Pembumian sistem adalah pembumian pada sistem tenaga listrik ke bumi dengan cara
tertentu. Pembumian sistem ini dilakukan pada transformator pada gardu induk (GI) dan
transformator pada gardu distribusi (GD) pada pada saluran distribusi. Umumnya
pengtanahan sistem dilakukan pada titik netral sistem tenaga.
Adapun Tujuan dari pengtanahan sistem adalah:
1. Pada sistem yang besar yang tidak dibumikan arus gangguan relatif besar (> 5A)
sehingga busur listrik yang timbul tidak dapat padam sendiri yang akan menimbulkan
busur tanah (arching grounds). Gejala busur tanah merupakan gejala pemutusan
(clearing) dan pukul ulang (restriking) dari busur listrik secara berulang-ulang. Gejala
ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan tegangan lebih transien yang tinggi
yang dapatmerusak peralatan. Pada sistem yang dibumikan gejala tersebut hampir
tidak ada.
2. Untuk membatasi tegangan-tegangan pada fase-fase yang tidak terganggu (sehat).
Waktu Pemutusan
Tegangan Sentuh
Maksimum
(Volt)
(detik)
<50 ~
50 5,0
75 1,0
90 0,5
110 0,2
150 0,1
220 0,05
280 0,03
Standart kelayakan grounding/pembumian harus bisa memiliki nilai Tahanan
sebaran/Resistansi maksimal 5 Ohm (Bila di bawah 5 Ohm lebih baik). Material grounding
dapat berupa batang tembaga, lempeng tembaga atau kerucut tembaga, semakin luas
permukaan material grounding yang di tanam ke tanah maka resistansi akan semakin
rendah atau semakin baik.
Untuk mencapai nilai grounding tersebut, tidak semua areal bisa terpenuhi, karena ada
beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu :
1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan.
2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan
sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka arus
petirsemakin mudah menghantarkan.
3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk
mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan mineral akan
mudah hanyut.
1. Single Grounding
Yaitu dengan menancapkan sebuah batang logam/pasak biasanya di pasang tegak lurus
masuk kedalam tanah
2. Pararel Grounding
Bila sistem single grounding masih mendapatkan hasil kurang baik, maka perlu di
tambahkan material logam arus pelepas ke dalam tanah yang jarak antara batang
logam/material minimal 2 Meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Penambahan
batang logam/material dapat juga di tanam mendatar dengan kedalaman tertentu, bisa
mengelilingi bangunan membentuk cincin atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa di terapkan
secara bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistansi kurang dari 5 Ohm setelah
pengukuran dengan Earth Tester Ground
3. Maksimum Grounding
Yaitu dengan memasukan material grounding berupa lempengan tembaga yang diikat
oleh kabel BC, serta dengan pergantian tanah galian di titik grounding tersebut
Pentanahan titik netral
Pada saat sistem tenaga listrik masih dalam skala kecil, gangguan hubung singkat ke
tanah pada intalasi tenaga listrik tidak merupakan suatu masalah yang besar. Hal ini
dikarenakan bila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah arus gangguan masih relatif
kecil (lebih kecil dari 5 Amper), sehingga busur listrik yang timbul pada kontak-kontak antara
fasa yang terganggu dan tanah masih dapat padam sendiri.
Tetapi dengan semakin berkembangnya sistem tenaga listrik baik dalam ukuran jarak
(panjang) maupun tegangan, maka bila terjadi gangguan fasa ke tanah arus gangguan yang
timbul akan besar dan busur listrik tidak dapat lagi padam dengan sendirinya. Timbulnya
gejala-gejala “busur listrik ke tanah (arching ground)” sangat berbahaya karena
menimbulkan tegangan lebih transient yang dapat merusak peralatan.
Apabila hal diatas dibiarkan, maka kontinuitas penyaluran tenaga listrik akan terhenti,
yang berarti dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu sistem-sistem
tenaga listrik tidak lagi dibuat terapung (floating) yang lajim disebut sistem delta, tetapi titik
netralnya ditanahkan melalui tahanan, reaktor dan ditanahkan langsung (solid grounding).
