Anda di halaman 1dari 8

Artikel Penelitian

Faktor yang Berhubungan dengan


Kekerasan Seksual pada Remaja
Putri di Kota Bukittinggi
Mega Ade Nugrahmi1, Chyka Febria2
MIKIA:
1,2
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat,
Indonesia Mimbar Ilmiah Kesehatan Ibu dan Anak
mega_gaulya@yahoo.com (Maternal And Neonatal Health Journal)

Abstrak
Remaja dan anak usia sekolah merupakan korban kekerasan paling banyak di Kota Bukitinggi. Berbagai
faktor dapat menjadi penyebab tingginya kasus kekerasan seksual pada remaja. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kekerasan seksual pada remaja putri di Kota
Bukittinggi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional.
Populasi penelitian remaja putri usia 13-15 di Kota Bukittinggi dengan sampel sebanyak 100 siswi yang
dipilih secara simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Analisis data bivariat
dengan chi-square. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara usia (p-value <0,001),
tinggal bersama (p-value 0,038), dan sikap (p-value 0,002) terhadap tingkat kekerasan seksual, ada
hubungan antara pengetahuan terhadap sikap terkait pencegahan kekerasan seksual (p-value 0,022), serta
ada hubungan antara tinggal bersama terhadap tingkat pengetahuan responden (p-value 0,017). Edukasi
kepada remaja tentang seksualitas perlu dilakukan secara berkala untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap tentang pelecehan seksual sebagai upaya mencegah kekerasan seksual pada remaja.
Kata Kunci: Kekerasan Seksual, Remaja Putri, Sikap Remaja

Abstract
Teenagers and school-age children are the most victims of violence in Bukitinggi City. Various factors
can contribute to the high incidence of sexual violence among adolescents. This study aims to identify
the factors associated with sexual violence against young women in Bukittinggi City. This research is
a descriptive-analytic study with a cross-sectional approach. The population of this study was female
adolescents aged 13-15 in Bukittinggi with a sample of 100 female students selected by simple random
sampling. Data collection using a questionnaire. Bivariate data analysis with chi-square. The results
of the bivariate analysis showed that there was a relationship between age (p-value <0.001), living
together (p-value 0.038), and attitude (p-value 0.002) on the level of sexual violence, there was a
relationship between knowledge of attitudes related to prevention of sexual violence (p-value 0.022),
and there is a relationship between living together on the respondent's level of knowledge (p-value
0.017). Education to adolescents about sexuality needs to be carried out regularly to increase
knowledge and attitudes about sexual harassment as an effort to prevent sexual violence against
adolescents.
Keywords: Sexual Violence, Young Women, Youth Attitudes

PENDAHULUAN menyimpang karena dilakukan dengan


Kekerasan seksual menjadi sebuah isu cara-cara kekerasan, bertentangan dengan
seksualitas yang banyak didengar ajaran dan nilai-nilai agama serta
masyarakat belakangan ini. Kekerasan melanggar hukum yang berlaku (Kemenkes
seksual adalah praktek seksual yang dinilai RI, 2015). Kasus kekerasan yang terjadi

Publisher: Ocean Learning Center (OLC), www.mikiajournal.com 1


MIKIA Maternal and Neonatal Health Journal | November – 2020 | Volume 4, Nomor 2 | Hal: 1 – 8

pada anak dan remaja menjadi sorotan akibat dari kekerasan seksual dapat
utama di seluruh dunia dan Indonesia. menganggu kesehatan mental seperti
Laporan dari United Nation Children’s bunuh diri, kehamilan yang tak
Fund (UNICEF) kasus kekerasan pada diinginkan, komplikasi ginekologi dan
remaja di dunia mencapai 120 juta HIV (Jewkes, 2002; Mathew, 2011).
(Anthony, 2015). Kasus yang banyak Berdasarkan jenis kelamin, anak
terjadi pada remaja, antara lain kekerasan perempuan lebih rentan tujuh kali
fisik, kekerasan psikologis, penelantaran, dibandingkan laki-laki menjadi korban
bullying dan kekerasan seksual (Hartono, kekerasan seksual. Anak dengan
2015). Diantara jenis kekerasan tersebut, lingkungan yang kurang bagus lebih rentan
kekerasan seksual yang paling dari pada anak yang tinggal dilingkungan
mendominasi (Erlinda, 2016). yang bagus dan aman. Kurangnya
Menurut Komisi Nasional Anti pengetahuan orang tua dan remaja dan
Kekerasan Terhadap Perempuan tahun informasi menjadi faktor utama untuk
2018 melalui data lembaga layanan, terjadinya kekerasan seksual pada remaja.
menemukan bentuk dan jenis kekerasan Kekerasan seksual dapat terjadi disekolah
terhadap perempuan di ranah komunitas. swasta maupun negri. Kekerasan seksual
Ranah komunitas adalah di lingkungan pada remaja dari hasil wawancara dengan
kerja, bermasyarakat, bertetangga, ataupun KPAI dan P2PTPA Kota Bukitinggi
lembaga pendidikan atau sekolah. Terdapat menyebutkan, korban kekerasan paling
sebanyak 76% kekerasan seksual terhadap banyak ditemui pada remaja dan anak usia
perempuan di ranah publik atau komunitas sekolah dibandingkan dengan orang
yaitu pencabulan (911 kasus), pelecehan dewasa. Kota Bukittinggi merupakan kota
seksual (704 kasus), perkosaan (699 kasus), wisata yang selalu didatangi oleh
dan persetubuhan (343 kasus). wisatawan, sehingga beragam budaya yang
Sumatera Barat sebagai salah satu masuk tidak dapat dihindari. Salah satu
provinsi yang memiliki angka kekerasan faktor terjadinya kekerasan seksual itu
paling tinggi setelah Jakarta, Aceh, Jawa pergaulan yang kurang dikontrol oleh orang
Timur dan Surabaya untuk tahun 2014 – tua, rendahnya pengetahuan dan sikap
2016 yaitu diatas 63%. Hasil penelitian seseorang yang mengakibatkan terjadinya
Badan Pemberdayaan Perempuan dan kekerasan seksuyal, selain itu kemiskinan,
Keluarga Berencana (BPPR dan KB) tidak adanya pendidikan seksual yang
Sumatera Barat menemukan 189 kasus diadapat oleh remaja dan pengaruh negatif
kekerasan seksual pada anak tahun 2014 dari kemajuan IPTEK. Peneltian ini
dan sebanyak 246 kasus pada tahun 2015. bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
Berdasarkan laporan Polisi Resort Kota yang berhubungan dengan kekerasan
Bukittinggi tahun 2015 terjadi 21 kasus seskual pada remaja di Kota Bukittinggi.
kekerasan seksual dan pada tahun 2016
terjadi penurunan sebanyak 8 kasus, METODE PENELITIAN
dan pada tahun 2017 menjadi Penelitian ini merupakan penelitian
peningkatan kembali sebanyak 22 kasus. deskriptif analitik dengan pendekatan
Jadi dapat disimpulkan bahwa kekerasan cross-sectional. Populasi penelitian remaja
seksual pada remaja terjadi peningkatan. putri usia 13-15 di Kota Bukittinggi dengan
Hasil penelitian lain juga menyebutkan sampel sebanyak 100 siswi yang dipilih

Publisher: Ocean Learning Center (OLC), www.mikiajournal.com 2


Mega Ade Nugrahmi, Chyka Febria | Faktor yang Berhubungan dengan Kekerasan Seksual pada Remaja Putri di Kota Bukittinggi

