Anda di halaman 1dari 19

I.

GEOLOGI TEKNIK
Geologi Teknik adalah aplikasi geologi untuk kepentingan keteknikan, yang menjamin pengaruh
faktor-faktor geologi terhadap lokasi, desain, konstruksi, pelaksanaan pembangunan (operation)
dan pemeliharaan hasil kerja keteknikanatau engineering works (American Geological Institute
dalam Attewell & Farmer, 1976).
Sebenarnya pengetahuan ini sudah dimengerti dan dipergunakan beberapa abad yang lalu baik di
indonesia maupun di negeri-negeri lain. Di indonesia misalnya pada pembuatan candi-candi pada
waktu itu sudah dapat memilih batu-batu berkualitas. Pemakaian ilmu geologi untuk bidang
teknik sipi dilakukan oleh ahli teknik sipil inggris bernama William Smith (1839) dikenal
sebagai bapak geologi inggris. Dengan pembuatan terowongan kereta api swiss, bendungan di
california, (1928). Di indonesia kira-kira 50 tahun yang lalu baru mulai ada kesadaran
pentingnya geologi dalam pekerjaan-pekerjaan sipil.

Gambar I.1 Ruang Lingkup Geologi Teknik

Peristilahan material bangunan sering terjadi masalah, oleh karena itu sebagai konsultan bidang
geologi teknik harus memahami istilah-istilah atau batasan-batasan yang benar menurut teknik
sipil. Ada perbedaan pengertian dalam bidang geologi maupun bidang teknik sipil tentang tanah
dan batuan.
Gambar I.2 Tabel Istilah

I.1 PROSES-PROSES GEOLOGI YANG MENYEBABKAN BENCANA ALAM


Berbagai proses geologi selalau bekerja di sekitar kita. Proses-proses tersebut bekerja
membentuk roman muka bumi. Ada kalanya, proses-proses yang bekerja itu bersentuhan dengan
manusia dan dapat menyebabkan kerusakan harta benda dan bahkan kematian. Proses-proses
geologi yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia itu selanjutnya disebut sebagai bencana
geologi.
Bila kita memperhatikan lokasi tempat proses-proses geologi berlangsung, maka akan tampak
bahwa proses-proses geologi dapat terjadi di semua tempat di permukaan bumi. Oleh karena itu,
bencana geologi dapat juga terjadi di berbagai tempat di permukaan bumi. Meskipun demikian,
macam-macam proses geologi atau bencana geologi yang terjadi di suatu setting lingkungan
sangat ditentukan oleh kondisi geologi dan geomofologi yang ada di lingkungan tersebut.

Bencana alam merupakan yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia, hewan, dan
tanaman. bencana alam sendiri ada yang secara alamiah dan terjadi karena perbuatan manusia.

I.2 PROSES GEOLOGI DAN BENCANA GEOLOGI

Proses geologi adalah semua proses yang berlangsung di permukaan bumi atau di bawah
permukaan bumi yang melibatkan semua materialyang ada di bumi. Proses-proses tersebut
berlangsung di dalam suatu sistem yang bekerja membangun dan membentuk permukaan bumi,
dan memindahkan material dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu sistem ke sistem yang
lain. Dengan demikian, sesuai dengan perbedaan karakter material yang terlibat dan lokasinya,
proses-proses geologi memiliki karakter yang “site specific” (khas menurut lokasinya) meskipun
dengan pemisahan yang tidak ketat.
Di daerah pesisir, proses-proses geologi yang khas untuk daerah pesisir umumnya adalah proses-
proses geologi hasil interaksi dari angin, gelombang, pasang-surut dan arus. Sebagai bencana
geologi, proses-proses geologi itu dapat terekspresikan sebagai tsunami, gelombang karena
badai, banjir, erosi pantai dan sedimentasi. Selain itu, ada satu proses geologi yang umum terjadi
di daerah pesisir yang tidak ada kaitannya dengan berbagai fenomena yang telah disebutkan di
atas, yaitu subsiden. Macam bencana yang terakhir ini berkaitan dengan kondisi geologi daerah
pesisir dan aktifitas manusia.