Pentanahan itu umumnya dilakukan dengan menghubungkan netral
Suatu sistem dikatakan tidak diketanahkan (floating grounding) atau sistem delta. Jika
tidak ada hubungan galvanis antara sistem itu dengan tanah.
Metode Pentanahan Titik Netral
Metode-metode pentanahan titik netral sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut :
Pada sistem ini bila terjadi gangguan phasa ke tanah akan selalu mengakibatkan
terganggunya saluran (line outage), yaitu gangguan harus di isolir dengan membuka
pemutus daya. Salah satu tujuan pentanahan titik netral secara langsung adalah untuk
membatasi tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu bila terjadi gangguan fasa ke
tanah.
Keuntungan :
- Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu relatif kecil
- Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat dipermudah, sehingga letak
gangguan cepat diketahui
- Sederhana dan murah dari segi pemasangan
Kerugian :
- setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan terputusnya daya
- arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat membahayakan makhluk hidup
didekatnya dan kerusakan peralatan listrik yang dilaluinya
Pentanahan Titik Netral Melalui Tahanan (resistance grounding)
dimana :
R = Tahanan ( Ohm )
Ef = Tegangan fasa ke netral
I = Arus beban penuh dalam Ampere dari transformator.
Dengan memilih harga tahanan yang tepat, arus gangguan ketanah dapat dibatasi
sehingga harganya hampir sama bila gangguan terjadi disegala tempat didalam sistem bila
tidak terdapat titik pentanahan lainnya. Dalam menentukan nilai tahanan pentanahan akan
menentukan besarnya arus gangguan tanah.
Besarnya tahanan pentanahan pada sistem tenaga listrik (contohnya di PLN P3B Jawa Bali
Region Jabar), adalah sebagai berikut :
-Sistem 70 kV sebesar 62 Ohm
-Sistem 20 kV sebesar 12 Ohm atau 42 Ohm.
Jenis pentanahan (Resistor) yang dipakai adalah Resistor jenis logam (metalic resistor) atau
Resistor jenis batang karbon (Arang),bisa di lihat pada gambar di bawah ini:
pentanahan titik netral melalui tahanan (resistance grounding) mempunyai keuntungan dan
kerugian yaitu :
- Keuntungan :
* Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil
* Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus gangguan tanah kecil.
* Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus gangguan yang melaluinya.
- Kerugian :
* Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan selama terjadinya gangguan fasa ke
tanah.
* Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan rele pengaman menjadi berkurang
dan
lokasi gangguan tidak cepat diketahui.
Transformator Pentanahan
Bila pada suatu sistem tenaga listrik tidak terdapat titik netral, sedangkan sistem itu
harus diketanahkan, maka sistem itu dapat ditanahkan dengan menambahkan
“Transformator Pentanahan” (grounding transformer), contoh gambar pemasangan Trafo
Pentanahan seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Transformator pentanahan itu dapat terdiri dari transformator Zig-zag atau transformator
bintang-segitiga (Y-Δ). Trafo pentanahan yang paling umum digunakan adalah transformator
zig-zag tanpa belitan sekunder.
Pada sistem ini fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar
tunggal di sebagian sistem. Sistem ini merupakan gabungan antara sistem TN-S dan
TN-C. Di sebagian sistem penghantar netral dan penghantar proteksi tergabung dalam
penghantar tunggal dan di bagian lain, penghantar proteksi dan penghantar netral
terpisah.
tinggi pada BKT tersebut karena terjadinya pemutusan suplai secara otomatis dengan
bekerjanya gawai proteksi.
Jika titik netral sistem di sumbernya tidak ada, penghantar fase dari sumber dapat
dibumikan. Namun hal ini tidak dianjurkan penggunaannya di Indonesia. Yang dimaksud
dengan sumber adalah generator atau transformator.
Semua BKT perlengkapan/instalasi yang secara kolektif diberi proteksi oleh suatu
gawai proteksi yang sama, beserta penghantar proteksinya, harus bersama-sama
dihubungkan ke suatu elektrode pembumi bersama. Jika beberapa gawai proteksi
digunakan secara seri, persyaratan tersebut berlaku secara terpisah bagi semua BKT
yang diberi proteksi oleh setiap gawai proteksi.
Pembumi BKT perlengkapan/instalasi listrik secara listrik terpisah dari pembumi sistem listrik
dengan menggunakan elektrode bumi tersendiri atau jaringan pipa air minum dari logam
yang memenuhi syarat. Jika pembumi BKT perlengkapan/instalasi listrik dihubungkan
dengan pembumi sistem listrik melalui jaringan yang sama dari pipa air minum dari logam,
maka sistem tersebut bukan sistem TT, tetapi merupakan sistem TN-S.
Sistem tenaga listrik IT mempunyai semua bagian aktif yang diisolasi dari bumi, atau satu
titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedans. BKT instalasi listrik dibumikan secara
independen atau secara kolektif atau ke pembumian sistem
PENGUKURAN DAN PENGUJIAN
a. Pembumian BKT perlengkapan listrik terpisah dari pembumian sistem listriknya (sistem
TT).
b. Pembumian BKT perlengkapan listrik dihubungkan dengan pembumian sistemnya
dengan melalui jaringan pipa air dari logam yang sama (sistem TN).
RA x Ia ≤ 50 V …………………. (3)
Resistansi pembumian (R) dalam sistem TT sebaiknya tidak boleh melebihi 100 Ω.
Pengukuran dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pengukuran dengan voltmeter dan amperemeter Penghantar bumi dari elektrode bumi yang
akan diukur dihubungkan dengan penghantar fase instalasi melalui gawai proteksi arus
lebih, sakelar, resistansi yang dapat diatur dari 20 Ω sampai 1000 Ω, dan amperemeter.
Antara titik sirkit setelah amperemeter dengan elektrode bumi bantu, dipasang voltmeter.
Jika elektrode bumi yang akan diukur terdiri dari elektrode batang atau pipa tunggal,
maka elektrode bumi bantu harus berjarak sekurang-kurangnya 20 meter dari elektrode
bumi. Jika elektrode bumi yang akan diukur terdiri dari pita (dalam bentuk cincin, radial atau
kombinasi), maka jarak antara elektrode bantu dan elektrode bumi kira-kira 3 kali garis
tengah rata-rata dari susunan elektrode bumi tersebut.
Pada saat sakelar dimasukkan, resistansi tersebut harus dalam kedudukan
maksimum. Setelah sakelar dimasukkan, resistansi diatur sedemikian rupa hingga
amperemeter dan
voltmeter menunjukkan simpangan secukupnya. Hasil bagi dari tegangan dan arus yang
ditunjukkan oleh instrumen ukur tersebut adalah resistansi pembumian yang diukur.
Elektrode bantu yang diperlukan untuk pengukuran ini harus berjarak minimum 20 meter jika
elektrode bumi terdiri dari elektrode batang, dan berjarak kira-kira 3 kali diameternya jika
elektrode bumi terdiri dari elektrode pita (dalam bentuk cincin, radial atau kombinasi).
Pengukuran ini harus dilakukan dengan instrumen yang mempunyai sumber tegangan
sendiri.
SUMBER :
http://www.frequencyinverter.org/image/neutral-grounding-resistor.jpg
http://www.electronicshub.org/wp-content/uploads/2015/11/Solid-grounding.jpg
http://maulananggie.blogspot.co.id/2015/08/pembumian-sistem-tenaga.html
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj90NjQrqzWAhVHNo8KH
SwcB1MQFggmMAA&url=http%3A%2F%2Felektro.unm.ac.id%2Fjurnal%2FME%2FME%2520Vol
%25204%2520No.%25202%2520Edisi%2520Desember%25202009%2FHasrul%2520Bakri_METODE
%2520PENGUKURAN%2520DAN
%2520PENGUJIAN.pdf&usg=AFQjCNEevX8ND1TgMeqyvmieSJMDCyWuPA (Hasrul Bakri_METODE
PENGUKURAN DAN PENGUJIAN)