Abstrak
Remaja dan anak usia sekolah merupakan korban kekerasan paling banyak di Kota Bukitinggi. Berbagai
faktor dapat menjadi penyebab tingginya kasus kekerasan seksual pada remaja. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kekerasan seksual pada remaja putri di Kota
Bukittinggi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional.
Populasi penelitian remaja putri usia 13-15 di Kota Bukittinggi dengan sampel sebanyak 100 siswi yang
dipilih secara simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Analisis data bivariat
dengan chi-square. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara usia (p-value <0,001),
tinggal bersama (p-value 0,038), dan sikap (p-value 0,002) terhadap tingkat kekerasan seksual, ada
hubungan antara pengetahuan terhadap sikap terkait pencegahan kekerasan seksual (p-value 0,022), serta
ada hubungan antara tinggal bersama terhadap tingkat pengetahuan responden (p-value 0,017). Edukasi
kepada remaja tentang seksualitas perlu dilakukan secara berkala untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap tentang pelecehan seksual sebagai upaya mencegah kekerasan seksual pada remaja.
Kata Kunci: Kekerasan Seksual, Remaja Putri, Sikap Remaja
Abstract
Teenagers and school-age children are the most victims of violence in Bukitinggi City. Various factors
can contribute to the high incidence of sexual violence among adolescents. This study aims to identify
the factors associated with sexual violence against young women in Bukittinggi City. This research is
a descriptive-analytic study with a cross-sectional approach. The population of this study was female
adolescents aged 13-15 in Bukittinggi with a sample of 100 female students selected by simple random
sampling. Data collection using a questionnaire. Bivariate data analysis with chi-square. The results
of the bivariate analysis showed that there was a relationship between age (p-value <0.001), living
together (p-value 0.038), and attitude (p-value 0.002) on the level of sexual violence, there was a
relationship between knowledge of attitudes related to prevention of sexual violence (p-value 0.022),
and there is a relationship between living together on the respondent's level of knowledge (p-value
0.017). Education to adolescents about sexuality needs to be carried out regularly to increase
knowledge and attitudes about sexual harassment as an effort to prevent sexual violence against
adolescents.
Keywords: Sexual Violence, Young Women, Youth Attitudes
pada anak dan remaja menjadi sorotan akibat dari kekerasan seksual dapat
utama di seluruh dunia dan Indonesia. menganggu kesehatan mental seperti
Laporan dari United Nation Children’s bunuh diri, kehamilan yang tak
Fund (UNICEF) kasus kekerasan pada diinginkan, komplikasi ginekologi dan
remaja di dunia mencapai 120 juta HIV (Jewkes, 2002; Mathew, 2011).
(Anthony, 2015). Kasus yang banyak Berdasarkan jenis kelamin, anak
terjadi pada remaja, antara lain kekerasan perempuan lebih rentan tujuh kali
fisik, kekerasan psikologis, penelantaran, dibandingkan laki-laki menjadi korban
bullying dan kekerasan seksual (Hartono, kekerasan seksual. Anak dengan
2015). Diantara jenis kekerasan tersebut, lingkungan yang kurang bagus lebih rentan
kekerasan seksual yang paling dari pada anak yang tinggal dilingkungan
mendominasi (Erlinda, 2016). yang bagus dan aman. Kurangnya
Menurut Komisi Nasional Anti pengetahuan orang tua dan remaja dan
Kekerasan Terhadap Perempuan tahun informasi menjadi faktor utama untuk
2018 melalui data lembaga layanan, terjadinya kekerasan seksual pada remaja.
menemukan bentuk dan jenis kekerasan Kekerasan seksual dapat terjadi disekolah
terhadap perempuan di ranah komunitas. swasta maupun negri. Kekerasan seksual
Ranah komunitas adalah di lingkungan pada remaja dari hasil wawancara dengan
kerja, bermasyarakat, bertetangga, ataupun KPAI dan P2PTPA Kota Bukitinggi
lembaga pendidikan atau sekolah. Terdapat menyebutkan, korban kekerasan paling
sebanyak 76% kekerasan seksual terhadap banyak ditemui pada remaja dan anak usia
perempuan di ranah publik atau komunitas sekolah dibandingkan dengan orang
yaitu pencabulan (911 kasus), pelecehan dewasa. Kota Bukittinggi merupakan kota
seksual (704 kasus), perkosaan (699 kasus), wisata yang selalu didatangi oleh
dan persetubuhan (343 kasus). wisatawan, sehingga beragam budaya yang
Sumatera Barat sebagai salah satu masuk tidak dapat dihindari. Salah satu
provinsi yang memiliki angka kekerasan faktor terjadinya kekerasan seksual itu
paling tinggi setelah Jakarta, Aceh, Jawa pergaulan yang kurang dikontrol oleh orang
Timur dan Surabaya untuk tahun 2014 – tua, rendahnya pengetahuan dan sikap
2016 yaitu diatas 63%. Hasil penelitian seseorang yang mengakibatkan terjadinya
Badan Pemberdayaan Perempuan dan kekerasan seksuyal, selain itu kemiskinan,
Keluarga Berencana (BPPR dan KB) tidak adanya pendidikan seksual yang
Sumatera Barat menemukan 189 kasus diadapat oleh remaja dan pengaruh negatif
kekerasan seksual pada anak tahun 2014 dari kemajuan IPTEK. Peneltian ini
dan sebanyak 246 kasus pada tahun 2015. bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
Berdasarkan laporan Polisi Resort Kota yang berhubungan dengan kekerasan
Bukittinggi tahun 2015 terjadi 21 kasus seskual pada remaja di Kota Bukittinggi.
