Hand Hygiene Dan Penggunaan Apd Bagi Pengunjung Rumah Sakit
Hand Hygiene Dan Penggunaan Apd Bagi Pengunjung Rumah Sakit
MATERI PENYULUHAN
Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners
Departemen Keperawatan Dasar
Di Ruang Cempaka RST dr. Soepraoen
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
Agus Triono
Siti Raikhana
Yenni Aulia Hartopo
Yadi Fatriaullah
A. Pengertian
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh pekerja demi
melindungi dirinya dari potensi bahaya serta kecelakaan kerja yang kemungkinan dapat terjadi
di tempat kerja. Penggunaan APD oleh pekerja saat bekerja merupakan suatu upaya untuk
menghindari paparan risiko bahaya di tempat kerja. Walaupun upaya ini berada pada tingkat
pencegahan terakhir, namun penerapan alat pelindung diri ini sangat dianjurkan
(Tarwaka,2008).
APD di Rumah Sakit merupakan alat yang digunakan oleh pasien, pengunjung maupun
pendamping pasien untuk melindungi dirinya dari mikroorganisme yang terdapat pada suatu
tempat pelayanan kesehatan yang biasanya digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam program K3RS pada suatu Rumah Sakit
seringkali dikaitkan dengan pencegahan infeksi bagi petugas kesehatan terutama perawat.
Penggunaaan APD oleh perawat digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi bagi perawat
saat dimulainya tindakan kepada pasien. Tidak hanya bagi petugas kesehatan, tetapi juga bagi
pengunjung yang dalam hal ini bagi yang mengunjungi pasien seperti TB paru yang
B. Tujuan
Penggunaan APD dapat mengurangi kontaminasi penyakit yang terjadi karena adanya
transmisi mikroorganisme yang dapat melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, dan
juga kontak langsung. Infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas kesehatan, dari
antar sesama petugas kesehatan, dan dari petugas kesehatan ke pasien. Kontaminasi penyakit
ini dapat terjadi pada seorang perawat maupun dokter apabila selama melakukan interaksi
dengan pasien tidak memperhatikan tindakan pencegahan (universal precaution) dengan cara
menggunakan alat pelindung diri (APD). Universal precaution merupakan upaya pencegahan
penularan penyakit dari tenaga kesehatan dan sebaliknya, hal ini didasari penyebaran penyakit
infeksius melalui medium cairan tubuh dan darah. Pemakaian alat pelindung diri merupakan
upaya untuk menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi perawat beberapa ruangan
C. Jenis APD
1. Sarung Tangan
Sarung tangan dapat melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien dari
mikroorganisme pada tangan perawat. Sarung tangan merupakan APD terpenting dalam
mencegah terjadinya penyebaran infeksi. Penggunaan sarung tangan haruslah diganti dengan
setiap kontak pada satu pasien ke pasien lainnya dalam mencegah terjadinya infeksi silang.
2. Masker
Masker merupakan APD yang digunakan untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu
pasien berbicara, mengurangi masuknya air borne yang masuk ke saluran pernapasan, ketika
batuk dan bersin, dan juga menahan cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi
masuk ke saluran pernapasan. Pada penggunaanya, masker digunakan untuk menutupi hidung
3. Respirator
Respirator merupakan masker jenis khusus yang digunakan untuk menyaring udara ( seperti
Googles merupakan pelindung berupa pengaman mata terbuat dari plastik jernih. Googles
digunakan untuk melindungi mata agar terhindar dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya
Cap digunakan untuk menutupi rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut tidak
masuk ke dalam luka operasai sewaktu pembedahan. Cap harus menutupi seluruh rambut yang
6. Gaun
Gaun digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat pada
abdomen dan lengan petugas kesehatan sewaktu pembedahan. Gaun terbuat dari bahan tahan
cairan berperan dalam menhan darah dan cairan lainnya berkontaminasi dengan tubuh petugas
kesehatan.
7. Aphron
Aphron terbuat dari bahan karet atau plastic sebgai pelindung tahan air di bagian depan
tubuh perawat. Aphron digunakan ketika perawa melakukan tindakan dimana pasiennya dapat
mengeluarkan cairan tubuh dan darahnya sehingga mengenai perawat. Penggunaan aphron
Pada penerapannya seperti pada kamar bedah, untuk mengurangi kontaminasi penyakit, perlu
adanya efektivitas penggunaan APD dengan tepat oleh perawat. gaun bedah dan kain penutup
merupakan salah satu cara dalam mencegah terjadinya infeksi luka ketika dilakukan operasi.
Jika terdapat luka basah, kain yang bersifat spons, akan meghisap bakteri dan kulit atau
peralatan yang dapat menembus kain yang dapat mengkontaminasi luka bedah. Selain itu, pada
ruang rawat inap salah satunya, penggunaan sarung tangan pada pemeriksaan yang steril
sangat penting daam mengurangi risiko penularan, namun pada APD lainnya (seperti masker)
Kontaminasi penyakit yang terjadi di lingkungan rumah sakit dapat dicegah dengan
meningkatkan keamanan dan kedisiplinan perawat dalam menggunakan alat pelindung diri dan
itu berlaku bagi semua perawat yang ada di seluruh unit pelayanan. Tenaga perawat yang
dihadapkan pada tugas dan tanggung jawab untuk bekerja dalam lingkungan yang
membahayakan bagi kesehatan dirinya sendiri dan bahaya tersebut berupa kemungkinan
terpaparnya berbagai kuman penyakit yang ditularkan melalui darah, cairan tubuh pasien, dan
lain sebagainya.
Kepatuhan dalam penggunaan APD di Rumah Sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain, komunikasi, keterbatasan alat, pengawasan, kesadaran dan sikap dari perawat itu sendiri.
Namun, fakta yang sering terjadi yaitu kurangnya kesadaran dari perawat dalam menggunakan
APD yang biasanya disebabkan karena dirinya merasa sudah ahli, sehingga sudah dalam
Maka dari itu, diperlukan tindakan yang tegas dari pihak Rumah Sakit dalam menyadarkan
perawat dalam menggunakan APD. Pelaksanaan APD itu sendiri merupakan hal wajib yang
harus dilakukan perawat, guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja maupun mencegah
pasien tertular penyakit dari satu pasien lainnya, yang mana dapat meningkatkan masa rawat
pasien tersebut. Saling keterkaitan ini harus lebih diperhatikan lagi bagi para pembuat
kebijakan, keselamatan masyarakat yang dikedepankan, tak terlepas dari keselamatan tenaga
Kurangnya kesadaran ini, juga disebabkan karena kurangnya edukasi dalam menggunakan
APD di setiap tindakan. Sehingga, perlu adanya edukasi bagi perawat dalam menggunakan APD
dan perawat juga perlu mengetahui Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan pihak
Rumah Sakit. Hal ini dilakukan agar perawat mengetahui pada tindakan apa saja perawat perlu
menggunakan APD sesuai dengan tindakan dan jenis APD yang digunakan.
Referensi:
Butar Butar, Junita dan Roymond H. Simamora. 2016. “Hubungan Mutu Pelayanan
Keperawatan dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli
A. Pengertian
Hand hygiene adalah suatu upaya atau tindakan membersihkan tangan, baik dengan
menggunakan sabun antiseptik di bawah air mengalir atau dengan menggunakan handrub
berbasis alkohol dengan langkah-langkah yang sistematik sesuai urutan, sehingga dapat
Price (1938) menyatakan bahwa bakteri pada tangan dapat dikategorikan menjadi dua jenis,
dikenal sebagai resident flora dan transient flora. Resident flora, terdiri dari mikroorganisme
yang tersembunyi dibawah sel superfisial stratum korneum dan dapat pula ditemukan pada
permukaan tangan. Bakteri yang paling banyak ditemukan adalah staphylococcus epiderdimis.
Resident flora ini mempunyai dua fungsi protektif, antagonis mikroba dan kompetisi untuk
mendapatkan nutrisi di ekosistem. Secara umum, hubungan resident flora dan kejadian infeksi
sangat kecil, namun mungkin dapat menyebabkan infeksi pada bagian tubuh yang steril seperti
mata.
Transient flora (transient microbiota), yang berkoloni pada lapisan superfisial kulit, umumnya
lebih mudah disingkirkan dengan cuci tangan yang rutin. Mikroorganisme transient tidak
berkembang biak di dalam kulit, namun umumnya berkembang biak di permukaan kulit.
Mikroorganisme ini juga sering berpindah seiring dengan adanya kontak antara petugas
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan budaya hand hygiene seluruh karyawan dan pengunjung Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan tentang hand hygiene
b. Menurunkan resiko infeksi pada pasien karena rumah sakit (health associates
Associates Infection/HCAI)
WHO menyarankan untuk setiap orang atau petugas yang tersebut dibawah ini untuk selalu
1. Setiap orang yang kontak langsung dengan pasien seperti: dokter, perawat dan petugas
2. Setiap orang yang kontak dengan pasien, meskipun tidak langsung seperti : ahli gizi, farmasi
3. Setiap personil yang berkontribusi dengan prosedur yang dilakukan terhadap pasien
WHO (World Health Organization) mensyaratkan five moment of hand hygiene (5 waktu hand
hygiene), yang merupakan petunjuk waktu kapan petugas harus melakukan hand hygienhe,
yaitu :
Membersihkan tangan merupakan pilar dan indikator mutu dalam mencegah dan
mengendalikan infeksi, sehingga wajib dilakukan oleh setiap petugas rumah sakit.
Membersihkan tangan dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan air mengalir atau
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun merupakan teknik hand hygiene yang paling
ideal. Dengan mencuci tangan, kotoran tak terlihat dan bakteri patogen yang terdapat pada
area tangan dapat dikurangi secara maksimal. Hand hygiene dengan mencuci tangan disarankan
untuk dilakukan sesering mungkin , bila kondisi dan sumber daya memungkinkan. Pelaksanaan
hand hygiene dengan mencuci tangan efektif membutuhkan waktu sekitar 40-60 detik, dengan
b. Tuangkan sabun kurang lebih 5cc untuk menyabuni seluruh permukaan tangan
2) Gosok telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling
4) Gosok punggung jari – jari pada telapak yang berlawanan dengan jari – jari saling
mengunci.
5) Gosok memutar ibu jari kiri dengan tangan kanan mengunci pada ibu jari tangan
6) Gosok kuku jari-jari kiri memutar pada telapak tangan kanan dan sebaliknya
Pada pelaksanaan hand hygiene, mencuci tangan terkadang tidak dapat dilakukan karena
kondisi atau karena keterbatasan sumber daya. Banyaknya pasien yang kontak dengan petugas
dalam satu waktu, atau sulitnya mendapatkan sumber air bersih yang memadai menjadi
kendalam dalam melaksanakan hand hygiene dengan mencuci tangan. Dengan alasan ini, WHO
menyarankan alternatif lain dalam melakukan hand hygiene, yaitu dengan handrub berbasis
alkohol.
WHO merekomendasikan handrub berbasis alkohol karena beberapa hal sebagai berikut :
1) Berdasarkan bukti, keuntungan intrinsik dari reaksinya yang cepat, efektif terhadap
mikrobakterial
2) Cocok untuk digunakan pada area atau fasulitas kesehatan dengan akses dan
dukungan sumberdaya yang terbatas dalam hal fasilitas hand hygiene (termasuk
3) Kemampuan promotif yang lebih besar dalam mendukung upaya hand hygiene
membutuhkan waktu sekitar 20-30 detik melalui 6 (enam) langkah kebersihan tangan. Prosedur
ini dimulai dengan menuangkan 3-5 ml handrub ke dalam telapak tangan, dan kemudian