Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kornea merupakan lapisan bola mata yang transparan dan merupakan jaringan

yang tidak memiliki pembuluh darah (avaskular). Kornea merupakan membran


pelindung yang akan dilalui berkas cahaya untuk menuju retina.1 Lapisan kornea
terdiri dari 5 lapisan yaitu epitel, membrana Bowman, stroma, membrana
Descemet, dan endotel.2 Epitel merupakan barier terhadap masuknya
mikroorganisme ke dalam kornea sehingga dapat menahan peradangan. Oleh
karena kornea jaringan avaskular maka jika terjadi peradangan sistem pertahanan
tidak segera bekerja, berbeda dengan jaringan lain yang banyak memiliki jaringan
vaskular.3

Peradangan kornea jika tidak didiagnosis secara dini dan tidak ditangani
dengan segera mungkin akan menimbulkan kerusakan pada kornea sampai dapat
berlanjut menjadi ulkus. Ulkus kornea adalah keadaan hilangnya sebagian
permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat disertai defek kornea bergaung dan diskontinuitas jaringan kornea dengan
kehilangan epitel juga sampai mengenai stromal kornea. Ulkus kornea bisa
diakibatkan kerena masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga
menimbulkan infeksi atau peradangan, trauma pada oleh benda asing,,autoimun
dan reaksi toksin Ulkus kornea yang luas dapat menyebabkan komplikasi berupa
descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.4

Pola epidemiologi ulkus kornea bervariasi di seluruh dunia, berhubungan


dengan populasi pasien, lokasi geografis, dan iklim. Staphylococcus aureus dan

Aspergillus spp adalah penyebab paling umum terjadinya ulkus kornea infeksius
di negara berkembang sedangkan penyebab ulkus kornea non-infeksius terbanyak
adalah autoimun. Angka kejadian ulkus kornea terbanyak pada jenis kelamin laki-
laki. Usia penderita ulkus kornea infeksius terbanyak adalah orang yang berusia

1
40 – 60 tahun dan 65% kasus ulkus non-infeksius terbanyak terjadi pada rentang
usia 18 – 45 tahun.5

1.2 Batasan Masalah


Case Report Session membahas mengenai ulkus kornea ec cause suspect
bacteria

1.3 Tujuan Penulisan

Case Report Session ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan


pemahamn mengenai ulkus kornea ec causa suspect bacteria

1.4 Metode Penulisan

Makalah penulisan dari Case Report Session ini berupa hasil pemeriksaan
pasien, rekam medis pasien, tinjauan kepustakaan yang mengacu pada berbagai
literatur termasuk buku teks dan artikel ilmiah

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kornea

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukuran dan strukturnya sebanding


dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke dalam sklera
pada limbus, lekukan melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleraris.
Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,52 mm di pusatnya, diameter
horizontalnya sektar 11,75 mm dan vertikalnya sekitar 10,6 mm. Dari anterior ke
posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel
(yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma,
membran Descemet, dan lapisan endotel.. Sumber- sumber nutrisi untuk kornea
adalah pembuluh darah limbus, humos aqueous, dan air mata. Saraf sensorik
kornea didapat dari cabang pertama (opthalmicus) nervus kranialis V
(trigeminus).3

Gambar 2.2 Anatomi Kornea

3
Kornea terdiri dari 5 lapisan4

a. Lapisan epitel

- Tebalnya 550 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya
melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

- Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

Gambar 2.3 Lapisan Epitel Kornea


4
b. Membran Bowman

- Lapisan Bowman adalah lapisan yang terkuat dan terbentuk dari lapisan fibril
kolagen yang tersusun secara random.

- Ketebalan lapisan ini sekitar 8-14 mikro meter. Bila terjadi luka yang
mengenai bagian ini maka akan digantikan dengan jaringan parut karena tidak
memiliki daya regenerasi.

c. Jaringan Stroma

- Terdiri atas lamela yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. Jenis kolagen yang
dibentuk adalah tipe I, III dan VI.

- Transparansi kornea juga ditentukan dengan menjaga kandungan air di stroma


sebesar 78%

d. Membran Descement
- Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornean
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal
40 µm.

e.Endotel

- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.

Endotel melekat pada membran descemet melalui hemidosom dan zonula


okluden.

5
- Sel endotel mempunyai fungsi transport aktif air dan ion yang menyebabkan
stroma menjadi relatif dehidrasi sehingga terut menjaga kejernihan kornea.

2.2. Definisi Ulkus Kornea

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat


kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai
defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari
epitel sampai stroma.4.

2.3. Epidemiologi Ulkus Kornea

Ulkus kornea merupakan salah satu penyebab utama kebutaan mata setelah
katarak yang tidak dioperasi di banyak negara berkembang di Asia, Afrika dan
Timur Tengah.Gangguan penglihatan ini dapat mengenai pria dan wanita di
semua kelompok umur di seluruh dunia, tetapi lebih banyak mengenai pria
dikarenakan banyaknya kegiatan yang meningkatkan resiko terjadinya ulkus

6
kornea. .Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1) adalah penyebab paling umum
ulkus kornea tetapi agen etiologi lain yang sering dikaitkan dengan ulkus kornea
adalah bakteri, jamur dan parasit. Selain itu, Pseudomonas a bakteri Gram negatif
oportunistik juga umumnya terkait dengan keratitis yang timbul dari pemakaian
lensa kontak, yang akhirnya mengarah pada ulkus kornea.5 Di Indonesia insiden
ulkus kornea tahun 2013 adalah 5,5% dengan prevalensi tertinggi di Bali 11,0%
dan terendah di Papua Barat 2,0%. Prevalensi tertinggi pada kelompok pekerjaan
petani/buruh/ nelayan mungkin berkaitan dengan riwayat trauma mekanik atau
kecelakaan kerja pada mata, mengingat belum optimalnya pemakaian alat
pelindung diri.6

2.4 Klasifikasi Ulkus Kornea

Berdasarkan lokasi ulkus kornea dibagi menjadi,:3

1. Ulkus kornea sentral

Ulkus sentral biasanya merupakan ulkus infeksi yang terjadi skunder akibat
kerusakan epitel kornea. Lesi terletak sentral dan jauh dari limbus yang punya
vaskularisasi. Ulkus ini sering disertai dengan hipopion (kumpulan sel-sel radang
yang tampak sebagai suatu lapisan pucat dibagian bawah bilik mata)

a. Ulkus kornea bakterialis


b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus rode
b. Ulkus marginal
c. Ulkus ring

2.5 Patogenesis Ulkus Kornea

Ketika terjadi kerusakan epitel kornea akibat serangan suatu agen, maka
akan terjadi perubahan patologik selama pembentukan ulkus kornea yang dapat
digambarkan ke dalam empat tahap, yaitu yaitu, infiltrasi, ulserasi aktif, regresi
dan pembentukan sikatrik7

7
Kondisi terminal ulkus kornea tergantung pada virulensi agen yang
menginfeksi, mekanisme pertahanan tubuh penderita dan pengobatan yang
didapatkan. Ada tiga bentuk kejadian ulkus, yaitu :

a. Ulkus bisa menjadi terlokalisir dan sembuh;

b. Menembus lapisan yang lebih dalam dan menyebabkan perforasi kornea; atau

c. Penyebaran cepat di seluruh kornea sebagai peluruhan ulkus kornea

2.6. Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri. Biasanya jenis ulkus kornea
bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi pada berat penyakitnya Ulkus
kornea bakteri biasanya menimbulkan ulkus kornea indolen yang cendrung
menyebar perlahan dan superficial.3

2.6.1 Etiologi

- Ulkus Kornea Streptokokus

Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpiginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi
ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan
perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

- Ulkus Kornea Stafilokokus

Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai infiltrat
berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat,
akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.
Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya
minimal

8
Gambar 2.5 Ulkus Kornea Bakterialis

- Ulkus Kornea Pseudomonas

Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini
dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyebaran ke dalam dapat
mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus
yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan.
Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat
terlihat hipopion yang banyak.

Gambar 2.6 Ulkus Kornea Pseudomonas

-Ulkus Kornea Pneumokokus

Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan
terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran
karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang
penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan

9
sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman.
Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan
beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

Gambar 2.7 Ulkus Kornea Bakterialis dengan hipopion

-Ulkus Kornea Moraxella liquefaciens

Menimbulkan ulkus lonjong indolen yang umumnya mengenai kornea bagian


inferior dan meluas ke dalam stroma setelah bebrapa hari. Biasanya tidak ada
hipopion bila ada hanya sedikit dan kornea disekitarnya umumnya jernih. Ulkus
M. liquefaciens hampir selalu terjadi pada pasien peminum alkohol, diabetes, atau
dengan penyakit imunosupresan lainnya. Kerokan akan menampilkan diplobacilli
gram negatif besar dengan ujung persegi.

-Ulkus Kornea Mycobacterium fortuitum-chelonei dan Nocardia

Ulkus ini jarang dijumpai dan sering timbul setelah ada trauma dan sering
menyertai riwayat berkontak dengan tanah. Ulkusnya indolen, dan dasar ulkusnya
sering menampakkan garis-garis memancar sehingga tampak sebagai kaca retak.
Hipopion bisa ada bisa tidak . Kerokan dapat mengandung batang-batng tahan
asam langsing ( M fortuitum-chelonei) atau organisme gram positif yang
berfilamen yang sering bercabng ( Nocardia).

2.6.2 Manifestasi Klinis

Gejala

10
a. Nyeri dan sensasi benda asing terjadi karena efek mekanis dari kelopak
mata dan efek kimia dari toksik pada ujung saraf yang terbuka.

b. Mata yang berair karena refleks.hiperlakrimasi

c. Fotophobia, yaitu, intoleransi terhadap hasil cahaya dari stimulasi ujung


saraf.

d. Penglihatan kabur akibat kerusakan kornea.


e. Kemerahan mata disebabkan oleh kongesti pembuluh darah

sircumcorneal.7

Tanda-tanda

a. Kelopak mata bengkak.

b. Dapat terjadi blefarospasme.

c. Kemosis konjungtiva dan menunjukkan hiperemis konjungtiva serta


kongesti siliaris.

d. Defek epitel dapat berwarna putih keabu-abuan yang dibatasi infiltrat.


Kemudian defek menjadi berwarna putih kekuningan dari ulkus yang
mungkin oval atau tidak beraturan. Margin dari ulkus bengkak . Lantai
ulkus ditutupi oleh bahan nekrotik. Edema stroma terdapat di sekitar
ulkus.7

2.6.3 Diagnosis

a. Anamnesis terkait gejala-gejala yang terjadi dan penelusuran riwayat


secara menyeluruh untuk menemukan penyebab penyakit, onset, durasi
penyakit dan keparahan gejala.

b. Pemeriksaan fisik umum, terutama untuk tentang penelusuran gizi atau


makanan, anemia dan penyakit imunokompromis.

c. Pemeriksaan mata harus meliputi:

11
- Pemeriksaan dengan cahaya difus untuk menemukan lesi kelopak
mata, konjungtiva dan kornea termasuk pemeriksaan sensibilitas
kornea.

- Tes regurgitasi untuk menyingkirkan infeksi kantung lakrimal..

- Pemeriksaan biomikroskopik slit lamp setelah pewarnaan ulkus kornea


dengan fluoresens. Kemudian ditentukan lokasi lesi, ukuran, bentuk,
kedalaman, margin, dasar dan vaskularisasi ulkus kornea. Kemudian
dicatat keberadaan keratic yang mengendap di bagian belakang
kornea, kedalaman dan isi bilik anterior, warna dan pola iris dan
kondisi lensa kristal.

- Pemeriksaan laboratorium rutin seperti hemoglobin, TLC, DLC, ESR,


gula darah, lengkap pemeriksaan urine dan tinja harus dilakukan di
masing-masing kasus.

- Pemeriksaan mikrobiologi. Pemeriksaan ini penting untuk


mengidentifikasi organisme penyebab, konfirmasi diagnosis dan
memandu pengobatan.7

2.6.4 Penatalaksanaan

1. Nonmedikamentosa:

a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepasnya.

b. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang.

c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin


dan mengeringkanya dengan handuk dan kain yang bersih.

d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat


memperpanjng proses penyembuhan luka.8

2. Medikamentosa

12
Penatalaksanaan ulkus kornea harus dilakukan dengan pemberian terapi yang
tepat dan cepat sesuai dengan kultur dan hasil uji sensitivitas mikroorganisme
penyebab. Adapun obat-obatan antimikrobial yang dapat diberikan berupa:8

Antibiotik

Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum


luas diberikan sebagai salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan
ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat memperlambat
penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali. Berikut ini
contoh antibiotik Sulfonamide 10-30%, Basitrasin 500 unit, Tetrasiklin 10 mg,
Gentamisin 3 mg, Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3 mg, Eritromisin 0,5%,
Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg, Ofloksasin 3 mg, Polimisin B 10.000
unit.8

Sulfas atropin

Sulfas atrofin sebagai salep atau larutan. Kebanyakan dipakai sulfas


atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.Efek kerja sulfas atropine :8

a. Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

b. Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

c. Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi


sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor
pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat
dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru.

Skopolamin

Obat-obatan skoplamin digunakan sebagai midriatika.8

13
Analgetik

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain atau


tetrakain tetapi tidak boleh digunakan jangka panjang. 8

2.6.5 Komplikasi

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

a. EndoFtalmitis

Terjadi akibat agen infeksi kornea yang dapat menembus melalui


descematokel yang berlubang.

b. Prolaps iris

Terjadi karena perforasi dari paracentral dan perifer dari ulkus. Akibat dari
prolapiris ini dapat terbentuk leukoma adherens dimana pada tempat tersebut
terjadi penyempitan sudut CoA oleh adanya sinekia anterior menyebabkan aliran
balik cairan di sudut CoA menjadi terganggu yang dapat menyebabkan timbulnya
peninggian tekanan intraokular dan terjadilah glaukoma sekunder. Adanya
glaukoma sekunder dapat menyebabkan menonjolnya leukoma tersebut yang
disebut stafiloma kornea yang tampak seperti anggur

c.Uveitis

Uveitis purulen, endoftalmitis, bahkan panoftalmitis yang berkembang karena


penyebaran infeksi secara intraokuler.9

2.6.6 Prognosis

Prognosis ulkus tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya


mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebab dan ada tidaknya
komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukann waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin
tinggi tingkat keparahan dan lambatnya pertolongan serta timbulnya komplikasi

14
maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan juga dipengaruhi ketaatan
penggunaan obat terkait penggunaan antibiotik yang bisa ,enimbulkan resistensi.10

15
BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

- Nama : Tn.W
- Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Usia : 54 tahun
- Alamat : Jl. Kampung Nias No 6B, Padang
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Tanggal masuk : 10 Mei 2019
- Tanggal Pemeriksaan : 10 Mei 2019

Anamnesis

Keluhan Utama :

Penglihatan mata kiri kabur sejak 1 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Penglihatan mata kiri kabur sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya pasien
kemasukan serbuk besi saat menggerinda di tempat kerja las 2 hari yang
lalu. Mata terasa nyeri dan penglihatan kabur 1 hari kemudian. Lalu pasien
berobat ke RS Siti Hawa. Pasien mendapatan giflox eye drop tiap jam dan
dirujuk ke RSUP Dr. M. Jamil Padang
- Mata kiri pasien terasa nyeri sejak 1 hari yang lalu
- Mata kiri perih , mata merah (+), mata berair (+)
- Mata kiri silau melihat cahaya (+)
- Riwayat mencuci mata dengan obat-obatan tradisional tidak ada
- Penglihatan ganda tidak ada
- Riwayat memakai kontak lens tidak ada
- Riwayat memakai obat sistemik dalam waktu lama tidak ada
- Tidak ada riwayat memakai kacamata
- Pasien tidak merasakan nyeri kepala, mual dan muntah

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Tidak ada riwayat pasien dengan keluhan seperti ini sebelumnya


- Tidak ada riwayat hipertensi
- Tidak ada riwayat DM

16
Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

Pemeriksaan Umum :

- Kesadaran : Komposmentis Kooperatif


- Keadaan Umum : Sakit Sedang
- Keadaan Gizi : Baik
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Pernafasan : 20 x / menit
- Suhu : 36,7 ⁰C
- Sianosis : Tidak ada
- Edema : Tidak ada
- Anemis : Tidak ada
- Tinggi Badan : 158 cm
- Berat Badan : 57 kg

Kulit : Teraba hangat

Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran KGB

Kepala : Bulat, simetris

Rambut : Hitam , tidak mudah rontok

Mata : Status oftalmikus

Telinga : Tidak ditemukan kelainan

Hidung : Tidak ditemukan kelainan

Tenggorok : Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Gigi dan mulut : Karies dentis(-), mukosa bibir basah

Leher : JVP 5-2 cmH2O

Dada

Paru : Inspeksi: Normochest, Retraksi tidak ada

Palpasi : Fremitus kiri =kanan

17
Perkusi : Sonor

Auskultasi :SN vesikuler, rhonki -/-. Wheezing -/-

Jantung : Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari LMCS RIC V

Perkusi : Batas kanan bawah: Linea parasternalkanan


LMCS RIC IV

Batas kiri bawah: 1 jari LMCS RIC V

Batas atas: parasternal kiri RIC II

Auskultasi : Irama regular, bising jantung tidak ada

Perut : Inspeksi : Distensi tidak ada

Palpasi : Supel, pembesaran hepar lien tidak ada

Perkusi : Timpani

Auskultasi :Bising usus (+), Normal

Punggung : tidak ditemukan kelainan

Genitalia : Tidak diperiksa

Anggota gerak : Akral hangat, CRT <2 detik

18
Status Oftalmikus 10 Mei 2019

Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 6/30 2/60
Visus dengan koreksi - Tidak dapat dikoreksi
Refleks fundus + +
Silia/supersilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (+)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (+)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Nyeri (-) Nyeri (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi Normal Lakrimasi Normal
Konjungtiva tarsalis Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva fornics Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+) sentral uk ± 1 mm,
Infiltrat (-) kedalaman 1/3 stroma anterior,
descemet fold (+)
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam, Hipopion (-)
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, Bulat,
refleks pupil (+/+), diameter 3 reflex pupil (+/+), diameter 3mm
mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreus Jernih Jernih
Fundus
Media Bening Bening
Papil N. Optikus Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4 Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), eksudat (-) Perdarahan(-), eksudat (-)

19
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Aa/vv retina a:v = 2:3 a:v = 2:3
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (Palpasi)

Posisi Bola mata Ortho Ortho


Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar

Hasil Laboratorium 13-05-2019 :

Hb : 12,9 gr/dl PT : 9,5 detik


Leukosit : 5.970 /mm3 APTT : 37,8 detik
Trombosit : 224.000 /mm3 GDS : 89 mg/dl
Ht : 39 % GD2jamPP : 198 mg/dl
Diff count : 0/3/0/44/46/7 Total Kolesterol: 164 mg/dl
HDL : 47 mg/dl Na/K/Cl : 140/4,0/106 Mmol/L
LDL : 100 mg/dl SGOT : 15 u/l
Trigilserida : 85 mg/dl SGPT : 9 u/l
Ur/Cr : 24/0,9 mg/dl

Kesan : Limfositosis relatif


APTT melebihi nilai rujukan
HDL-kolesterol menurun

20
Diagnosis Kerja : Ulkus Kornea Sentral OS ec susp bakteri

Diagnosa Banding : Ulkus Kornea Sentral ec susp Jamur

Penatalaksanaan :
e. Inj Ceftriaxon 2x1 gr /IV
f. Ceftriaxon Fortified eye drop OS Pulse therapy
g. Levofloxacin eye drop OS Pulse therapy
h. Sulfa Atropin eye drop 3x1 OS
Pemeriksaan Anjuran :
2.9.3. Pemeriksaan USG
Prognosis :

2.9.4. Quo ad vitam : bonam


2.9.5. Quo ad functionam : dubia
2.9.6. Quo ad sanam : dubia

21
Follow Up

11 Mei 2019

S/ Nyeri tidak ada

O/Status oftalmikus 11 Mei 2019

Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 6/30 2/60
Visus dengan koreksi 6/6 Tidak dapat dikoreksi
Refleks fundus + +
Silia/supersilia Silia dan supersilian lengkap Silia dan supersilian lengkap
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Nyeri (-) Nyeri (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva fornics Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+) sentral uk ± 1 mm,
Infiltrat (-) kedalaman 1/3 stroma anterior,
descemet fold (+)
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam, Hipopion (-)
Anterior
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, Bulat,
refleks pupil (+/+), diameter 3
mm refleks pupil (+/+),
diameter 3 mm
Lensa Bening Bening

22
Korpus vitreus Jernih Jernih
Fundus
Media Jernih Jernih
Papil N. Optikus Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4 Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), eksudat (-) Perdarahan(-), eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Aa/vv retina a:v = 2:3 a:v = 2:3
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (Palpasi)
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar

A/ Ulkus Kornea Sentral OS ec Susp bakteri

P/ Inj Ceftriaxon 2x1 gr /IV


Ceftriaxon Fortified eye drop OS Pulse therapy
Levofloxacin eye drop OS Pulse therapy
Sulfa Atropin eye drop 3x1 OS

23
12 Mei 2019

S/ Nyeri tidak ada

O/Status oftalmikus 12 Mei 2019

Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 6/30 3/60
Visus dengan koreksi 6/6 Tidak dapat dikoreksi
Refleks fundus + -
Silia/supersilia Silia dan supersilian lengkap Silia dan supersilian lengkap
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (+)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Nyeri (-) Nyeri (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva fornics Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva (+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+) sentral uk ± 1 mm,
Infiltrat (-) kedalaman 1/3 stroma anterior,
descemet fold (+)
Kamera Okuli Cukup dalam Cukup dalam, Hipopion (-)
Anterior
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, Bulat,
refleks pupil (+/+), diameter 3 refleks pupil (+/+),
mm diameter 3 mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreus Jernih Jernih
Fundus

24
Media Jernih Jernih
Papil N. Optikus Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4 Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), eksudat (-) Perdarahan(-), eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Aa/vv retina a:v = 2:3 a:v = 2:3
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (Palpasi)
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar

A/ Ulkus Kornea Sentral OS ec Susp bakteri

P/ Inj Ceftriaxon 2x1 gr /IV


Ceftriaxon Fortified eye drop OS Pulse therapy
Levofloxacin eye drop OS Pulse therapy
Sulfa Atropin eye drop 3x1 OS

25
13 Mei 2019
S/ Nyeri tidak ada

O/

Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 6/30 6/30
Visus dengan koreksi 6/6 6/18
Refleks fundus + +
Silia/supersilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Konjungtiva fornics Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+) sentral uk ± 1 mm,
kedalaman 1/3 stroma anterior,
descemet fold (+), Epitelisasi
(+)
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam, Hipopion (-)
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, Bulat,
refleks pupil (+/+), diameter 3 refleks pupil (+/+), diameter 3
mm mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreus Jernih Jernih
Fundus

26
Media Bening Bening
Papil N. Optikus Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4 Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4
Retina Perdarahan(-), eksudat (-) Perdarahan(-), eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Aa/vv retina a:v = 2:3 a:v = 2:3
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (palpasi)
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar

A/ Ulkus Kornea Sentral OS dengan epitelisasi belum sempurna ec Susp bakteri

P/ Inj Ceftriaxon 2x1 gr /IV


Ceftriaxon Fortified eye drop OS Pulse therapy
Levofloxacin eye drop OS Pulse therapy
Sulfa Atropin eye drop 3x1 OS

27
14 Mei 2019

S/ Nyeri tidak ada

Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 6/30 6/30
Visus dengan koreksi 6/6 6/18
Refleks fundus + -
Silia/supersilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva fornics Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva(-) Injeksi konjungtiva(+)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Ulkus (+) sentral uk ± 1 mm,
kedalaman 1/3 stroma anterior,
descemet fold (+)
Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat, Bulat,
refleks pupil (+/+), diameter 3 refleks pupil (+/+), diameter 3
mm mm
Lensa Bening Bening
Korpus vitreus Jernih Jernih
Fundus
Media Bening Bening
Papil N. Optikus Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4 Bulat,batas tegas, c/d=0.3-0.4

28
Retina Perdarahan(-), eksudat (-) Perdarahan(-), eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Aa/vv retina a:v = 2:3 a:v = 2:3
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (palpasi)
Posisi Bola mata rtho Ortho
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar

A/ Ulkus Kornea Sentral OS dengan epitelisasi belum sempurna ec Susp bakteri

P/ Inj Ceftriaxon 2x1 gr /IV


Ceftriaxon Fortified eye drop OS Pulse therapy
Levofloxacin eye drop OS Pulse therapy
Sulfa Atropin eye drop 3x1 OS
Acc Pulang

29
BAB IV
DISKUSI

Seorang pasien laki-laki 54 th masuk ke RSUP dr. M Djamil Padang


dengan diagnosis ulcus kornea ec causa bakterialis pada mata kiri.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien merasa mata kirinya kabur
sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya pasien kemasukan serbuk besi saat
menggerinda di tempat kerja las 2 hari yang lalu.Mata terasa nyeri dan
penglihatan kabur 1 hari kemudian. Lalu pasien berobat ke RS Siti Hawa.
Pasien mendapatan giflox eye drop tiap jam dan dirujuk ke RSUP Dr. M.
Jamil Padang.
Kemasukan serbuk besi saat menggerinda menandakan adanya
kecurigaan corpus alienum yang masuk ke menembus mata sehingga
memungkinkan adanya panetrasi pada kornea dan memudahkan
mikroorganisme untuk masuk ke mata sehingga menimbulkan infeksi dan
reaksi peradangan pada bagian mata tersebut dan akhirnya menimbulkan
ulkus. Pasien juga mengeluh mata merah dan hiperlakrimasi juga
menandakan terjadinya iritasi pada permukaan mata. Pasien juga mengeluh
fotofobia dan juga ditanyakan pemakaian kontak lensa untuk mengetahui
apakah infeksinya berasal dari pemakaian kontak lensa atau tidak.
Pada hari pertama pemeriksaan dilakukan pemeriksaan fisik umum
dengan keadaan umum sakit sedang dan tanda vital normal dan pada
pemerikssaan oftamologi visus pada OS tidak dapat dikoreksi, pada palpebra
superior dan inferior timbul edema, pada konjungtiva didapatkan injeksi
siliaris dan konjungtiva. Pada kornea terlihat ulkus sentral dengan ukuran ± 1
mm kedalaman 1/3 stroma anterior, tidak terdapat hipopion. Berdasarkan
pemeriksaanoftalmogi tersebut didapatkan diagnosa kerja ulkus kornea OS ec
susp bakteri.
Pada kasus ini terapi difokuskan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
dan mencegah infeksi untuk berkembang maka dari itu dilakukan pemberian

30
terapi medikamentosa Inj Ceftriaxon 2x1 gr /IV, Ceftriaxon Fortified eye drop
OS Pulse therapy, Levofloxacin eye drop OS Pulse therapy, Sulfa Atropin eye
drop 3x1 OS. Ceftriaxon merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi
infeksi bakteri dan merupakan golongan antibiotik sefaalosporin generasi
ketiga, sedangkan levofloxacin adalah obat antibiotik golongan quinolon yang
juga digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Sulfa atropin berfungsi
sebagai sedatif untuk menghilangkan nyeri dan juga dekongestif untuk
menghilangkan tanda-tanda radang.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. PERDAMI (2002). Ulkus Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter
Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Sagung Seto.

2. AAO (2012). External Disease and Cornea Section 8. San Fransisco: AAO
MD Association.

3. Biswell R (2010). “Corneal Ulcer” in Cornea. Vaughan D, Asbury T, Eva PR


(Ed). General Ophtalmology 17th ed. USA Appleton Lange, pp: 126-149.

32
4.Ilyas S. Tukak (Ulkus) Kornea. Dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2010. 159-167

5. Suwal S, Bandari D, Thapa P, Shrestha MK (2016). Microbiological Profile of


corneal ulcer cases diagnosed in a tertiary care ophthalmological institute in
Nepal. BMC Opthalmogy. 16:209.

6. Riset Kesehatan Dasar. Laporan Hasil Riset Kesehatan Daerah Nasional.


Badan penelitian dan pengembangan kesehatan [internet]. Jakarta ; 2013 [diakses
tanggal 18 Mei 2019]. Tersedia dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20201
3.pdf

7. Khurana AK. Disease of the Uveal Tract. Dalam: Comprehensive


Ophtalmology Sixth Edition. New Delhi: New Age International (P), 2015

8. Farida Y. Corneal Ulcers Treatment. Majority Journal. Vol. 4 No. 1. Lampung


: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2015. Hal. 119-127.

9. Edward J. H. Ocular Surface Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear Film 1st
Edition. Elsevier. USA. 2013.

10. Suhardjo, Widodo F, Dewi UM (2000). Tingkat Keparahan Ulkus Kornea di


RS Dr. Sardjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Bagian Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/SMF Penyakit Mata,
Yogyakarta
.

33

Anda mungkin juga menyukai