secara simple random sampling. Penelitian analisis bivariat menunjukkan ada


dilakukan di SMP 5 Bukittinggi, SMP 4 hubungan antara usia responden dan tinggal
Bukittinggi dan SMPS PSM Bukittinggi. bersama terhadap tingkat kekerasan
pada bulan Juli–Agustus 2020. seksual.
Pengumpulan data menggunakan
kuisioner. Informasi tentang karakteristik Tabel 2 Distribusi Frekuensi Faktor
(usia, tempat tinggal, dan memiliki pacar Pengetahuan dan Sikap Berdasarkan
Tingkat Kekerasan Seksual
atau tidak) diperoleh dengan pengisian Tingkat Kekerasan p-
kuesioner. Variabel pengetahuan diperoleh Seksual value
Variabel
dengan kuesioner menggunakan skala Rendah Tinggi
f (%) f (%)
guttman yang terdiri dari 20 item
Pengetahuan 0,141
pertanyaan dengan skoring 1 untuk jawaban Baik 26 (50,00) 17 (35,42)
benar dan 0 untuk jawaban salah. Variabel Kurang 26 (50,00) 31 (64,58)
Sikap 0,002
sikap diperoleh dengan kuesioner
Positif 21 (40,38) 34 (70,83)
menggunakan skala likert yang terdiri dari Negatif 31 (59,62) 14 (29,17)
20 item pernyataan dengan skoring 4
hingga 1. Variabel tingkat kekerasan Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
seksual diperoleh dengan kuesioner besar responden dengan tingkat kekerasan
menggunakan skala guttman yang terdiri seksual tinggi memiliki tingkat pengetahuan
dari 20 item pertanyaan dengan skoring 1 responden dalam kategori kurang (64,58%)
untuk jawaban ya dan 0 untuk jawaban dan memiliki sikap yang positif (70,83%).
tidak. Analisis data bivariat dengan Hasil analisis bivariat menunjukkan ada
spearman rank test. hubungan antara sikap responden terhadap
tingkat kekerasan seksual.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Tabel 3 Distribusi Frekuensi Faktor Karakteristik
Responden Berdasarkan Tingkat dan Pengetahuan Berdasarkan Sikap
Kekerasan Seksual p-
Sikap
Tingkat Kekerasan p- value
Seksual value Karakteristik
Karakteristik Negatif Positif
Rendah Tinggi f (%) f (%)
f (%) f (%) Usia (tahun) 0,131
Usia (tahun) <0,001 13 12 (26,67) 25 (45,45)
13 8 (15,38) 29 (60,42) 14 21 (46,67) 12 (30,91)
14 26 (50,00) 12 (25,00) 15 12 (26,67) 13 (23,64)
15 18 (34,62) 7 (14,58) Tinggal Bersama 0,365
Tinggal Bersama 0,038 Orang Tua 43 (95,56) 50 (90,91)
Orang Tua 51 (98,08) 42 (87,50) Saudara 2 (4,44) 5 (9,09)
Saudara 1 (1,92) 6 (12,50) Memiliki Pacar 0,837
Memiliki Pacar 0,935 Sudah 2 (4,44) 2 (3,64)
Sudah 2 (3,85) 2 (4,17) Belum 43 (95,56) 53 (96,36)
Belum 50 (96,15) 46 (95,83) Pengetahuan 0,022
Baik 20 (44,44) 18 (32,73)
Kurang 25 (55,56) 37 (67,27)
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden dengan tingkat kekerasan
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
seksual tinggi berusia 13 tahun (60,42%),
besar responden dengan sikap negatif berusia
tinggal bersama orang tua (87,50%), dan
14 tahun (46,67%), tinggal bersama orang tua
belum memiliki pacar (95,83%). Hasil

Publisher: Ocean Learning Center (OLC), www.mikiajournal.com 3


MIKIA Maternal and Neonatal Health Journal | November – 2020 | Volume 4, Nomor 2 | Hal: 1 – 8

(95,56%), belum memiliki pacar (95,56%), remaja. Pada penelitian ini didapatkan 48%
dan memiliki pengetahuan dalam kategori remaja putri memiliki potensi untuk
kurang (55,56%). Hasil analisis bivariat mengalami kekerasan seksual dalam
menunjukkan ada hubungan antara kategori tinggi. Hal ini dapat disebabkan
pengetahuan terhadap sikap responden terkait oleh beberapa faktor.
pencegahan kekerasan seksual. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan antara usia remaja dan tinggal
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Faktor Keristaraktik bersama terhadap tingkat potensi kekerasan
Berdasarkan Tingkat Pengetahuan seksual remaja. Berbeda halnya dengan
p-
Pengetahuan
value penelitian sebelumnya yang menunjukkan
Karakteristik
Kurang Baik tidak ada hubungan antara umur dan status
f (%) f (%) tempat tinggal dan perilaku seksual remaja
Usia (tahun) 0,414
13 18 (41,86) 19 (33,33)
(Putri, Shaluhiyah, & Priyadi, 2017).
14 17 (39,53) 21 (36,84) Menurut Elizabeth Hurlock dalam
15 8 (18,60) 17 (29,82) Adolescent Development (2001),
Tinggal Bersama 0,017
Orang Tua 43 (100) 50 (87,72)
menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
Saudara 0 7 (12,28) berpengaruh terhadap kegiatan seksual
Memiliki Pacar 0,076 seseorang adalah usia, karena dengan
Sudah 0 4 (7,02)
Belum 43 (100) 53 (92,98)
pertambahan usia dan perkembangan organ
seksual seseorang semakin meningkat dapat
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian berdampak pada perkembangan
besar responden dengan pengetahuan kurang kedewasaan remaja.
berusia 13 tahun (41,86%), tinggal bersama Faktor lain yang turut berkontribusi
orang tua (100%), belum memiliki pacar pada tingkat potensi kekerasan seksual
(100%), dan memiliki pengetahuan dalam remaja adalah status tempat tinggal remaja.
kategori kurang (55,56%). Hasil analisis Hal ini juga didukung dari analisis pada
bivariat menunjukkan ada hubungan antara penelitian ini bahwa status tempat tinggal
tinggal bersama terhadap tingkat pengetahuan berhubungan dengan pengetahuan remaja
responden tentang kekerasan seksual. Remaja yang
tinggal bersama orangtua akan
DISKUSI menyebabkan remaja mendapatkan
Fenomena kekerasan seksual pada dukungan, pengawasan dan kontrol dari
remaja semakin marak belakangan ini. orangtua terutama dalam hal kontrol
Terlebih dengan adanya perkembangan tindakan kekerasan seksual pada remaja.
teknologi yang memberikan dampak positif Peran orangtua dalam perkembangan
dan negatif bagi masyarakat, terutama pada remaja adalah dalam hal pembentukan
remaja pada umumnya. Remaja dapat sikap dan perilaku. Terlebih jika orangtua
dengan mudah untuk mengakses informasi memberikan batasan-batasan dan edukasi
dengan menggunakan internet, termasuk tentang seksualitas pada remaja.
akses pornografi yang memungkinkan Hasil penelitian menunjukkan ada
remaja memiliki dorongan seksual. Hal hubungan antara pengetahuan terhadap
tersebut juga menjadi salah satu pemicu sikap remaja. Hasil analisis variabel
tingginya angka kekerasan seksual pada pengetahuan remaja pada penelitian ini
menunjukkan mayoritas menjawab benar

Publisher: Ocean Learning Center (OLC), www.mikiajournal.com 4


Mega Ade Nugrahmi, Chyka Febria | Faktor yang Berhubungan dengan Kekerasan Seksual pada Remaja Putri di Kota Bukittinggi