I.3 Proses Proses Geologi dan Perubahan Bentangalam

Dibahas tentang proses-proses geologi sebagai suatu proses alamiah yang berjalan sepanjang
masa dan proses-proses ini (endogen dan eksogen) akan membentuk, mempertahankan, dan
merubah bentuk bentangalam. Proses-proses geologi tersebut selain merubah bentuk bentuk
bentangalam juga dapat menghasilkan sumberdaya geologi dan dapat pula menimbulkan bencana
bagi kehidupan manusia. Selain itu proses-proses geologi dapat pula dimanfaatkan dalam
pengelolaan lingkungan, seperti pengenceran, disperse, pergantian ion yang dimanfaatkan untuk
mengelola limbah.

II. TANAH LONGSOR

sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa
batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar
tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan
faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material
sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng
yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
1. erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang
laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
2. lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
3. gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang
lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng
tersebut
4. gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-
debu
5. getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
6. berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju

II.1 Jenis-jenis Tanah Longsor

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni:


 longsoran translasi,
 longsoran rotasi,
 pergerakan blok,
 runtuhan batu,
 rayapan tanah, dan
 aliran bahan rombakan.

Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran
yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan

III. GEMPA BUMI

adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari
dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan
oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan
ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan
menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana
gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala yang di laporkan oleh
observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. kedua
skala yang sama selama rentang angka mereka valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian
besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di
daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya
telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0
atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011), dan
itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada
modifikasi Skala Mercalli..

III.1 JENIS-JENIS GEMPA BUMI


Jenis gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan:

a. Berdasarkan Penyebab
• Gempa bumi tektonik
Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng
tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran
gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik
disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti
layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.
• Gempa bumi tumbukan
Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis
gempa Bumi ini jarang terjadi
• Gempa bumi runtuhan
Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
• Gempa bumi buatan
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti
peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
• Gempa bumi vulkanik (gunung api)
Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api
meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang
juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar
gunung api tersebut.

b. Berdasarkan Kedalaman
 Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah
permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
 Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai
300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan
kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
 Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari
permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.

c. Berdasarkan Gelombang/Getaran Gempa


 Gelombang Primer
Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di
tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.
 Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat,
seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4-7 km/detik.
Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.

III.2 Penyebab terjadinya gempa Bumi


Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan
akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran
lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.
Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi yang
paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa
Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit
kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Adapaun Skala Richter untuk magnitudo gempa bumi adalah sebagai berikut.
< 2 Secara umum getaran tak terasa tetapi terekam oleh seismograf
2 – 2,9 Getaran hampir terasa oleh sebagian kecil orang
3 – 3,9 Getaran terasa oleh sebagian kecil orang
4 – 4,9 Getaran terasa oleh hampir semua orang
5 – 5,9 Getaran mulai menimbulkan kerusakan bangunan
6 – 6,9 Getaran menimbulkan kerusakan
7 – 7,9 Gempa skala besar, getaran kuat, menimbulkan kerusakan besar
8 – 9 Gempa dahsyat, getaran sangat kuat dan meluluh lantakkan bangunan
IV. TSUNAMI

adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal
dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau
hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang
dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya.
Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam.
Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1
meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah
laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per
jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman
gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan
korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material
yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

IV.1 Penyebab terjadinya tsunami


Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air,
seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun,
90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami
diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-
tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang
besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai,
kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai
yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa
meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh
dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi
di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak
lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air
laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor
yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami
yang tingginya mencapai ratusan meter.

IV.2 Gempa yang menyebabkan tsunami


 Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
 Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
 Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
IV.3 Mekanisme terjadinya tsunami :
1. Terjadi gempabumi tektonik akibat peristiwa tumbukan lempeng.
2. Terjadi pengurangan volume air sehingga air laut menyusut sesaat.
3. Terbentuklah gelombang laut yang semakin kuat ke arah pantai.
4. Terjadilah gelombang tsunami yang tingginya sesuai perbedaan elevasi.
5. Tsunami akan terpecah dan tertahan oleh tanggul pepohonan.

