CHOIRUNISA LISDIYANI
1606829642
HUKUM PERBURUHAN B
REGULER
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM SARJANA
DEPOK
MEI 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, laporan tugas makalah ilmiah mengenai
“Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi Tenaga Kerja di
Perusahaan atau Pabrik” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun saya
menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya.
Saya ucapkan terima kasih kepada Dr. Drs. Widodo Suryandono S.H., M.H.
yang telah membimbing dan memberikan tugas ini. Adapun laporan makalah ilmiah
ini saya susun guna memenuhi persyaratan nilai tugas dalam mata kuliah Hukum
Perburuhan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih
membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih
baik ke depannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Yogyakarta: Sinar Grafika, 2010)
hlm. 6.
2
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) hlm. 170.
1
Pasal tersebut diatas bertujuan untuk membatasi tindakan kesewenang-
wenangan pihak penguasa dalam hal ini yakni pengusaha dalam memperkerjakan
pekerjaannya dalam melakukan pekerjaan dan secara tidak langsung
memerintahkan kepada pengusaha untuk menghormati pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal hendaknya diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan oleh seorang pengusaha dan
cara menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.3
Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia belum
begitu banyak dikenal oleh masyarakat dikarenakan, Indonesia belum
mempumyai kemampuan yang cukup utuk melakukan kegiatan secara luas
dibidang K3. Hal ini terlihat dari banyaknya industri yang kurang
memperhatikan masalah keselamatan pekerjanya, sedangkan K3 merupakan
aspek yang penting dalam aktivitas dunia industri. Berkaitan dengan
permasalahan tersebut akhirnya penulis merasa penting untuk melakukan sebuah
penelitian tentang apa dan bagaiamana bentuk perlindungan kesehatan dan
keselamatan kerja di Indonesia.
3
Indonesia, Undang-Undang Ketenagakerjaan, UU No. 13 Tahun 2003, LN No. 39 Tahun 2003,
TLN. No. 4279, Pasal 87 ayat (1).
2
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini
adalah:
a. Tujuan Umum
1) Untuk mengetahui dan menkaji pengertian Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
2) Untuk mengetahui dan menkaji peraturan tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
3) Untuk mengetahui dan menkaji fungsi, tujuan dan prinsip Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
4) Untuk mengetahui dan menkaji ruang lingkup Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
5) Untuk mengetahui dan menkaji implementasi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja dalam perusahaan/pabrik.
b. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas akhir dari Mata Kuliah Hukum Perburuhan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Aloysius Uwiyono, Siti Hajati Hoesin, dkk., Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014), hl. 79.
5
Helena Poerwanto dan Syaifullah, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hl. 27-28.
4
“Aturan yang bertujuan menjaga keamanan pekerja/buruh atas
bahaya kecelakaan dalam menjalankan pekerjaan di tempat kerja
yang menggunakan alat/mesih dan/atau bahan pengolah
berbahaya”.6
6
Ibid., hl. 8.
7
Indonesia, Undang-Undang Keselamatan Kerja, UU No. 1 Tahun 1970, LN No. 1 Tahun 1970,
TLN No. 1918.
5
- Memelihara kesehatan dan ketertiban
c. Pengawasan UU keselamatan kerja, direktur melakukan pelaksanaan
umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas
dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung
terhadap ditaatinya undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya”
(Pasal 5)
d. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembinaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk mengembangkan kerja sama,
saling pengertian dan partisipasi yang efektif dari pengusaha atau
pengurus tenaga kerja untuk melaksanakan tugas bersama dalam rangka
keselamatan dan kesehatan kerja untuk melancarkan produksi.
Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan juga
menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan
kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru
maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara
berkala.
Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri
(APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal
23 Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar
setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
dinyatakan dalam Pasal 86 dijelaskan bahwa Setiap pekerja/buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja;
b. Moral dan kesusilaan; dan
6
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama.
Selain diwujudkan dalam bentuk undang-undang, kesehatan dan
keselamatan kerja juga diatur dalam berbagai Undang-Undang, Peraturan
Menteri dan Peraturan Pemerintah, diantaranya:
a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/MEN/1979 tentang
Pelayanan Kesehatan Kerja.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1979 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor
Ketenagakerjaan
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/MEN/1984 tentang
Mekanisme Pengawasan Ketenagakerjaan.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas
Bumi
f. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
g. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
h. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja
2.3 Fungsi, Tujuan dan Prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
2.3.1 Fungsi
Pada pelaksanaannya K3 memiliki fungsi yang cukup banyak dan
bermanfaat, baik bagi perusahaan maupun bagi pekerja. Berikut ini
adalah beberapa fungsi K3 secara umum:
7
1. Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian
akan adanya risiko dan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan di
lingkungan kerja.
2. Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses
organisir, desain tempat kerja, dan pelaksanaan kerja.
3. Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan
para pekerja di lingkungan kerja.
4. Memberikan saran mengenai informasi, edukasi, dan pelatihan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya,
metode, prosedur dan program.
6. Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan
pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya
2.3.2 Tujuan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja bertujuan untuk melindungi
pekerja/buruh dari risiko-risiko yang mungkin timbul dalam pelaksanaan
pekerjaan, khususnya risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.8
Tujuan lain yang lebih umum adalah untuk mengatur hak dan kewajiban
para pihak dalam konteks pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja.
Tujuan berikutnya meningkatkan level kesehatan dan keselamatan
kerja/buruh, sehingga produktivitas kerja juga ikut meningkat. Selain itu,
tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh
dan keluarganya, termasuk memelihara kelangsungan pekerjaan.
berikutnya adalah untuk mengurangi kerugian-kerugian yang timbul
akibat terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja dan unutk
mempertahankan kelangsungan kegiatan usaha.9
8
L. Meilu Kuniawidjaya, Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja, (Jakarta: UI-Press, 2010), hl.1-2.
9
Aloysius Uwiyono, Siti Hajati Hoesin, dkk., Ibid., hl. 81.
8
Menurut UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,
tujuan dari K3 adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit
dikarenakan pekerjaan. Selain itu, K3 juga berfungsi untuk melindungi
semua sumber produksi agar dapat digunakan secara efektif. Berikut ini
adalah fungsi dan tujuan K3 secara umum:10
1. Untuk melindungi dan memelihara kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja sehingga kinerjanya dapat meningkat.
2. Untuk menjaga dan memastikan keselamatan dan kesehatan
semua orang yang berada di lingkungan kerja.
3. Untuk memastikan sumber produksi terpelihara dengan baik dan
dapat digunakan secara aman dan efisien.
2.3.2 Prinsip
Terdapat beberapa prinsip dalam pengaturan maupun pelaksanaan
kesehatan dan keselamatan kerja. Secara garis besar, prinsipnya adalah
perlindungan pekerja/buruh.11 Iman Soepomo mengkategorikan
perlindungan tersebut kedalam tiga kelompok yaitu:
1. Perlindungan ekonomis, berupa usaha-usha untuk memberikan
penghasilan yang cukup bagi pekerja/buruh guna memenugi
kebutuhan hidup sehari-hari pekerja/buruh dan keluarganya
2. Perlindungan sosial, yaitu usaha-usaha yang bersifat
kemasyarakatan bagi pekerja/buruh agar dapat mengenyam dan
mengemban perikehidupannya sebagai manusia pada umumnya
maupun sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
10
“Pengertian K3 Secara Umum, Tujuan, Prinsip, Ruang Lingkup, Jenis K3” diakses dari
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-k3.html pada 13/05/2019.
11
John Bowers dan Simon Honeyball, Textbook on Labour Law, 6th ed, (London: Blackstone
Press Liminited, 2000), hl. 30-33.
9
3. Perlindungan teknis, yang emngusahakan agar pekerja/buruh
terhindar dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh
alat, perkakas, pesawat, mesin, maupun alat kerja lainnya.
10
untuk meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan daya
produktivitas tenaga kerja. Kegiatannya antara lain meliputi:
1) Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang
sehat.
3) Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.
4) Perbaikan status gizi.
5) Konsultasi psikologi.
6) Olahraga dan rekreasi.
c. Pelayanan Kuratif.
Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat
kerja dengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun
pengobatan umumnya serta upaya pengobatan untuk mencegah meluas
penyakit menular di lingkungan pekerjaan. Pelayanan ini diberikan
kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan
kesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat
sembuh dan mencegah komplikasi atau penularan terhadap keluarganya
ataupun teman kerjanya. Kegiatannya antara lain meliputi:
1) Pengobatan terhadap penyakit umum.
2) Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
d. Pelayanan Rehabilitatif.
Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau
kecelakaan parah yang telah mengakibatkan cacat, sehingga
menyebabkan ketidakmampuan permanen, baik sebagian atau seluruh
kemampuan bekerja yang biasanya mampu dilakukan sehari-hari.
Kegiatannya antara lain meliputi:
1) Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan
kemampuannya yang masih ada secara maksimal.
2) Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai
kemampuannya.
11
3) Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan
12
Adrian Sutedi, Op.Cit., hl. 170.
12
1. Lingkungan Kerja
Ini adalah lokasi dimana para pekerja melakukan aktifitas bekerja.
Kondisi lingkungan kerja harus memadai (suhu, ventilasi, penerangan,
situasi) untuk meminimalisir potensi terjadinya kecelakaan atau penyakit.
2. Alat Kerja dan Bahan.
Ini adalah semua alat kerja dan bahan yang dibutuhkan suatu perusahaan
untuk memproduksi barang/ jasa. Alat-alat kerja dan bahan merupakan
penentu dalam proses produksi, tentunya kelengkapan dan kondisi alat
kerja dan bahan harus diperhatikan.
3. Metode Kerja
Ini merupakan standar cara kerja yang harus dilakukan oleh pekerja agar
tujuan pekerjaan tersebut tercapai secara efektif dan efisien, serta
keselamatan dan kesehatan kerja terjaga dengan baik. Misalnya,
pengetahuan tentang cara mengoperasikan mesin dan juga alat pelindung
diri yang sesuai standar.
Perlindungan K3 merupakan jenis perlindungan preventif yang diterapkan
untuk mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.13 Sebagaimana
telah disinggung sebelumnya bahwa penerapan K3 diatur dalam suatu sistem
manajemen. Hal demikian perlu dilakukan untuk menciptakan sistem K3 di
tempat kerja yang melibatkan segala pihak, sehingga dapat mencegah atau
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta menciptakan tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif. Oleh sebab itu pelaksanaannya tidak
hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, masyarakat, pasar, maupun dunia
internasional saja. Terlebih dari itu, keberhasilan perlindungan K3 juga sangat
tergantung pada tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja
yang aman bagi tenaga kerja di dalamnya.14
13
Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia: Dinamika dan Kajian Teori, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), hl. 75.
14
Ibid., hl.75-76.
13
Selain dijamin keselamatan dan kesehatan kerja, maka pegawai juga
mempunyai hak atas upah dalam bekerja. Hal tersebut diatur dalam Pasal 88 ayat
(1) UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan
“Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pada kenyataannya, tidak jarang
pihak pengusaha belum melaksanakan perlindungan K3 bagi tenaga kerja dengan
dalih bahwa peralatan K3 dianggap mahal dan seakan-anak justru mengganggu
proses bekerjanya para pekerja.15
Terkait dengan sanksi bagi pengusaha yang tidak melaksanakan hak-hak
dari pekerja maka diatur dalam Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang menyatakan:
(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur
lebih lanjut dengan peraturan perundangan.
(2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan
ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya
Rp. 100.000,- (Seratus ribu rupiah)
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya
K3 ditujukan bagi upaya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan kerja.
Selain itu, potensi bahaya kecelakaan kerja juga diharapkan dapat
diminimalisasi. Banyak perusahaan yang belum menetapkan sistem
manajemen K3 di perusahaannya dikarenakan terhambat oleh Sumber Daya
Manusia, dana dan sarana prasarana yang tersedia.
15
Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 170
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelaksanaan berbagai pengaturan di bidang kesehatan dan keselamatan
kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sebagai pihak yang secara ekonomi
lebih kuat. Pengusaha dikenai berbagai sanksi, meliputi sanksi pidana atas
tindakan-tindakan yang termasuk dalam karegori tindak pidana kejahatan atupun
pelanggaran dalam peraturan perundang-undangan perburuhan, sanksi perdata
berupa pembayaran ganti kerugian dan pemenuhan hak atau sanksi administratif
atas pelanggaran maupun kelalaian dalam pemenuhannya.
Namun demikian, untuk emncapai tujuan-tujuan kesehatan dan
keselamatan kerja yang telah diuraikan diatas, sesungguhnya terdapat tanggung
jawab atau kewajiban terkait pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
umum yang terkait pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja umum yang
didistribusikan kepada para pihak dalam hubungan industrial, meliputi
pekerja/buruh, pengusaha dan pemerintah.
3.2 Saran
Saran dari penulis untuk para pekerja di seluruh Indonesia, semoga
kedepannya lebih meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja saat melakukan pekerjaan serta menaati segala peraturan yang telah dibuat
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
Dan saran untuk perusahaan di seluruh Indonesia, semoga kedepannya
semua perusahaan di Indonesia mempunyai peraturan yag lebih tegas lagi kepada
pekerja/buruh yang melanggar peraturan yang te;ah dibuat demi kesehatan dan
keselamatan bersama serta semua pekerja/buruh yang berada di seluruh
perusahaan diikutsertakan pada program Jaminan Kesehatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Agusmidah, 2010, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia: Dinamika dan Kajian Teori,
Ghalia Indonesia, Bogor.
Bowers, John dan Simon Honeyball, 2000, Textbook on Labour Law, 6th ed, Blackstone
Press Liminited, London.
Kuniawidjaya, L. Meilu., 2010, Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja, UI-Press,
Jakarta.
Poerwanto, Helena dan Syaifullah, 2005, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Jakarta.
Sutedi, Adrian., 2011, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta.
Uwiyono, Aloysius., Siti Hajati Hoesin, dkk., 2014, Asas-Asas Hukum
Perburuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Wijayanti, Asri., 2010, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika
Yogyakarta
B. INTERNET
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-k3.html
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, Undang-Undang Keselamatan Kerja, UU No. 1 Tahun 1970, LN No.
1 Tahun 1970, TLN No. 1918.
Indonesia, Undang-Undang Ketenagakerjaan, UU No. 13 Tahun 2003, LN No.
39 Tahun 2003, TLN. No. 4279.
Indonesia, Undang-Undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, UU No. 40 Tahun
2004, LN No. 150, TLN. No. 4456.
iv