tentang mempertunjukkan gambar-gambar pengetahuan, pemahaman dan pengalaman


porno berupa kalender, majalah, atau buku yang banyak, pasti akan memiliki gambaran
bergambar porno kepada orang yang tidak yang lebih komperhensif dalam
menyukai merupakan pelecehan seksual menjelaskan tentang bentuk-bentuk
(83%) dan mayoritas menjawab salah pelecehan seksual (Yelza, 2016)
tentang pelecehan seksual dilakukan oleh Hasil analisis menunjukkan ada
seorang laki-laki terhadap perempuan, hubungan antara sikap terhadap tingkat
menceritakan lelucon jorok atau kotor potensi kekerasan seksual remaja. Hal ini
kepada seseorang yang merasakannya sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
sebagai merendahkan martabat adalah menunjukkan ada hubungan antara sikap
bentuk pelecehan seksual, pelecehan dan perilaku seksual remaja (Putri,
seksual dapat terjadi di dalam kendaraan Shaluhiyah, & Priyadi, 2017). Menurut
angkutan umum, pasar, pusat Purwanto dalam Wawan dan Dewi (2011)
pembelanjaan, pemberhentian bus, gedung menyatakan bahwa sikap positif memiliki
bioskop dan di jalan umum (38%). kecenderungan tindakan seperti mendekati,
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil menyenangi dan mengharapkan sesuatu,
penelitian Rahma (2018), yaitu sebanyak sedangkan sikap negatif memiliki
42,1% siswa yang berpengetahuan baik kecenderungan ingin menjauhi, menolak
mengenai perilaku seksual pranikah. dan tidak menyukai objek tertentu.
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan terjadi Hasil Penelitian ini sejalan dengan
jika seseorang melakukan penginderaan Ariestina (2009) didapatkan bahwa
manusia pada suatu objek tertentu yaitu sebanyak 45% responden memiliki sikap
indera penglihatan, pendengaran, menerima kekerasan dalam pacaran.
penciuman, rasa dan raba. Pada umumnya Menurut peneliti dari hasil penelitian
pengetahuan ini diperoleh melalui mata dan bahwasannya remaja sudah mulai
telinga yang diperkuat oleh teori Green mengetahui dan bersikap positif tentang
bahwa pengetahuan merupakan faktor pelecehan seksual. Hal ini disebabkan
predisposisi yang menentukan terbentuknya karena didikan orang tua dan ilmu
perilaku seseorang. Pengetahuan pengetahuan yang didapatkan baik di
merupakan domain yang sangat penting lingkungan keluarga maupun lingkungan
dalam membentuk perilaku seseorang. sekolah.
Perilaku didasari oleh pengetahuan akan Asumsi peneliti dari hasil penelitian ini
lebih langgeng dari pada perilaku yang adalah pengetahuan sangat berpengaruh
tidak didasari oleh pengetahuan (Rahma, kepada perilaku seseorang, dimana semakin
2018). tinggi pengetahuan kesehatan reproduksi
Tingkat pengetahuan seseorang tentang yang dimiliki oleh remaja putri maka
pelecehan seksual, berpengaruh terhadap semakin rendah pelecehan seksual yang
remaja perempuan memaknai tentang dialami oleh remaja putri, sebaliknya
bentuk-bentuk pelecehan seksual. Jika semakin rendah pengetahuan kesehatan
seseorang memiliki pengetahuan yang luas, reproduksi yang dimiliki remaja maka
maka semakin tinggi pula seseorang semakin tinggi pelecehan seksual yang
tersebut memaknai artinya persoalan. dialami oleh remaja putri. Selain itu,
Demikian juga dalam hal bentuk-bentuk meskipun banyak remaja mengetahui
pelecehan seksual. Seorang yang memiliki tentang seks akan tetapi faktor budaya yang

Publisher: Ocean Learning Center (OLC), www.mikiajournal.com 5


MIKIA Maternal and Neonatal Health Journal | November – 2020 | Volume 4, Nomor 2 | Hal: 1 – 8

melarang membicarakan mengenai personal atau pekerjaan yang dapat


seksualitas di depan umum, akhirnya akan menciptakan perasaan takut atau tidak
dapat menyebabkan pengetahuan remaja aman. Pelecehan seksual bisa terjadi di
tentang seks tidak lengkap dimana para mana saja dan kapan saja, seperti di bus,
remaja hanya mengetahui cara dalam pabrik, supermarket, bioskop, kantor, hotel,
melakukan hubungan seks tetapi tidak trotoar, baik siang maupun malam.
mengetahui dampak yang akan muncul Pelecehan seksual di tempat kerja seringkali
akibat pelecehan seksual tersebut. disertai dengan janji imbalan pekerjaan atau
Kekerasan bukan hanya tindakan kenaikan jabatan. bahkan bisa disertai
pemerkosaan, tetapi kekerasan seksual ancaman, baik secara terang-terangan
dapat diartikan sebagai segala perilaku yang (Houle et al, 2011) Pada penelitian ini
dilakukan dengan menyasar seksualitas atau didapatkan bahwa remaja yang tidak
organ seksual seseorang tanpa mendapatkan memiliki pacar, relative tidak mendapatkan
persetujuan dan memiliki unsur paksaan kekerasan seksual, karena remaja tersebut
atau ancaman. Pada kasus kekerasan tidak berinteraksi yang dekat dengan lawan
seksual ini remaja putri lebih mudah jenis yang menjadi bisa menjadi pelaku
mengalami kekerasan seksual, diantaranya kekerasan seksual. Kemandirian remaja
karena pola pendidikan tentang relasi yang ditunjukan dengan tidak menjalin
perempuan dan laki-laki yang tidak merata kedekatan dengan laki laki (pacar) bisa
dan budaya yang terjadi dimasyarakat disebabkan karena mereka sudah memiliki
dimana laki-laki lebih berkuasa dari pada sumber dukungan yang lebih baik yaitu dari
perempuan. orang tua maupun kepercayaan diri pada
Hasil penelitian ini sejalan dengan remaja tersebut.
penelitian Nuuva (2014), yaitu sebanyak
43% remaja yang belum memiliki pasangan PENUTUP
memiliki tingkat pelecehan seksual yang Pengetahuan remaja tentang
ringan. Pacaran merupakan proses pencegahan kekerasan seksual berhubungan
perkenalan antara dua insan yang dengan sikap remaja dan sikap remaja
berlawanan jenis yang biasanya berada berhubungan dengan tingkat potensi
pada rangkaian tahapan mencari kecocokan kekerasan seksual pada remaja. Edukasi
satu sama lain. Hubungan ini memiliki efek tentang kesehatan reproduksi khususnya
kepada kehidupan remaja baik positif atau tentang kekerasan seksual/ seksualitas
negatif tergantung dari remaja itu yang sangat penting untuk diberikan pada remaja.
menjalaninya. Menurut Nuuva (2014), Hal tersebut sebagai upaya untuk
sikap negatif (55,9%) yang ditunjukkan meningkatkan pengetahuan remaja tentang
siswi menolak atau menghindari kekerasan seksualitas, sehingga remaja memiliki sikap
dalam pacaran. Kekerasan seksual yang positif terkait kesehatan reproduksinya
mendatangkan rayuan seksual atapun yang berguna untuk menghindari kejadian
perilaku yang terkait dan tidak dikehendaki kekerasan seksual. Peran orangtua dan
oleh penerima karena mengancam diri. sekolah penting untuk memberikan
Rayuan seksual yang tidak disukai dapat dukungan, pengawasan dan kontrol tehadap
berupa sebuah cakupan lisan atau sentuhan perilaku remaja untuk masa depan remaja
fisik seksual yang tidak layak serta yang lebih baik.
bertentangan dengan nilai atau norma

Publisher: Ocean Learning Center (OLC), www.mikiajournal.com 6


Mega Ade Nugrahmi, Chyka Febria | Faktor yang Berhubungan dengan Kekerasan Seksual pada Remaja Putri di Kota Bukittinggi