IV.4 Upaya Penyelamatan Diri dari Tsunami :


1. Permukaan air laut dalam keadaan normal, tiba-tiba terasa ada goncangan tanah.
2. Air laut surut secara tiba-tiba menjorok jauh ke tengah laut. Segera lari menjauh dari pantai
cari tempat yang tinggi.
3. Berlindung di perbukitan atau daerah yang tinggi.
4. Tunggu hingga gelombang laut normal kembali, lakukan tindakan penyelamatan.

V. BENCANA VULKANISME

Vulkanisme adalah kegiatan yang berkaitan dengan gerakan magma.


Magma sebagai masa silikat cair pijar sangat giat melakukan gerakan ke segala arah baik secara
vertical, miring, menyusup atau mendatar, yang bergerak dipermukaan bumi ataupun hanya di
dalam bumi. Bagian bumi tempat keluarnya magma disebut gunung berapi, sedangkan gerakan
magma yang dapat mengangkat lapisan batuan yang cembung keatas dan mengikis ruangan yang
V.1 Gejala-gejala vulkanisme tersebut meliputi :
1) Instruksi Magma
Yaitu proses penerobosan magma ke dalam litosfer tetapi tidak mampu mencapai permukaan
bumi. Intrusi magma menghasilkan bentukan-bentukan di dalam dapur magma.
 Batolit, yaitu magma yang membeku di dalam dapur magma.
 Lakolit, yaitu batuan beku yang terbentuk dari resapan magma dan membeku diantara
dua lapisan batuan berbentuk lensa cembung.
 Sill/keeping intrusi, batuan beku yang berbentuk diantara dua lapisan batuan, berbentuk
pipih dan melebar.
 Gang, yaitu magma yang memotong lapisan batuan dengan arah tegak/miring, berbentuk
pipih dan melebar.
 Apofisa, yaitu batuan beku yang berbentuk dicabang-cabang gang, berukuran kecil.
2) Ekstrusi Magma
Yaitu gerakan magma mencapai permukaan bumi dalam bentuk letusan atau erupsi.erupsi
dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut:
 Erupsi linear, yaitu keluarnya magma melalui retakan atau celah.
 Erupsi sentral, yaitu keluarnya magma melalui terusan kepundan
 Gunung api perisai (tameng)
 Terjadi akibat magma keluar sangat encer. Selanjutnya magma yang emcer ini mengalir
kesegala arah membentuk lereng yang sangat landai, sekitar 10 – 100.
 Gunung Api Maar
 Terjadi akibat letusan ekspolosif yang membentuk lubang lingkaran besar di permukaan
bumi. Dapur magma yang kecil dan dangkal mengakibatkan letusan satu kali dan mati.
Gunung api maar tidak tinggi dan terdiri atas timbunan bahanbahan padat atau efflata dan
dibawahnya kadang-kadang terdapat air. Misalnya danau Klakah.
 Gunung Api Strato
 Terjadi akibat erupsi eksplosip yang diselingi dengan erupsi efusif sehingga lerengnya
berlapis-lapis dan terdiri atas bermacam-macam batuan. Gunung api strato paling banyak
terdapat di dunia, seperti di Indonesia adalah gunung merbabu dan Merapi Jawa Tengah,
semeru dan Kelud (Jawa Timur)
 Erupsi Areal, yaitu keluarnya magma pada satu areal tertentu karena dekatnya dapur
magma dengan permukaan bumi. Berdasarkan kuat tidaknya letusan dan kandungan
mineral yang dikeluarkan, erupsi gunung api dibedakan atas dua macam, yaitu :
 Erupsi eksplosif, adalah erupsi atau letusan dan kandungan mineral yang dikeluarkan,
erupsi ini biasanya menyemburkan material vulkanik yang bersifat padat cair.
 Erupsi efusif atau letusan yang tidak menimbulkan ledakan karena tekanan gas
kurang kuat. Pada proses erufsi ini material yang dikeluarkan adalah material cair
atau sebagian besar lava dan sedikit material padat yang berukuran kecil. Selanjutnya
bahan-bahan tersebut mengalir pada lereng gunung sebagai aliran lava.
Gunung api adalah bukit atau gunung yang mempunyai lubang kepundan sebagai tempat
keluarnya magma dan atau gas ke permukaan bumi. Di seluruh wilayah Indonesia terdapat 129
gunungapi aktif (+ 13 % dari gunungapi aktif dunia). Semua gunungapi tersebut berada pada
jalur tektonik yang memanjang mulai dari Sumatera bagian utara menerus ke arah selatan
melalui Jawa, Nusatenggara, sampai Laut Banda (sesuai dengan penyusupan Lempeng Indo-
Australia ke bawah Lempeng Eurasia). Deretan ini dikenal sebagai jalur Mediteran. Kelompok
gunungapi lainnya terdapat di Sulawesi Utara dan Maluku (penyusupan Lempeng Pasifik ke
bawah Lempeng Eurasia). Deretan ini disebut jalur Lingkar Pasifik (“Circum Pacific”)

Letusan gunungapi adalah suatu peristiwa alam yang terjadi akibat pembebasan energi yang
terakumulasi di dalam sebuah gunungapi. Apabila magmanya bersifat basa (cair), maka
letusannya hanya berupa leleran lava. Tetapi bila magmanya bersifat asam (kental), letusannya
dapat berupa semburan bom, lapili, abu dan awan panas.

Tipe Letusan Gunung Api


Berdasarkan derajat kekentalan magma, tekanan gas magnetic, kedalam dapur magma dan bahan
material yang dikeluarkan, letusan gunung api dibedakan menjadi :
 Letusan tipe Hawaii
 Letusan tipe stromboli
 Letusan tipe vulkano
 Letusan tipe merapi
 Letusan tipe perret atau plinian
 Letusan tipe pelee
 Letusan tipe Sint Vincent

Gejala-Gejala Gunung Api Akan Meletus


 Terjadinya getaran bumi
 Suhu disekitar kawah naik
 Sumber air tiba-tiba kurang atau kering
 Terdengar suara gemuruh
 Binatang di puncak turun ke lereng
 Pohon-pohon di sekitar kawah mengering

Bahan-bahan yang dikeluarkan gunung api


Bahan-bahan yang dikeluarkan gunung api saat meletus adalah sebagai berikut :
1) Material vulkanis padat (efflata)
a) berdasarkan asalnya
- Efflata autogen, bersala dari bekuan magma yang keluar.
- Efflata aulogen, berasal dari pipa kawah yang terlempar.
b) Berdasarkan ukurannya
- Boom berukuran besar
- Lapili sebesar kerikil
- Pasir vulkanik sebesar butiran pasir
- Abu vulkanis efflata yang halus
2) Material berupa cairan
a) lava, yaitu aliran magma ke permukaan bumi
b) Lahar panas, yaitu lava yang merupakan campuran lava dengan air
c) Lahar dingin yaitu lava yang membeku bersama air hujan.
3) Material gas, terdiri dari atas uap air, gas nitrogen, gas belerang, asam arang dan lain-lain

Peristiwa pascavulkanis dan postvulkanis


Gejala postvulkanis adalah peristiwa yang terdapat pada gunung api yang telah mati. Peristiwa
tersebut antara lain sebagi berikut :
1) Ekshalasi (sumber gas) berupa :
a) solfatar, yaitu gas belerang (H2S)
b) Fumarol, yaitu gas uap air (H2O)
c) Mofet, yaitu gas asam arang
2) Mata air panas
Air tanah terletak dekat dapur magma, keluar sebagai air panas
3) Sumber air mineral
Mata air panas yang mengandung mineral
4) Geiser
Sumber air panas yang memancar secara berkala. Pengaruh vulkanisme terhadap kehidupan
a) Pengaruh vulkanisme yang menguntungkan
Manfaat gunung berapi bagi kehidupan
- Gunung api merupakan daerah penangkapan hujan
- Abu vulkanik bersifat menyuburkan tanah pertanian
- Hancuran bahan vulkanis mengandung unsure hara.
- Menghasilkan bahan galian, seperti belerang, perak dan lain-lain
- Hutan di daerah gunung berapi berfungsi menahan erosi serta menyimpan air
hujan
b) Pengaruh vulkanisme yang merugikan
- Letusan gunung api merusak lahan pertanian
- Hujan abu merusak semua yang dilaluinya
- Lahar panas bersifat merusak kehidupan
- Awan panas merusak kehidupan
- Lahar dingin mendangkalkan sungai
- Gas beracun mematikan manusia
- Gelombang pasang
Usaha-usaha mengurangi bahaya gunung berapi
1) Membuat terowongan-terowongan air pada kepundan yang berdanau.
2) Mendirikan pos-pos pengamatan di sekitar gunung berapi.
3) Mengungsikan penduduk yang bertempat tinggal di lereng-lereng gunung berapi yang akan
meletus.
4) Membuat dam-dam penampungan di daerah aliran lahar.

Hal ini berarti intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya sebagian kecil
intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang perlu diingat bahwa intrusi
magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk tonjolan
berupa pegunungan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan
bermacam-macam bentuk (perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:
 Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat
penurunan suhu yang sangat lambat.
 Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan
lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara
permukaan atasnya tetap rata.
 Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan
batuan.
 Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan
litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
 Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
 Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur
magma sampai ke permukaan bumi.

VI. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KARENA PELAPUKAN BATUAN

Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan/atau dekat
permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan biologi. Hasil dari pelapukan
ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk ketahui
bahwa proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari
mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen
klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral baru.
Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat
berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk
(asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan
proses jenis pembentukan tanah itu sendiri.
Di alam pada umumnya ke tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi dan biologis) itu bekerja
bersama-sama, namun salah satu di antaranya mungkin lebih dominan dibandingkan dengan
lainnya. Walaupun di alam proses kimia memegang peran yang terpenting dalam pelapukan,
tidak berarti pelapukan jenis lain tidakpenting. Berdasarkan pada proses yang dominan inilah
maka pelapukan batuan dapat dibagi menjadi pelapukan fisik, kimia dan biologis. Pelapukan
merupakan proses proses alami yang menghancurkan batuan menjadi tanah.
VI.1 Jenis pelapukan:

 Pelapukan biologi

merupakan pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup. contoh: tumbuhnya lumut

 Pelapukan fisika
merupakan pelapukan yang disebabkan oleh perubahan suhu atau iklim .contoh :
perubahan cuaca
 Pelapukan kimia
merupakan pelapukan yang disebabkan oleh tercampurnya batuan dengan zat - zat kimia .
contoh: tercampurnya batu oleh limbah pabrik yang mengandung bahan kimia

Dalam kehidupan sehari-hari, proses pelapukan sering terjadi. batu kecil yang terus ditetesi oleh
air hujan maupun air biasa lama kelamaan akan melapuk dan menjadi tanah. peristiwa itu sering
disebut dengan pelapukan fisika. batu yang ditumbuhi lumut lama kelamaan akan pecah dan
hancur. peristiwa tersebut sering disebut pelapukan biologi.Dan masih banyak lagi contoh-contoh
pelapukan.
VII. BATUAN DAN STRATIGRAFI

Batuan adalah material padat yang terdiri dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk secara
alami. Umumnya batuan bersifat heterogen (terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral), dan
hanya beberapa yang homogen (disusun oleh satu mineral atau monomineral). Tekstur dari
batuan akan memperlihatkan karakteristik komponen penyusunnya, sedangkan struktur batuan
akan memperlihatkan proses pembentukannya (dekat atau jauh dari permukaan).

Berdasarkan tekstur dan cara pembentukannya, batuan dibagi menjadi 3 yaitu :


 Batuan Beku
 Batuan Sedimen
 Batuan Metamorf

VII.1 Batuan Beku

Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras,
dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik)
maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).

