NAMA :
2018/2019
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar belakang
NKRI (Negara Kesatuan Repblik Indonesia) adalah negara yang memiliki beragam
perbedaan tradisi dan budaya di berbagai pelosok wilayahnya. NKRI tersendiri tertera dalam pasal
1 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk
Republik” Adapun dalam pasal 18 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa “Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undang-undang”. Sebagaimana dalam UUD 1945 Pasal 18 ayat 1,
bahwa NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik dimana pemerin tah daerah dapat menjalankan otonomi seluas-luasnya yang ditentukan
oleh UUD 1945 Pasal 1, 2, 3, 4, dan 5.
Berdasarkan UUD 1945, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Pengertian NKRI itu
sendiri secara umum adalah suatu negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, diapit oleh dua
samudera dan dua benua, terdiri dari ratusan juta penduduk, beriklim tropis, rnemiliki dua musim,
yaitu musim hujan dan musim kemarau, tentunya keragaman pulau dan penduduk ini
menyebabkan keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang berlainan, berdaulat, adil, makmur,
dan tercemin dalam satu ikatan yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Keanekaragaman yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah potensi sekaligus tantangan.
Dikatakan sebagai sebuah potensi, karena keanekaragaman yang dimiliki tersebut akan membuat
bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan memiliki kekayaan yang melimpah baik kekayaan
alam maupun kekayaan budaya yang dapat menarik minat wisatawan asing untuk mengunjungi
Indonesia. Keanekaragaman bangsa Indonesia juga merupakan sebuah tantangan bahkan ancaman.
Walaupun keanekaragaman bangsa Indonesia selalu diarahkan pada persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara, tetap saja bangsa Indonesia selalu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan
dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar Indonesia.
Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian wilayah sudah berkembang sedemikian
kuat. Bahkan mendapatkan dukungan kuat sebagian masyarakat, segelintir elite politik lokal
maupun elite politik nasional dengan menggunakan beberapa issue global Issue tersebut meliputi
issu demokratisasi, HAM, lingkungan hidup dan lemahnya penegakan hukum serta sistem
keamanan wilayah perbatasan. Oleh sebab itu, pengaruh lingkungan global dan regional mampu
menggeser dan merubah tata nilai dan tata laku sosial budaya masyarakat Indonesia yang pada
akhirnya dapat membawa pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk pertahanan
keamanan.
B. Rumusan Masalah
Dengan kata lain, integrasi nasional adalah hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagai satu
bangsa yakni bangsa Indonesia. Integrasi bangsa dapat dilihat secara politis dan secara
antropologis. Pengaruh Posisi Silang Indonesia:
1. Letak Indonesia yang berada diantara 2 benua yaitu Asia dan Australia membuat Indonesia bisa
menjalin hubungan yang baik antara negara-negara di kedua benua tersebut. Posisi geografis
membuat dua samudera Inodnesia berada di jalur lalu lintas internasional dan dapat menjadi transit
jalur perdagangan dunia.
2. Membuat beragam kebudayaan akibat pengaruh dari berbagai bangsa
3. Laut yang sangat begitu luas dan garis pantai membuat Indonesia menyimpan hasil laut yang
berlimpah seperti ikan, kerang laut, dan serta bahan tambang seperti minyak bumi.
4. Indonesia dlalui jalur perdagangan Indonesia.
5. Keragaman anatara Flora dan Fauna.
Pengaruh negatif :
1. Pencurian ikan yang dilakukan oleh para nelayan dari negara lain, karna sumber daya alam di
negara tersebut sangat sedikit.
2. Pengambilan batas wilayah Indonesia yang dilakukan oleh negara tetangga karena pengawasan
di wilayah darat maupun laut kurang ketat.
Pengaruh positif :
1. Berperan dalam kemajuan Bangsa Indonesia
2. Menciptakan perdamaian dunia
Adapun pengertian dari ancaman,hambatan,tantangan,dan gangguan (AHGT) :
ANCAMAN, adalah setiap usaha atau pun kegiatan baik itu yang asalnya dari dalam atau pun luar
negeri yang dinilai mampu membahayakan kedaulatan sebuah Negara, keutuhan wilayah dan juga
keselamatan segenap bangsa.
HAMBATAN, adalah usaha yang asalnya dari dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau tujuan
untuk menghalangi atau melemahkan suatu keinginan atau pun kemajuan yang hendak dicapai.