UCAPAN TERIMAKASIH Berfokus Pada Pencegahan Dan


Pada kesempatan ini perkenankan penulis Penenagnan Kekerasan Seksual Dalam
mengucapkan terima kasih sebesar besarnya Masa Darurat. Jakarta: IASC
kepada : Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan
Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian
1. Kemenriktek DIKTI yang telah memberikan
Kesehatan RI.
support berupa pendanaan melalui hibah
Kusumawati,Y., Susanti. 2012. Hubungan
dosen pemula sehingga penelitian ini dapat
Antara Status Pendidikan dan Kondisi
terlaksana dengan baik
Keluarga dengan Perilaku Seksual pada
2. Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi
Anak Jalanan di Kota Surakarta.
3. Rektor Universitas Muhammadiyah
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional
Sumatera Barat
Kesehatan.
4. Ketua LPPM Universitas Muhammadiyah Komnas HAM. 2014. Kekerasan terhadap
Sumatera Barat
Perempuan. Natl Comm Violence against
5. Kepala Sekolah sebagai tempat melakukan Women.
penelitian dan tim yang telah membantu Mathew, Levitan. 2011. Childhood adversities
dalam penelitian ini associated with major depression and/or
6. Seluruh responden yang telah anxiety disorders incommunity sample of
berpartisipasi dalam penelitian ini. ontorio issue of co – morbity and
speciefity. Depression & anxiety online.
DAFTAR PUSTAKA Putri, Shildiane; Shaluhiyah, Zahroh,
Anthony, L. 2015. Preventing and Protecting: Prabamurti, & Priyadi Nugraha. 2017.
Send Sexual Violence to Children with Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
Evidence. Perilaku Seksual Remaja yang Tinggal Di
Elizabeth & Hurlock, B. 2001. Psikologi Lingkungan Resosialisasi Argorejo Kota
Perkembangan: Suatu Pendekatan Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Volume 5 No 5 2017.
Erlangga. Rahma, Marliana. 2018. Hubungan antara
Erlinda. 2016. Kekerasan Seksual Terhadap Pengetahuan Seksualitas dengan Perilaku
Anak: Dampak dan Penangananya. Seksual Remaja di SMA Negeri 1 Subang.
Jakarta: Kementrian Sosial RI Jurnal Bidan.2018;4(1).
Gaskil, Perry. 2012. Kekerasan Terhadap Wahyuni, Siti. 2017. Hubungan Karakteristik
Anak Dan Remaja Informasi Kajian Orang Tua dengan Pengetahuan tentang
Permasalahan Social Dan Usaha Pencegahan tindak Kekerasan Seksual
Kesejahteraan Social. I, vol. 13 no.1 Pada Anak Usia 3-5 Tahun di KB
Februari 2012. ‘Aisyiyah Rejodani Sariharjo Ngaglik
Hartono, Lukman Hakim. 2015. Kekerasan Sleman Yogyakarta. (Skirpsi). Yogyakarta
Seksual Terhadap Anak: Dampak dan : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Penanganannya. Jurnal Sosio Informa. ‘Aisyiyah.
1(1). 13 – 28. Yelza, Nigita. 2016. Hubungan Pengetahuan
Houle JN, Staff J, Mortimer JT, Uggen C, Tentang Seksualitas Dengan Sikap Remaja
Blackstone A. 2011. The Impact Of Sexual Putri Dalam Pelecehan Seksual Di SMA
Harassment On Depressive Symptoms Negeri 1 Batang Anai Tahun 2016.
During The Early Occupational Career. (Skripsi). Padang : Fakultas Keperawatan
Soc Ment Health. 2011;1(2):89–105. Universitas Andalas.
Jawkes. 2002. IASC. Panduan Pencegahan Yusuf, Nuuva 2014. Hubungan persepsi remaja
Kekerasan Berbasis Gender, Masa tentang kekerasan dengan sikap terhadap
Keadaan Kedaruratan Manusia : kekerasan dalam pacaran pada siswi di

Publisher: Ocean Learning Center (OLC), www.mikiajournal.com 7


MIKIA Maternal and Neonatal Health Journal | November – 2020 | Volume 4, Nomor 2 | Hal: 1 – 8

SMK Negeri Naggulan Kulon Progo


(Skripsi). Yogyakarta: Prodi Studi
Diploma IV Bidan Pendidik Universitas
‘Aisyiyah.

Publisher: Ocean Learning Center (OLC), www.mikiajournal.com 8

Anda mungkin juga menyukai