VII.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genetik


Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku, pembagian batuan
beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut.
Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut :

1. Batuan Beku Intrusif

Batuan ini terbentuk di bawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan beku dalam atau
batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai karakteristik tertentu seperti :
pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-
kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan
beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi
magma dan batuan di sekitarnya. Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
diskordan.

Batuan beku diskordan terjadi jika struktur tubuh batuan beku memotong lapisan batuan di
sekitarnya, contohnya antara lain :

 Batholith,

yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran sangat besar > 100 km2 dan membeku pada
lokasi yang dalam.
 Stock,

seperti batholith, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan
dengan batholith, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholith
atau bagian atas batholith.

 Dike,
disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan
batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya
sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
 Volkanic neck,
adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan.
Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang
akan terlihat bentuknya silindris dan menonjol dibandingkan topografi sekitarnya.

Batuan beku konkordan mempunyai bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di
sekitarnya, contohnya antara lain :
 Sill,
adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.

 Laccolith,
sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang
diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan,
bagian bawahnya mirip dengan sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya
endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapat tersingkap di permukaan.
 Lopolith,
bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.

2. Batuan Beku Ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung di permukaan
bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi
petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini
diantaranya :
 Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan
adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam
tubuh batuan beku.
 Sheeting joint, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun
secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-
contoh batuan (hand speciment sample)
 Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti
batang pensil.
 Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini akibat proses pembekuan terjadi pada lingkungan air atau laut.
 Vesicular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang
ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
 Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral-mineral
sekunder biasanya mineral silikat dan karbonat seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
 Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada
arah tertentu akibat aliran.

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Senyawa Kimia


Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun batuan
beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, seperti SiO2.
Persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan
mineral. Berdasarkan komposisi kimia atau kandungan silika (SiO 2) batuan beku dikelompokkan
menjadi 4 yaitu :

 Batuan beku asam,


apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah granit dan riolit.

 Batuan beku intermedier,


apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah andesit dan diorit.

 Batuan beku basa,


apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah gabro dan basalt.

 Batuan beku ultra basa,


apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah peridotit dan dunit.

Pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini
disebabkan prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.

VII.3 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Susunan Mineralogi

Klasifikasi ini sering digunakan, karena relatif lebih mudah dapat dilihat dengan kasat mata,
klasifikasi ini didasarkan kepada susunan mineral dipadukan dengan tekstur. Klasifikasi yang
didasarkan atas mineralogi dan tekstur lebih dapat mencerminkan sejarah pembentukan batuan
daripada berdasarkan komposisi kimia. Tekstur batuan beku mengambarkan keadaan yang
mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri.

VII.4 Batuan Sedimen


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan
yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis
demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan.
Batuan sedimen terbentuk melalui tiga cara utama : pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan
(deposition) karena aktivitas biogenik, dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan
umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan
endapan meliputi 75% dari permukaan bumi. Berdasarkan teksturnya dibagi menjadi 2 kelompok
besar, yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non klastik.

VII.5 Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang terbentuk
sebagai hasil perombakan dari batuan yang sudah ada. Proses perombakan itu meliputi
pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media
proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu
sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau
terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga bertekstur klastika.

VII.6 Proses Pembentukan Batuan Sedimen Klastik


Proses pembentukan batuan sedimen klastik melalui tahapan sebagai berikut :
1. Weathering (pelapukan), adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material
tanah pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik,
kimia dan biologi.
2. Erosion & Transportation (erosi dan transportasi), adalah proses perpindahan
partikel batuan (butiran-butiran) dari sumbernya dengan media air, angin, atau
gletser.
3. Deposition (deposisi), adalah proses pengendapan butir-butir batuan di
permukaan bumi sehingga membentuk lapisan sedimen
4. Compaction (kompaksi), adalah proses termampatnya butir sedimen satu dengan
yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Volume sedimen berkurang
dan hubungan antar butir menjadi lebih rapat.
5. Lithification (litifikasi), adalah proses pembatuan atau sementasi lapisan material
sedimen sehingga membentuk batuan sedimen
6. Diagenesis (diagenesa), adalah proses perubahan material sedimen yang belum
terkonsolidasi menjadi batuan sedimen yang koheren

Gambar VII.20 Siklus Pembentukan Batuan

VII.7 Tekstur Batuan Sedimen Klastik


Tekstur adalah hubungan antar butir dari mineral yang membentuk suatu batuan. Tekstur terdiri
dari komponen ukuran besar butir (grain size), derajat kebundaran (roundness), derajat
pemilahan (sorting), kemas (fabric), fragmen, matrik, dan semen.

1. Ukuran Besar Butir


 Ukuran besar butir (partikel, butir, fragmen), adalah faktor pembeda yang utama pada
batuan sedimen klastik
 Ukuran yang dimaksud adalah diameter dari butir-butir batuan

2. Derajat Kebundaran
 Derajat kebundaran berbeda dengan derajat kebulatan
 Derajat kebundaran (roundness) adalah derajat kebundaran bagian pinggiran dari fragmen
 Derajat kebulatan (sphericity) adalah derajat kemiripan bentuk fragmen dengan bentuk
bola

3. Derajat Pemilahan
 Pemilahan adalah derajat kesamaan ukuran partikel
4. Kemas
 Kemas menunjukkan hubungan kerapatan antara butiran penyusun dalam batuan sedimen

5. Fragmen, matrik, dan semen


 Semen yang umumnya ditemukan pada batuan sedimen adalah kalsit, hematit, dan silika.
Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan
suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan
sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya
(biokimia).
Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 -->
CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-
tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang
binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.

Batuan Metamorf
Batuan malihan atau metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan baik secara fisik
maupun kimiawi sehingga menjadi batuan yang berbeda dari batuan induknya. Faktor yang
mempengaruhi perubahannya adalah suhu yang tinggi, tekanan yang kuat serta waktu yang lama.
Contohnya adalah batu kapur (kalsit) yang berubah menjadi marmer, atau batuan kuarsa menjadi
kuarsit.

ROCK CYCLE / SIKLUS BATUAN


Sebelumnya kita sudah tahu bahwa di bumi ada tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat berubah menjadi batuan
metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi batuan lainnya. Semua batuan akan
mengalami pelapukan dan erosi menjadi partikel-partikel atau pecahan-pecahan yang lebih
kecil yang akhirnya juga bisa membentuk batuan sedimen. Batuan juga bisa melebur atau
meleleh menjadi magma dan kemudian kembali menjadi batuan beku. Kesemuanya ini
disebut siklus batuan atau ROCK CYCLE.

Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami pelapukan. Penyebab
pelapukan tersebut ada 3 macam:
1. Pelapukan secara fisika: perubahan suhu dari panas ke dingin akan membuat batuan
mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat rekahan-rekahan yang ada di
batuan menjadi berkembang sehingga proses-proses fisika tersebut dapat membuat
batuan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
2. Pelapukan secara kimia: beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi dengan batuan
seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu gamping. Bahkan air pun dapat
bereaksi melarutan beberapa jenis batuan. Salah satu contoh yang nyata adalah “hujan
asam” yang sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
3. Pelapukan secara biologi: Selain pelapukan yang terjadi akibat proses fisikan dan kimia,
salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah pelapukan secara biologi. Salah satu
contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang
cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan di
batuan dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.

Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah menjadi bagian
yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat. Berpindahnya tempat dari
partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini dapat terjadi melalui beberapa cara:
1. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada bisa
langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing sampai akhirnya
terkumpul di permukaan tanah.
2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat mengangkut
pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu contoh yang dapat
diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan
yang kecil ini.
3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan yang
kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di Alaska
sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.
VIII. PROSES TERJADINYA GUNUNG BERAPI

Gunung adalah suatu daerah daratan yang mempunyai perbedaan tinggi yang menyolok dengan
daerah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada
kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal. Misalnya, Ensiklopedia
Britannica mendefinisikan gunung apabila memiliki puncak lebih 2000 kaki atau 610 m.

VIII.1 Proses Terjadinya Gunung


Gunung terjadi karena adanya proses gaya tektonik yang bekerja dalam bumi yang disebut
dengan orogenesis dan epeirogenesis. Dalam proses orogenesis ini sedimen yang terkumpul
menjadi berubah bentuk karena mendapat gaya tekan dari tumbukan lempeng tektonik. Ada tiga
tipe tumbukan lempeng tektonik, antara lempeng busur kepulauan dan benua, lautan dan benua,
dan antara benua dengan benua. Tumbukan lempeng lautan dan benua menimbulkan deposit
sedimen laut terhadap tepi lempeng benua. Tumbukan antara lempeng busur kepulauan dengan
benua berakibat lempeng lautan menyusup ke lapisan asthenosfir dan batuan vulkanik dan
sedimen menumpuk pada sisi benua sehingga terjadilah pegunungan Sierra Nevada di California
pada zaman Mesozoic. Sedangkan tumbukan lempeng benua dengan benua merupakan proses
pembentukan sistem pegunungan Himalaya dan Ural
Sedangkan dalam proses epeirogenesis merupakan gerakan yang membentuk benua yang
bekerja sepanjang jari-jari bumi. Proses ini juga disebut gerakan radial karena gerakan mengarah
atau menjauhi titik pusat bumi dan terjadi pada daerah yang sangat luas sehingga prosesnya lebih
lambat dibandingkan dengan proses orogenesis. Pembentukan dataran rendah (graben) dan
dataran tinggi (horts) adalah salah satu contoh proses epeirogenesis.
Proses pembentukan gunung berlangsung menurut skala tahun geologi yaitu berkisar antara 45 –
450 juta tahun yang lalu. Misalnya pegunungan Himalaya terbentuk mulai dari 45 juta tahun
yang lalu, sedangkan pegunungan Appalache terbentuk mulai dari 450 jutan tahun yang lalu.

Model terjadinya gunung mengalami tiga tingkatan proses, yaitu:


1. Akumulasi sedimen: lapisan lapisan sedimen dan batuan vulkanik menumpuk sampai
kedalaman beberapa kilometer.
2. Perubahan bentuk batuan dan pengangkatan kerak bumi:sedimen yang terbentuk tadi
mengalami deformasi karena adanya gaya kompresi akibat tumbukan antar lempeng-
lempeng tektonik.
3. Pengangkatan kerak bumi akibat gerakan blok sesar: tumbukan antar lempeng akan
mengangkat sebagian kerak bumi sebagai lipatan lebih tinggi dari sekitarnya sehingga
terbentuk gunung. Sedangkan jika terjadi gaya tegangan atau tarikan antar lempeng maka
akan terbentuk graben (lembah)
Kulit bumi yang sebelumnya dalam kondisi seimbang, mendapat gaya tektonik yang saling
berlawanan arah (gaya regangan) akibat desakan panas ke atas, sehingga menimbulkan retakan
(cracking). Proses tektonik ini berlangsung terus menerus dalam jangka waktu geologi yang
cukup lama. Blok yang retak menjadi turun akibat gaya tarik gaya berat sehingga terbentuk

VIII.2 Rangkaian Gunung-Gunung di Muka Bumi


Sistem rangkaian jalur pegunungan di bumi meliputi Pegunungan Cordillera, Amerika Utara,
Pegunungan Andes, Alpin, Ural, Appalache, Himalaya, Caledonia dan Tasmania. Gambar di
bawah ini menunjukkan Peta Rangkaian Gunung-Gunung di Bumi.

Ahli Geologi mengklasifikasikan gunung menurut ketinggiannya yaitu gunung tinggi, menengah
dan rendah. Warna merah pada peta menunjukkan gunung-gunung tinggi seperti pegunungan
Himalaya, Andes , warna jingga menunjukkan gunung dengan tinggi menengah seperti
pegunungan Ahaggar di Algeria sedangkan warna kuning menunjukkan gunung dengan
ketinggian rendah seperti pegunungan Meratus di Kalimantan , Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai