleksi, tanggal 26-06-2018 pukul 05.00
puka, preskep HII, inpartu WIB karena merasakan kenceng-
kala I fase aktif dilatasi kenceng. Ibu merasakan
maksimum dengan KPD mengeluarkan cairan bercampur
14 jam, ku ibu dan janin darah, dan keluar cairan yang
baik. Prognosa baik. mengalir, ketuban sudah pecah sejak
pukul 07.00 WIB. Ibu di rujuk ke
PONEK RSUD dr. Soeroto ngawi 32
karena ketuban pecah selama 14 jam
dan tidak ada kemajuan pembukaan,
pada tanggal 26-06-2018 pukul
21.00 WIB.

DO :

- Keadaan umum ibu baik,


kesadaran composmentis.
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,8oC
RR : 20x/menit
- Pemeriksaan antropometri
Berat badan ibu sebelum hamil :
52 kg
Berat badan terakhir : 63 kg
30

33
Tinggi Badan : 153 cm
LiLA : 26 cm
- Palpasi abdomen
Leopold I : bagian terendah
teraba kepala dan pada fundus
teraba bokong
Leopold II : pada bagian kanan
teraba punggung dan bagian kiri
teraba bagian kecil janin
(ekstermitas)
Leopold III : kepala janin sudah
masuk PAP
Leopold IV : divergen
Perlimaan : 3/5
HIS : 3x10’ lamanya 20’’
- Pemeriksaan aukskultasi
DJJ = 140x/menit (12-11-12)
- Pemeriksaan dalam
vt : v/v taa, Ø 5, eff 50%, ket (-),
preskep HII, tidak ada bagian
kecil disamping kepala janin,
kesan jalan lahir normal.
- Tes lakmus (tes nitrasin) : kertas
lakmus yang berwarna merah
berubah menjadi biru.
Menandakan masih adanya cairan
ketuban.
31

3.2 Diagnosis
G2P10001 UK 38-39 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, situs bujur,
habitus fleksi, puka, preskep HII, inpartu kala I fase aktif dilatasi
maksimum dengan KPD 14 jam, KU ibu dan janin baik. Prognosa
baik.

3.3 Perencanaan
Tanggal 26-06-2018 pukul 21.15 WIB
Diagnosa : G2P10001 uk 38-39 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
situs bujur, habitus fleksi, puka, preskep HII, inpartu kala I fase aktif
dilatasi maksimum dengan KPD 14 jam, KU ibu dan janin baik.
Prognosa baik.
Tujuan : persalinan berjalan dengan lancar tanpa adanya komplikasi
Kriteria :
a. KU baik, kesadaran komposmentis
b. TTV dalam batas normal yaitu TD: 110/70 – 130/80 mmHg, S:
36,5 – 37,5 oC, N: 60-80 x/menit, R: 16 – 24x/menit.
c. DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit.
d. His bersifat minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya
40 detik
e. Kala I pada multigravida < 7 jam.
f. Kala II pada multi ½-1 jam.
g. Bayi lahir spontan, menangis kuat, gerak aktif
h. APGAR Score 8-10
i. Kala III pada multigravida < 15 menit.
j. Plasenta lahir lengkap spontan
k. Perdarahan < 500 cc
32

Intervensi :

1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan meliputi


keadaan ibu dan janin.
Rasional: dengan mengetahui keadaannya serta janin yang
dikandungnya, ibu menjadi lebih kooperatif dengan tindakan yang
akan dilakukan.
2. Jelaskan komplikasi yang mungkin terjadi akibat ketuban pecah
dini.
Rasional: Mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi
persalinan dan ibu mengerti kooperatif dengan tindakan.
3. Berikan informasi tentang prosedur dan kemajuan persalinan.
Rasional: wanita yang menghadapi proses persalinan menginginkan
dan memerlukan informasi tentang kemajuan persalinan mereka
4. Kolaborasi dengan dr.SpOG dalam pemberian antibiotik sesuai
indikasi dan oksitosin drip.
Rasional : pemberian antibiotik dapat menjadi profilaksis sehingga
dapat menurunkan resiko infeksi dan oksitosin drip dapat membuat
suatu persalinan menjadi cepat karena mempengaruhi rahim untuk
selalu kontraksi.
5. Pelaksanaan advis dr.SpOG yaitu pemberian Oksitosin drip (OD)
dan antibiotik.
Rasional : pemberian antibiotik dapat menjadi profilaksis sehingga
dapat menurunkan resiko infeksi dan oksitosin drip dapat membuat
suatu persalinan menjadi cepat karena mempengaruhi rahim untuk
selalu kontraksi.
6. Pemberian antibiotik dan Oksitosin drip sesuai advis dr.SpOG 5 IU
dimulai dari 20 tpm dimulai pukul 22.00 WIB
Rasional : mempercepat pembukaan dan turunnya kepala agar bayi
cepat lahir.
33

7. Anjurkan ibu untuk tirah baring.


Rasional: Menghindari penyulit tali pusat (tali pusat menumbung).
8. Anjurkan ibu untuk BAB maupun BAK jika terasa.
Rasional: kandung kemih yang penuh mengganggu kemajuan
persalinan dan menghambat penurunan kepala janin, meningkatkan
resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia,
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan
9. Berikan asupan nutrisi pada ibu dengan memberi ibu makan dan
minum. Rasional: memberi lebih banyak energi dan mencegah
dehidrasi yang dapat memperlambat kontraksi dan/atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
10. Observasi CHBPK.
Rasional: Cortonen (DJJ) diluar batas normal menandakan distress
janin, his penurunan bagian terendah bandle merupakan observasi
dari fisik ibu, TTV terutama suhu diatas 37,5o C menunjukkan
tanda infeksi, kandung kemih penuh menghalangi turunnya kepala.
Suatu persalinan menjadi cepat karena mempengaruhi rahim untuk
selalu kontraksi.
3.4 Pelaksanaan
Tanggal 26-06-2018 pukul 21.30 WIB
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan
meliputi keadaan ibu dan janin.
2. Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi akibat ketuban
pecah dini.
3. Memberikan informasi tentang prosedur dan kemajuan persalinan
Mengobservasi pengeluaran cairan pervaginam
4. Berkolaborasi dengan dr.SpOG dalam pemberian antibiotik sesuai
indikasi dan oksitosin drip
5. Melaksanaan advis dr.SpOG yaitu pemberian Oksitosin drip (OD)
dan antibiotik
34

6. Memberikan antibiotik dan Oksitosin drip sesuai advis dr.SpOG 5


IU dimulai dari 20 tpm dimulai pukul 22.00 WIB
7. Menganjurkan ibu untuk BAB maupun BAK jika terasa.
8. Memberikan asupan nutrisi pada ibu dengan memberi ibu makan
dan minum Menganjurkan pasien istirahat diluar his
9. Mengobservasi CHBPK
3.5 Evaluasi
Tanggal : 26-06-2018 pukul : 22.00 WIB
S : ibu merasakan kenceng-kenceng semakin kuat dan teratur .
O : - kesadaran umum ibu baik, kesadaran composmentis
- TTV :
TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 37oC, RR : 22x/menit
- DJJ : 140x/menit (12-11-12)
- His : 3x10’40”
- Penurutnan kepala : 3/5 bagian
- Pemeriksaan dalam :
VT : v/v taa Ø 5 cm, eff 50%, ketuban (-), preskep HII, tidak
ada bagian kecil disamping kepala janin, kesan jalan lahir
normal.
A : G2P10001 inpartu kala 1 fase aktif dilaktasi maksimum dengan
KPD 14 jam, ku ibu dan janin baik, prognosa baik.
P:
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin
baik. Ibu mengerti.
2. Mengajarkan ibu untuk miring kiri untuk mempercepat
penurunan kepala janin. Ibu mengerti
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum disela his. Ibu mau
minum
4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK. Ibu
mengerti
35

5. Menganjurkan ibu untuk nafas panjang bila ada his. Ibu


mengerti
6. Menganjurkan keluarga untuk melakukan masase pada
punggung ibu saat ada his. Keluarga mau melakukan masase
pada punggung ibu.
7. Observasi DJJ, his, nadi setiap ½ jam, pembukaan setiap 1 jam
atau bila ada tanda gejala kala II, tekanan darah, suhu, dan
produksi urine setiap 4 jam. Ibu bersedia untuk diperiksa.
8. Rencana melakukan VT ± 2,5 jam lagi yaitu pukul 00.30 WIB
atau bila ada tanda gejala kala II

Tanggal 26-06-2018 pukul 23.30 WIB


S : - ibu merasakan ada dorongan untuk mengejan dan merasakan
ada tekanan pada anus.
O : - ku ibu dan janin baik, kesadaran composmentis
- wajah ibu tampak berkeringat dan menahan rasa sakit
- perinium ibu menonjol, vulva dan anus membuka
- his 4x10’45-50”
- DJJ 140x/menit (12-11-12) kuat dan teratur
- penurunan kepala 0/5
- pemeriksaan dalam
VT : v/v taa, Ø 10 cm, eff 100%, ket (-), preskep HIV, uuk
dibawah simpisis, teraba sutura, tidak ada bagian kecil
disamping kepala janin, kesan jalan lahir normal.
A : inpartu kala II, ku ibu dan janin baik. Prognosa baik.
P :
1. memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan ibu
boleh mengejan saat ada his. Ibu mengerti dan siap mengejan
saat ada his.
36

2. Menyiapkan alat, obat, diri, pasien dan keluarga. Alat tersedia


dengan lengkap dan ibu siap untuk meneran.
3. Memimpin ibu untuk meran saat ada his
a. Memberikan support dan pujian
b. Memberikan minuman disela his
4. Melakukan episiotomi saat ada his
5. Mengobservasi DJJ setelah his yaitu 140x/menit
6. Saat kepala bayi terpegang cincin vulva 5-6 cm lahirkan kepala
bayi lalu lakukan pengusapan, lahirkan bahu, sangga susur dan
lahirkan seluruh tubuh pada pukul 23.40 WIB
7. Menilai bayi dengan 2 pertanyaan secara tepat, yaitu tangis kuat
dan gerak aktif.

Tanggal 26-06- 2018 pukul 23.40 WIB


S : Ibu bersyukur dan lega bayi telah lahir
O : Bayi lahir spontan, belakang kepala, jenis kelamin perempuan,
langsung menangis, gerak aktif, kulit kemerahan, BB = 3100 gram,
PB = 49 cm, A-S = 8-9, LKA = 32 cm, LD = 30 cm, LILA = 12 cm
A : Bayi Baru Lahir normal, keadaan umum bayi baik, prognosa
baik.
P :
1. Meletakkan bayi diatas perut ibu
2. Mengeringkan bayi dengan handuk kering
3. Melakukan perawatan tali pusat (jepit-potong-ikat)
4. Mengganti bedong bayi dengan kain yang bersih dan
kering, bedong bayi hingga kepala
5. Memberikan salep mata dan vitamin K pada 1/3 paha
bagian luar sebelah kiri.
37

Tanggal 26-06-2018 pukul 23.45 WIB


S : ibu merasakan perutnya mules
O : - KU ibu baik, kesadaran composmentis
- TFU setinggi pusat
- Kandung kemih kosong
- Tali pusat tampak didepan vulva dan bertamabah panjang
- Uterus teraba bundar dan keras
A : Kala III, KU ibu dan bayi baik. Prognosa baik
P :
1. Memeriksa TFU untuk memastikan janin tunggal. Hasil
janin tunggal
2. Memberikan injeksi oksitosin 10 IU dengan cara IM pada
1/3 paha bagian luar
3. Pada saat ada his lakukan PTT, terasa tidak ada tahanan
4. Melahirkan plasenta
5. Masase fundus selama 15 detik atau 15 kali
6. Memeriksa kelengkapan plasenta
7. Memeriksa laserasi atau robekan jalan lahir. Terdapat
laserasi derajat 2.
Tanggal 26-06-2018 pukul 23.50 WIB
S : ibu lega dan bersyukur ari-ari telah lahir dan proses persalinan
telah usai
O :- KU ibu baik
- Plasenta lahir spontan dan lengkap yaitu jumlah kotiledon 20
lengkap, panjang tali pusat 50 cm, tebal 2cm, insersi tali pusat
sentralis, terdapat 2 arteri dan 1 vena, tidak terdapat pembuluh
darah yang terputus, selaput plasenta lengkap.
- TFU 2 jari dibawah pusat
- Laserasi derajat 2, perdarahan ± 200 cc
A : Kala IV, KU ibu baik. Prognosa baik
38

P :
1. Melakukan heacting pada laserasi derajat 2
2. Mengobservasi perdarahan, tekanan darah, nadi, suhu, TFU,
kontraksi uterus dan kandung kemih setiap 15 menit pada 1
jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya.
Terlampir pada partograf
3. Mengajarkan ibu untuk melakukan masase uterus dan
memberikan pesan jika terjadi perdarahan yang banya dan
merasa pusing untuk segera lapor bidan/ petugas jaga. Ibu
mengerti
4. Estimasi perdarahan. Perdarahan sebanyak ± 200cc
5. Mendekontaminasikan alat-alat yang termontaminasi darah
dan cairan tubuh
6. Membersihkan dan menyibin ibu serta mengganti baju ibu.
Ibu merasa nyaman
7. Mendekontaminasikan tempat persalinan dan celemek
8. Mencuci tangan dengan sabun dan membilas dengan air
yang mengalir
9. Melakukan dokumentasi dan melengkapi partograf

Mahasiswa

Sri Sasmiati
39

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, M.,Nurchayati., S & Elita., V. 2014. Analisis faktor – faktor yang


mempengaruhi keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
diabetes melitus dalam menjalani diet. JOM PSIK vol. 1 No.2. Oktober
2014.

Depkes RI. Marisah, dkk. 2011. Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Depkes
RI.

Manuaba 2012. Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta:
EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nugroho, T.2010. Kasus Emergency Kebidanan. Jakarta:Nuha Medica

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan, Patologi dan
Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika.
Pudiastuti. 2012. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rustam, Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.

Romauli, Suryati. 2011.Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha

Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan, edisi 4. Jakarta: Bina Pustaka.

Sofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.


Sudarto dan Tunut. 2016. Jurnal Kesehatan Risiko Terjadinya Ketuban Pecah
Dini Pada Ibu Hamil Dengan Infeksi Menular Seksual Volume II.
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
ejournal.poltekkespontianak.ac.id/index.php/JVK/article/download/67/59 diakses
pada tanggal 25 Maret 2018 pukul 19.00 wib.
Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta:Salemba Medika
40

Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika


Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan.
Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai