PENDAHULUAN
Kornea merupakan lapisan bola mata yang transparan dan merupakan jaringan
Peradangan kornea jika tidak didiagnosis secara dini dan tidak ditangani
dengan segera mungkin akan menimbulkan kerusakan pada kornea sampai dapat
berlanjut menjadi ulkus. Ulkus kornea adalah keadaan hilangnya sebagian
permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat disertai defek kornea bergaung dan diskontinuitas jaringan kornea dengan
kehilangan epitel juga sampai mengenai stromal kornea. Ulkus kornea bisa
diakibatkan kerena masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga
menimbulkan infeksi atau peradangan, trauma pada oleh benda asing,,autoimun
dan reaksi toksin Ulkus kornea yang luas dapat menyebabkan komplikasi berupa
descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.4
Aspergillus spp adalah penyebab paling umum terjadinya ulkus kornea infeksius
di negara berkembang sedangkan penyebab ulkus kornea non-infeksius terbanyak
adalah autoimun. Angka kejadian ulkus kornea terbanyak pada jenis kelamin laki-
laki. Usia penderita ulkus kornea infeksius terbanyak adalah orang yang berusia
1
40 – 60 tahun dan 65% kasus ulkus non-infeksius terbanyak terjadi pada rentang
usia 18 – 45 tahun.5
Makalah penulisan dari Case Report Session ini berupa hasil pemeriksaan
pasien, rekam medis pasien, tinjauan kepustakaan yang mengacu pada berbagai
literatur termasuk buku teks dan artikel ilmiah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Kornea terdiri dari 5 lapisan4
a. Lapisan epitel
- Tebalnya 550 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya
melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
- Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
- Lapisan Bowman adalah lapisan yang terkuat dan terbentuk dari lapisan fibril
kolagen yang tersusun secara random.
- Ketebalan lapisan ini sekitar 8-14 mikro meter. Bila terjadi luka yang
mengenai bagian ini maka akan digantikan dengan jaringan parut karena tidak
memiliki daya regenerasi.
c. Jaringan Stroma
- Terdiri atas lamela yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. Jenis kolagen yang
dibentuk adalah tipe I, III dan VI.
d. Membran Descement
- Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornean
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal
40 µm.
e.Endotel
- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
5
- Sel endotel mempunyai fungsi transport aktif air dan ion yang menyebabkan
stroma menjadi relatif dehidrasi sehingga terut menjaga kejernihan kornea.
Ulkus kornea merupakan salah satu penyebab utama kebutaan mata setelah
katarak yang tidak dioperasi di banyak negara berkembang di Asia, Afrika dan
Timur Tengah.Gangguan penglihatan ini dapat mengenai pria dan wanita di
semua kelompok umur di seluruh dunia, tetapi lebih banyak mengenai pria
dikarenakan banyaknya kegiatan yang meningkatkan resiko terjadinya ulkus
6
kornea. .Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1) adalah penyebab paling umum
ulkus kornea tetapi agen etiologi lain yang sering dikaitkan dengan ulkus kornea
adalah bakteri, jamur dan parasit. Selain itu, Pseudomonas a bakteri Gram negatif
oportunistik juga umumnya terkait dengan keratitis yang timbul dari pemakaian
lensa kontak, yang akhirnya mengarah pada ulkus kornea.5 Di Indonesia insiden
ulkus kornea tahun 2013 adalah 5,5% dengan prevalensi tertinggi di Bali 11,0%
dan terendah di Papua Barat 2,0%. Prevalensi tertinggi pada kelompok pekerjaan
petani/buruh/ nelayan mungkin berkaitan dengan riwayat trauma mekanik atau
kecelakaan kerja pada mata, mengingat belum optimalnya pemakaian alat
pelindung diri.6
Ulkus sentral biasanya merupakan ulkus infeksi yang terjadi skunder akibat
kerusakan epitel kornea. Lesi terletak sentral dan jauh dari limbus yang punya
vaskularisasi. Ulkus ini sering disertai dengan hipopion (kumpulan sel-sel radang
yang tampak sebagai suatu lapisan pucat dibagian bawah bilik mata)
Ketika terjadi kerusakan epitel kornea akibat serangan suatu agen, maka
akan terjadi perubahan patologik selama pembentukan ulkus kornea yang dapat
digambarkan ke dalam empat tahap, yaitu yaitu, infiltrasi, ulserasi aktif, regresi
dan pembentukan sikatrik7
7
Kondisi terminal ulkus kornea tergantung pada virulensi agen yang
menginfeksi, mekanisme pertahanan tubuh penderita dan pengobatan yang
didapatkan. Ada tiga bentuk kejadian ulkus, yaitu :
b. Menembus lapisan yang lebih dalam dan menyebabkan perforasi kornea; atau
Ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri. Biasanya jenis ulkus kornea
bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi pada berat penyakitnya Ulkus
kornea bakteri biasanya menimbulkan ulkus kornea indolen yang cendrung
menyebar perlahan dan superficial.3
2.6.1 Etiologi
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpiginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi
ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan
perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai infiltrat
berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat,
akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.
Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya
minimal
8
Gambar 2.5 Ulkus Kornea Bakterialis
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini
dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyebaran ke dalam dapat
mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus
yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan.
Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat
terlihat hipopion yang banyak.
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan
terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran
karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang
penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan
9
sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman.
Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan
beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.
Ulkus ini jarang dijumpai dan sering timbul setelah ada trauma dan sering
menyertai riwayat berkontak dengan tanah. Ulkusnya indolen, dan dasar ulkusnya
sering menampakkan garis-garis memancar sehingga tampak sebagai kaca retak.
Hipopion bisa ada bisa tidak . Kerokan dapat mengandung batang-batng tahan
asam langsing ( M fortuitum-chelonei) atau organisme gram positif yang
berfilamen yang sering bercabng ( Nocardia).
Gejala
10
a. Nyeri dan sensasi benda asing terjadi karena efek mekanis dari kelopak
mata dan efek kimia dari toksik pada ujung saraf yang terbuka.
sircumcorneal.7
Tanda-tanda
2.6.3 Diagnosis
11
- Pemeriksaan dengan cahaya difus untuk menemukan lesi kelopak
mata, konjungtiva dan kornea termasuk pemeriksaan sensibilitas
kornea.
2.6.4 Penatalaksanaan
1. Nonmedikamentosa:
2. Medikamentosa
12
Penatalaksanaan ulkus kornea harus dilakukan dengan pemberian terapi yang
tepat dan cepat sesuai dengan kultur dan hasil uji sensitivitas mikroorganisme
penyebab. Adapun obat-obatan antimikrobial yang dapat diberikan berupa:8
Antibiotik
Sulfas atropin
Skopolamin
13
Analgetik
2.6.5 Komplikasi
a. EndoFtalmitis
b. Prolaps iris
Terjadi karena perforasi dari paracentral dan perifer dari ulkus. Akibat dari
prolapiris ini dapat terbentuk leukoma adherens dimana pada tempat tersebut
terjadi penyempitan sudut CoA oleh adanya sinekia anterior menyebabkan aliran
balik cairan di sudut CoA menjadi terganggu yang dapat menyebabkan timbulnya
peninggian tekanan intraokular dan terjadilah glaukoma sekunder. Adanya
glaukoma sekunder dapat menyebabkan menonjolnya leukoma tersebut yang
disebut stafiloma kornea yang tampak seperti anggur
c.Uveitis
2.6.6 Prognosis
14
maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan juga dipengaruhi ketaatan
penggunaan obat terkait penggunaan antibiotik yang bisa ,enimbulkan resistensi.10
15
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
- Nama : Tn.W
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Usia : 54 tahun
- Alamat : Jl. Kampung Nias No 6B, Padang
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Tanggal masuk : 10 Mei 2019
- Tanggal Pemeriksaan : 10 Mei 2019
Anamnesis
Keluhan Utama :
- Penglihatan mata kiri kabur sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya pasien
kemasukan serbuk besi saat menggerinda di tempat kerja las 2 hari yang
lalu. Mata terasa nyeri dan penglihatan kabur 1 hari kemudian. Lalu pasien
berobat ke RS Siti Hawa. Pasien mendapatan giflox eye drop tiap jam dan
dirujuk ke RSUP Dr. M. Jamil Padang
- Mata kiri pasien terasa nyeri sejak 1 hari yang lalu
- Mata kiri perih , mata merah (+), mata berair (+)
- Mata kiri silau melihat cahaya (+)
- Riwayat mencuci mata dengan obat-obatan tradisional tidak ada
- Penglihatan ganda tidak ada
- Riwayat memakai kontak lens tidak ada
- Riwayat memakai obat sistemik dalam waktu lama tidak ada
- Tidak ada riwayat memakai kacamata
- Pasien tidak merasakan nyeri kepala, mual dan muntah
16
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
Pemeriksaan Umum :
Dada
17
Perkusi : Sonor
Perkusi : Timpani
18
Status Oftalmikus 10 Mei 2019
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 6/30 2/60
Visus dengan koreksi - Tidak dapat dikoreksi
Refleks fundus + +
Silia/supersilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (+)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (+)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Nyeri (-) Nyeri (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi Normal Lakrimasi Normal
Konjungtiva tarsalis Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva fornics Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+) sentral uk ± 1 mm,
Infiltrat (-) kedalaman 1/3 stroma anterior,
descemet fold (+)
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam, Hipopion (-)
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, Bulat,
refleks pupil (+/+), diameter 3 reflex pupil (+/+), diameter 3mm
mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreus Jernih Jernih
Fundus
Media Bening Bening
Papil N. Optikus Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4 Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), eksudat (-) Perdarahan(-), eksudat (-)
19
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Aa/vv retina a:v = 2:3 a:v = 2:3
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (Palpasi)
20
Diagnosis Kerja : Ulkus Kornea Sentral OS ec susp bakteri
Penatalaksanaan :
e. Inj Ceftriaxon 2x1 gr /IV
f. Ceftriaxon Fortified eye drop OS Pulse therapy
g. Levofloxacin eye drop OS Pulse therapy
h. Sulfa Atropin eye drop 3x1 OS
Pemeriksaan Anjuran :
2.9.3. Pemeriksaan USG
Prognosis :
21
Follow Up
11 Mei 2019
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 6/30 2/60
Visus dengan koreksi 6/6 Tidak dapat dikoreksi
Refleks fundus + +
Silia/supersilia Silia dan supersilian lengkap Silia dan supersilian lengkap
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Nyeri (-) Nyeri (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva fornics Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+) sentral uk ± 1 mm,
Infiltrat (-) kedalaman 1/3 stroma anterior,
descemet fold (+)
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam, Hipopion (-)
Anterior
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, Bulat,
refleks pupil (+/+), diameter 3
mm refleks pupil (+/+),
diameter 3 mm
Lensa Bening Bening
22
Korpus vitreus Jernih Jernih
Fundus
Media Jernih Jernih
Papil N. Optikus Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4 Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), eksudat (-) Perdarahan(-), eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Aa/vv retina a:v = 2:3 a:v = 2:3
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (Palpasi)
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar
23
12 Mei 2019
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 6/30 3/60
Visus dengan koreksi 6/6 Tidak dapat dikoreksi
Refleks fundus + -
Silia/supersilia Silia dan supersilian lengkap Silia dan supersilian lengkap
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (+)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Nyeri (-) Nyeri (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva fornics Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+) sentral uk ± 1 mm,
Infiltrat (-) kedalaman 1/3 stroma anterior,
descemet fold (+)
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam, Hipopion (-)
Anterior
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, Bulat,
refleks pupil (+/+), diameter 3 refleks pupil (+/+),
mm diameter 3 mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreus Jernih Jernih
Fundus
24
Media Jernih Jernih
Papil N. Optikus Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4 Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), eksudat (-) Perdarahan(-), eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Aa/vv retina a:v = 2:3 a:v = 2:3
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (Palpasi)
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar
25
13 Mei 2019
S/ Nyeri tidak ada
O/
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 6/30 6/30
Visus dengan koreksi 6/6 6/18
Refleks fundus + +
Silia/supersilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Konjungtiva fornics Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+) sentral uk ± 1 mm,
kedalaman 1/3 stroma anterior,
descemet fold (+), Epitelisasi
(+)
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam, Hipopion (-)
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, Bulat,
refleks pupil (+/+), diameter 3 refleks pupil (+/+), diameter 3
mm mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreus Jernih Jernih
Fundus
26
Media Bening Bening
Papil N. Optikus Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4 Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), eksudat (-) Perdarahan(-), eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Aa/vv retina a:v = 2:3 a:v = 2:3
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (palpasi)
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar
27
14 Mei 2019
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 6/30 6/30
Visus dengan koreksi 6/6 6/18
Refleks fundus + -
Silia/supersilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva fornics Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+) sentral uk ± 1 mm,
kedalaman 1/3 stroma anterior,
descemet fold (+)
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, Bulat,
refleks pupil (+/+), diameter 3 refleks pupil (+/+), diameter 3
mm mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreus Jernih Jernih
Fundus
Media Bening Bening
Papil N. Optikus Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4 Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4
28
Retina Perdarahan(-), eksudat (-) Perdarahan(-), eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Aa/vv retina a:v = 2:3 a:v = 2:3
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (palpasi)
Posisi Bola mata rtho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar
29
BAB IV
DISKUSI
30
terapi medikamentosa Inj Ceftriaxon 2x1 gr /IV, Ceftriaxon Fortified eye drop
OS Pulse therapy, Levofloxacin eye drop OS Pulse therapy, Sulfa Atropin eye
drop 3x1 OS. Ceftriaxon merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi
infeksi bakteri dan merupakan golongan antibiotik sefaalosporin generasi
ketiga, sedangkan levofloxacin adalah obat antibiotik golongan quinolon yang
juga digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Sulfa atropin berfungsi
sebagai sedatif untuk menghilangkan nyeri dan juga dekongestif untuk
menghilangkan tanda-tanda radang.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. PERDAMI (2002). Ulkus Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Sagung Seto.
2. AAO (2012). External Disease and Cornea Section 8. San Fransisco: AAO
MD Association.
32
4.Ilyas S. Tukak (Ulkus) Kornea. Dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2010. 159-167
9. Edward J. H. Ocular Surface Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear Film 1st
Edition. Elsevier. USA. 2013.
33