Anda di halaman 1dari 5

Pelaksaan Produksi Bersih

Langkah-langkah pelaksanaan produksi bersih:

1. Mengkaji kondisi lingkungan


2. Manajemen lingkungan dan perencanaan
3. Audit terhadap supplier dan klien
4. Audit limbah dan energi
5. Mempelajari dampak dari bahan baku
6. Mereduksi produksi limbah dan konsumen energy
7. Mensubstitusi/mengganti bahan baku yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan
dan kesehatan
8. Mempelajari LCA dari produk
9. Mempublikasi hasil-hasil yang dicapai
10. Memantau perkembangan program dan mempublikasi program secara terbuka

Salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan Produksi Bersih adalah
teknik pelaksanaan Produksi Bersih. Adapun teknik pelaksanaan Produksi Bersih adalah (Afmar,
1999) :

1. Pengurangan pada Sumber

Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya,
biasanya dalam suatu proses. Upaya ini meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Perubahan Produk

Cara yang dilakukan pada pilihan ini yaitu perancangan ulang produk, proses, dan jasa yang
dihasilkan sehingga akan terjadi perubahan produk, proses, dan jasa. Perubahan ini dapat bersifat
komprehensif maupun radikal. Perubahan produk dapat dilakukan dilakukan dengan tiga cara,
yaitu :

 Substitusi produk
 Konservasi produk
 Perubahan komposisi produk
Contoh penerapannya adalah penggantian kemasan makanan dari polystyrene menjadi kertas tanpa
proses pemutihan.

b. Perubahan Material Input

Perubahan material input dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan
bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi sehingga dapat
menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. Keuntungannya, bahan tidak
berbahaya akan memberikan limbah yang tidak berbahaya bagi lingkungan sehingga biaya
pengolahan dan biaya lain yang harus dibayar karena peraturan yang membatasi dapat ditekan.
Penggantian bahan ini dapat berupa menyusun formula baru yang komponennya kurang berbahaya
atau tidak berbahaya dibandingkan formula lama. Contoh perubahan material input adalah
peggantian pelarut organik dengan pelarut berbasis air pada industri farmasi, percetakan, dan
pengecatan mobil. Perubahan material input juga dapat dilakukan dengan melakukan pemurnian.
Contohnya adalah menghilangkan kandungan sulfur dari batu bara pada pembangkit listrik
bertenaga batu bara. Pendekatan ini akan menghilangkan emisi sulfur ke udara sekaligus
mengeliminasi sistem pengolahan limbah sulfur. Selain itu, perubahan material input dapat berupa
pengurangan penggunaan bahan baku, air, dan energi.

c. Volume Buangan Diperkecil

Ada dua macam cara yang dapat dilakukan, yaitu :

 Pemisahan

Pemisahan limbah dimaksudkan untuk memisahkan limbah yang bersifat racun dan berbahaya
bagi lingkungan dengan yang tidak beracun, dan mengumpulkan limbah yang bersifat dapat diolah
kembali. Teknologi ini dipakai untuk mengurangi volume limbah dan menaikkan jumlah limbah
yang dapat diolah kembali sehingga akan berdampak terhadap biaya pengolahan buangan.
Teknologi ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan sisa air atau solven yang digunakan untuk
pencucian, misalnya pada sekitar peralatan pompa, tangki penyimpan, pipa atau pada pencetak
tekan.

 Mengkonsentrasikan
Mengkonsentrasikan limbah pada umumnya untuk menghilangkan sejumlah komponen,
dilakukan dengan pengolahan secara fisik, misalnya pengendapan, penyaring hampa, penguapan
beku, dan penyaring tekan. Komponen yang terpisah dapat digunakan kembali, didaur ulang, atau
dijual ke industri lain.