kekerasan seksual dan pada tahun 2016
terjadi penurunan sebanyak 8 kasus, METODE PENELITIAN
dan pada tahun 2017 menjadi Penelitian ini merupakan penelitian
peningkatan kembali sebanyak 22 kasus. deskriptif analitik dengan pendekatan
Jadi dapat disimpulkan bahwa kekerasan cross-sectional. Populasi penelitian remaja
seksual pada remaja terjadi peningkatan. putri usia 13-15 di Kota Bukittinggi dengan
Hasil penelitian lain juga menyebutkan sampel sebanyak 100 siswi yang dipilih
(95,56%), belum memiliki pacar (95,56%), remaja. Pada penelitian ini didapatkan 48%
dan memiliki pengetahuan dalam kategori remaja putri memiliki potensi untuk
kurang (55,56%). Hasil analisis bivariat mengalami kekerasan seksual dalam
menunjukkan ada hubungan antara kategori tinggi. Hal ini dapat disebabkan
pengetahuan terhadap sikap responden terkait oleh beberapa faktor.
pencegahan kekerasan seksual. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan antara usia remaja dan tinggal
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Faktor Keristaraktik bersama terhadap tingkat potensi kekerasan
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan seksual remaja. Berbeda halnya dengan
p-
Pengetahuan
value penelitian sebelumnya yang menunjukkan
Karakteristik
Kurang Baik tidak ada hubungan antara umur dan status
f (%) f (%) tempat tinggal dan perilaku seksual remaja
Usia (tahun) 0,414
13 18 (41,86) 19 (33,33)
(Putri, Shaluhiyah, & Priyadi, 2017).
14 17 (39,53) 21 (36,84) Menurut Elizabeth Hurlock dalam
15 8 (18,60) 17 (29,82) Adolescent Development (2001),
Tinggal Bersama 0,017
Orang Tua 43 (100) 50 (87,72)
menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
Saudara 0 7 (12,28) berpengaruh terhadap kegiatan seksual
Memiliki Pacar 0,076 seseorang adalah usia, karena dengan
Sudah 0 4 (7,02)
Belum 43 (100) 53 (92,98)
pertambahan usia dan perkembangan organ
seksual seseorang semakin meningkat dapat
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian berdampak pada perkembangan
besar responden dengan pengetahuan kurang kedewasaan remaja.
berusia 13 tahun (41,86%), tinggal bersama Faktor lain yang turut berkontribusi
orang tua (100%), belum memiliki pacar pada tingkat potensi kekerasan seksual
(100%), dan memiliki pengetahuan dalam remaja adalah status tempat tinggal remaja.
kategori kurang (55,56%). Hasil analisis Hal ini juga didukung dari analisis pada
bivariat menunjukkan ada hubungan antara penelitian ini bahwa status tempat tinggal
tinggal bersama terhadap tingkat pengetahuan berhubungan dengan pengetahuan remaja
responden tentang kekerasan seksual. Remaja yang
tinggal bersama orangtua akan
DISKUSI menyebabkan remaja mendapatkan
Fenomena kekerasan seksual pada dukungan, pengawasan dan kontrol dari
remaja semakin marak belakangan ini. orangtua terutama dalam hal kontrol
Terlebih dengan adanya perkembangan tindakan kekerasan seksual pada remaja.
teknologi yang memberikan dampak positif Peran orangtua dalam perkembangan
dan negatif bagi masyarakat, terutama pada remaja adalah dalam hal pembentukan
remaja pada umumnya. Remaja dapat sikap dan perilaku. Terlebih jika orangtua
dengan mudah untuk mengakses informasi memberikan batasan-batasan dan edukasi
dengan menggunakan internet, termasuk tentang seksualitas pada remaja.
akses pornografi yang memungkinkan Hasil penelitian menunjukkan ada
remaja memiliki dorongan seksual. Hal hubungan antara pengetahuan terhadap
tersebut juga menjadi salah satu pemicu sikap remaja. Hasil analisis variabel
tingginya angka kekerasan seksual pada pengetahuan remaja pada penelitian ini
menunjukkan mayoritas menjawab benar