TANTANGAN, adalah segala hal atau pun kegatan yang memiliki tujuan atau sifat yang
menggugah kemampuan.
GANGUAN, adalah usaha atau pun kegiatan yang berasal dari luar diri yang sifat atau tujuannya
adalah untuk menghalangi atau melemahkan suatu keinginan atau pun kemajuan yang hendak
dicapai.
ii. Para seniman Ponorogo kaget oleh munculnya Tari Barongan yang sangat mirip
Reog Ponorogo. Padahal Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah mendaftarkan Reog Ponorogo dan
mendapatkan Hak Cipta No.026377 pada 11 Februari 2004. Oleh Malaysia, tarian ini diberi nama
Tari Barongan. Website Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia pernah
memampangnya dan menyatakan tarian itu warisan dari Batu Pahat, Johor dan Selanggor
Malaysia.
i. Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia, mencuat pada tahun 1967 ketika
dalam pertemuan teknis hukum laut antara kedua negara, masing-masing negara ternyata
memasukkan pulau Sipadan dan pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Kedua
negara lalu sepakat agar Sipadandan Ligitan dinyatakan dalam keadaan status status
quo akan tetapi ternyata pengertian ini berbeda. Pihak Malaysia membangun resor
parawisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia karena Malaysia memahami status
quo sebagai tetap berada di bawah Malaysia sampai persengketaan selesai, sedangkan
pihak Indonesia mengartikan bahwa dalam status ini berarti status kedua pulau tadi tidak
boleh ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau ini selesai.
ii. Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah organisasi yang didirikan pada
tahun 1965 untuk mengakhiri pemerintahan provinsi Papua dan Papua Barat yang saat
ini di Indonesia, yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, dan untuk memisahkan
diri dari Indonesia.
Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan memicu untuk terjadinya kemerdekaan bagi provinsi
tersebut yang berakibat tuduhan pengkhianatan. Sejak awal OPM telah menempuh jalur dialog
diplomatik, melakukan upacara pengibaran bendera Bintang Kejora, dan dilakukan aksi militan
sebagai bagian dari konflik Papua. Pendukung secara rutin menampilkan bendera Bintang Kejora
dan simbol lain dari kesatuan Papua, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang
negara, yang telah diadopsi pada periode 1961 sampai pemerintahan Indonesia dimulai pada Mei
1963 di bawah Perjanjian New York.
iii. Tersebarnya dokumen-dokumen rahasia milik pribadi atau pemerintah Provinsi DKI
Jakarta yang membuat ketidaknyamanan pada masyarakat.
iv. Penyadapan bukti ketahanan Indonesia kurang karena kurangnya penguasaan teknologi
yang semakin maju. Penyadapan adalah masalah yang mengancam keamanan baik dari
individu maupun orang banyak. Penyadapan ini pula berkaitan dengan sila ke-dua dan
ke-lima.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengatur akan strategi pertahanan dan
keamanan bangsa Indonesia untuk mengatasi ancaman militer itu. Di dalam Pasal 30 ayat (1)
hingga (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyatakan jika :
1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
2. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Indonesia Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.
3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan
Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara.
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
5. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.
Ketentuan yang ada di atas tersebut menegaskan jika usaha pertahanan dan keamanan negara
Indonesia ini menjadi tanggung jawab bagi seluruh Warga Negara Indonesia. Atau dengan kata
lain, pertahanan dan keamanan negara tak hanya menjadi tanggung jawab dari TNI dan POLRI
saja, namun juga masyarakat sipil yang juga sangat bertanggung jawab dalam pertahanan dan
keamanan negara, sehingga TNI dan POLRI manunggal bersama dengan masyarakat sipil dalam
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga memberi gambaran jika strategi pertahanan
dan keamanan negara untuk mengatasi berbagai macam ancaman militer yang dilaksanakan
dengan menggunakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).
Sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta ini pada hakikatnya adalah segala upaya dalam
menjaga pertahanan dan keamanan negara yang seluruh rakyat dan segenap sumber daya nasional,
sarana dan prasarana nasional, serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan yang
utuh dan menyeluruh.
Atau, dengan kata lain jika Sishankamrata penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan
hak beserta dengan kewajiban dari seluruh warga negara serta keyakinan akan kekuatan sendiri
untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Sistem pertahanan dan keamanan yang bersifat semesta menjadi pilihan yang paling tepat bagi
pertahanan Indonesia yang diselenggarakan dengan adanya keyakinan pada kekuatan sendiri serta
berdasarkan atas hak beserta kewajiban warga negara dalam usaha pertahanan negara.