d. Perubahan Teknologi

Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan. Tujuannya untuk mengurangi
limbah dan emisi. Perubahan teknologi dapat dilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam waktu
singkat dan biaya murah sampai perubahan yang memerlukan investasi tinggi atau dilakukan
hanya bagian per bagian hingga secara keseluruhan. Tindakan yang termasuk ini adalah perubahan
proses produksi, perubahan peralatan, tata letak, perpipaan, penggunaan peralatan otomatis, dan
perubahan kondisi proses. Penggunaan peralatan yang efisien akan mampu menghasilkan
beberapa keuntungan, diantaranya produktivitas yang lebih tinggi, mengurangi biaya bahan baku,
dan mengurangi biaya pengelolaan limbah. Pengeluaran biaya yang tinggi untuk memodifikasi
peralatan akan diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan produksi, dan
menurunnya biaya pengolahan limbah.

e. Penerapan Operasi yang Baik (good housekeeping)

Praktek operasi yang baik (good housekeeping) adalah salah satu pilihan pengurangan pada
sumber, mencakup tindakan prosedural, administratif, atau institusional yang dapat digunakan
perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan emisi. Penerapan operasi ini melibatkan
unsur-unsur :

pengawasan terhadap prosedur-prosedur operasi

 Loss prevention
 Praktek manajemen
 Segregasi limbah
 Perbaikan penanganan material
 Penjadwalan produk

Tujuan penerapan operasi yang baik untuk mengoperasikan peralatan dan sistem produksi
secara optimal (paling efisien). Hal ini merupakan tugas paling mendasar dari manajemen.
Pengoperasian secara tepat dan pemeliharaan secara berkala dari peralatan dapat mengurangi
kebocoran dan pemborosan material. Peningkatan good housekeeping umumnya dapat
menurunkan jumlah limbah antara 20 sampai 30 % dengan biaya yang rendah.

2. Daur Ulang

Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, di antaranya :

a. Dikembalikan lagi ke proses semula

b. Bahan baku pengganti untuk proses produksi lain

c. Dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat

d. Diolah kembali sebagai produk samping

Pengolahan kembali limbah yang dihasilkan sebagai bahan baku untuk proses biasanya untuk
limbah yang tingkat kontaminannya ringan atau berasal dari kelebihan bahan, misal limbah
pencucian dari industri percetakan, reformulasi kimia, pelarutan obat, proses pencucian filter, dan
pengumpul debu pestisida. Limbah dengan tingkat kontaminan rendah tidak dapat digunakan
untuk industri yang membutuhkan kemurnian tinggi, misal industri mikroelektronik. Sebagian
besar pengolahan kembali pada unit yang sama ini masih meninggalkan residu sehingga
diperlukan evaluasi ekonomi untuk mengolah residu ini menjadi buangan yang aman terhadap
lingkungan.

Pengolahan kembali buangan yang dilakukan pada unit fasilitas berbeda biasanya
menghasilkan sedikit limbah, sehingga secara ekonomis tidak efektif. Selain itu, bahan yang tidak
dapat diolah kembali dengan fasilitas yang ada maka secara ekonomis lebih menguntungkan
apabila dijual pada industri lain, misal pada industri pelarut, ampas hasil filtrasi, elektroplating,
industri makanan, dan industri logam. Biaya pengolahan kembali pada tipe ini tergantung pada
kemurnian limbah dan kebutuhan pasar untuk limbah yang mudah dijual.

Hal yang harus diperhatikan, yaitu bahwa proses daur ulang limbah (misal dalam bentuk
pemisahan material) harus mempertimbangkan semua upaya pengurangan limbah pada sumber
telah dilakukan. Pengurangan jumlah limbah pada sumber lebih efektif dari segi biaya
dibandingkan daur ulang karena daur ulang limbah cenderung lebih memerlukan waktu dan biaya
dalam pengelolaannya.
Daftar pustaka

Afmar, Mulyadi. 1999. Faktor kunci dan Teknik Penerapan Cleaner Production di Industri. Prosiding
Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo 1999. Jurusan Teknik Kimia dan Himpunan
Mahasiswa Teknik Kimia ITB, 1999, hlm.II.15-II.22. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai