Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP KEPEMIMPINAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. ANNISA ZAHRA
2. LARASATI AKJULIMA
3. MARTINA WISDAYANTI
4. PEGGY RIVIEA AMASKTA
5. JEVY WENDI

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan pada saat ini tengah mengalami beberapa perubahan mendasar baik sebagai
sebuah profesi maupun sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat dimana tuntutan
masyarakat pada keperawatan agar berkontribusi secara berkualitas semakin tinggi.
Sebagai sebuah profesi, keperawatan dihadapkan pada situasi dimana karakteristik
profesi harus dimiliki dan dijalankan sesuai kaidahnya. Sebaliknya, sebagai pemberi
pelayanan, keperawatan juga dituntut untuk lebih meningkatkan kontribusinya dalam
pelayanan kepada masyarakat yang semakin terdidik, dan mengalami masalah kesehatan
yang bervariasi serta respon terhadap masalah kesehatan tersebut menjadi semakin bervariasi
pula.
Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu mengarahkan
profesi keperawatan dalam menyesuaikan dirinya ditengah-tengah perubahan dan
pembaharuan sistem pelayanan kesehatan. Kepemimpinan ini sekiranya yang fleksible,
accessible, dan dirasakan kehadirannya, serta bersifat kontemporer.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu
secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa
yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku orang lain. Sikap dan
emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada
pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila
dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu
memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan
terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.
B. Tujuan
Sebagai salah satu acuan dalam memenuhi penilaian penguasaan,khususnya pada mata kuliah
Manajemen & Kepemimpinan Dalam Keperawatan

C. Masalah
1. Bagaimana definisi kepemimpinan ?
2. Bagaimana teori kepemimpinan ?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan ?
4. Bagaimana kriteria pemimpin dalam keperawatan yang efektif ?
5. Bagaimana tugas kemepimpinan dalam keperawatan ?
6. Bagaimana penerapan kepemimpinan dalam keperawatan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan
Definisi kepemimpinan menurut Stogdill yaitu kepemimpinan sebagai suatu proses
yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai
tujuan. Definisi kepemimpinan dari Strogdill dapat diterapkan dalam keperawatan.
Gardner mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi
contoh sehingga individu (atau pemimpin kelompok) membujuk kelompoknya untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Merton menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi masyarakat dimana
seorang anggota mempengaruhi yang lainnya.
Menurut McGregor, akhirnya ada empat variabel besar yang diketahui sekarang
untuk memahami kepemimpinan: (1) karakteristik pimpinan; (2) sikap; (3) kebutuhan, dan
karakteristik lainnya dari bawahan; dan (4) keadaan sosial, ekonomi, dan polotik lingkungan.
McGregor mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan yang sangat kompleks
yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang terjadi pada manajemen, serikat
kerja atau kekuatan dari luar.
Talbott mengatakan “kepemimpinan adalah bumbu yang sangat vital yang
mengubah sekelompok orang menjadi suatu organisai yang berfungsi dan berguna.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang menopang suatu kegiatan atas inisiatif seseorang.
Bukan semata-mata hanya menunjukan arah dan membuarkan sesuatu terjadi. Kepemimpinan
adalah suatu konsep dari suatu tujuan dan metode untuk mencapainya, suatu mobilisasi dari
seluruh fasiltas yang diperlukan untuk mencapai hasil, dari penyesuaian dan nilai-nilai
terhadap faktor lingkungan pada akhir dari tujuan yang dikehendaki nantinya.”
B. Teori Kepemimpinan
Dalam mengembangkan model kepemimpinan terdapat beberapa teori yang
mendasari terbentuknya gaya kepemimpinan. Menurut Whitaker (1996), ada empat macam
pendekatan kepemimpinan yaitu:
1) Teori Bakat
Teori bakat terdiri dari bakat intelegensi dan kepribadian.
Kemampuan ini merupakan bawaan sejak lahir yang mempunyai pengaruh besar dalam
kepemimpinan. Beberapa hal yang menonjol pada teori bakat adalah kepandaian berbicara,
kemampuan/keberanian dalam memutuskan sesuatu, penyesuaian diri, percaya diri, kreatif,
kemampuan interpersonal dan prestasi yang dapat menjadi bekal dalam membentuk
kepemimpinan sehingga seseorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya.
2) Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku yang dipunyai oleh pemimpin dan
yang membedakan dirinya dari non pemimpin. Menurut teori ini seorang pemimpin dapat
mempelajari perilaku pemimpin supaya dapat menjadi pemimpin yang efektif. Dengan
demikian teori perilaku kepemimpinan lebih sesuai dengan pandangan bahwa pemimpin
dapat dipelajari, bukan bawaan sejak lahir.
3) Teori Situasi (Contingency)
Teori situasi mengasumsikan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang paling baik,
tetapi kepemimpinan tergantung pada situasi, bentuk organisasi, kekuasaan atau otoriter dari
pemimpin, pekerjaan yang kompleks dan tingkat kematangan bawahan.
4) Teori Transformasi
Teori transformasi mengasumsikan bahwa pemimpin mampu melakukan kepemimpinannya
dalam situasi yang sangat cepat berubah atau situasi yang penuh krisis. Menurut Bass
(Dikutip Gibson, 1997) seorang pemimpin transformasional adalah seorang yang dapat
menampilkan kepemimpinan yang kharismatik, penuh inspirasi, stimulasi intelektual dan
perasaan bahwa setiap pengikut diperhitungkan.
C. Gaya Kepemimpinan
Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu
organisasi antara lain:
a) Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik
ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada
bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi.
Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding
kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan
mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin
dapat menerapkan gaya partisipasinya.
b) Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
1) Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap
bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang
dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
2) Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan
ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan
keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
3) Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin
menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang
menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan
spesifik yang dibuat oleh bawahan.
4) Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif
ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan
sebagai kelompok kerja.
c) Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise
(1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat
dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X
mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak
mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin
daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja,
bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu
berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat
macam yaitu:
1) Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan
ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
2) Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun
bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan
tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan
dengan musyawarah. Gaya ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.
4) Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada
bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)

d) Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House


Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam (2002)
mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:
1) Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya
ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya.
2) Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap
bawahan.
3) Parsitipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam
rangka pengambilan sebuah keputusan.
4) Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk
mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)

e) Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard


Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:
1) Instruksi
 Tinggi tugas dan rendah hubungan
 Komunikasi sejarah
 Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal
 Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifikserta mengawasi
dengan ketat
2) Konsultasi
 Tinggi tugas dan tinggi hubungan
 Komunikasi dua arah
 Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar
3) Parsitipatif
 Tinggi hubungan rendah tugas
 Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan keputusan
4) Delegasi
 Rendah hubungan dan rendah tugas
 Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan
masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan

f) Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White


Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi,
liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
1) Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Wewenang mutlak berada pada pimpinan
 Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
 Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
 Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
 Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan
dilakukan secara ketat
 Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
 Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau
pendapat
 Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
 Lebih banyak kritik daripada pujian
 Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
 Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
 Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
 Kasar dalam bersikap
 Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
2) Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar
besedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang
akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Wewenang pimpinan tidak mutlak
 Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
 Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
 Komunikasi berlangsung timbal balik
 Pengawasan dilakukan secara wajar
 Prakarsa datang dari bawahan
 Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
 Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif
 Pujian dan kritik seimbang
 Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-
masing
 Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
 Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
 Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling
menghargai
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama
3) Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan
pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
 Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
 Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
 Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
 Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
 Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
 Prakarsa selalu berasal dari bawahan
 Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
 Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
 Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan

g) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang


Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan
dibedakan menjadi empat yaitu:
1) Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan. Menggunakan
kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang
akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada
kepentiungan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.
2) Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan
kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk
menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya.
Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
3) Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan
hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf
dimintai saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan
keputusan akhir ada pada kelompok.
4) Bebas Tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan,
supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekarjaan sesuai dengan caranya
sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.

D. Kriteria Pemimpin dalam Keperawatan yang Efektif


Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin menelaah
dengan sistem yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang
pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai
hasil yang memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa
kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
a) Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
1) Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih
pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2) Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri
serta kebutuhan orang lain.
3) Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4) Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
5) Mengambil tindakan
b) Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama-sama
mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
c) Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia ( hubungan
antar manusia ).
2) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3) Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi
orang lain.
4) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang
mengenal orang lain dengan baik.
d) Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
1) Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang
lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya
justru telah menghambatnya.
2) Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai
kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3) Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik
dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.

E. Tugas Kepemimpinan dalan Keperawatan


Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah:
a. Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat harus mampu
bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi, berperan dalam setiap aspek
kehidupan berorganisasi, serta mengkaji setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu
yang baru serta mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat
menghasilkan.
b. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan, ataupun
hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan keluarganya.
c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya pemimpin untuk
memotivasi bawahan
d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan konsumen lainnya.
Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat memperlancar proses pelaksanaan kegiatan
sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan.
e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan berbagai cara
untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu masih dapat dihargai oleh
bawahan.
f. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam rangka
memperlancar pencapaian tujuan.
g. Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik mencerminkan
pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan dengan baik pula sehingga
produktivitas kerja menjadi meningkat.
F. Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan
Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang
kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan
berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan
tersebut meliputi :
1. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan diorganisasikan. Semua
kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara
yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di
ruangan.
2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para perawat tentang
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas. Dalam memberi pengarahan,
seorang pemimpin harus mampu membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan
juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan dengan
benar.
3. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan berarti
menunjukkan cara menggunakan berbagai metode mengajar dan konseling. Bimbingan yang
diberikan meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan
membantu bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan
bagi perawat dan klien.

4. Medorong Kerjasama dan Partisipasi


Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan keperawatan. Seorang
pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau
dibawah pimpinan. Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap
individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan mereka mendapat pujian
serta kritik yang membangun. Bawahan perlu mengetahui bahwa pemimpin mempercayai
kemampuan mereka. Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama.
Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan
membuat setiap perawat merasa dihargai termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau
yang pasif. Partisipasi setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.
5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalam
kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiap perawat
mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu
dilakukan adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan.
Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu perencanaan yang baik
dan penggunaan kemampuan setiap individu dan sumber-sumber yang ada.
6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap staf dan pekerjaan
mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan dan
kelebihan staf sehingga dapat mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang baik dan
memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat menganalisa perawat lain
secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri sendiri sebagai seorang perawat dan seorang
pemimpin secara jujur.

Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat melakukan tanggung
jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Dalam melaksanakan pelayanan dan
asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai seorang pemimpin bertanggung jawab dalam :
a. Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan
b. Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan
c. Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar
e. Penyelesaian pekerjaan dengan benar
f. Pencapaian tujuan keperawatan
g. Kesejahteraan bawahan
h. Memotivasi bawahan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan dipandang sebagai suatu proses interaktif yang dinamis yang mencakup
tiga dimensi; pimpinan, bawahan, dan situasi. Masing-masing dari dimensi tadi saling
mempengaruhi misalnya, pencapain tujuan tergantung bukan karena hanya sifat pribadi dari
seorang pemimpin, tetapi juga tergantung dari kebutuhan bawahan dan bentuk dari suatu
keadaan.
B. Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang model-model kepemimpinan
dalam keperawatan. Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Swansburg, Russel C. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan; alih bahasa,


Suharyati Samba; editor, Monica Ester. Jakarta : EGC, 2000
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan
Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Suarli S dan Bahtiar nYanyan.____. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai