Anda di halaman 1dari 13

Pembumian Sistem

Pembumian sistem adalah pembumian pada sistem tenaga listrik ke bumi dengan cara
tertentu. Pembumian sistem ini dilakukan pada transformator pada gardu induk (GI) dan
transformator pada gardu distribusi (GD) pada pada saluran distribusi. Umumnya
pengtanahan sistem dilakukan pada titik netral sistem tenaga.
Adapun Tujuan dari pengtanahan sistem adalah:
1. Pada sistem yang besar yang tidak dibumikan arus gangguan relatif besar (> 5A)
sehingga busur listrik yang timbul tidak dapat padam sendiri yang akan menimbulkan
busur tanah (arching grounds). Gejala busur tanah merupakan gejala pemutusan
(clearing) dan pukul ulang (restriking) dari busur listrik secara berulang-ulang. Gejala
ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan tegangan lebih transien yang tinggi
yang dapatmerusak peralatan. Pada sistem yang dibumikan gejala tersebut hampir
tidak ada.
2. Untuk membatasi tegangan-tegangan pada fase-fase yang tidak terganggu (sehat).

Sedangkan secara khusus pembumian sistem bertujuan untuk:


1. Mencegah terjadinya kejut listrik pada sentuhan tak langsung pada BKT peralatan
akibat bekerjanya GPAL (gawai pemutus arus lebih) pada instalasi listrik.
2. Memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya dalam
keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan pada
bangunan beserta isinya.
3. Memperbaiki penampilan (performance) dari sistem.

Pembumian merupakan salah satu cara konvensional untuk mengatasi bahaya


tegangan sentuh tidak langsung yang dimungkinkan terjadi pada bagian peralatan
yang terbuat dari logam. Untuk peralatan yang mempunyai selungkup/ rumah tidak
terbuat dari logam tidak memerlukan sistem ini. Agar sistem ini dapat bekerja secara
efektif maka baik dalam pembuatannya maupun hasil yang dicapai harus sesuai
dengan standard. Ada 2 hal yang dilakukan oleh sistem pembumian, yaitu

1. menyalurkan arus dari bagian-bagian logam peralatan yang teraliri arus


listrik liar ke tanah melalui saluran pentanahan, dan
2. menghilangkan beda potensial antara bagian logam peralatan dan tanah sehingga
tidak membahayakan bagi yang menyentuhnya. Berikut ini contoh potensi bahaya
tegangan sentuh tidak langsung dan pengamanannya.
International Electrotechnical Commision (IEC) merekomendasikan tegangan
sentuh yang diizinkan sebagai fungsi dari lama gangguan seperti ditunjukkan pada tabel 1
di bawah ini. Tabel 1 umumnya digunakan untuk sistem tegangan pemanfaatan (instalasi
tegangan rendah)

Tabel 1. Besar dan lama tegangan sentuh

Waktu Pemutusan

Tegangan Sentuh

Maksimum

(Volt)

(detik)

<50 ~

50 5,0

75 1,0

90 0,5

110 0,2

150 0,1

220 0,05

280 0,03
Standart kelayakan grounding/pembumian harus bisa memiliki nilai Tahanan
sebaran/Resistansi maksimal 5 Ohm (Bila di bawah 5 Ohm lebih baik). Material grounding
dapat berupa batang tembaga, lempeng tembaga atau kerucut tembaga, semakin luas
permukaan material grounding yang di tanam ke tanah maka resistansi akan semakin
rendah atau semakin baik.
Untuk mencapai nilai grounding tersebut, tidak semua areal bisa terpenuhi, karena ada
beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu :

1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan.
2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan
sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka arus
petirsemakin mudah menghantarkan.
3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk
mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan mineral akan
mudah hanyut.

Grounding system atau pembumian dapat di buat dengan 3 bentuk, diantaranya :

1. Single Grounding

Yaitu dengan menancapkan sebuah batang logam/pasak biasanya di pasang tegak lurus
masuk kedalam tanah
2. Pararel Grounding

Bila sistem single grounding masih mendapatkan hasil kurang baik, maka perlu di
tambahkan material logam arus pelepas ke dalam tanah yang jarak antara batang
logam/material minimal 2 Meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Penambahan
batang logam/material dapat juga di tanam mendatar dengan kedalaman tertentu, bisa
mengelilingi bangunan membentuk cincin atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa di terapkan
secara bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistansi kurang dari 5 Ohm setelah
pengukuran dengan Earth Tester Ground

3. Maksimum Grounding

Yaitu dengan memasukan material grounding berupa lempengan tembaga yang diikat
oleh kabel BC, serta dengan pergantian tanah galian di titik grounding tersebut
Pentanahan titik netral
Pada saat sistem tenaga listrik masih dalam skala kecil, gangguan hubung singkat ke
tanah pada intalasi tenaga listrik tidak merupakan suatu masalah yang besar. Hal ini
dikarenakan bila terjadi gangguan hubung singkat fasa ke tanah arus gangguan masih relatif
kecil (lebih kecil dari 5 Amper), sehingga busur listrik yang timbul pada kontak-kontak antara
fasa yang terganggu dan tanah masih dapat padam sendiri.
Tetapi dengan semakin berkembangnya sistem tenaga listrik baik dalam ukuran jarak
(panjang) maupun tegangan, maka bila terjadi gangguan fasa ke tanah arus gangguan yang
timbul akan besar dan busur listrik tidak dapat lagi padam dengan sendirinya. Timbulnya
gejala-gejala “busur listrik ke tanah (arching ground)” sangat berbahaya karena
menimbulkan tegangan lebih transient yang dapat merusak peralatan.

Apabila hal diatas dibiarkan, maka kontinuitas penyaluran tenaga listrik akan terhenti,
yang berarti dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Oleh karena itu sistem-sistem
tenaga listrik tidak lagi dibuat terapung (floating) yang lajim disebut sistem delta, tetapi titik
netralnya ditanahkan melalui tahanan, reaktor dan ditanahkan langsung (solid grounding).
Pentanahan itu umumnya dilakukan dengan menghubungkan netral

Adapun tujuan pentanahan titik netral sistem adalah sebagai berikut :

1. Menghilangkan gejala-gejala busur api pada suatu sistem.


2. Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada fasa yang sehat).
3. Meningkatkan keandalan (realibility) pelayanan dalam penyaluran tenaga listrik.
4. Mengurangi/membatasi tegangan lebih transient yang disebabkan oleh penyalaan bunga
api yang berulang-ulang (restrike ground fault).
5. Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan dalam menentukan
lokasi gangguan.

Sistem Yang Tidak Ditanahkan (Floating Grounding)

Suatu sistem dikatakan tidak diketanahkan (floating grounding) atau sistem delta. Jika
tidak ada hubungan galvanis antara sistem itu dengan tanah.
Metode Pentanahan Titik Netral
Metode-metode pentanahan titik netral sistem tenaga listrik adalah sebagai berikut :

-Pentanahan melalui tahanan (resistance grounding)


-Pentanahan melalui reaktor (reactor grounding)
-Pentanahan langsung (effective grounding)
-Pentanahan melalui reaktor yang impedansinya dapat berubah-ubah(resonant grounding)
-pentanahan dengan kumparan Petersen (Petersen Coil).
Pentanahan Titik Netral Tanpa Impedansi (Pentanahan Langsung/Solid Grounding)

Sistem pentanahan langsung adalah dimana titik netrral sistem dihubungkan


langsung dengan tanah, tanpa memasukkan harga suatu impedansi.

Pada sistem ini bila terjadi gangguan phasa ke tanah akan selalu mengakibatkan
terganggunya saluran (line outage), yaitu gangguan harus di isolir dengan membuka
pemutus daya. Salah satu tujuan pentanahan titik netral secara langsung adalah untuk
membatasi tegangan dari fasa-fasa yang tidak terganggu bila terjadi gangguan fasa ke
tanah.
Keuntungan :
- Tegangan lebih pada phasa-phasa yang tidak terganggu relatif kecil
- Kerja pemutus daya untuk melokalisir lokasi gangguan dapat dipermudah, sehingga letak
gangguan cepat diketahui
- Sederhana dan murah dari segi pemasangan
Kerugian :
- setiap gangguan phasa ke tanah selalu mengakibatkan terputusnya daya
- arus gangguan ke tanah besar, sehingga akan dapat membahayakan makhluk hidup
didekatnya dan kerusakan peralatan listrik yang dilaluinya
Pentanahan Titik Netral Melalui Tahanan (resistance grounding)

Pentanahan titik netral melalui tahanan (resistance grounding) dimaksud adalah


suatu sistem yang mempunyai titik netral dihubungkan dengan tanah melalui tahanan
(resistor).
Pada umumnya nilai tahanan pentanahan lebih tinggi dari pada reaktansi sistem pada
tempat dimana tahanan itu dipasang. Sebagai akibatnya besar arus gangguan fasa ke tanah
pertama-tama dibatasi oleh tahanan itu sendiri. Dengan demikian pada tahanan itu akan
timbul rugi daya selama terjadi gangguan fasa ke tanah.
Secara umum harga tahanan yang ditetapkan pada hubung netral adalah :
R = Ohm

dimana :
R = Tahanan ( Ohm )
Ef = Tegangan fasa ke netral
I = Arus beban penuh dalam Ampere dari transformator.

Dengan memilih harga tahanan yang tepat, arus gangguan ketanah dapat dibatasi
sehingga harganya hampir sama bila gangguan terjadi disegala tempat didalam sistem bila
tidak terdapat titik pentanahan lainnya. Dalam menentukan nilai tahanan pentanahan akan
menentukan besarnya arus gangguan tanah.
Besarnya tahanan pentanahan pada sistem tenaga listrik (contohnya di PLN P3B Jawa Bali
Region Jabar), adalah sebagai berikut :
-Sistem 70 kV sebesar 62 Ohm
-Sistem 20 kV sebesar 12 Ohm atau 42 Ohm.

Jenis pentanahan (Resistor) yang dipakai adalah Resistor jenis logam (metalic resistor) atau
Resistor jenis batang karbon (Arang),bisa di lihat pada gambar di bawah ini:

Resistor jenis logam (metalic resistor)

Resistor jenis batang karbon (Arang)

pentanahan titik netral melalui tahanan (resistance grounding) mempunyai keuntungan dan
kerugian yaitu :

- Keuntungan :
* Besar arus gangguan tanah dapat diperkecil
* Bahaya gradient voltage lebih kecil karena arus gangguan tanah kecil.
* Mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat arus gangguan yang melaluinya.

- Kerugian :
* Timbulnya rugi-rugi daya pada tahanan pentanahan selama terjadinya gangguan fasa ke
tanah.
* Karena arus gangguan ke tanah relatif kecil, kepekaan rele pengaman menjadi berkurang
dan
lokasi gangguan tidak cepat diketahui.
Transformator Pentanahan

Bila pada suatu sistem tenaga listrik tidak terdapat titik netral, sedangkan sistem itu
harus diketanahkan, maka sistem itu dapat ditanahkan dengan menambahkan
“Transformator Pentanahan” (grounding transformer), contoh gambar pemasangan Trafo
Pentanahan seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Contoh Pemasangan Trafo Pentanahan

Transformator pentanahan itu dapat terdiri dari transformator Zig-zag atau transformator
bintang-segitiga (Y-Δ). Trafo pentanahan yang paling umum digunakan adalah transformator
zig-zag tanpa belitan sekunder.

JENIS PEMBUMIAN SISTEM

Dalam instalasi listrik dikenal 3 macam sistem pembumian, yaitu :


1. Sistem TN (Terra Neutral) atau sistem Pembumian Netral Pengaman (PNP) Sistem
pembumian TN mempunyai satu titik yang dibumikan langsung, BKT instalasi
dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar proteksi. Sistem TN dilakukan dengan
cara menghubungkan semua BKT perlengkapan/ instalasi melalui penghantar
proteksi ke titik sistem tenaga listrik yang dibumikan sedemikian rupa sehingga bila
terjadi kegagalan isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu
tinggi karena terjadinya pemutusan suplai secara otomatis dengan bekerjanya gawai
proteksi. Umumnya titik sistem tenaga listrik yang dibumikan adalah titik netral. Jika
titik netral tidak ada atau tidak terjangkau, penghantar fase harus dibumikan. Namun
hal ini tidak dianjurkan di Indonesia. Dalam semua keadaan, penghantar fase tidak
boleh melayani sebagai penghantar PEN.
Ada tiga jenis sistem TN sesuai dengan susunan penghantar netral dan penghantar
proteksi yaitu sebagai berikut :
a. Sistem TN-S (Terra Neutral-Separated)
Pada sistem ini, digunakan penghantar proteksi yang terpisah di seluruh sistem.
Pada instalasi listrik 3 fase, terdapat lima penghantar dari titik suplai (PHB). Tiga
buah penghantar untuk masing-masing fase, satu penghantar untuk penghantar
netral dan satu penghantar untuk penghantar proteksi. Sedangkan pada instalasi
listrik 1 fase, terdapat tiga penghantar dari titik suplai (PHB). Satu penghantar
untuk penghantar fase, satu penghantar untuk penghantar netral dan satu
penghantar untuk penghantar proteksi.

b. Sistem TN-C (Terra Neutral-Combined)


Pada sistem ini, fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar
tunggal di seluruh sistem. Pada instalasi listrik 3 fase, terdapat 4 penghantar dari
titik suplai (PHB). Tiga buah penghantar untuk masing-masing fase, satu
penghantar untuk penghantar netral bersama-sama dengan penghantar proteksi.
Sedangkan pada instalasi listrik 1 fase, hanya terdapat dua penghantar dari titik
suplai. Satu penghantar untuk penghantar fase, satu penghantar untuk
penghantar netral dan penghantar proteksi.

Gambar 5. Sistem Pembumian TN-C

c. Sistem TN-C-S (Terra Neutral-Combined-Separated)

Pada sistem ini fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar
tunggal di sebagian sistem. Sistem ini merupakan gabungan antara sistem TN-S dan
TN-C. Di sebagian sistem penghantar netral dan penghantar proteksi tergabung dalam
penghantar tunggal dan di bagian lain, penghantar proteksi dan penghantar netral
terpisah.

Gambar 6. Sistem Pembumian TN-C-S


2. Sistem TT (Terra-Terra) atau sistem Pembumian Pengaman (PP)

Sistem TT dilakukan dengan cara :

- Membumikan titik netral sistem listrik di sumbernya


- Membumikan BKT perlengkapan dan BKT instalasi listrik, sedemikian rupa sehingga
apabila terjadi kegagalan isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang
terlalu

tinggi pada BKT tersebut karena terjadinya pemutusan suplai secara otomatis dengan
bekerjanya gawai proteksi.

Jika titik netral sistem di sumbernya tidak ada, penghantar fase dari sumber dapat
dibumikan. Namun hal ini tidak dianjurkan penggunaannya di Indonesia. Yang dimaksud
dengan sumber adalah generator atau transformator.

Semua BKT perlengkapan/instalasi yang secara kolektif diberi proteksi oleh suatu
gawai proteksi yang sama, beserta penghantar proteksinya, harus bersama-sama
dihubungkan ke suatu elektrode pembumi bersama. Jika beberapa gawai proteksi
digunakan secara seri, persyaratan tersebut berlaku secara terpisah bagi semua BKT
yang diberi proteksi oleh setiap gawai proteksi.

Pembumi BKT perlengkapan/instalasi listrik secara listrik terpisah dari pembumi sistem listrik
dengan menggunakan elektrode bumi tersendiri atau jaringan pipa air minum dari logam
yang memenuhi syarat. Jika pembumi BKT perlengkapan/instalasi listrik dihubungkan
dengan pembumi sistem listrik melalui jaringan yang sama dari pipa air minum dari logam,
maka sistem tersebut bukan sistem TT, tetapi merupakan sistem TN-S.

3. Sistem IT (Impedance Terra) atau sistem penghantar pengaman (HP)

Sistem tenaga listrik IT mempunyai semua bagian aktif yang diisolasi dari bumi, atau satu
titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedans. BKT instalasi listrik dibumikan secara
independen atau secara kolektif atau ke pembumian sistem
PENGUKURAN DAN PENGUJIAN

1. Pengukuran resistansi pembumian dan resistansi lingkar pada sistem


pembumian proteksi
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sistem pembumian proteksi ada
dua macam yaitu:

a. Pembumian BKT perlengkapan listrik terpisah dari pembumian sistem listriknya (sistem
TT).
b. Pembumian BKT perlengkapan listrik dihubungkan dengan pembumian sistemnya
dengan melalui jaringan pipa air dari logam yang sama (sistem TN).

Pengukuran resistansi pembumian yang besarnya seperti yang telah dijelaskan


sebelumnya yaitu :

RA x Ia ≤ 50 V …………………. (3)

Resistansi pembumian (R) dalam sistem TT sebaiknya tidak boleh melebihi 100 Ω.
Pengukuran dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Pengukuran dengan voltmeter dan amperemeter Penghantar bumi dari elektrode bumi yang
akan diukur dihubungkan dengan penghantar fase instalasi melalui gawai proteksi arus
lebih, sakelar, resistansi yang dapat diatur dari 20 Ω sampai 1000 Ω, dan amperemeter.
Antara titik sirkit setelah amperemeter dengan elektrode bumi bantu, dipasang voltmeter.
Jika elektrode bumi yang akan diukur terdiri dari elektrode batang atau pipa tunggal,
maka elektrode bumi bantu harus berjarak sekurang-kurangnya 20 meter dari elektrode
bumi. Jika elektrode bumi yang akan diukur terdiri dari pita (dalam bentuk cincin, radial atau
kombinasi), maka jarak antara elektrode bantu dan elektrode bumi kira-kira 3 kali garis
tengah rata-rata dari susunan elektrode bumi tersebut.
Pada saat sakelar dimasukkan, resistansi tersebut harus dalam kedudukan
maksimum. Setelah sakelar dimasukkan, resistansi diatur sedemikian rupa hingga
amperemeter dan
voltmeter menunjukkan simpangan secukupnya. Hasil bagi dari tegangan dan arus yang
ditunjukkan oleh instrumen ukur tersebut adalah resistansi pembumian yang diukur.

Gambar 9. Pengukuran resistansi pembumian pada sistem TT


b). Pengukuran dengan instrumen ukur resistansi pembumian

Elektrode bantu yang diperlukan untuk pengukuran ini harus berjarak minimum 20 meter jika
elektrode bumi terdiri dari elektrode batang, dan berjarak kira-kira 3 kali diameternya jika
elektrode bumi terdiri dari elektrode pita (dalam bentuk cincin, radial atau kombinasi).
Pengukuran ini harus dilakukan dengan instrumen yang mempunyai sumber tegangan
sendiri.

SUMBER :

http://www.frequencyinverter.org/image/neutral-grounding-resistor.jpg

http://www.electronicshub.org/wp-content/uploads/2015/11/Solid-grounding.jpg

http://maulananggie.blogspot.co.id/2015/08/pembumian-sistem-tenaga.html

https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj90NjQrqzWAhVHNo8KH
SwcB1MQFggmMAA&url=http%3A%2F%2Felektro.unm.ac.id%2Fjurnal%2FME%2FME%2520Vol
%25204%2520No.%25202%2520Edisi%2520Desember%25202009%2FHasrul%2520Bakri_METODE
%2520PENGUKURAN%2520DAN
%2520PENGUJIAN.pdf&usg=AFQjCNEevX8ND1TgMeqyvmieSJMDCyWuPA (Hasrul Bakri_METODE
PENGUKURAN DAN PENGUJIAN)

Hasrul_EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN.PDF

Anda mungkin juga menyukai