Walaupun Indonesia telah mencapai tingkat kemajuan yang bisa dikatakan cukup tinggi nantinya,
model tersebut akan tetap menjadi pilihan yang strategis untuk tetap dikembangkan, dengan
menempatkan warga negara sebagai subjek pertahanan negara sesuai dengan peran masing-masing
yang dilakukan.
Sistem pertahanan dan keamanan negara yang bersifat semesta ini memiliki beberapa ciri :
Kerakyatan. Adalah orientasi pertahanan serta keamanan negara yang diabdikan oleh dan
untuk kepentingan seluruh rakyat.
Kesemestaan. Adalah seluruh sumber daya nasional yang didayagunakan bagi upaya
pertahanan.
Kewilayahan. Adalah gelar kekuatan pertahanan yang dilaksanakan dengan cara menyebar
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan kondisi geografis
sebagai negara kepulauan.
Pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan tersebut didasarkan pada doktrin serta strategi.
Sishankamrata yang dilaksanakan berdasar pertimbangan ancaman yang dihadapi oleh Bangsa
Indonesia.
Agar pengerahan dan penggunaan kekuatan pertahanan bisa terlaksana secara efektif dan juga
efisien, diupayakan agar adanya keterpaduan yang sinergis antara unsur militer dengan unsur
militer yang lain, maupun antara kekuatan militer dengan kekuatan nir militer. Keterpaduan antara
unsur militer diwujudkan dalam keterpaduan 3 kekuatan militer Republik Indonesia, yakni
keterpaduan antar kekuatan darat, kekuatan laut, serta kekuatan udara.
Sementara itu, keterpaduan antara kekuatan militer dan kekuatan non militer ini diwujudkan dalam
keterpaduan antar komponen utama, cadangan, serta pendukung. Keterpaduan inilah yang
diperlukan adanya pengerahan serta penggunaan kekuatan pertahanan, baik itu dalam rangka
menghadapi ancaman tradisional maupun menghadapi ancaman non tradisional.
Berdasar dari hasil analisa lingkungan strategik, maka ancaman militer yang berasal dari negara
lain atau ancaman tradisional yang bisa berupa adanya invasi, merupakan kemungkinan kecil
terjadi. Akan tetapi, adanya kemungkinan ancaman tersebut masih tidak bisa diabakan dan harus
tetap untuk dipertimbangkan. Ancaman tradisional yang lebih mungkin terjadi ialah konflik
terbatas yang berkaitan dengan adanya pelanggaran wilayah dan atau menyangkut dalam masalah
perbatasan.
Komponen utama disiapkan untuk melaksanakan Operasi Militer untuk Perang (OMP). Sementara
itu, penggunaan komponen cadangan dilaksanakan sebagai pengganda kekuatan komponen utama
apabila diperlukan, dengan melalui proses mobilisasi atau demobilisasi.
Kendati demikian, kekuatan pertahanan siap untuk dikerahkan untuk melaksanakan OMP, akan
tetapi dari setiap bentuk perselisihan dengan negara lain selalu diupayakan penyelesaiannya
dengan melalui jalan damai. Penggunaan kekuatan pertahanan sebagai tujuan perang hanya
dilaksanakan sebagai jalan terakhir jika cara damai yang telah dilakukan ternyata tidak berhasil
sama sekali.
Ancaman non tradisional merupakan ancaman yang dilakukan oleh para aktor non negara terhadap
keutuhan wilayah, kedaulatan negara, serta keselamatan bangsa Indonesia. Ancaman non
tradisional ini merupakan bentuk acaman faktual yang hingga saat ini dihadapi oleh bangsa
Indonesia.
Termasuk di dalam ancaman ini seperti gerakan separatis bersenjata, terorisme internasional
maupun domestik, aksi radikal, pencurian SDA (Sumber Daya Alam), kejatahan lintas negara,
penyelundupan, serta berbagai macam aksi ilegal yang lainnya dengan skala besar.
Oleh karena itu, kekuatan pertahanan, terutama TNI juga disiapkan untuk melaksanakan Operasi
Militer Selain Perang (OMSP) untuk menghadapi ancaman non tradisional. Juga, pengerahan dari
kekuatan TNI untuk OMSP dilakukan berdasar dari keputusan politik pemerintah.
Non militer
Strategi Indonesia untuk menghadapi ancaman politik
Ancaman politik merupakan salah satu ancaman non milliter yang sifatnya mengancam secara
tidak langsung seperti ancaman militer maupun ancaman ideologi yang notabennya memberikan
ancaman pertahanan dan keamanan. Berbeda dengan ancaman militer yang dapat mengancam
kedaulatan suatu negara, keberlangsungan bangsa, dan keselamatan rakyat, ancaman politik lebih
memberikan ancaman pada aspek persepsi individu.
Untuk menghadapi ancaman ini, strategi indonesia dalam menghadapi ancaman politik adalah
dengan memperkuat asas kebersamaan dan persatuan yang telah dirumuskan dalam perundang
undangan (UUD 1945). Hal ini juga ditegaskan dalam sila ke-3 pancasila yang berbunyi
"Persatuan Indonesia". Kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan agar Indonesia tidak
terpecah belah juga sangat diperlukan agar strategi menghadapi ancaman politik ini dapat
berjalan dengan baik.
Selain itu, aspek demokrasi juga sangat diperlukan sebagai salah satu pilar untuk menghadapi
ancaan politik, pernyataan ini telah saya bahas dalam artikel sebelumnya yang
berjudul Demokrasi: Pengertian, Makna, dan Hakikat Demokrasi
Ancaman non militer pada dasarnya memang dapat mengganggu stabilitas suatu negara. Untuk
melancarkan strategi Indonesia menghadapi ancaman politik yang umumnya berasal dari dalam
Negeri dapat dilakukan dengan cara dibawah ini:
Strategi menghadapi ancaman politik dengan pendekatan dari dalam
Strategi pendekatan dari dalam adalah dengan melakukan penataan beserta pembangunan suatu
sistem politik Negara yang dinamis dan sehat didalam kerangka negara yang bersifat deokratis
(menghargai perbedaan dan kebhinekaan yang terdapat di Indonesia). Dengan menerapkan
strategi ini diharapkan dapat tercipta suatu stabilitas sistem politik dalam negeri secara dinamis
dan berdampak baik sebagai penangkal perpecahan.
Selain itu penguatan penguatan di berbagai lembaga negara juga dapat menjadi pilar penopang
kesuksesan strategi dan upaya ini. Lembaga negara yang bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme akan mewujudkan terbentuknya pemerintah negara yang sehat dan kokoh seperti yang
telah dicantumkan dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945)..
Lembaga legislatif yang mengalami penguatan dari segi kualitas dan profesionalitas akan
membawa Negara Indonesia menuju negara yang tertib, adil dan makmur. Dengan lembaga
legislatif yang profesional maka akan tercipta produk produk perundang undangan berkualitas
demi kepentingan rakyat. Selain itu, lembaga legislatif juga memegang fungsi kontrol terhadap
suatu penyelenggaraan pemerintahan sebuah Negara. Hal ini harus dilaksanakan dengan
landasan untuk kepentingan Negara dan bangsa bukan atas dasar kepentingan individu maupun
golongan tertentu.
Penguatan antar partai politik juga sangat penting dalam hal ini, karena penguatan partai politik
memiliki tujuan untuk memberdayakan masyarakat sebagai subyek pembangunan nasional dan
subyek politik. Hal ini harus dilandasi oleh asas gotong royong dan kejujuran antar partai politik.
Lingkup internal:
Lingkup internal mencakup pembangunan, penciptaan dan pembangunan dalam Negeri secara
stabil yang diimbangi dengan adanya upaya peningkatan sekaligus perbaikan keadaan ekonomi
yang kuat.
Lingkup regional:
Lingkup regional mencakup aktivitas diplomasi dan politik indonesia yang mengarah pada peran
serta dalam membangun maupun meningkatkan kerjasama antar negara dengan menumbuhkan
asas saling percaya dan saling menghargai.
Lingkup supraregional:
Lingkup supraregional merupakan lingkup yang lebih besar dari regional. Sebagai contoh adalah
ASEAN yang terdiri dari 10 Negara Asia tenggara yang secara bersama sama membangun
sebuah hubungan bilateral secara harmonis dalam mewujudkan sebuah kerjasama konkret.
Dalam rangka menyongsong ASEAN ini peran serta politik Indonesia diharuskan untuk mampu
membangun sebuah hubungan kerja sama dengan tetap memberikan jaminan atas keutuhan dan
kedaulatan Negara.
Lingkup global:
Dalam lingkup global, Strategi politik luar negeri harus dapat dilaksanakan secara maksimal
untuk memperjuangkan kepentingan dalam lingkup nasional melalui bergabungnya Indonesia
sebagai salah satu anggota PBB, Negara yang netral (non-blok), Negara yang tergabung dalam
konferensi Islam dunia, dan merangkap sebagai anggota regional ASEAN. Peran serta doplomasi
luar negeri ini diharuskan untk mampu mengidentifikasi adanya potensi ancaman yang dapat
mengancam ideologi maupun keutuhan Negara. Untuk itu, maka diperlukan adanya strategi
membangun pertahanan militer dan non militer di Indonesia.
Strategi Indonesia untuk menghadapi ancaman ekonomi
Sebagai upaya indonesia untuk menghadapi ancaman ekonomi maka dilakukanlah
pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk menciptakan keberlangsungan perekonomian
bangsa yang dilandasi oleh asas demokrasi ekonomi. Sehingga dengan menerapan upaya ini
diharapkan Idonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang maju dan memiliki daya saing tinggi
di lingkup Internasional. Kondisi ini dapat tercipta jika Indonesia sendiri memiliki strategi yang
sesuai untuk menghadapi bebagai ancaman ekonomi dari berbagai sumber.
Adapun upaya Indonesia untuk menghadapi ancaman di bidang ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan lapangan kerja baru dalam skala yang besar dengan tujuan memberantas kemiskinan.
2. Melakukan pembngunan infrastruktur dalam negeri.
3. Menciptakan sebuah iklim usaha secara kondusif.
4. Memanfaatkan teknogoli secara tepat guna untuk pemerataan lapangan kerja.
5. Tidak terlalu bergantung pada import produk dari luar negeri.
Sedangkan untuk dapat mewujudkan strategi menghadapi ancaman di bidang ekonomi
yang berasal dari faktor eksternal indonesia harus mampu melakukan pembangunan sekaligus
menjaga kerjasama antar negara, mejaga hubungan baik yang telah terjalin dalam tatanan politik
dunia. Hal tersebut diatas merupakan ancaman cara menghadapi ancaman non militer yang
datang dari bidang ekonomi.
Sedangkan faktor dari luar adalah seperti masuknya nilai nilau budaya asing dan
menggeser bahkan menggantikan tempat budaya dalam negeri sendiri. Hal ini dapat disebabkan
oleh adanya perkembangan teknologi baik teknologi informasi maupun telekomunikasi yang
notabennya memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi maupun berhubungan dengan
seseorang sekalipun terpaut dalam jarak yang jauh. Hal ini lama kelamaan akan menyebabkan
melemahnya nilai sosial dan budaya dalam sebuah negara yang akhirnya akan menjadi penyebab
utama suatu bangsa mudah diserang dari bidang non militer.
Untuk dapat memahami hubungan antara arus perkembangan teknologi dengan ancaman
sosial dan budaya maka simaklah artikel sebelumnya yang berjudul Globalisasi: Pengertian,
Penyebab dan Dampak Globalisasi
Dalam rangka upaya Indonesia menghadapi ancaman di bidang sosial budaya yang pengaruhnya
dari luar maka Indonesia melakukan beberapa langkah, strategi dan upaya seperti:
1. Memelihara keselarasan dan keseimbangan fundamental.
2. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya bertoleransi.
3. Menghargai adanya perbedaan. (Untuk memahami pentingnya menghargai
perbedaan maka simaklah artikel sebelumnya yang berjudul 5 Faktor Penyebab
Keberagaman Masyarakat Indonesia.
Strategi Indonesia Untuk Menghadapi Ancaman Ideologi
Ancaman ideologi sangat erat kaitannya dengan rasa nasionalisme yang dimili suatu
bangsa. Hal ini telah ditegaskan kembali dalam pembukaan undang undang dasar negara
republik indonesia tahun 1945. Ancaman ideologi merupakan suatu ancaman yang sangat
berbahaya karena dapat menyebabkan lunturnya rasa nasionalisme dan bersifat memecah belah
kesatuan bangsa.
Sebagai upaya untuk menghadapi ancaman ideologi yang dilakukan bangsa indonesia adalah
sebagai berikut: