Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PERENCANAAN CAMPURAN BETON


(MIX DESIGN)

1.1 PENDAHULUAN
Tujuan utama mempelajari sifat-sifat dari beton adalah untuk perencanaan dari
campuran (mix design), yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai serta
menentukan kuantitas masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang seekonomis
mungkin. Apabila tidak tersedia cukup data yang menunjukkan bahwa suatu campuran
beton tertentu yang diharapkan dapat menghasilkan mutu beton yang disyaratkan dan atau
bahwa Deviasi Standart Rencana yang diusulkan benar-benar akan tercapai dalam
pelaksanaan yang sesungguhnya, maka harus diadakan percobaan pendahuluan. Sebagai
persiapannya dianjurkan untuk mengadakan dulu percobaan-percobaan di laboratorium.
Perencanaan campuran merupakan bagian yang terpenting dari suatu pelaksanaan
struktur beton. Sebelum diadakan perencanaan campuran, semua bahan dasar dari semen,
pasir, kerikil, atau batu pecah dan air harus diperiksa terlebih dahulu mutunya.
Suatu campuran beton harus direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi
syarat-syarat berikut:
a. Campuran yang seekonomis mungkin
Masalah ekonomi berkaitan dengan suatu pelaksanaan pembuatan campuran
beton. Dalam pembuatan campuran beton diharapkan mempunyai ruang pori adukan
yang minimum, karena makin minimum ruang porinya makin sedikit pasta yang
dipergunakan, sehingga kebutuhan juga berkurang. Oleh karena itu yang paling
menentukan perencanaan campuran beton adalah bahan atau material.
Dengan melihat harga semen yang lebih mahal dari pada harga agregat maka
dengan mengurangi kadar semen suatu faktor penting dalam menurunkan biaya
pembuatan beton. Hal ini dilakukan dengan cara memakai slump yang rendah sesuai
dengan batas yang diizinkan, memakai ukuran butir maksimum agregat dan bila perlu
dipakai bahan admixture. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan nilai
slump yang rendah yaitu dapat mengurangi terjadinya penyusutan beton dan panas
hidrasi rendah. Tetapi apabila kadar semen terlalu rendah akan dapat menurunkan
kekuatan awal beton.
b. Campuran mudah dikerjakan pada saat masih muda (workabilitas).
Dalam desain yang baik campuran harus mudah dikerjakan dan dipadatkan
sesuai peralatan yang tersedia. Kemampuan penyelesaian akhir harus ditingkatkan
sehingga segregasi (pemisahan agregat dengan pasta semen) dan bleeding (keluarnya
air yang berlebihan) dapat dikurangi. Kebutuhan air untuk workabilitas yang minimun
dengan menambah mortar semen sedikit dari pada penambahan banyak air atau
agregat halus.
c. Memenuhi kekuatan karakteristik yang dikehendaki dan keawetannya.
Yang dimaksud dengan kekuatan karakteristik adalah kekuatan tekan, dimana
dari sejumlah besar hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan
yang kurang dari itu terbatas sampai 5 % saja. Pada umumnya spesifikasi beton akan
memerlukan kekuatan tekan yang minimum. Ini penting untuk menjaga supaya
kebutuhan ini tidak bertentangan satu dengan yang lain. Spesifikasi ini juga
menghendaki bahwa beton harus persyaratan keawetan yang dikehendaki, seperti
perlawanan terhadap pembekuan dan pencairan atau terhadap serangan bahan kimia
pertimbangan ini selanjutnya memberikan batas penentuan untuk faktor air semen
atau kadar air semen.

1.2 PERENCANAAN CAMPURAN ADUKAN BETON


Perencanaan campuran atau perbandingan campuran beton yang lebih dikenal sebagai
Mix Design merupakan suatu proses yang meliputi dua tahap yang saling berkaitan, yaitu:
a. Pemilihan terhadap bahan-bahan yang sesuai untuk pembuatan campuran beton
seperti, semen, agregat halus, agregat kasar dan lain-lain.
b. Penentuan jumlah relative dari bahan-bahan campuran untuk menghasilkan beton
yang baik.
Cara SNI adalah cara yang paling sering digunakan di Indonesia dalam
perancangan adukan beton normal.
Data Perencanaan
a. Kuat tekan yang disyaratkan (𝑓𝑐′ ) : 17 MPa
b. Umur : 28 hari
c. Keadaan Beton : Beton yang terlindungi oleh hujan dan
terik matahari langsung serta tidak
menggunakan zat additive
d. Jenis Pekerjaan : Kolom
1. Kuat Tekan Beton yang Disyaratkan (𝒇′𝒄 )
Kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji
berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam
perencanaan struktur beton, dinyatakan dalam satuan Mpa. Bila nilai 𝑓𝑐′ di dalam
tanda akar, maka hanya nilai numerik dalam tanda akar saja yang dipakai, dan
hasilnya tetap mempunyai satuan Mpa.

2. Kuat Tekan Rata-rata Perlu(𝒇′𝒄𝒓 )


Kuat tekan rata-rata perlu (𝑓𝑐𝑟′ ) yang digunakan sebagai dasar pemilihan
proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari Persamaan 1.1
atau Persamaan 1.2 dengan nilai deviasi standar. Faktor modifikasi untuk deviasi
standar jika jumlah pengujian kurang dari 30 contoh yang ditunjukkan pada Tabel
1.2 berikut:

Tabel 1.1 Faktor modifikasi untuk deviasi standar jika jumlah pengujian kurang
dari 30 contoh.
Jumlah pengujian Faktor modifikasi untuk deviasi standar
kurang dari 15
Gunakan Tabel 1.2
contoh
15 contoh 1,16
20 contoh 1,08
25 contoh 1,03
30 contoh atau lebih 1

𝑓𝑐𝑟′ = 𝑓𝑐′ + 1,34s ............................. pers. 1.1


𝑓𝑐𝑟′ = 𝑓𝑐′ +2.33s-3,5 ...................... pers. 1.2

Bila fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji lapangan untuk
deviasi standar yang memenuhi ketentuan, maka kuat rata-rata perlu (𝑓𝑐𝑟′ )harus
ditetapkan berdasarkan Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2 Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk menetapkan
deviasi standar
Persyaratan kuat tekan Kuat tekan rata-rata perlu
𝑓𝑐′ (MPa) 𝑓𝑐′ (MPa)
Kurang dari 21 𝑓𝑐′ +7,0
21 sampai dengan 35 𝑓𝑐′ +8,5
lebih dari 35 𝑓𝑐′ +10,0
Karena produksi beton tidak memiliki catatan hasil uji, dan diketahui 𝑓𝑐′ =17 MPa.
Maka , 𝑓𝑐𝑟′ = 17 + 7.0 = 24.0 MPa.

3. Jenis Semen
Menurut SII 003-81 semen Portland dibagi menjadi lima jenis:
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan
khusus.
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang.
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras).
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.
Semen yang digunakan adalah semen PortlandJenis I.

4. Jenis Agregat
Adapun jenis agregat dibedakan menjadi dua yaitu agregat alami dan batu
pecah. Jenis Agregat halus merupakan agregat alami sedangkan agregat kasar
yang digunakan merupakan batu pecah.

5. Faktor Air Semen


Faktor air semen rencana diperoleh dari ketiga cara, yaitu:

Cara Pertama
Grafik 1.1 Hubungan FAS dan Kuat Tekan Silinder Beton
240
0

0.57
240

0,58
8

Untuk f`cr = 24 MPa dan Umur 28 hari dan Jenis semen Tipe I maka, Faktor
air semen didapat sebesar 0,58.
Cara Kedua

 Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan Tabel 1.3,
sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai.
 Lihat Grafik 1.2 untuk benda uji berbentuk silinder.
 Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai memotong
kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir 2 di atas.
 Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai
memotong kurva yang ditentukan pada sub butir 3 di atas.
 Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk
mendapatkan faktor air semen yang diperlukan.

Tabel 1.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0,5

Kuat Tekan (MPa) Pada Umur

Jenis Agregat
Jenis Semen
Kasar 3 7
28 Hari 91 Hari
Hari Hari

Alami 17 23 33 40
Semen Portland
(Tipe I, II, V) Batu Pecah 19 27 37 45

21 28 38 44
Semen Portland Alami
(Tipe III)
Batu Pecah 25 33 44 48

Untuk Umur 28 Hari , Jenis Semen Tipe I didapat Kuat Tekan 37 MPa.
Grafik 1.2. Hubungan Antara Kekuatan Tekan Beton dan Faktor Air Semen
untuk umur 28 Hari dan fc` = 37 MPa

37

28 HARI

37

24

0,645

Faktor air semen didapatkan dari grafik untuk Umur 28 Hari dan Kuat Tekan
37 MPa, sebesar 0,645.
Cara Ketiga

FAS
Uraian
Maksimum.
1. Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non korosif
0,60
b. Keadaan keliling korosif disebabkan kondensasi
atau uap-uap korosif 0,52

2. Beton di luar ruang bangunan 0,55


a. Tak terlindung hujan dan terik matahari langsung
0,60
b. Terlindung hujan dan terik matahari langsung
3. Beton yang masuk kedalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering bergantian
0,55
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah atau air
tanah lihat tabel 1.5
4. Beton yang kontinu berhubungan dengan air
lihat tabel 1.4

6. Faktor Air Semen Maksimum


Nilai faktor air semen dengan melihat persyaratan untuk berbagai pembetonan
dan lingkungan khusus, untuk beton bertulang terendam air dan beton yang
berhubungan dengan air tanah mengandung sulfat. Ketiga hal tersebut terlihat dari
tabel berikut ini.
Tabel 1.4 Faktor Air Semen untuk Beton Bertulang dalam Air

Berhubungan Faktor Air


Tipe Semen
dengan Semen

Air Tawar Semua Tipe I – IV 0,50

Air Payau  Tipe I + Pozolan(15-40)% 0,45


atau S.P.Pozolan
 Tipe II atau V
Tipe II atau V 0,50

Air Laut 0,45


Tabel 1.5 Faktor Air Semen untuk Beton Bertulang yang berhubungan dengan
Air tanah mengandung Sulfat

Konsentrasi Sulfat (SO3)

Dalam Tanah

SO3 dalam SO3


FAS
campuran Dalam
Jenis Semen Maksimum
Total
(g/l)air : Air Tanah
SO3 %
tanah =2 : (g/l)

< 0,2 < 1,0 < 0,3 Tipe I, dengan atau 0,50
tanpa Pozolan (15-
40)%
0,2 – 1,0 – 1,9 0,3 – 0,50
 Tipe I tanpa Pozolan
0,5 1,2
 Tipe I + Pozolan(15- 0,55
40)% atau S.P.Pozolan
 Tipe II atau V
0,55
 Tipe I + Pozolan(15-
1,9 – 3,1 40)% atau S.P.Pozolan 0,45
0,5 – 1,2 –  Tipe II atau V
1,0 2,5 Tipe II atau V
Tipe II atau V dan 0,45
3,1 – 5,6 Lapisan Pelindung 0,45

> 5,6 0,45


1,0 – 2,5 –
2,0 5,0

> 2,0 > 5,0

7. Faktor Air Semen Yang Digunakan


Nilai fas yang digunakan adalah nilai terendah dari nilai fas rencana dan fas
maksimum.

Maka faktor air semen yang digunakan 0,58.


8. Nilai Slump Beton
Nilai slump beton digunakan untuk memeriksa kekentalan suatu adukan
beton. Nilai slump juga dapat ditentukan sebelumnya, tetapi bila tidak ditentukan
nilai slump dapat diperoleh dari Tabel 1.6 berikut ini:

Tabel 1.6 Penetapan nilai slump

Slump (cm)
No Uraian
Max Min

1 Dinding, plat pondasi telapak 12,5 5,0


bertulang
2 Pondasi telapak tidak bertulang, 9,0 2,5
kaison, dan konstruksi bawah tanah
3 Plat, balok, kolom, dan dinding 15,0 7,5
4 Pengerasan jalan 7,5 5,0
5 Pembetonan missal 7,5 2,5

Untuk penggunaan beton sebagai kolom dari Tabel 1.6 diambil range nilai slump
adalah 7,5-15 cm.

9. Ukuran Maksimum Agregat


Penetapan butir maksimum diperoleh melalui pengayakan, dan tidak
boleh melebihi ketentuan-ketentuan berikut ini:
a. ¾ kali jarak bersih minimum antar tulangan atau berkas baja tulangan atau
tandon prategang atau selongsong
1
b. /3 kali tebal plat
1
c. /5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan
Untuk penetapan butir maksimum dapat menggunakan diameter maksimum 40
mm, 20 mm, dan 10 mm.Dari Analisa saringan didapatkan ukuran maksimum
agregat 40 mm.
10. Kebutuhan Air
Jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, diperkirakan berdasarkan
ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan slump diiginkan.
Tabel 1.7 Penentuan kebutuhan air
Slump (mm)
Ukuran Max
Jenis Agregat
Agregat (mm) 0 – 10 10 - 30 30 – 60 60 – 180

Alami 150 180 205 225


10
Batu Pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 190
20
Batu Pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40
Batu Pecah 155 175 190 205

Keterangan : Dalam Tabel 1.7 apabila agregat halus dan kasar yang dipakai dari
jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang
diperkirakan diperbaiki dengan rumus:

A = 0,67 Ah + 0,33 Ak

A = 0,67 × 175 + 0,33 × 205 = 184,9 liter/m3

Dengan : A= jumlah air yang dibutuhkan, liter/m3

Ah =jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya

Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya

Didapat kadar air bebas yang dibutuhkan adalah 184,9 liter/m3.

11. Kebutuhan Semen Rencana


Kadar semen merupakan jumlah semen yang dibutuhkan per m3 beton
sesuai faktor air semen yang didapat dari membagi kadar air bebas dengan faktor
air semen.
𝟏𝟖𝟒,𝟗
Kebutuhan Semen Rencana = = 318,793 kg/m3
0,58

Maka kebutuhan semen rencana 318,793 kg/m3

12. Kebutuhan Semen Minimum


Kadar semen minimum ditetapkan berdasarkan Tabel 1.8 – 1.9 untuk
menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus misalnya lingkungan
korosif, air payau dan air laut.
Tabel 1.8 Kebutuhan semen minimum untuk berbagai pembetonan

Jumlah Semen Minimum


Uraian
Per m3 Beton (kg)
1. Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non korosif 275
b. Keadan keliling korosif disebabkan 325
kondensasi atau uap-uap korosif
2. Beton di luar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 325
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari 275
langsung
3. Beton yang masuk kedalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering 325
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari lihat Tabel 1.9
tanah atau air tanah
4. Beton yang kontinu berhubungan dengan lihat Tabel 1.10
air tawar/ payau / laut

Dari Tabel 1.8 didapatkan kebutuhan semen minimum 275 kg/m3.


Tabel 1.9 Kandungan semen minimum untuk beton yang berhubungan dengan
air tanah yang mengandung sulfat

Konsentrasi Sulfat (SO3) Kandungan


Semen
Dalam Tanah Minimum
SO3 dlm SO3 Dalam (kg/m3)
campuran Air Tanah Jenis Semen
Total SO3 Ukuran
(g/l) (g/l)
% Agregat
air : tanah
2:1 40 20 10
Tipe I, dgn atau
tanpa Pozolan
< 0,2 < 1,0 < 0,3 80 300 350
(15-40)%
Tipe I dengan
atau tanpa 290 330 350
Pozolan
0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 Tipe I + Pozolan
(15-40)% atau 270 310 360
S.P.Pozolan
Tipe II atau V 250 290 340
Tipe I + Pozolan 340 380 430
(15-40)%
0,5 – 1,0 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5 atauS.P.Pozolan
Tipe II atau V 290 330 380
1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau V 330 370 420
Tipe II atau V
> 2,0 > 5,6 > 5,0 dan Lapisan
330 370 420
Pelindung

Data pada tabel di atas tidak di pakai dalam percobaan karena beton tidak
berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat.
Tabel 1.10 Kandungan semen minimum beton bertulang dalam air

Ukuran Agregat (mm)


Berhubungan dengan Tipe Semen
40 20
Air Tawar Semua Tipe I – IV 280 300
Air Payau Tipe I + Pozolan(15-40)% 340 380
atau S.P.Pozolan
Tipe II atau V 290 330
Air Laut Tipe II atau V 330 370

13. Kebutuhan Semen yang Dipakai


Untuk menetapkan kebutuhan semen, yang dipakai adalah harga terbesar
dari kadar semen rencana dan kadar semen minimum.Karena kebutuhan semen
rencana lebih besar dari kebutuhan semen minimum, maka kebutuhan semennya
318,793 Kg/m3.

14. Penyesuaian Faktor Air-Semen


Penentuan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah,
maka faktor air semen harus diperhitungkan kembali dengan:
a. Jika akan menurunkan faktor air semen, maka faktor air semen dihitung lagi
dengan cara jumlah air dibagi jumlah semen minimum.
b. Jika akan menaikkan jumlah air, maka jumlah semen minimum dikalikan
faktor air semen.
Karena kebutuhan semen tidak berubah maka tidak perlu penyesuaian. Jadi nilai
fas 0,58 dan kebutuhan air sebesar 184,9 liter/m3.

15. Gradasi Agregat Halus


Penentuan gradasi agregat halus melalui analisa saringan apakah masuk
daerah I-IV dari Tabel 1.11 Dalam SK-SNI-T-15-1991-03 kekasaran pasir dibagi
menjadi 4 daerah yaitu:
a. Daerah I : pasir kasar
b. Daerah II : pasir agak kasar
c. Daerah III : pasir halus
d. Daerah IV : pasir agak halus
Tabel 1.11 Kekasaran Pasir

Persen Lolos Saringan


Lubang
D Ayakan (mm)
Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
a
10,0 100 100 100 100
r 4,80 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100
2,40 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100
i 1,20 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
0,50 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
0,30 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
p 0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0-15

e
Dari perhitungan didapat untuk agregat halus (pasir) termasuk zona 3 dan untuk
agregat kasar termasuk zona 1.

16. Persentasi Agregat Halus

35

0,58
Tentukan persentasi fraksi pasir berdasarkan Grafik 1.3 berikut:

Grafik 1.3 Proporsi pasir untuk nilai slump 7,5-15 cm dan ukuran
maksimum agregat 40 mm.

Dari Grafik 1.3 didapatkan persentase agregat halus sebesar 35%.

17. Berat Jenis Relatif Agregat Gabungan


Berat jenis relatif agregat ditentukan sebagai berikut:
a. Apabila tidak ada data maka agregat alami (tak dipecah) 2,6 dan untuk
agregat dipecah 2,7.
b. Apabila memiliki data (dari hasil uji) dapat menggunakan rumus:
𝐵𝐽 𝐴𝑔. 𝐺𝑎𝑏 = (%𝐴𝑔. 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 × 𝐵𝐽 𝐴𝑔. 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠) + (%𝐴𝑔. 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 × 𝐵𝐽. 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟)
Diketahui : Berat Jenis Agregat Halus = 2,57
Berat Jenis Agregat Kasar = 2,81

BJ Ag.Gabungan = (0,35x 2,57) + (0,65 x 2,81) = 2,726


Maka Berat Jenis Agregat Gabungan adalah 2,726.

18. Berat Jenis Beton


Penentuan berat jenis beton menurut Grafik 1.4 sesuai dengan kadar air
bebas yang sudah ditentukan dan berat jenis relatif agregat gabungan.

2700
Berat Jenis Agregat gabungan (pasir-kerikil)
batu pecah atas dasar kering permukaan

2600

2500
BJ Beton dalam Keadaan Basah (kg/m3)

2460
2,726 2,9
Agregat batu pecah
2400

Agregat tak dipecah 2,8

2,7
2300

2,6
Grafik 1.4Berat Jenis Agregat Gabungan
2,5
2200

2,4

2100
184,9
100 120 140 160 180 200 220 240 260

Kadar Air Bebas (kg/m3)

Untuk kebutuhan air 184,9 liter/m3 dan berat jenis agregat gabungan 2,726.

Didapat berat jenis beton dalam keadaan basah sebesar 2460 kg/m3.
19. Berat Agregat Gabungan (Berat Pasir + Berat Batu Pecah)
Kebutuhan Ag.Gabungan = BJ Beton Basah – Kebutuhan Semen – Kebutuhan Air
Kebutuhan Ag.Gabungan = 2460 – 318,793–184,9 = 1956,307 kg/m3
Jadi agregat gabungan yang dibutuhkan adalah sebesar 1956,307 kg/m3

20. Kebutuhan Agregat Halus


Kebutuhan Agregat Halus = Kebutuhan Ag.Gabungan x % Agregat Halus
Kebutuhan Agregat Halus = 1956,307x35% = 684,707 kg/m3
Jadi agregat halus yang dibutuhkan adalah sebesar 684,707 kg/m3

21. Kebutuhan Agregat Kasar


Kebutuhan Agregat Kasar = Kebutuhan Ag. Gabungan – Kebutuhan Ag. Halus
Kebutuhan Agregat Kasar = 1956,307– 684,707= 1271,6 kg/m3
Maka, agregat kasar yang dibutuhkan adalah sebesar 1271,6 kg/m3.
Jadi perbandingan berat (SSD) bahan dari pengecoran:
a. semen = 318,793 kg/m3
b. air = 184,9 liter/m3
c. agregat Halus (Pasir) = 684,707 kg/m3
d. agregat Kasar (Batu Pecah) = 1271,6 kg/m3

22. Koreksi Terhadap Kondisi Bahan


Koreksi ini dilakukan minimal sekali sehari, karena pasir dan kerikil dianggap
dalam keadaan jenuh kering (SSD), padahal biasanya di lapangan tidak dalam
keadaan jenuh kering, maka hitungan koreksinya:
Ah  A1
Pasir = B + x B
100
Ak  A2
Batu Pecah = C + x C
100
Ah  A1 Ak  A2
Air = A-( x B)-( x C )
100 100
Dimana:
A = jumlah kebutuhan air (l/m3)
B = jumlah kebutuhan pasir (kg/m3)
C = jumlah kebutuhan batu pecah (kg/m3)
Ah = kandungan air dalam pasir (%)
Ak = kandungan air dalam kerikil (%)
A1 = kandungan air pada pasir jenuh kering muka (%)
A2 = kandungan air pada kerkil jenuh kering muka (%)

Tabel 1.11Koreksi terhadap kondisi bahan


Bahan Absorption (%) Kadar Air (%)
Semen=318,793(kg/m3) N/A N/A
Air = 184,9(l/m3) N/A N/A
Pasir =684,707(kg/m3) 2,88 5,8
Batu Pecah =1271,6(kg/m3) 0,50 1,5

Jadi bahan – bahan yang diperlukan:


Semen = 318,793kg/m3

Ah  A1 5,8  2,88
Pasir = x B = x 684,707
100 100

= 19,993 kg/m3
Kebutuhan pasir = 684,707+ 19,993= 704,7kg/m3

Ak  A2 1,5  0,50
Batu Pecah = x C = x 1271,6
100 100

= 12,716kg/m3

Kebutuhan Batu Pecah =1271,6+ 12,716= 1284,316kg/m3


Ah  A1 Ak  A2
Air = A-( x B)-( x C )
100 100

= 184,9 - 19,993 - 12,716 = 152,191 Liter/m3


Persentase pasir dan batu pecah yang didapat dikontrol dengan analisa ayakan
campuran pasir dan kerikil.
Untuk percobaan,Volume benda uji:
1 1
Silinder = (    d 2  t )  (    0,152  0,3)  0,00530 m3
4 4
Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk menjaga kemungkinan
susut, jadi diperlukan material
= 0,00530  0,2  0,00530  0,00636 m3
Karena 5 sampel, maka = 0,00636m3 x 5 = 0,0318 m3

Maka bahan yang diperlukan untuk benda uji adalah sebagai berikut:
a. semen = 0,0318  318,793 = 10,138 kg
b. air = 0,0318  184,9 = 5,880 liter
c. pasir = 0,0318  704,7 =22,409 kg
d. batu pecah = 0,0318  1284,316= 40,841kg

PERENCANAAN CAMPURAN BETON


Pekerjaan : Kolom
No. Ketentuan Non additive Satuan
1. Kuat tekan beton disyaratkan : 17 MPa
2. Standart deviasi : 7,0 MPa
3. Rencana kuat tekan rata-rata : 24 MPa
Semen Portland 1 (Tipe
4. Type semen :
I)
5. Type agregat kasar : Batu Pecah (Katunun)
6. Type agregat halus : Pasir Alami (Katunun)
8. Faktor air semen maks. : 0,6
9. Faktor air semen rencana : 0,58
10. Slump : 7,5-15 cm
11. Ukuran agregat maks. : 40 mm
12. Kebutuhan air bebas : 152,191 liter/m3
13. Kadar semen rencana : 318,793 kg/m3
14. Kadar semen minimum : 275 kg/m3
15. Fly ash : - kg/m3
16. Conplas : - liter
Berat jenis gabungan kondisi
15. : 2,726
SSD
16. Berat jenis beton basah : 2460 kg/m3
17. Berat agregat total : 1956,307 kg/m3
18. Grading agregat halus : Zona 3
19. Prosentase agregat halus : 35 %
20. Berat agregat halus : 704,7 kg/m3
21. Berat agregat kasar : 1284,316 kg/m3

KEBUTUHAN BAHAN CAMPURAN RENCANA

Kebutuhan bahan-bahan
No. : Per-m3 Satuan
campuran beton
1. Air : 152,191 liter
2. Semen : 318,793 kg
3 Agregat halus (pasir) : 704,7 kg
4. Agregat kasar (kerikil) : 1284,316 kg
TOTAL : 2492,709 kg

Kebutuhan bahan-bahan Non


No. : Satuan
campuran beton per-5 silinder additive
1. Air : 5,880 liter
2. Semen : 10,138 kg

3 Agregat halus (pasir) : 22,409 kg

4. Agregat kasar (kerikil) : 40,841 kg


TOTAL : 79,268 kg

Semen Air Ag.halus Ag.kasar (kg)


(kg) (liter) (kg)
KOMPOSISI
CAMPURAN 10,138 5,880 22,409 40,841

Benda uji silinder 5 buah 1 0,58 2,21 4,03

Anda mungkin juga menyukai